1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengajaran Bahasa Inggris di Indonesia di tingkat pendidikan dasar dan menengah lebih banyak ditekankan pada kemampuan menghafal dibandingkan dengan
memahami.
Hal
tersebut
dirasakan
kurang
mendukung
dalam
mempersiapkan seseorang untuk dapat menggunakan bahasa Inggris dalam komunikasi dengan orang lain dan untuk urusan akademis. Hal ini dapat dilihat dampaknya ketika para siswa melanjutkan pendidikannya ke jenjang perguruan tinggi. Para mahasiswa kurang mampu memberikan penjelasan atas pemilihan kata, tenses/bentuk waktu dan konstruksi kalimat yang baik dan benar yang sesuai dengan tata bahasa Inggris. Hal ini dapat dilihat pada hasil nilai Structure II mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Mahasaraswati tahun akademik 2012/2013 menunjukkan bahwa dari 317 orang mahasiswa yang terbagi dalam sebelas kelas terdapat 98 orang mahasiswa yang memeroleh nilai di bawah standar ketuntasan minimum yang ditetapkan yaitu 55. Kenyataan itu merupakan suatu hal yang cukup memprihatinkan karena pembelajaran bahasa Inggris sudah dilakukan sejak pendidikan menengah dan, bahkan sekarang ini telah dilakukan dari pendidikan dasar. Kurangnya pemahaman para peserta didik juga tampak ketika mereka mengikuti tes yang dibakukan/standardized test seperti TOEFL (Test of English as Foreign Language), IELTS (International English Language Test System) dan TOEIC
2
(Test of English for International Communication) yang menggunakan jenis tes pilihan ganda dan uraian. Data dari daftar nilai tes masuk mahasiswa baru Program Profesi dan Pascasarjana Angkatan 2011 Universitas Udayana menunjukkan dari 67 calon mahasiswa strata dua (S2) linguistik hanya 11 orang yang memeroleh nilai TEOFL 500 atau lebih dan ada 56 orang yang memeroleh nilai kurang dari 500. Dari 13 orang calon mahasiswa strata tiga (S3) linguistik, ada 7 orang yang memeroleh nilai TOEFL 500 atau lebih dan 6 orang lainnya nilainya kurang dari 500.
Nilai terendah dan tertinggi calon mahasiswa strata dua (S2) linguistik
adalah 333 dan 577. Nilai terendah dan tertinggi calon mahasiswa strata tiga (S3) linguistik adalah 373 dan 550. Jadi, dapat disimpulkan bahwa dari 80 calon mahasiswa program pascasarjana tersebut ada 62 orang yang memeroleh nilai TOEFL kurang dari 500 dan hanya 18 orang yang memeroleh nilai TOEFL 500 atau lebih. Menurut Sharpe (2000:11) secara umum ada empat keterampilan yang diuji dalam tes TOEFL yaitu mendengarkan, tata bahasa, menulis dan membaca. Keempat keterampilan ini dibagi ke dalam tiga sesi yaitu sesi 1: mendengarkan, sesi 2: tata bahasa dan sesi 3: membaca. Lebih lanjut, sesi 1 (mendengarkan) dibagi menjadi tiga bagian yaitu: pertama, percakapan pendek (details, idiomatic expressions, suggestions, assumptions, predictions, implications, problems dan topics). Kedua, percakapan yang lebih panjang (informal conversation dan academic conversation). Ketiga, perbincangan dan materi pengajaran (class discussion, radio program, tours, academic tasks dan lectures). Sesi tata bahasa
3
terdiri dari dua bagia yaitu pola kalimat (pattern) dan gaya penulisan (style). Materi pada pola kalimat adalah verbs, pronouns, nouns, comparatives, prepositions, conjuctions dan adverbs and adverb – related structure. Materi pada gaya penulisan adalah point of view, agreement, introductory verbal modifiers, parallel structure, redundancy dan word choice. Dalam tes tersebut jenis soal yang digunakan adalah jenis soal pilihan ganda, di mana ada kecenderungan para peserta didik untuk berspekulasi atau menebak jawaban yang benar tanpa mengetahui alasan teoretis dari pilihan tersebut. Tingkat spekulasi yang tinggi dalam menentukan jawaban yang benar merupakan satu kelemahan dari jenis soal pilihan ganda ini. Hal ini juga tampak dalam tes uraian yakni pilihan kata/diksi mereka kurang sesuai dengan konteks yang dimaksudkan. Hal lainnya yang perlu dikaji adalah kurangnya perhatian pendidik akan pentingnya sebuah proses evaluasi yang merupakan kunci dari sebuah perbaikan metode dan pendekatan untuk meningkatkan prestasi peserta didik. Menurut Brown (2004:4), evaluasi adalah sebuah proses yang berkelanjutan yang mencakup banyak domain yang lebih luas. Setiap kali seorang siswa menanggapi pertanyaan, memberikan komentar, atau mencoba kata baru dalam suatu bahasa, guru diharapkan memberikan suatu evaluasi atas kerja siswa tersebut. Evaluasi pembelajaran merupakan salah satu bagian penting dalam sebuah kurikulum meskipun dalam tatanan kurikulum evaluasi berada di urutan terakhir. Evaluasi berperan penting untuk menentukan sukses atau tidaknya proses pembelajaran
4
yang dilakukan selama ini sekaligus memengaruhi proses pembelajaran selanjutnya. Evaluasi adalah sebuah proses penilaian di mana berdasarkan fungsinya di dalam proses pembelajaran, evaluasi merupakan suatu proses berkelanjutan tentang pengumpulan dan penafsiran informasi untuk menilai keputusankeputusan yang dibuat dalam merancang suatu sistem pembelajaran. Hal ini menjadi penting untuk mempersiapkan mahasiswa dari program studi bahasa Inggris yang merupakan calon guru agar memiliki tingkat pemahaman tata bahasa Inggris yang baik dan benar. Lebih lanjut Brown (2004:5) mengatakan evaluasi yang dimaksud meliputi tiga hal yaitu evaluasi yang dilakukan terhadap (1) pendidik, (2) siswa, dan (3) bahan ajar. Evaluasi menjadi penting bagi guru agar mampu mengembangkan kompetensinya dan bagi peserta didik agar mampu berpikir kritis serta penilaian apakah bahan ajar yang diberikan telah sesuai dengan kebutuhan siswa atau tidak. Dalam evaluasi itu sendiri, diharapkan tes-tes yang digunakan untuk mengukur keberhasilan pembelajaran mampu mencerminkan tidak hanya kemampuan berbahasa (linguistic competence), tetapi juga kemampuan kecakapan berbahasa (language proficiency). Dari implementasi evaluasi yang dilakukan diharapkan pendidik memeroleh informasi tentang hasil-hasil yang telah dicapai dalam rangka pelaksanaan program pendidikan dan terbukanya kemungkinan untuk dapat diketahui relevansi antara program pendidikan yang telah dirumuskan dengan tujuan yang hendak dicapai.
