BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini ilmu pengetahuan dan teknologi mengalami kemajuan pesat berkat adanya kreativitas pemikiran para ahli yang secara terus menerus berusaha untuk dapat menghasilkan karya nyata bagi peningkatan taraf hidup umat manusia. Karya nyata dalam ilmu pengetahuan dan teknologi ini terbukti dengan adanya produk-produk yang dihasilkan dalam memenuhi kebutuhan pasar. Produk-produk yang dihasilkan tersebut merupakan salah satu hasil dari sekian banyak penggunaan alat-alat dengan teknologi dalam upaya menyediakan dan menawarkan kebutuhan sandang, pangan, dan papan yang lebih tinggi. Berdasarkan Berita Resmi Statistik No.12/02/Th. XIII, 10 Februari 2010, perekonomian Indonesia pada tahun 2009 mengalami pertumbuhan sebesar 4,5 persen dibanding tahun 2008. Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga konstan pada tahun 2009 mencapai Rp2.177,0 triliun, sedangkan pada tahun 2008 dan 2007 masing-masing sebesar Rp2.082,3 triliun dan Rp1.964,3 triliun. Bila dilihat berdasarkan harga berlaku, PDB tahun 2009 naik sebesar Rp662,0 triliun, yaitu dari Rp4.951,4 triliun pada tahun 2008 menjadi sebesar Rp5.613,4 triliun pada tahun 2009. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan yang cukup signifikan bagi perekonomian Indonesia. Bagi pemerintah, untuk mempertahankan perekonomian ini harus melakukan reposisi serta rekalkulasi potensi internal untuk kemudian menentukan 1
2
langkah-langkah yang harus dilakukan bagi masa depan. Proses penentuan strategic planning harus dilakukan kembali demi melihat perkembangan situasi yang ada. Faktor-faktor eksternal maupun internal harus kembali diperhitungkan untuk
kemudian
pemerintahan
di
daerah
melakukan
adjustment
atas
perkembangan situasi yang ada. Faktor eksternal seperti budaya, dan tuntutan masyarakat akan good governance dan clean government sangat memerlukan dukungan. pelayanan publik. Etos kerja di birokrasi pemerintahan masih harus ditingkatkan sehingga mewujudkan kinerja yang optimal. Pertumbuhan industriindustri di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1.1 Tabel 1.1 Nilai PDB Menurut Lapangan Usaha Tahun 2007—2009, Laju Pertumbuhan dan Sumber Pertumbuhan Tahun 2009 No
1
Lapangan Usaha / Tahun
Pertanian, Peternakan, Kehutanan, Perikanan 2 Pertambangan dan Penggalian 3 Industri Pengolahan 4 Listrik, Gas dan Air Bersih 5 Konstruksi 6 Perdagangan, Mal dan Restoran 7 Pengangkutan dan Komunikasi 8 Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan 9 Jasa-jasa Produk Domestik Bruto (PDB) PDB Tanpa Migas
Atas Dasar Harga Berlaku (Triliun Rupiah) 2007 2008 2009
Atas Dasar Harga Konstant 2000 (Triliun Rupiah 2007 2008 2009
Laju Pertumbuhan 2009 (Persen)
Sumber Pertumbuhan 2009 (Persen)
541,9
716,1
858,3
271,5
284,6
296,4
4,1
0,6
440,6
540,6
591,5
171,3
172,4
180,0
4,4
0,4
1 068,7 34,7
1 380,7 40,9
1 480,9 46,8
538,1 13,5
557,8 15,0
569,5 17,1
2,1 13,8
0,6 0,1
305,0 592,3
419,6 691,5
555,0 750,6
121,8 340,4
131,0 363,8
140,2 367,9
7,1 1,1
0,4 0,2
264,3
312,2
352,4
142,3
165,9
191,7
15,5
1,2
305,2
368,1
404,1
183,7
198,8
208,8
5,0
0,5
398,2 3 950,9
481,7 4 951,4
573,8 5 613,4
