BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Dewasa ini masalah kegemukan (overweight) merupakan salah satu masalah global yang melanda masyarakat dunia baik di negara maju maupun di negara berkembang seperti Indonesia, masalah overweightini merupakan salah satu masalah yang merisaukan terutama untuk kalangan remaja putri sampai kalangan ibu-ibu. Bagi para remaja putri, overweight merupakan masalah yang cukup berat (Supriyanto, 2013). Pada tahun terakhir ini masyarakat
mulai
sadar
akan
bahaya
kegemukan
dan
adanya
kecenderungan (trend) yang mengagungkan tubuh langsing sehingga menyebabkan
banyak
orang
berlomba-lomba
mencari
upaya
untuk
menurunkan berat badan (Agdila, 2012). Tidak sedikit dari mereka yang menempuh
berbagai
macam
cara
proposional
seperti
melakukan
untuk
diet
ketat,
mendapatkan
tubuh
mengkonsumsi
yang
obat-obat
pelangsing, mengikuti berbagai program di pusat pelatihan aerobik, dan melakukan perawatan-perawatan guna menurunkan berat badan. Jika dilihat dari fenomena yang terjadi sekarang tidak mengherankan bahwa overweight sudah menjadi masalah yang sangat serius yang sering dihadapi bagi kalangan para remaja hingga dewasa. Overweight
merupakan
keadaan
kelebihan
berat
badan
yang
disebabkan karena adanya penumpukan lemak yang berlebihan di dalam tubuh, sehingga menyebabkan seseorang memiliki berat badan yang lebih berat dari pada berat badan idealnya. Apabila seseorang mengalami
1
2
kelebihan berat badan sebanyak 10% diatas berat badan ideal atau jumlah persentase lemak tubuh melebihi 20%
untuk pria dan 25% untuk wanita
maka orang tersebut mengalami overweight, namun jika seseorang memiliki berat badan lebih besar 25% dari berat badan ideal maka orang tersebut mengalami obesitas (Irianto, 2007). Berdasarkan data riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2007, prevalensi umun obesitas secara nasional adalah 19,1% (8,8% berat badan (BB) lebih dan 10,3% obesitas). Namun terjadi peningkatan yang cukup tinggi pada tahun 2010, seperti yang dilaporkan pada hasil Riskesdas tahun 2010 yang menunjukan angka kelebihan berat badan dan obesitas pada penduduk dewasa di atas usia 18 tahun yaitu sebesar 21,7% di mana 10% untuk berat badan lebih dan 11,7% (27,7 juta jiwa) adalah obesitas. Hermawan (1991) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa obesitas juga merupakan faktor predisposisi terjadinya beberapan macam penyakit seperti kelainan jantung, hipertensi, diabetes militus, gangguan pernafasan dan pada usia lanjut sering menyebabkan gangguan pada persendian. Selain itu obesitas juga menyebabkan penampilan terlihat menjadi kurang menarik khususnya untuk para kaum wanita hal ini dikarenakan terdapatnya jaringan lemak yang berlebih didalam tubuh sehingga membuat bentuk tubuh tidak proposional. Kemenkes RI (2011) menjelaskan bahwa pola konsumsi beragam, bergizi seimbang dan aman telah bergeser menjadi pola konsumsi makanan cepat saji yang tinggi kadar lemak jenuh, tinggi garam dan gula serta miskin serat makanan yang dapat meningkatkan resiko obesitas. Hal ini diperkuat dengan data Riskesdas tahun 2007 yang menunjukan bahwa makanan beresiko yang paling banyak di konsumsi adalah makanan manis
3
yaitu dengan prevalensi 68,1%, selain itu data lain juga menunjukan bahwa perilaku konsumsi buah dan sayur untuk penduduk Indonesia pada umumnya masih sangat kurang, data Riskesdas tahun 2007 menunjukan bahwa ada sebesar 93,6% penduduk Indonesia yang masih kurang mengkonsumsi buah dan sayur. Jaringan lemak ini merupakan hasil dari simpanan kalori yang berlebih akibat asupan energi melebihi pengeluarannya sehingga disimpan dalam bentuk jaringan lemak. Jika asupan makanan yang berlebih terjadi secara terus menerus maka akan timbul kegemukan, meskipun kelebihan asupan makanan merupakan faktor umum dalam terjadinya kegemukan namun ada faktor-faktor lain yang mendukung terjadinya kegemukan diantaranya yaitu faktor psikologis, sosisal, genetik dan faktor aktifitas fisik (Isselbacher, 1999). Seperti yang dilaporkan oleh Clark (2001) pada penelitiannya ia menjelaskan bahwa ketika asupan energi melebihi energi yang dikeluarkan maka kelebihan energi tersebut akan disimpan di dalam tubuh terutama sebagai lemak tubuh, jika hal ini terjadi secara terus-menerus maka dapat menyebabkan obesitas. Untuk mecapai keseimbangan energi tidak cukup dengan hanya mengurangi intake energi saja tetapi juga harus didukung dengan meningkatkan aktifitas fisik hal ini selain dapat memberikan keuntungan untuk fisiologis dan metabolik tetapi juga dapat membantu mengendalikan nafsu makan. Lemak sebagai sumber energi dapat diperoleh dari pembongkaran jaringan lemak simpanan (storage fat) yaitu jaringan lemak subkutan dan visceral,
penggunaan
menyebabkan
lemak
penurunan
badan
lemak
pada
simpanan.