5
Lembaga pendidikan tinggi diharapkan mampu memberikan kontribusi dalam hal mendidik calon guru yang memiliki kompetensi yang tinggi dalam bidang mereka masing-masing. Universitas Maharaswati merupakan salah satu perguruan tinggi swasta yang ada di Kota Denpasar yang memiliki program studi Pendidikan Bahasa Inggris yang mendidik para calon guru bahasa Inggris yang diharapkan dapat memberikan kontribusi positif dalam pengajaran bahasa Inggris sebagai bahasa asing di Indonesia. Ada satu kenyataan di lapangan yang memprihatinkan, yaitu pemahaman bahasa Inggris mahasiswa dalam mata kuliah Structure II yang masih rendah. Hal ini dapat dibuktikan dengan nilai akhir mahasiswa. Pada semester II ada 11 kelas dengan keseluruhan jumlah mahasiswa 387 orang dan nilai ketuntasan minimum yang dipersyaratkan dari program studi bahasa Inggris adalah 55. Ada 246 mahasiswa yang mencapai nilai ketuntasan minimum dan ada 141 mahasiswa yang tidak mencapai nilai ketuntasan minimum tersebut. Hal ini berarti bahwa lebih dari 30 persen mahasiswa belum memahami tata bahasa Inggris dengan baik dan hal ini perlu dikaji lagi melalui suatu evaluasi yang baik untuk mengetahui penyebab rendahnya tingkat pemahaman mahasiswa tersebut.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, ada dua masalah penelitian yang perlu dirumuskan sebagai berikut.
6
1) Faktor apa sajakah yang memengaruhi rendahnya kemampuan mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Mahasaraswati dalam memahami tata bahasa bahasa Inggris? 2) Sejauh manakah pengaplikasian error recognition with reason test dalam proses pembelajaran dapat meningkatkan pemahaman tata bahasa Inggris mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Mahasaraswati secara kualitatif dan kuantitatif?
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk memberikan sumbangsih dan informasi yang tepat tentang pengaplikasian jenis tes yang dapat meningkatkan pemahaman peserta didik dalam memahami tata bahasa Inggris khususnya melalui desain error recognition with reason test. Desain tes ini adalah sebuah pengembangan dari error recognition test yang sering dipakai dalam tes yang dibakukan seperti TOEFL, IELTS, dan TOEIC. 1.3.2 Tujuan Khusus Berdasarkan rumusan masalah yang disebutkan di atas, tujuan khusus penelitian ini adalah 1) mendeskripsikan faktor-faktor yang memengaruhi pemahaman tata bahasa Inggris mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Maharaswati;
7
2) menganalisis pengaplikasian error recognition with reason test dalam proses pembelajaran peningkatkan pemahaman tata bahasa Inggris mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Maharaswati secara kualitatif dan kuantitatif.
1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih dan manfaat akademis, baik secara teoretis maupun praktis, yang dapat diuraikan sebagai berikut. 1.4.1 Manfaat Teoretis Manfaat teoretis penelitian adalah sebagai referensi bagi peneliti lain yang berminat untuk mengkaji pengaplikasian error recognition with reason test dalam meningkatkan pemahaman tata bahasa Inggris peserta didik, khususnya bagi mahasiswa program studi pendidikan bahasa Inggris yang merupakan para calon guru. Di samping itu, hasil penelitian ini dapat dijadikan satu bentuk evaluasi yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan suatu proses pembelajaran. 1.4.2 Manfaat Praktis Manfaat praktis penelitian ini adalah untuk memberikan informasi dan sumbangsih bagi pengelola lembaga pendidikan dan para pendidik secara khusus dosen bahasa Inggris yang tertarik menggunakan error recognition with reason test dalam meningkatkan pemahaman bahasa Inggris peserta didiknya. Penggunaan jenis tes ini tidak hanya meningkatkan pemahaman tata bahasa
8
Inggris peserta didik, tetapi juga meningkatkan kemampuan menulis mereka yang tampak lewat alasan yang dituliskan pada kolom reason/alasan yang juga dapat meningkatkan kemampuan menuangkan gagasan melalui tulisan. Selain itu, pengkajian dengan ERWRT dapat digunakan sebagai alat ukur keberhasilan peserta didik.