181,7 1 964,3
193,0 2 082,3
205,4 2 177,0
6,4 4,5
0,6 4,5
3 534,4
4 427,2
5 146,5
1 821,8
1 939,5
2 035,1
4,9
-
Sumber : Data Statistik No.12/02/Th. XIII, 10 Februari 2010
3
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa selama tahun 2009, semua sektor ekonomi mengalami pertumbuhan. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada Sektor Pengangkutan dan Komunikasi yang mencapai 15,5 persen, diikuti oleh Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih 13,8 persen, Sektor Konstruksi 7,1 persen, Sektor Jasa-jasa 6,4 persen, Sektor Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan 5,0 persen, Sektor Pertambangan dan Penggalian 4,4 persen, Sektor Pertanian 4,1 persen, dan Sektor Industri Pengolahan 2,1 persen, serta Sektor Perdagangan, Mal dan Restoran 1,1 persen. Pertumbuhan PDB tanpa migas pada tahun 2009 mencapai 4,9 persen yang berarti lebih tinggi dari pertumbuhan PDB secara keseluruhan yang besarnya 4,5 persen. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi yang mengalami pertumbuhan sebesar 15,5 persen sekaligus merupakan sumber pertumbuhan terbesar pula terhadap total pertumbuhan PDB yaitu sebesar 1,2 persen. Selanjutnya sumber pertumbuhan yang cukup besar yaitu Sektor Pertanian, Sektor Industri Pengolahan, dan Sektor Jasa-jasa masing-masing memberikan peranan sebesar 0,6 persen. Sektor Perdagangan terutama Retail merupakan salah satu sektor yang penting
dalam
menunjang
suksesnya
program
pemerintah,
meskipun
pembangunan pada sektor retail tersebut tidak terlepas dari pengaruh pembangunan sektor-sektor lainnya. Perkembangan dalam sektor retail ini dapat dirasakan dengan adanya pusat perbelanjaan yang modern (mall). Selain menawarkan kenyamanan dan keamanan berbelanja, juga dapat menjadi salah satu alternatif sebagai tempat untuk hiburan keluarga. Selain itu, mal juga sudah menjadi gaya hidup
4
masyarakat saat ini dimana sebagian orang memilih mal untuk menghabiskan waktu mereka. Gaya hidup menggambarkan “Keseluruhan diri seseorang” yang berinteraksi dengan lingkungannya. (Kotler, 2006:159). Menjamurnya pusat perbelanjaan bertaraf modern saat ini, seperti mal atau plaza di berbagai kota di Tanah Air, yang di dalamnya terdapat toko serba ada (toserba), restoran, arena permainan, supermarket, bahkan hypermarket, tak ayal telah mengubah pola belanja sebagian konsumen kita. Mereka yang dulunya kerap menyambangi pasar-pasar tradisional, kini beralih ke pusat perbelanjaan tersebut. Tidak bisa dipungkiri, bagi sebagian konsumen, pergi ke mal atau plaza, kini telah menjadi bagian gaya hidup (life style) yang tak bisa ditinggalkan. Mal atau plaza telah menjadi pilihan, karena menghadirkan berjuta kenikmatan. Mulai dari tersedianya berbagai kebutuhan yang diinginkan (one stop shopping), hingga tempat yang pas untuk bersantai bersama keluarga maupun kolega. Kunjungan ke mal ini, menurut hasil riset MARS Indonesia (Indonesian Consumer Profile 2008), sebanyak 82,2% konsumen kita, khususnya di kota Jakarta dan Surabaya gemar berkunjung ke mal. Dalam sebulan, mereka minimal sekali atau dua kali mengunjungi tempat belanja itu. Ini artinya, demam mal memang sudah semakin menggejala di masyarakat kita. Salah satu wilayah Indonesia yang yang ramai dengan mal adalah Bandung. Kota Bandung yang terletak di wilayah Jawa Barat dan merupakan Ibu Kota Propinsi Jawa Barat dikenal sebagai kota paris van java dan merupakan titik simpul lalu lintas. Lokasi Kota Bandung cukup strategis, dilihat dari segi komunikasi, perekonomian maupun keamanan. Hal tersebut disebabkan Kota
