BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Teknologi informasi semakin berkembang dengan pesat dewasa ini, sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Miniwarts Marketing Groups menyebutkan bahwa jumlah pengguna internet di dunia mencapai 2,267,233,742 jiwa pada 31 Desember 2011 lalu (KabarJakarta.com, 2012). Sedangkan Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) menyatakan bahwa pada Desember 2011, pengguna internet di Indonesia tercatat mencapai 55 juta jiwa atau 23% dari total populasi penduduk Indonesia (Pitoyo, 2012), dimana 95% aktivitas populasi itu saat mengakses dunia maya adalah membuka media sosial. Persentase aktivitas jejaring sosial Indonesia mencapai 79,72 persen, tertinggi di Asia mengalahkan Filipina (78 persen), Malaysia (72 persen) dan China (67 persen) (Mohamad, 2013). Lebih dari separuh atau sebanyak 64 persen pengguna tersebut berasal dari kalangan remaja yang berusia 15 hingga 19 tahun (Rachman, 2010). Ketertarikan terhadap internet sebagai alat informasi dan komunikasi yang berhubungan dengan kesehatan telah berkembang pesat beberapa tahun terakhir (Korp, 2006). Dari hasil survey yang dilakukan perusahaan pemantau internet Netcraft, bahwa pada bulan Desember 2012 ada 633,706,564 total website di dunia dan yang aktif hanya sekitar 185 jutaan (Netcraft, 2012). Menurut Ashbaugh et all (1999), internet sangat digemari karena memiliki beberapa karakteristik dan keunggulan, seperti mudah menyebar (pervasiveness), tidak mengenal batas (borderless-ness), real-time, berbiaya rendah (low cost), dan mempunyai interaktifitas yang tinggi (high interaction). Internet memiliki sifat yang unik, disatu sisi merupakan sebuah media massa namun disisi lain juga merupakan sebuah media komunikasi antarpribadi sehingga dapat digunakan untuk mencapai audiens dalam jumlah yang besar sekaligus memberikan pesan secara individual dan menjadi tempat yang ideal untuk membicarakan informasi yang sensitif (Keller & Brown, 2002).
1
2
Saat ini hampir semua institusi baik pemerintah maupun swasta sudah memiliki situs web dengan berbagai tujuannya. Untuk website kesehatan sendiri, sebagian besar bertujuan untuk melakukan intervensi perubahan perilaku. Intervensi perubahan perilaku yang disampaikan melalui internet merupakan sebuah intervensi yg bertujuan sebagai pencegahan pertama terhadap penyakitpenyakit kronis yaitu dengan mempromosikan perilaku hidup sehat, seperti penghentian merokok, kecukupan gizi, aktivitas fisik yang cukup, konsumsi alkohol yang rendah, praktek seks yang aman, dan lain-lain (Brouwer et al., 2009). Situs kesehatan yang bersifat umum biasanya lebih menarik perhatian publik, karena selalu menyediakan berbagai macam informasi mengenai topiktopik kesehatan yang berbeda, tanya jawab dengan para ahli, layanan, tes, forum diskusi, dan sebagainya (Korp, 2006). Menurut SKRRI 2002-2003, hanya sekitar 46,1% remaja laki-laki kita yang memiliki pengetahuan tentang Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) sedangkan yang perempuan hanya sekitar 43,1% (Sudarmi, 2008). Disisi lain, organisasiorganisasi dan Lembaga Swadaya Masyarakat yang bergerak di bidang kesehatan reproduksi semakin menjamur. Sebuah fenomena yang menarik, karena ternyata banyaknya organisasi tersebut tidak mampu meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan reproduksi. Program kesehatan reproduksi remaja merupakan upaya untuk membantu remaja agar memiliki pengetahuan, kesadaran, sikap dan perilaku kehidupan reproduksi yang sehat dan bertanggung jawab, melalui advokasi, promosi, KIE, konseling, dan pelayanan kepada remaja yang memiliki permasalahan khusus serta dukungan pada kegiatan remaja yang bersifat positif (BKKBN, 2001). Strategi yang telah dilakukan diawali dengan penyediaan materi konseling kesehatan
remaja
dan
pelayanan
konseling
di
puskesmas,
kemudian
memperkenalkan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) dan Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR), lalu pada tahun 2003 pemerintah meluncurkan website Lincah.com (A link with community to adolescent health) yang memuat informasi tentang masalah kesehatan remaja, walaupun sekarang sudah tidak aktif (Departemen Kesehatan RI, 2005). 2
3