9
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORETIS DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka Penelitian aplikasi tes dalam meningkatkan pemahaman tata bahasa Inggris melalui error recognition with reason test adalah hal yang baru karena jenis tes ini adalah hasil desain penulis yang pernah diujicobakan selama 3 semester pada sebuah perguruan tinggi swasta di Kupang – Nusa Tenggara Timur yang hasilnya dapat meningkatkan pemahaman tata bahasa Inggris peserta didik. Monny (2009) dalam penelitiannya yang berjudul “Hasil Kajian Nilai Kelas E Program Studi Bahasa Inggris Universitas PGRI Kupang – NTT” menggunakan jenis tes ini untuk meningkatkan pemahaman tata bahasa Inggris mahasiswa Program Studi Bahasa Inggris pada Universitas PGRI NTT Kupang tahun akademik 2009/2010 selama satu semester. Dalam penelitian yang dilakukan pada kelas E pada semester satu yang terdiri dari 35 mahasiswa tersebut hasil tes awal menunjukkan bahwa hanya 5 mahasiswa yang memeroleh nilai di atas 55 yang merupakan nilai ketuntasan minimum dan 30 mahasiswa memeroleh nilai di bawah 55. Setelah proses belajar mengajar untuk satu pokok bahasan dilakukan dan pengaplikasian error recognition with reson test dilakukan kembali dalam tes akhir diketahui peningkatan pemahaman tata bahasa karena ada 25 mahasiswa yang memeroleh nilai di atas 55 dan hanya 10 mahasiswa yang memeroleh nilai di bawah 55.
10
Pada pokok bahasan yang kedua hasil tes awal pada 35 mahasiswa menunjukkan ada 7 mahasiswa yang memeroleh nilai lebih dari 55, sedangkan 28 mahasiswa memeroleh nilai di bawah 55. Setelah proses belajar mengajar dilakukan, diadakan tes akhir dan hasil tes tersebut menunjukkan 23 mahasiswa memeroleh nilai di atas 55 dan 10 mahasiwa memeroleh nilai di bawah 55 dan ada 2 mahasiswa yang tidak mengikuti tes akhir. Pada pokok bahasan yang ketiga, hasil tes awal menunjukkan 10 mahasiswa yang memeroleh nilai di atas 55 dan 25 mahasiswa memeroleh nilai di bawah 55. Setelah kegiatan belajar mengajar dilakukan dan diadakan tes akhir hasilnya menunjukkan 20 mahasiswa memeroleh nilai di atas 55 dan 15 mahasiswa di bawah nilai 55. Penelitian yang dilakukan ini mengalami kendala sumber bahan ajar dan rendahnya tingkat pemahaman tata bahasa Inggris yang dimiliki oleh mahasiswa yang umumnya berasal dari daerah yang minim sarana dan prasarana pendidikan dan akses komunikasi. Penelitian error recognition test telah dilakukan oleh Yuniarti (2008) dalam bentuk tesis berjudul “Meningkatkan Kemampuan Menganalisis Kesalahan dalam Error Recognition Test dengan Menggunakan Media Board Game bagi siswa SMK Negeri 3 Purwakarta Tahun Pembelajaran 2007/2008”. Hasil observasi dari nilai ulangan yang dilakukan beberapa kali menunjukkan bahwa siswa mengalami kesulitan dalam memahami soal error recognition. Hal ini disebabkan oleh pemahaman tata bahasa Inggris siswa yang kurang sehingga pemahaman mereka terhadap soal yang diberikan rendah, khususnya dalam menganalisis soal error recognition. Untuk meningkatkan pemahaman siswa
11
dalam menganalisis soal-soal error recognition tersebut, digunakan media board game. Prosedur
yang
digunakan
dalam
menganalisis
kesalahan
adalah
(1) mengidentifikasi kesalahan; (2) merekonstruksi bentuk; (3) menjelaskan kesalahan; (4) mengevaluasi kesalahan; dan (5) menghindari kesalahan. Dalam proses pengajarannya digunakan media board game yang memotivasi siswa untuk memahami kalimat yang muncul dalam game tersebut. Adapun keuntungan dari menggunakan permainan di dalam kelas adalah (1) permainan memberikan situasi yang berbeda dari kebisaaan rutin; (2) permainan memotivasi dan menantang siswa; (3) belajar bahasa memerlukan upaya yang besar dan permainan dapat membantu siswa agar betah dalam belajar; (4) permainan menyediakan latihan bahasa dalam berbagai bentuk keterampilan, seperti berbicara, menuliskan, mendengarkan dan membaca; (5) permainan memotivasi siswa untuk saling berinteraksi dalam berkomunikasi; dan (6) permainan menciptakan konteks yang berarti dalam penggunaan bahasa. Secara terperinci hasil penelitian mampu meningkatkan persentase ketuntasan siswa dengan indikator keberhasilan nilai minimal enam adalah sebagai berikut. Jumlah siswa yang tuntas belajar pada tes awal hanya mencapai 61,29% dengan jumlah siswa 19 orang. Pada siklus I meningkat menjadi 71,0% dengan jumlah siswa 22 orang, pada siklus II menjadi 80% dengan jumlah siswa 25 orang dan pada siklus III menjadi 93,5% dengan jumlah siswa 29 orang. Ratarata nilai siklus I adalah 5,33; siklus II 6,5; dan siklus III 7,65.
