BAB I PENDAHULUAN I.1
Latar Belakang Dewasa ini penggunaan komputasi awan atau Cloud Computing
berkembang dengan signifikan. Perusahaan-perusahaan besar yang berorientasi terhadap penggunaan teknologi seperti Google, Amazon, Microsoft, IBM, Salesforce, Oracle, dan lain sebagainya, telah mengembangkan infrastruktur Cloud Computing mereka masing-masing. Dalam Cloud Computing dikenal 3 layanan yaitu Software as a Service (SaaS), Platform as a Service (PaaS) dan Infrastructure as a Service (IaaS). Dengan perkembangan infrastruktur Cloud Computing, maka 3 layanan yang disediakan oleh masing-masing penyedia jasa Cloud Computing tersebut tentu juga berkembang. Untuk menggunakan setiap layanan dalam cloud biasanya pengguna akan dikenakan sejumlah biaya berdasarkan pemakaian atau usage, baik itu jumlah penggunaan memori, kapasitas penyimpanan dan bandwith jaringan jika berkaitan dengan layanan infrastrukur (IaaS), penggunaan lisensi terhadap sistem operasi yang digunakan, hal ini terkait layanan platform (PaaS), atau total pemakaian lisensi terhadap suatu aplikasi yang dipakai oleh 1 orang atau lebih, dan hal ini berkaitan dengan layanan perangkat lunak (SaaS). Biaya yang dibebankan kepada pengguna berbeda-beda sesuai dengan kebijakan yang pada masing-masing penyedia jasa layanan cloud.
1
2
Berdasarkan sebuah artikel yang ditulis oleh David Robbins (2009), ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh pengguna layanan Cloud Computing, yaitu: 1. Service Level. Penyedia layanan cloud memiliki kemungkinan untuk tidak berkomitmen dalam memberikan performa aplikasi atau transaksi yang konsisten. Pengguna perlu mengerti level layanan yang perlu diberikan yaitu waktu respon, proteksi data dan kecepatan recovery data. 2. Privacy. Penggunaan layanan hosting secara bersama memungkinkan data dapat diakses oleh orang lain tanpa persertujuan pengguna. 3. Compliance. Secara teori, penyedia layanan cloud dapat memenuhi beberapa level kebijakan mengenai data yang disimpan dalam cloud, karena beberapa layanan yang diberikan masih baru 4. Data ownership. Apakah kita masih memiliki data kita, setelah data tersebut ada dalam cloud? 5. Data mobility. Apakah kita dapat berbagi data antar layanan cloud? Jika kita memutus hubungan layanan cloud, apakah kita masih mendapatkan data kita kembali? Hal ini juga menjadi sebuah tantangan apabila pengguna ingin melakukan migrasi aplikasi yang telah dibangun pada salah satu penyedia cloud ke penyedia cloud lainnya. Pendekatan arsitektur berbasis layanan atau yang biasa disebut dengan Service Oriented Architecture (SOA) telah banyak digunakan pada perusahaan atau organisasi besar yang memiliki proses bisnis yang dinamis. SOA merupakan salah satu pendekatan dalam merancang suatu aplikasi perangkat lunak dengan
3
menggunakan kembali (reuse) dari komponen-komponen yang sudah ada sebelumnya. Salah satu karakteristik yang menjadikan pendekatan SOA berbeda dengan pendekatan perancangan aplikasi lainnya adalah interaksi antar services atau layanan yang bersifat loosely couple, yaitu dimana komponen-komponen yang sudah ada (legacy system) dibangun sebagai suatu layanan yang saling berhubungan satu sama lain namun tidak ada ketergantungan antar layanan mengenai platform yang digunakan oleh masing-masing layanan, ataupun saat terjadi perubahan pada layanan tersebut. Layanan yang ada pada Cloud Computing