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa intervensi berbasis internet cukup manjur dalam meningkatkan aktivitas fisik, perubahan perilaku diet, dan penurunan berat badan (Norman et al, 2007; Vandelanotte et al, 2007; Weinstein, 2006). Namun jangkauan yang sebenarnya dari intervensi perubahan perilaku berbasis internet tampaknya tidak seperti yang diharapkan (Glasgow, 2007; Leslie et al, 2005). Artinya promosi dan pendidikan kesehatan melalui media internet ternyata belum menunjukkan hasil yang maksimal. Dan ini bisa disebabkan beberapa hal, misalnya karena media tersebut tidak dapat menjangkau semua target sasaran, karena pengunjung memang tidak tertarik untuk diintervensi, atau karena desain penyampaian promosi tersebut tidak mampu mempengaruhi target sasaran secara psikologis sehingga tidak ada keinginan untuk berubah setelah menerima promosi atau pendidikan kesehatan melalui internet tersebut. Karena itu Zmudt (1979) mengatakan bahwa pemahaman tentang perbedaan individual akan membantu dalam mendesain sistem informasi yang sesuai dengan kelompok individu tertentu. Untuk membuat media internet yang baik untuk promosi kesehatan harus dapat menciptakan keunikan tersendiri sesuai dengan tujuan pembuatan dan kelompok target dari website, dengan tetap memperhatikan kaidah umum website seperti keseimbangan warna, layout, bentuk, typography dan content (Wahana Komputer, 2005; Hadi, 2003). Sayangnya beberapa media internet untuk promosi kesehatan belum mengarah pada kondisi yang ideal tersebut. Menurut hasil penelitian Nugroho (2004), desain situs mempengaruhi kunjungan ke situs. Begitu juga pengelola web yang memang sesuai dengan bidangnya dan didukung dengan kebijakan organisasi dibidang IT, mempunyai hubungan yang positif dengan tingkat kunjungan web (Mizrawati, 2012). Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi sejauhmana media internet saat ini dikembangkan sebagai sarana promosi kesehatan khususnya untuk kesehatan reproduksi pada remaja.
4
B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah apa saja hambatan dan persoalan bagi organisasi yang bergerak di bidang kesehatan reproduksi dalam memanfaatkan website sebagai alat bantu dalam mendukung pemberian layanan kepada klien/konsumen dilihat dari sisi ciri-ciri website dan kapasitas provider.
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui bagaimana lembaga-lembaga yang bergerak di bidang kesehatan reproduksi memanfaatkan website untuk kepentingan health education and health promotion serta apa saja hambatan-hambatannya, dilihat dari sisi ciri-ciri web dan kapasitas providernya.
2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui bagaimana ciri-ciri website kesehatan reproduksi yang dikelola oleh berbagai tipe organisasi. b. Untuk mengetahui kapasitas provider dalam mengelola website kesehatan reproduksi sehingga bisa mendukung pemberian layanan. c. Untuk mengetahui sejauh mana pemanfatan website kesehatan reproduksi tersebut dalam memberikan layanan kepada klien mereka.
D. Manfaat Penelitian Sebagai bahan masukan bagi lembaga / profesional kesehatan untuk pengambilan kebijakan serta pengembangan media promosi dan pendidikan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan dan harapan pengunjung.
5
E. Keaslian Penelitian Tabel 1. Keaslian Penelitian Penelitian Yusof et al., (2008) An evaluation framework for Health Information Systems: human, organization and technologyfit factors (HOT-fit)
Tujuan Mengembangkan sebuah kerangka untuk mengevaluasi interaksi antara manusia, organisasi dan teknologi (HOT-fit) dalam System Informasi Kesehatan
Desain penelitian Review literature terhadap studi evaluasi dari Sistem Evaluasi Kesehatan
Hasil dan Kesimpulan Bahwa dengan mengetahui perilaku dan kemampuan mendasar dari user secara benar, kepemimpinan yang baik, lingkungan yang IT-friendly dan komunikasi yang baik akan memberikan pengaruh yang positif dalam penggunaan system informasi.
Barnes & Vidgen (2000) WebQual: An Exploration of Web-site Quality
Mengembangkan sebuah instrument untuk menilai kualitas website dari perspektif “suara konsumen”.
Dengan pendekatan penyebaran fungsi kualitas (QFD) sebagai kerangka untuk mengeksplorasi kualitas website.
Dihasilkan sebuah instrument untuk menilai kualitas website yang disebut Webqual dan dujicobakan pada sekolah-sekolah bisnis di United Kingdom
Kadarusno (2009) Analisis Isi, Desain, dan Seni Situs Web Politeknik Kesehatan Departemen Kesehatan RI
Mengevaluasi website Poltekes Depkes untuk memperoleh gambaran karakteristik isi, desain dan seni dari situssitus tersebut
Dengan pendekatan analisis isi terhadap 9 situs Poltekes Depkes yang dipilih secara purposive dengan menggunakan mesin pencari google dan penelusuran manual hyperlink
Situs yang diteliti masih berupa company profile atau sebatas web presence dari data yang dimiliki.