12
Hal yang membedakan penelitian ini dan penelitian yang dilakukan oleh Yuniarti adalah objek penelitian, cakupan penilaian, dan pencapaian yang hendak diukur. Objek penelitian sebelumnya adalah siswa SMK Negeri 3 Purwakarta, sedangkan objek penelitian ini adalah mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Mahasaraswati tahun ajaran 2012-2013 yang tentunya membedakan penilain dan pencapaiannya. Di samping itu, penelitian sebelumnya hanya terfokus pada tataran kata dan kalimat sederhana, sedangkan penelitian ini terfokus kepada konstruksi kalimat yang erat kaitannya dengan pemahaman tata bahasa Inggris. Hal ini dipandang penting karena objek penelitian adalah para calon guru bahasa Inggris yang harus dipersiapkan dengan baik kompetensi bahasa Inggris mereka agar mampu menjelaskan secara ilmiah kaidah tata bahasa Inggris yang baik dan benar. Hal lainnya yang membedakan kedua penelitian ini adalah prosedur yang digunakan. Pada penelitian Endar, prosedur yang digunakan dalam menganalisis kesalahan adalah (1) mengidentifikasi kesalahan; (2) merekonstruksi bentuk; (3) menjelaskan kesalahan; (4) mengevaluasi kesalahan; dan (5) menghindari kesalahan. Sebaliknya, dalam penelitian ini prosedur yang digunakan adalah (1) memilih jawaban yang salah; (2) menentukan jawaban yang benar; dan (3) memberikan alasan teoretis atas pilihan jawaban salah dan benar tersebut. Penelitian lainnya dilakukan oleh Dastgoshadeh, Birjandi, dan Jalilzadeh dengan judul “Error Recognition Test as a Predictor of EFL Learners’ Writing Ability” yang dilakukan pada tahun 2011. Penelitian ini dilakukan pada 34 orang mahasiswa berkebangsaan Iran dari jumlah keseluruhan 125 orang yang sedang
13
menempuh pendidikan strata satu yang diseleksi dari 2 universitas di Sanandaj yaitu Universitas Kurdistan dan Universitas Islam Azad. Instrumen yang digunakan adalah tes TOEFL yang terdiri atas 150 pertanyaan yang terbagi atas empat bagian, yaitu listening, structure, reading dan writing essay. Hasil penelitian menunjukkan bahwa performa pada error recognition test bukanlah persoalan menghasilkan bahasa sebagai tugas utama peserta tes melainkan sebagai bentuk penguraian informasi menurut cara pikir mereka dan karena menganalisis struktur bahasa yang terorganisasi adalah hal yang sesuai dengan tujuannya. Selain itu, menulis adalah keterampilan produktif, artinya penulis harus menghasilkan sebuah pesan yang komunikatif dengan mempertimbangkan semua faktor bukanlinguistik yang memengaruhi proses penulisan tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh Dastgoshadeh, Birjandi, dan Jalilzadeh memiliki persamaan dengan penelitian ini karena mengkaji keterampilan menulis. Perbedaannya adalah penelitian sebelumnya hanya terfokus pada kegiatan menulis sangat terbatas pada topik yang diberikan. Sedangkan penelitian ini terfokus pada pemahaman bahasa Inggris yang diuji melalui tes yang membutuhkan analisis teoretis tata bahasa Inggris yang benar. Penelitian tentang error recognition test juga dilakukan oleh Feng Shi dan Morozova (2012) dengan judul “Understanding Native Russian Listeners’ Error on an English Word Recognition Test: Model-based Analysis of Phoneme Confusion”. Penelitian ini dilakukan pada orang Rusia yang tinggal di Amerika yaitu 7 orang dewasa yang mempunyai pendengaran yang baik yang merupakan penutur asli bahasa Inggris (monolingual English native/NM), 16 orang dewasa
14
yang secara dominan menuturkan bahasa Inggris (English Dominant/ED), dan 15 orang dewasa penutur asli bahasa Rusia (Russian Dominant/RD). Data yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan Perpeptual Assimilation Model (PAM) dan Speech Learning Model (SLM). Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan SLM, NM mengungguli pendengaran ED dan ED mengungguli pendengar RD. Kata-kata atau fonem NM dan pendengaran ED dalam berbagai pola fonem memiliki kesalahan yang sama, sedangkan kesalahan pendengaran RD memiliki pola unik yang dapat dipahami sebagian besar melalui PAM. RD pendengar mengalami kesulitan tertentu membedakan kontras vokal / i-I /, / æ-ε /, dan / ɑ-Λ /, kata-awal kontras konsonan / p-h / dan / b-f /, dan kata-akhir kontras / f / - / v /. Dapat disimpulkan bahwa kedua fonologi bahasa, baik bahasa pertama maupun kedua memengaruhi pemerolehan kata dan pengucapan fonem. Penelitian sebelumnya memiliki kesamaan dengan penelitian ini karena mengkaji kesalahan yang dilakukan oleh penutur bahasa Inggris sebagai bahasa kedua karena objek penelitiannya adalah orang Rusia dan orang Indonesia. Sebaliknya perbedaannya adalah bidang kajiannya, yaitu penelitian sebelumnya terfokus pada keterampilan mendengarkan yang merupakan keterampilan reseptif, sedangkan penelitian ini terfokus pada keterampilan menulis yang merupakan keterampilan produktif melalui sebuah tes yang mengukur pemahaman bahasa Inggris dari objek penelitian.