5
Bandung terletak pada pertemuan poros jalan raya : a). Barat - Timur yang memudahkan hubungan dengan Ibukota Negara dan b). Utara - Selatan yang memudahkan lalu lintas ke daerah perkebunan (Subang dan Pangalengan). Selain itu letak yang tidak terisolasi dan dengan komunikasi yang baik akan memudahkan aparat keamanan untuk bergerak ke setiap penjuru (Sumber: BPS Kota Bandung 2009). Hal ini menjadikan Bandung sebagai tempat kunjungan dan perkembangan mal dan swalayan berkembang sangat pesat. Berikut daftar pusat perbelanjaan atau mal di Bandung pada Tabel 1.2 Tabel 1.2 Beberapa Pusat Perbelanjaan atau Mal di Bandung Tahun 2010 No 1
Pusat Perbelanjaan/ Mal Braga City Walk
Braga
Wilayah
2
Bandung Electronic Mall
Naripan
3
Bandung Indah Plaza
Merdeka
4
Bandung Supermal
Gatot Subroto
5
Bandung Trade Center
Terusan Pasteur
6 7
Bandung Trade Mall Carrefour Kiaracondong
Kiaracondong Kiaracondong
8
Cihampelas Walk
Cihampelas
9 10 11 12
Cimahi Mall Flamboyant Center Gyan Plaza Istana Bandung Electronic Center
Gandawijaya,Cimahi Sukajadi Terusan pasir koja Purnawarman
13
Ahmad Yani
14
Istana Building Commodities Center Istana Plaza Bandung
Pasirkaliki
15 16 17
ITC Kebon Kalapa Jatinangor Town Square Kepatihan Plaza
Pungkur Jatinangor Kepatihan
Fasilitas Braga 21 (bioskop) Pusat jual beli telepon Seluler Pusat jual beli komputer dan elektronik Empire 21 (bioskop) Hypermart (swalayan) BSM 21 (bioskop) Metro (dept. store) Pizza Hut's (restoran) BTC XXI (bioskop) KFC (restoran) Carrefour (swalayan) KFC (restoran) Pizza Hut's (restoran) Ciwalk XXI (bioskop) Yogya department store Giant (swalayan) Pusat jual beli telepon seluler. Pusat jual beli komputer dan elektronik. Pusat penjualan kebutuhan rumah dan bahan bangunan Gramedia (toko buku) McDonalds (restoran)
Yogya (swalayan)
6
18 19
Kings Shopping Center 1 Kings Shopping Center 2
Kepatihan Kepatihan
Galaxy 21 (bioskop) Hoka Hoka Bento Matahari (dept. store) Pusat penjualan, suku cadang dan perbaikan otomotif
20
M3Mall
Ahmad Yani
21 22 23
Mall IITC Kopo Piset Square Mall Lucky Square
Kopo Pelajar Pejuang 45 Kiaracondong
Pusat perbelanjaan, exhibition Yogya department store
24 25 26
Metro Indah Mall Parahyangan Plaza Paris Van Java Mall
Margahayu Dalem Kaum Sukajadi
Hypermart (swalayan) Pusat distribution outlet. Blitz Megaplex (bioskop)
Sumber : info Wikipedia tahun 2010 Bandung memiliki 26 mal dengan fasilitas yang beragam. Mal tersebut tersebar di berbagai wilayah di Kota Bandung. Dengan jumlah yang cukup banyak ini menunjukkan Bandung sebagai kawasan yang cukup dipadati mal atau pusat perbelanjaan. Hal ini memberikan pemasukan bagi Kota Bandung yaitu melalui pendapatan
daerah.
Berikut
adalah
Grafik
perkembangan
PDRB
dan
perekonomian Kota Bandung.