aktivitas Lemak
aerobik badan
akan
biasanya
4
dinyatakan sebagai persentase lemak badan (PLB).Aktivitas fisik atau latihan yang teratur dan terprogram dapat membantu menurunkan PLB terutama latihan yang bersifat aerobik (Brook, 1978). Namun masih banyak orang yang belum menerapkan diet yang diseimbangi dengan peningkatan aktivitas fisik, karena diet saja tidak cukup untuk menurunkan berat badan tetapi harus berbarengan dengan adanya peningkatan aktivitas fisik yang dapat mempertahankan atau membentuk jaringan otot yang memiliki kapabilitas untuk membakar kalori. Hal ini dapat dilihat dari data Riskesdas tahun 2007, yang menunjukan bahwa di Indonesia nilai prevlensi kurangnya aktivitas fisik masih tergolong tinggi yaitu sebesar 48,2%. Berdasarkan hal di atas Peneliti tertarik untuk mengetahui pengaruh asupan energi dan latihan aerobik terhadap status gizi berdasarkan Indeks Masa Tubuh (IMT) dan persentase lemak tubuh pada peserta latihan aerobik. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas dapat ditarik permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini yaitu : 1.
Apakah tingkat konsumsi energi berpengaruh terhadap status gizi berdasarkan Indeks Masa Tubuh (IMT) pada peserta pusat pelatihan aerobik.
2.
Apakah tingkat konsumsi energi berpengaruh terhadap persentase lemak tubuh pada peserta pusat pelatihan aerobik.
3.
Apakah frekuensi latihan aerobik berpengaruh terhadap status gizi berdasarkan Indeks Masa Tubuh (IMT) pada peserta pusat pelatihan aerobik.
5
4.
Apakah frekuensi latihan aerobik berpengaruh terhadap persentase lemak tubuh pada peserta pusat pelatihan aerobik.
C. Tujuan Penelitian 1.
Tujuan Umum Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui bagaimana hubungan tingkat konsumsi energi serta frekuensi latihan aerobik terhadap indeks massa tubuh dan persentase lemak tubuh pada peserta pusat pelatihan aerobik.
2.
Tujuan Khusus a.
Mengetahui hubungan tingkat konsumsi energi terhadap status gizi berdasarkan Indeks Masa Tubuh (IMT) pada peserta pusat pelatihan aerobik.
b.
Mengetahui
hubungan
tingkat
konsumsi
energi
terhadap
persentase lemak tubuh pada Peserta pusat pelatihan aerobik. c.
Mengetahui hubungan frekuensi latihan aerobik terhadap status gizi berdasarkan Indeks Masa Tubuh (IMT) pada Peserta pusat pelatihan aerobik.
d.
Mengetahui
hubungan
frekuensi
latihan
aerobik
terhadap
persentase lemak tubuh pada Peserta pusat pelatihan aerobik. D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapakan dari penelitian ini adalah : 1.