15
2.2 Konsep Konsep yang dipaparkan di sini adalah batasan komponen-komponen penelitian yang terdiri atas (1) peningkatan kemampuan, (2) pemahaman, (3) tata bahasa, dan (4) error recoginition with reason test. 2.2.1 Peningkatan Kemampuan Menurut
Iskandarwassid
dan
Sunendar
(2009:145),
peningkatan
kemampuan adalah perubahan struktur dan fungsi karateristik manusia. Perubahan-perubahan tersebut terjadi dalam kemajuan yang mantap dan menuju pada suatu kematangan diri melalui interaksi antara potensi bawaan dan potensi lingkungan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:909), kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, kekuatan. 2.2.2 Pemahaman Menurut Amran (2002:427), pemahaman adalah suatu hal yang kita pahami dan kita mengerti dengan benar. Menurut Suharsimi (2009:118), pemahaman (comprehension) adalah bagaimana seseorang mempertahankan, membedakan, menduga (estimates), menerangkan, memperluas, menyimpulkan, menggeneralisasikan,
memberikan
contoh,
menuliskan
kembali,
dan
memperkirakan. Dengan pemahaman, siswa diminta untuk membuktikan bahwa mereka memahami hubungan yang sederhana di antara fakta – fakta atau konsep. 2.2.3 Tata Bahasa Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:1458), tata bahasa adalah kumpulan kaidah tentang struktur gramatikal bahasa. Menurut Hornby (1995:517), tata bahasa adalah kaidah dari suatu bahasa untuk mengubah bentuk
16
kata-kata dan meamadukannya menjadi sebuah kalimat. Menurut Dykes (2007:7), pengertian tata bahasa yang paling sederhana dan mungkin definisi paling benar adalah bahasa untuk berbicara tentang bahasa. Setiap tata bahasa menurut Chomsky dalam Chaer (2003:364) merupakan teori
dari
bahasa
itu
sendiri.
Tata
bahasa
harus
memenuhi
syarat
(1) kalimat yang dihasilkan oleh tata bahasa tersebut harus dapat diterima oleh pemakai bahasa tersebut sebagai kalimat yang wajar dan tidak dibuat-buat dan (2) tata bahasa tersebut harus berbentuk sedemikian rupa sehingga satuan istilah yang digunakan tidak berdasarkan gejala bahasa tertentu saja, dan semuanya ini harus sejajar dengan linguistik tertentu. Chomsky dalam Chaer (2003:368) selanjutnya menambahkan bahwa tata bahasa terdiri atas tiga komponen, yaitu sebagai berikut. Pertama, komponen sintaksis yang merupakan pusat tata bahasa karena di dalamnya terdapat komponen dasar dan transformasional. Komponen dasar terdiri atas subkomponen kategorial dan leksikon tertentu. Kaidah subkategorisasi yang menggambarkan aspek kreativitas bahasa, menghasilkan pola-pola kalimat dasar dan deskripsi struktur untuk setiap kalimat yang disebut penanda frasa dasar. Kedua, komponen semantik yang memberikan interpretasi semantik pada deretan unsur yang dihasilkan oleh subkomponen dasar. Arti sebuah morfem dapat digambarkan dengan memberikan unsur makna atau ciri semantik yang membentuk arti morfem tersebut. Ketiga, komponen fonologis yang memberikan interpretasi fonologi pada deretan unsur yang dihasilkan oleh kaidah transformasi. Dengan memakai kaidah fonologi deretan sehingga unsur tersebut dapat diucapkan.
17
2.2.4 Error Recognition with Reason Test Error recognition adalah salah satu bentuk soal pilihan ganda. Menurut Burn (1991:191), error berbeda dengan mistake. Error disebabkan oleh kemampuan siswa. Hal ini berarti bahwa siswa belum paham betul tentang penggunaan kemampuan linguistiknya, sedangkan mistake disebabkan oleh penampilan siswa. Hal ini berarti bahwa siswa hanya lupa dalam menerapkan suara tertentu, kata atau susunan kata, tekanan kata atau kalimat. Error recognition with reason test ini adalah sebuah desain tes yang dikembangkan oleh peneliti dari jenis error recognition test dengan menambahkan dua kolom, yaitu kolom jawaban yang benar yang merupakan jenis tes pilihan ganda dan kolom alasan yang merupakan jenis tes uraian.
2.3 Landasan Teori Teori-teori yang dibahas dan digunakan dalam penelitian terdiri atas teori utama dan teori pendukung. Teori utama untuk pembelajaran bahasa adalah teori pembelajaran bahasa kedua dan teori pendukungnya adalah (1) tes bahasa, (2) kognitisme, dan (3) tata bahasa deskriptif. 2.3.1 Teori Pembelajaran Bahasa Kedua Menurut Yule (2006:165), ada tiga pendekatan yang dilakukan dalam pengajaran bahasa yang diuraikan berikut ini. 1. The grammar translation method. Pendekatan ini merupakan pendekatan yang paling tradisional dalam pengajaran bahasa asing yang dalam penerapannya ada daftar kosakata dan aturan tata bahasa digunakan untuk
18
memberikan pemahaman kepada target belajar, mendorong upaya menghafal, dan bahasa tertulis lebih ditekankan daripada bahasa lisan. Metode ini bersumber dari pengajaran tradisional bahasa
Latin dan
digambarkan sebagai metode tata bahasa-terjemahan. 2. The audiolingual method. Pendekatan ini sangat berbeda dengan the grammar translation method. Pendekatan ini memberikan penekankan pada bahasa lisan, menjadi populer pada pertengahan abad kedua puluh yang melibatkan presentasi sistematis struktur bahasa kedua, bergerak dari yang sederhana hingga yang lebih kompleks, dan dilakukan dalam bentuk latihan di mana siswa harus mengulang. Pendekatan ini sangat dipengaruhi oleh keyakinan bahwa penggunaan fasih bahasa pada dasarnya satu set 'kebiasaan' yang dapat dikembangkan dengan banyak latihan. 3. Communicative approach. Pendekatan ini merupakan pembaruan dari pengalaman belajar bahasa kedua yang merupakan reaksi terhadap 'polapraktik'
dan
juga
keyakinan
bahwa
mempelajari
secara
sadar
aturan tata bahasa dari bahasa tentu akan menghasilkan kemampuan untuk menggunakan
bahasa.