Gambar 1.1 Perkembangan PDRB dan Perekonomian Kota Bandung Tahun 2001-2009 serta Proyeksinya Tahun 2013 (Perda No.9 Tahun 2009) Berdasarkan Gambar 1.1 melalui jumlah mal atau bisnis retail yang banyak menambah pendapatan daerah Kota Bandung dan pendapatan ini
7
mengalami peningkatan setiap tahunnya Namun, banyaknya jumlah mal ini tidak menunjukkan jumlah pengunjung yang tinggi dari setiap mal. Menurut Kepala Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya (Distarcip) Kota Bandung, menilai jumlah pusat perbelanjaan di Kota Bandung sudah mencapai titik jenuh. Bukan hanya dari sisi tata ruang, melainkan juga dari sisi konsumen dan daya tarik mal yang terbatas. Dia menyebutkan sejumlah pusat perbelanjaan tidak beroperasi optimal, bahkan beberapa nyaris tutup, seperti Molis Mal di Jalan Peta, Miko Mal di Kopo, atau
Mal
Padjadjaran
tutup
karena
sepi
pengunjung
(http://web.bisnis.com/keuangan/ekonomi-makro/1id183985.html, 29 Mei 2010). Wilayah Bandung Tengah merupakan wilayah yang jumlah malnya tidak terlalu banyak. Berikut daftar mal yang berada di bagian tengah Kota Bandung beserta tingkat kunjungannya pada Tabel 1.3. Tabel 1.3 Daftar Jumlah Pengunjung Mal di Wilayah Bandung Tengah Tahun 2010 No Mall Jumlah Pengunjung 1 Bandung Super Mall 8.000 orang per hari. 2 Metro Trade Centre 2.022 orang per hari. 3 Lucky Square 2.520 orang per hari. 4 Bandung Trade Mall 1.010 orang per hari. 5 Piset Square 1.800 orang per hari. 6 B Mall 1.200 orang per hari Sumber:http://web.bisnis.com/keuangan/ekonomi makro/1id183985.html,29 Mei 2010
Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa hampir semua mal di daerah Bandung Tengah tingkat kunjungannya hampir sama. Pada kutipan salah satu media yaitu perkembangan tingkat kunjungan mal terlihat hanya pada bagian barat Kota Bandung (KOMPAS Gregorius Magnus Finesso, Selasa, 26 Januari
8
2010 | 10:12 WIB). Hal ini berarti masih minimnya tingkat kunjungan mall di bagian timur dan tengah. Kondisi tersebut diperparah pengelolaan manajemen yang tidak efektif serta minimnya kreativitas dalam melakukan promosi. (KOMPAS Gregorius Magnus Finesso, Selasa, 26 Januari 2010 | 10:12 WIB). Pengunjung merupakan salah satu faktor yang sangat penting untuk kemajuan sebuah pusat perbelanjaan (mal). Ketidakmampuan perusahaan untuk meningkatkan menciptakan image pada masyarakat akan mengakibatkan kerugian yang sangat besar bagi perusahaan itu sendiri, dengan demikian perusahaan harus memperhatikan faktor–faktor dalam proses peningkatan kunjungan masyarakat agar sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Masing-masing mal memiliki citra tersendiri di mata publik, dan berikut gambar corporate image mal di Wilayah Bandung Tengah:
Sumber: Modifikasi Research and Development Mal Piset Square Bandung, 2010 GAMBAR 1.2 CORPORATE IMAGE MAL DI WILAYAH BANDUNG TENGAH Berdasarkan Gambar 1.2 dapat dilihat bahwa citra mal di Bandung relatif sama. BSM (Bandung Super Mall) memiliki rating tertinggi, sebagai mal terbesar di
9
Bandung yang memang memiliki citra yang sangat baik di mata publik. Namun BTM (Bandung Trade Mal) memiliki rating terendah karena BTM merupakan mal nasional yang tergolong relatif rendah pengunjungnya jika dibandingkan dengan mal lainnya di Bandung Tengah. Berbeda dengan mal lainnya, seperti Piset Square sebagai mal yang dikelola secara independen menduduki posisi keempat memiliki citra yang cukup baik khususnya sebagai mal penyedia jasa bisnis dan konvensi, namun mengingat Piset Square telah berdiri sejak tahun 2005, dan persepsi publik mengenai citra baik suatu perusahaan tidak dapat terbentuk dalam waktu yang singkat. Piset Square merupakan salah satu mal yang tingkat kunjungannya masih fluktuatif. Berikut adalah tingkat kunjungan Piset Square Tabel 1.4. Tabel 1.4 Daftar Jumlah Pengunjung Piset Square Tahun 2007-2010 Jumlah Kunjungan
Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Total
2007 42.413 35.152 44.465 39.252 38.149 41.961 30.843 37.343 40.547 36.731 41.672 35.443 463.971
2008 55.515 52.390 52.129 50.199 61.204 48.739 50.811 41.418 40.685 39.401 32.813 40.016 565.320