juga dikembangkan dengan pendekatan SOA, dimana setiap layanan yang disediakan dalam Cloud berbasis layanan web atau Web Service. Pendekatan berorientasi layanan (SOA) dan teknologi Cloud Computing saling berhubungan. Secara khusus, SOA merupakan pola arsitektur yang membantu menciptakan solusi bisnis, mengelola dan menggunakan kembali komponen-komponen yang ada, sementara Cloud Computing adalah suatu set yang membuat teknologi memberikan layanan lebih besar, platform yang lebih fleksibel bagi perusahaan untuk membangun solusi berbasis SOA. Service-Oriented Cloud Computing (SOCCA), merupakan sebuah penelitian pengembangan pendekatan SOA yang diusulkan oleh Wei-Tek Tsai, Xin Sun dan Janaka Balasooriya yang dipublikasikan pada 2010 untuk diterapkan pada lingkungan Cloud Computing. Perbedaan arsitektur SOCCA dengan arsitektur cloud yang ada saat ini adalah bahwa sumberdaya Cloud Computing dibagi menjadi
4
komponen-komponen layanan yang berdiri sendiri seperi layanan penyimpanan, layanan komputasi dan layanan komunikasi yang dihubungan dengan antarmuka yang sudah distandarisasi.
I.2
Rumusan Masalah Berdasarkan sebuah artikel yang ditulis oleh David Robbins (2009), salah
satu hal yang perlu diperhatikan oleh pengguna layanan Cloud Computing yaitu Mobilitas data (Data Mobility). Apakah pengguna dapat berbagi data antar layanan cloud? Jika pengguna memutus hubungan layanan cloud, apakah pengguna masih bisa mendapatkan datanya kembali? Untuk menjawab tantangan mengenai fleksibilitas layanan dan adanya saling berinteraksi (interoperability) antar cloud, integrasi adalah kunci bagi nilai bisnis perusahaan dan aplikasi SaaS.
I.3
Tujuan dan Manfaat Dengan menerapkan framework SOCCA, akan memberikan sebuah
pandangan baru mengenai arsitektur layanan berbasis Cloud Computing. Adapun tujuannya adalah sebagai berikut: 1.
Menguji apakah framework SOCCA ini dapat diterapkan dalam lingkungan infrastruktur cloud yang berbeda-beda yang ada saat ini
2.
Membuat sebuah antarmuka layanan web untuk menunjukkan saling interaksi (interoperability) antar layanan Cloud
5
Manfaat yang dapat disimpulkan dengan penerapan framework SOCCA ini adalah: 1.
Menjawab tantangan Cloud Computing dalam hal mobilitas dan migrasi data antar cloud.
2.
Framework SOCCA dapat dijadikan acuan model pembuatan layanan hybrid cloud dari beberapa penyedia cloud.
3.
I.4
Pengembangan sebuah standar open platform bagi layanan cloud.
Ruang Lingkup dan Batasan Ruang lingkup dari penerapan framework SOCCA ini adalah pengujian
terhadap kerangka itu sendiri yang dikembangkan oleh Wei-Tek Tsai (2010). Penerapan ini difokuskan terhadap lingkungan penyedia layanan cloud yang akan diambil menjadi sample. Penerapan ini sendiri akan menggunakan langkah-langkah berdasarkan arsitektur SOCCA, dengan membuat sebuah antarmuka atau portal layanan web yang menjadi antarmuka interoperabilitas dari layanan cloud. Beberapa batasan dalam penulisan ini adalah tidak adanya pendalaman analisa mengenai sisi keamanan dalam menerapkan kerangka SOCCA, tidak mendalami penggunaan tipe alamat IP yang digunakan, belum adanya perhitungan mengenai overhead terhadap waktu atau response time dan performa dari aplikasi. Data ataupun objek data yang digunakan merupakan pengembangan dari penelitian yang dilakukan sebelumnya dan diharapkan mampu mewakili tentang cara kerja atau logic dari kerangka SOCCA.