Pendekatan
ini
berkeyakinan
pengalaman
komunikatif pembelajar bahasa kedua didasarkan pada keyakinan bahwa fungsi bahasa (apa yang digunakan untuk) harus ditekankan daripada bentuk bahasa (struktur tata bahasa atau fonologis yang benar).
Kegayutan communicative approach dengan penelitian ini adalah mahasiswa diharapkan mampu memelajari tata bahasa kedua yang selanjutnya
19
memiliki kemampuan menggunakan bahasa tersebut. Dengan pendekatan yang lebih terfokus kepada fungsi bahasa dari pada struktur bahasa itu sendiri, mahasiswa diharapkan mampu mengaplikasikannya dalam menjalankan tanggung jawab mereka sebagai guru bahasa Inggris kelak dan dalam kehidupan mereka sehari-hari. Melalui penelitian tindakan kelas, communicative approach diaplikasikan untuk memberikan penjelasan logis tata bahasa Inggris dalam menganalisis kesalahan tata bahasa yang ada di dalam soal tes.
2.3.2 Tes Bahasa 2.3.2.1 Pengertian Tes Pengertian tes menurut Arikunto (2010:53) merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana dengan cara atau aturan-aturan yang sudah ditentukan. Brown (2004:3) mengatakan bahwa tes dalam suatu istilah yang sederhana adalah sebuah metode untuk mengukur kemampuan, pengetahuan, atau performa seseorang dalam suatu domain tertentu. Pertama, tes adalah sebuah metode. Tes adalah sebuah instrumen -seperangkat teknik, prosedur atau item- yang memerlukan performa dari penyelengara tes. Kedua, tes harus mengukur. Beberapa tes mengukur kemampuan umum, sementara yang lainnya fokus kepada kompetensi atau objektif yang lebih spesifik. Selanjutnya tes mengukur kemampuan, pengetahuan, dan performa individu. Penyelenggara tes perlu memahami siapakah peserta tes mereka. Suatu tes mengukur performa. Akhirnya, sebuah tes mengukur domain yang ditentukan.
20
Menurut Sudijono (2011:67), tes adalah cara (yang dapat digunakan) atau prosedur (yang perlu ditempuh) dalam rangka pengukuran dan penilaian dalam bidang pendidikan, yang berbentuk pemberian tugas atau serangkaian tugas, baik berupa pertanyaan-pertanyaan (yang harus dijawab), maupun perintah-perintah (yang harus dikerjakan) oleh peserta tes sehingga (atas dasar data yang diperoleh dari hasil pengukuran tersebut) dapat dihasilkan nilai yang melambangkan tingkah laku atau prestasi peserta tes, nilai itu yang dapat dibandingkan dengan nilai-nilai yang dicapai oleh peserta tes lainnya atau dibandingkan dengan nilai standar tertentu. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengevaluasi, baik individu maupun kelompok, yang mempunyai standar objektif untuk mengamati satu atau lebih karateristik seseorang atau kelompok yang hasilnya dapat dijadikan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan. Adapun beberapa istilah yang terkait dengan tes adalah (1) tes: alat atau prosedur yang digunakan dalam pelaksanaan sebuah tes; (2) testee (peserta tes): responden atau individu yang mengikuti tes, dan (3) tester: orang yang melaksanakan tes terhadap testee/peserta tes . 2.3.2.2 Fungsi Tes Menurut Djaali dan Muljono (2008:7), ada empat fungsi tes dalam dunia pendidikan, sebagai berikut. (1) Alat ukur untuk prestasi belajar siswa. Tes dimaksudkan untuk mengukur tingkat perkembangan atau kemajuan yang telah dicapai siswa setelah menempuh proses belajar mengajar dalam jangka waktu tertentu.