Sumber: Data Internal Piset Square 2010
2009 55.535 52.410 52.149 50.204 61.209 48.759 50.831 41.438 40.705 39.421 32.833 40.036 565,530
2010 50.767 61.204 48.739 50.811 41.418 40.685 38.149 41.961 30.843 58.149 41.961 60.843 565,530
10
Berdasarkan Tabel 1.4 mengenai daftar jumlah pengunjung Piset Square tahun 2007-2009. Dari tahun 2007-2008 terjadi kenaikan jumlah pengunjung sebesar 21,84%. Hal ini dikarenakan Piset baru saja buka menggantikan Pasundan Plaza sehingga masyarakat Bandung ingin mencoba datang. Apalagi konsep awal yang ditawarkan adalah wisata mancabenua dimana bangunan Piset dirancang dengan miniatur dunia dan memiliki convention hall terbesar sewilayah Bandung. Hal ini menonjolkan ciri khas tersendiri bagi Piset Square yang baru saja ada di Kota Bandung. Seperti pada Gambar 1.3
Sumber: Modifikasi Research and Development Mal Piset Square Bandung, 2010 GAMBAR 1.3 JUMLAH PENGUNJUNG MAL PISET SQUARE 2007-2010 Berdasarkan Gambar 1.3 pada tahun 2009-2010 jumlah pengunjung mengalami stagnasi. Hal ini dikarenakan Piset melakukan renovasi gedung selama 6 bulan dan mengubah konsep convention hall menjadi retail center atau tempat /lahan usaha untuk disewakan. Kondisi ini mengakibatkan penurunan jumlah pengunjung. Hingga setelah renovasi selesai, jumlah pengunjung masih saja rendah. Hal ni sangatlah sulit bagi Piset Square untuk membangun kembali citra
11
perusahaan di mata pengunjung karena hampir sebagian besar para pengunjung berpindah pada mal yang lain. Menurut Fraster P.Seitel (1995:58) “corporate image merupakan komoditas yang penting bagi hampir semua perusahaan yang percaya bahwa citra positif akan menghasilkan kesuksesan dalam jangka panjang”. Hal ini menuntut Piset Square untuk terus mempertahankan image sebagai entertainment centre mall tersebut guna memperoleh keuntungan yang maksimal. Jika tidak mempertahankan citranya maka Piset Square akan kehilangan pengunjung, dan hal ini akan berdampak sangat negatif bagi kelangsungan mal. Upaya-upaya yang dilakukan Piset Square dalam mempertahankan dan meningkatkan citra mal Piset Square sebagai entertainment centre mal yaitu dengan berbagai strategi. Dengan melibatkan seluruh departemen sebagai teamwork guna mempertahankan citra tersebut, baik accounting and purchasing department, room division department, HRD department, food and beverage department, POMEC and security department, maupun sales and marketing department. Namun dari berbagai departemen tersebut yang memiliki tanggung jawab lebih untuk mempertahankan citra perusahaan dibebankan kepada sales and marketing department khususnya public relations, dimana fungsi public relations Piset Square yaitu sebagai pihak yang bertanggung jawab dalam mempertahankan dan meningkatkan citra perusahaan. Baiknya corporate image diindikasikan karena program public relations yang dilakukan cukup maksimal. Terkait masalah citra, berdasarkan hasil riset
12
yang dilakukan Nielsen Media Research terhadap perusahaan di Indonesia, menyatakan bahwa peranan public relations jauh lebih tinggi daripada chief executive officer yaitu 76% berbanding 22% dalam mencapai target serta tujuan perusahaan. Program yang dilakukan oleh public relations merupakan salah satu kegiatan yang dapat dijadikan sebagai tolak ukur keberhasilan perusahaan. Program yang dilakukan public relations Piset Square merupakan program yang paling efektif bagi citra perusahaan, karena public relations memiliki job description guna mempertahankan image tersebut. Adapun job description public relations Piset Square yaitu menyajikan berita dan informasi tentang organisasi secara sangat positif (hubungan pers), melakukan publisitas produk dengan membuat berbagai acara sebagai usaha untuk mempublikasikan produk tertentu, komunikasi perusahaan dengan mempromosikan perusahaan baik melalui komunikasi internal dan komunikasi eksternal, melakukan pendekatan yang berhubungan dengan pencapaian profit yang maksimal, serta sebagai penasihat manajemen mengenai masalah publik dan posisi serta citra perusahaan ketika terjadi kesalah pahaman masyarakat. Pembentukan image yang baik biasanya diawali oleh visualisasi yang ditampilkan perusahaan, hal tersebut berkaitan dengan program public relations yaitu identity media yang ditampilkan kepada masyarakat, perusahaan melakukannya dalam bentuk logo dan tagline. Identity media pun ditampilkan dari cara berpakaian para karyawan serta warna seragam yang disesuaikan dengan logo. Dalam hal program publications yang dilakukan perusahaan dilakukan dengan membuat dan mempublikasikan brosur, leaflet, pamflet, fancy flag,