Bagi peneliti Menambah wawasan serta pengalaman dalam melakukan penelitian
6
2.
Bagi masyarakat Menambah
pengetahuan
serta
memberikan
informasi
kepada
masyarakat bagaimana hubungan tingkat konsumsi energi serta frekuensi latihan aerobik terhadap indeks massa tubuh dan persentase lemak tubuh. 3.
Bagi institusi Dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi untuk pengembangan program guna meningkatkan pelayanan yang tersedia di pusat pelatihan aerobik tersebut.
E. Keaslian Penelitian Penelitian ini melihat hubungan asupan energi serta frekuensi latihan aerobik dengan status gizi dan persentase lemak tubuh pada Peserta senam aerobik, adapun penelitian sejenis yang pernah dilakukan yaitu : 1.
Senam Arobik dan Konsumsi Zat Gizi serta Pengaruhnya Terhadap Kadar Kolesterol Total Darah Wanita (Fatimah dan Kartini, 2011). Penelitian tersebut bersifat Explanatory Researh dengan menggunakan rancangan cross sectional , analisis data yang digunakan yaitu T-test dan Chi Square. Subjek yang digunakan pada penelitian ini yaitu wanita berusia 20-49 tahun yang aktif dalam melakukan senam aerobik 3 kali dalam seminggu selama 6 bulan dengan kelompok pembanding yaitu Ibu rumah tangga yang tidak melakukan senam. Analisis data yang digunakan yaitu independent t-test
untuk mengetahui efek kadar
kolesterol anatara dua kelompok tersebut dan uji chi square test untuk mengetahui hubungan antara tingkat kecupukan gizi dengan kadar kolesterol total. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang
7
akandilakukan yaitu terletak pada variabel penelitian serta analisis data yang digunakan. 2.
Perbedaan Asupan Energi , Protein, Aktivitas Fisik dan Status Gizi antara Lansia yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Senam Bugar Lansia (Akmal, 2012). Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan pendekatan cross sectional. Subjek penelitian ini adalah 30 lansia rawat jalan di Instalasi Geriatri RSUP Dr. Kariadi Semarang yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yang dibagi secara merata menjadi 2 kelompok, yaitu lnasia yang mengikuti dan yang tidak mengikuti senam bugar lansia. Analisis data menggunakan uji Independent T Test dan Mann Whitney U dengan program SPSS for windows versi 17.0. Dari hasil penelitian ini terdapat perbedaan bermakna pada aktivitas fisik (p=0,045) dan status gizi (p=0,004) kedua kelompok subjek, namun tidak terdapat perbedaan yang bermakna pada asupan energi (p=0,2378) dan protein (p=0,110). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu terletak pada variabel, lokasi penelitian dan analisis data yang digunakan.
3.
Hubungan Konsumsi Susu dan Senam Aerobik dengan Massa Tulang pada Anggota Sanggar Senam Aerobik Kartika Dewi Yogyakarta (Khatulistiwa, 2011). Penelitian ini bersifat observasional menggunakan rancangan cross sectional, subjek penelitian yaitu wanita berusia 18-35 tahun anggota senam aerobik di sanggar senam Kartika Dewi dengan sampel sebanyak minimal 56 orang. Analisis data yang dilakukan yaitu dengan uji ichi-square dan uji independent t-test. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini yaitu tidak terdapat hubungan yang signifikan antara
8
konsumsi susu dengan massa tulang responden (p=0,203) dan terdapat hubungan yang signifikan antara kebiasaan senam aerobik dengan massa tulang responden (p=0,000). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu terletak pada variabel dan analisis data. 4.
Regular Aerobic Exercise Prevents and Restores Age-related Decline in Endothelium-dependent Vasodilatation in Healthy Men (Christoper, 2010). Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional, subjek penelitian yaitu lelaki sehat yang mengikuti program pelatihan kesehatan dan berusia 22-35 atau 50-76 tahun. Analasis data yang digunakan yaitu ANNOVA, dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa olahraga aerobik secara teratur dapat memberikan efek pada vasodilatasi endhotelium dependent dan meningkatkan daya tahan pada pria yang berusia paruh baya serta dapat menurunkan resiko penyakit kardiovaskular. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu terletak pada variabel, analisis data dan tempat penelitian.