21
(2) Motivator dalam pembelajaran. Dalam pengertian ini tes dianggap sebagai motivator ekstrinsik, yaitu siswa akan belajar lebih giat dan berusaha keras untuk memeroleh nilai dan prestasi yang baik. (3) Upaya perbaikan kualitas pembelajaran. Tes dilakukan dalam rangka perbaikan kualitas pembelajaran. Ada tiga jenis tes yang perlu dibahas, yaitu tes penempatan, tes diagnostik, dan tes formatif. (4) Penentu berhasil atau tidaknya siswa sebagai syarat untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi dengan melaksanakan tes sumatif. Pada bagian lainnya, Sudjiono (2009:67) mengatakan bahwa secara umum, ada dua fungsi yang dimiliki sebuah tes. Pertama, sebagai alat pengukur terhadap peserta didik. Dalam hubungan ini tes berfungsi mengukur tingkat perkembangan atau kemajuan yang telah dicapai oleh peserta didik setelah mereka menempuh proses belajar mengajar dalam jangka waktu tertentu. Kedua, sebagai alat pengukur keberhasilan program pengajaran sebab melalui tes tersebut akan dapat diketahui sudah berapa jauh program pengajaran yang telah ditentukan dapat dicapai. 2.3.2.3 Jenis-Jenis Tes Ada enam jenis tes ditinjau dari fungsi dan aspeknya, seperti di bawah ini. 1) Berdasarkan fungsinya sebagai alat pengukur perkembangan atau kemajuan siswa, yaitu sebagai berikut. a. Tes seleksi, tes ini digunakan untuk memilih atau menyeleksi siswa yang terbaik dari semua peserta tes. Materinya berupa materi prasyarat untuk mengikuti program pendidikan yang akan diikuti oleh calon
22
siswa. Tes seleksi dapat dilakukan secara lisan, tes tertulis, dengan tes perbuatan, dan dapat juga ketiganya dikombinasikan secara serempak. b. Tes awal, adalah tes yang dilaksanakan sebelum bahan pelajaran diberikan kepada siswa dengan tujuan untuk mengetahui sejauh manakah materi atau bahan pelajaran yang akan diajarkan telah dapat dipahami oleh siswa. c. Tes akhir, adalah tes yang akan dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui apakah semua materi pelajaran yang tergolong penting sudah dikuasai dengan sebaik-baiknya oleh siswa. Pada dasarnya materi tes awal sama dengan materi tes akhir. d. Tes diagnostik, adalah tes yang dilaksanakan untuk menentukan secara tepat jenis kesukaran yang dihadapi oleh para siswa dalam mata pelajaran tertentu. Tes diagnostik dapat dilaksanakan secara lisan, tertulis, perbuatan, atau kombinasi dari ketiganya. e. Tes formatif, adalah tes hasil belajar yang bertujuan untuk mengetahui sudah sejauh manakah siswa sudah memahami pelajaran setelah jangka waktu tertentu dan memperbaiki kualitas pembelajaran. Tes formatif bisa dilaksanakan di tengah-tengah pelaksanaan program pembelajaran, yaitu dilaksanakan pada setiap kali satuan pelajaran atau subpokok bahasan berakhir atau dapat diselesaikan dan dikenal dengan istilah ulangan harian. f. Tes sumatif, adalah tes hasil belajar yang dilaksanakan setelah sekumpulan materi pelajaran atau satuan program pengajaran selesai
23
diberikan. Tes sumatif dilaksanakan dengan tujuan untuk menentukan nilai yang menjadi lambang keberhasilan siswa setelah mereka menempuh proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu. 2) Menurut Sudjiono (2009:73) berdasarkan aspek psikis yang ingin diungkapkan tes dibedakan menjadi lima, yaitu sebagai berikut. a. Tes intelegensi, adalah tes yang dilaksanakan dengan tujuan untuk mengungkapkan atau memprediksi kecerdasan seseorang. b. Tes kemampuan, adalah tes yang dilaksanakan dengan tujuan untuk mengungkapkan kemampuan dasar atau bakat khusus yang dimiliki oleh peserta tes. c. Tes sikap, adalah tes yang dilaksanakan dengan tujuan untuk mengungkapkan predisposisi atau kecenderungan seseorang untuk melakukan suatu respons tertentu terhadap dunia sekitarnya, baik berupa individu-individu maupun objek-objek tertentu. d. Tes kepribadian, adalah tes yang dilaksanakan dengan tujuan mengungkapkan ciri khas seseorang yang banyak sedikitnya bersifat lahiriah seperti gaya bicara, cara berpakaian, nada suara, hobi, bentuk tubuh, cara bergaul, cara mengatasi masalah, kesenangan, dan sebagainya. e. Tes hasil belajar, adalah tes yang dilaksanakan dengan tujuan untuk mengungkapkan tingkat pencapaian terhadap tujuan pembelajaran atau prestasi belajar.