13
display light, banner, website, artikel, iklan mengenai paket-paket yang ditawarkan mal melalui media cetak dan elektronik. Kegiatan public relations lain yang digunakan oleh perusahaan diantaranya mengadakan event-event yang akan berlangsung dalam jangka waktu tertentu seperti pada Tabel 1.5 berikut: TABEL 1.5 EVENTS MAL PISET SQUARE BANDUNG TAHUN 2010 Tanggal Nama Event Januari 2010 Lomba Nyanyi Oldest Januari 2010 Workshop Pecinta Otomotif Februari 2010 Lomba Memasak Maret 2010 Seminar Gratis April 2010 Perayaan Hari Kartini Mei 2010 Seminar Gratis Mei 2010 Workshop indie film Juni 2010 Seminar Gratis Juni 2010 Festival Harajuku Juli 2010 Festival Band Bandung Juli 2010 Hari Anak Nasional Juli 2010 Seminar Gratis Agustus 2010 Perayaan Hari Kemerdekaan September 2010 Gathering Oktober 2010 Halal Bi Halal November 2010 Lomba Busana Kebaya Desember 2010 Seminar Kewirausahaan Desember 2010 Perayaan Hari Ibu Desember 2010 Gathering Party Desember 2010 New Years Eve Desember 2010 International Cat Show Sumber: Public Relations Piset Square Bandung, 2010 Berdasarkan Tabel 1.6 Piset Square sering mengadakan event disetiap bulannya. Hal ini tentu menambah tingkat kunjungan harian pada saat event berlangsung. Kegiatan ini dijadikan kegiatan rutin setiap tahun dalam upaya menambah jumlah kunjungan.
14
Kegiatan news juga dilakukan sebagai upaya menciptakan berita-berita yang mendukung perusahaan melalui press release, news letter dan bulletin yang dipublikasikan melalui berbagai media cetak dan elektronik, seperti pada Tabel 1.6. TABEL 1.6 DAFTAR NEWS MEDIA MAL PISET SQUARE BANDUNG Tv Online Media Cetak Radio Electronic Pikiran Rakyat Female Radio 96,4 PJTV Indosat Infomedia 99’ers FM STV Bandung Express Hard Rock Fm BdgTV Rase 102,3 Fm CT-Chanel MQ TV Indosiar TPI Sumber: Public Relations Piset Square Bandung, 2010 Berdasarkan Tabel 1.7 Piset Square sering melakukan pemberitaan dalam news melalui beberapa media. Kegiatan ini dijadikan sebagai penunjang ketika Piset Square mengadakan event tertentu maupun promo untuk informasi bagi masyarakat. Kegiatan lain yang digunakan yaitu public service activities di mana mal Piset Square juga peduli kepada masyarakat melalui kegiatan bakti sosial, seperti pada Tabel 1.7 berikut: TABEL 1.7 PUBLIC SERVICE ACTIVITIES PISET SQURE TAHUN 2010 Tanggal Public Service Activities Januari 2010 Bakti sosial Maret 2010 Kursus gratis bagi yang kekurangan November 2010 Pembagian daging kurban saat Idul Adha Sumber: Public Relations & HRD Mal Piset Square Bandung, 2010 Hal-hal tersebut dilakukan perusahaan sebagai tujuan untuk menjaga bahkan meningkatkan corporate image di mata publik, sehingga perusahaan
15
menilai
bahwa
peran
public
relations
yang
selalu
dibutuhkan
demi
mempertahankan citra mal Piset Square yang telah ada sejak dulu. Dalam hal ini kontribusi departemen public relations dibutuhkan dalam menjalankan fungsi dan perannya terutama dalam pelaksanaan program public relations yang terdiri dari publications, events, news, public service activities, dan identity media di Piset Square Bandung. Untuk mengetahui seberapa efektif kegiatan-kegiatan tersebut, maka perlu dilakukan penelitian dengan harapan program-program yang dilaksanakan public relations Piset Square Bandung telah sesuai dan dapat diterima bagi pengunjung khususnya dan bagi masyarakat umum lainnya. Berdasarkan latar belakang di atas maka perlu diadakan suatu penelitian tentang “Pelaksanaan Program Public Relations Piset Square Bandung Dalam Menciptakan Corporate Image sebagai Entertainment Center Mall”.
1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan di atas, mal Piset Square perlu memperbaiki keunggulan perusahaan (corporate adventage), dalam hal meningkatkan kualitas pemasaran dalam hubungannya dengan Public Relations. Dengan meningkatkan program Public Relations maka akan meningkatkan citra perusahaan. Maka yang menjadi masalah penelitian ini diidentifikasikan masalah sebagai berikut. Adanya persaingan antara mal pada industri retail yang ada di Kota Bandung serta adanya kesulitan dalam menarik minat pelanggan untuk berkunjung menyebabkan terjadinya penurunan tingkat kunjungan pada mal Piset Square di Kota Bandung diduga perlu meningkatkan citra perusahaan dalam halnya melalui program Public Relations, melalui adanya Program Public Relations yang efektif dapat meningkatkan Citra Mal di mata pengunjung. Maka perlu diadakan suatu penelitian untuk
16
mengetahui Pelaksanaan Program Public Relations Piset Square Bandung Dalam Menciptakan Corporate Image sebagai Entertainment Center Mall.
1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana pelaksanaan program public relations yang terdiri dari publications, events, news, public service activities, dan identity media di Piset Square Bandung? 2. Bagaimana corporate image Piset Square Bandung menurut pengunjung sebagai entertainment center mall? 3. Bagaimana pelaksanaan program public relations yang terdiri dari publications, events, news, public service activities, dan identity media terhadap corporate image Piset Square Bandung sebagai entertainment center mall?
1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini untuk memperoleh hasil temuan mengenai: 1. Program public relations yang terdiri dari publications, events, news, public service activities, dan identity media di Piset Square Bandung. 2. Corporate image Piset Square Bandung sebagai entertainment center mall. 3. Pelaksanaan public relations yang terdiri dari publications, events, news, public service activities, dan identity media terhadap corporate image Piset Square Bandung sebagai entertainment center mall.
17
1.5 Kegunaan Penelitian Penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan baik secara teoritis maupun praktis sebagai berikut: 1. Penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan dalam aspek teoritis (keilmuan) yaitu bagi perkembangan ilmu ekonomi manajemen khususnya pada bidang manajemen pemasaran, melalui pendekatan serta metode-metode yang digunakan terutama dalam upaya menggali pendekatan-pendekatan baru dalam aspek strategi pemasaran yang menyangkut pelaksanaan program public relations dalam menciptakan corporate image, sehingga diharapkan penelitian ini dapat memberikan sumbangan bagi para akademisi dalam pengembangan teori pemasaran. 2. Penelitian ini diharapkan juga dapat memberikan sumbangan dalam aspek praktis yaitu untuk memberikan masukan kepada Mal Piset Square untuk dijadikan pertimbangan dalam memecahkan masalah yang berkaitan dengan kegiatan public relations terhadap upaya peningkatan corporate image. 3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai informasi atau acuan dan sekaligus untuk memberikan rangsangan dalam melakukan penelitian selanjutnya mengenai public relationc terhadap upaya menciptakan corporate image mengingat masih banyak yang belum terungkap dalam penelitian ini.