24
3) Berdasarkan jumlah peserta yang mengikuti tes, tes dibedakan sebagai berikut. a. Tes individu, tes ini merupakan tes di mana tester/pelaksana tes hanya berhadapan dengan satu orang peserta tes. b. Tes kelompok, tes ini merupakan tes di mana tester/pelaksana tes berhadapan dengan lebih dari satu orang peserta tes. 4) Berdasarkan waktu yang disediakan bagi peserta tes untuk melaksanakan tes adalah sebagai berikut. a. Power test, adalah suatu kegiatan tes di mana waktu yang disediakan bagi peserta tes untuk menyelesaikan tes tidak berbatas. b. Speed test, adalah suatu kegiatan tes di mana waktu yang disediakan bagi peserta tes untuk menyelesaikan tes dibatasi. 5) Berdasarkan bentuk responsnya, tes diklasifikasikan seperti di bawah ini. a. Tes verbal, tes ini menghendaki jawaban yang tertuang dalam bentuk kata-kata atau kalimat, baik secara lisan maupun tertulis. b. Tes bukanverbal, tes ini menghendaki jawaban yang bukan berupa ungkapan kata-kata atau kalimat, melainkan berupa tindakan atau tingkah laku. 6) Dilihat dari cara penyusunannya, tes dibagi menjadi dua jenis, yakni seperti berikut ini. a. Tes buatan guru (teacher-made test) adalah tes yang disusun sendiri oleh guru yang akan menggunakan tes tersebut. Tes ini bisaanya untuk ulangan harian, formatif, dan ulangan umum (sumatif). Tes buatan
25
guru ini dibedakan menjadi dua, yaitu (1) tes subjektif adalah tes kemajuan belajar yang memerlukan jawaban yang bersifat pembahasan atau uraiann kata-kata, seperti uraikan, jelaskan, mengapa, bagaimana, bandingkan, simpulkan, dan sebagainya dan (2) tes objektif yaitu tes yang dalam pemeriksaannya dapat dilakukan secara objektif, seperti menandai setiap pernyataan dengan melingkari huruf B jika pernyataan itu benar dan melingkari huruf S jika pernyataan itu salah (Arikunto, 2009:162). b. Tes yang dibakukan (standardized test) adalah tes yang sudah memiliki derajat validitas dan reliabilitas yang tinggi berdasarkan percobaan-percobaan terhadap sampel yang cukup besar dan representatif (Arifin, 2011:119). 2.3.2.4 Karakteristik Tes yang Baik Menurut Brown (2008:19--28), ada empat prinsip evaluasi bahasa. Pertama, sebuah tes adalah sesuatu yang praktis. Hal ini berarti (1) tes itu tidak terlalu mahal, (2) berada dalam batasan waktu tertentu, (3) mudah dilaksanakan, (4) mempunyai prosedur penilain/evaluasi, yaitu spesifik dan efisiensi waktu. Kedua, sebuah tes yang baik adalah tes yang konsisten dan dapat diandalkan. Ketiga, tes yang baik harus memiliki kesasihan, yaitu sebuah ekstensi di mana interferensi yang dibuat dari suatu hasil evaluasi sesuai, bermakna, dan bermanfaat dalam hal tujuan dari evaluasi itu sendiri. Prinsip yang keempat adalah autensitas atau keaslian, sebuah tingkatan koresponden karateristik sebuah tes
26
bahasa pada fitur sebuah tes bahasa target dan untuk mentransformasinya ke dalam tes item yang valid. Suatu tes dapat dikatakan sebagai alat pengukur yang baik jika memenuhi lima karakertistik sebagai berikut. 1) Memiliki validitas Tes dikatakan memiliki kesasihan jika tes tersebut dengan secara tepat, secara benar, secara sahih, atau secara absah dapat mengukur apa yang seharusnya diukur, yaitu mengukur hasil belajar yang telah dicapai oleh siswa setelah mereka menempuh proses belajar mengajar dalam jangka waktu tertentu. Untuk mengetahui kesasihan suatu tes dapat dianalisis secara logika dan empiris. 2) Memiliki reliabilitas Tes dikatakan memiliki reliabilitas jika hasil-hasil pengukuran yang dilakukan dengan menggunakan tes tersebut secara berulang-ulang terhadap subjek yang sama senantiasa menunjukkan hasil yang tetap dan sifatnya ajek dan stabil. Dengan kata lain tes memiliki reliabel jika nilainilai yang diperoleh para peserta tes adalah stabil kapan saja, di mana saja, dan oleh siapa saja ujian itu dilaksanakan, diperiksa, dan dinilai. 3) Memiliki objektivitas Tes dikatakan memiliki objektivitas jika tes tersebut disusun dan dilaksanakan menurut tujuan instruksional khusus yang telah ditentukan, bukan atas kemauan dan kehendak dari tester/pelaksana tes, serta dalam
27
pemberian skor dan penentuan nilai harus terhindar dari unsur-unsur subjektivitas tester/pelaksana tes. 4) Memiliki kepraktisan Tes dikatakan memiliki kepraktisan jika tes tersebut praktis (mudah dilaksanakan, mudah pemeriksaannya, dan dilengkapi dengan petunjukpetunjuk yang jelas) dan mudah pengadministrasiannya. 5) Memiliki ekonomis Tes dikatakan memiliki ekonomis jika pelaksanaannya tes tersebut tidak membutuhkan biaya yang mahal, tenaga yang banyak, dan waktu yang lama.
Adapun beberapa kelemahan dalam pelaksanaan tes menurut Sax dalam Arikunto (2010) adalah seperti di bawah ini. 1) Ada kalanya tes (secara psikologis terpaksa) menyinggung pribadi seseorang (walaupun tidak disengaja demikian), misalnya dalam perumusan soal, pelaksanaan, dan pengumuman hasil. 2) Tes menimbulkan kecemasan sehingga memengaruhi hasil belajar yang murni. 3) Tes menkategorikan siswa secara tetap. 4) Tes tidak mendukung kecemerlangan dan daya kreasi siswa. 5) Tes hanya mengukur aspek tingkah laku yang sangat terbatas.
28
2.3.2.5 Bentuk - Bentuk Tes, Keunggulan dan Kelemahan Tes, dan Petunjuk Penyusunannya Ditinjau dari cara menjawab soal yang diujikan, tes dibagi menjadi dua bentuk. 1)
Tes uraian, tes ini sejenis tes kemajuan belajar yang memerlukan
jwaban yang bersifat pembahasan atau uraian kata-kata dengan tujuan ingin mengungkapkan daya ingat dan pemahaman testee terhadap materi pelajaran yang ditanyakan dalam tes. Di samping itu ingin mengungkapkan daya ingat testee dalam memahami berbagai macam konsep dan aplikasinya. Ciri-ciri pertanyaan tes uraian adalah didahului dengan kata-kata, seperti uraikan, jelaskan, mengapa, bagaimana, bandingkan, simpulkan dan lain sebagainya. Jumlahnya soal pada soal uraian tidak banyak, yaitu sekitar 5--10 soal dalam waktu kira-kira 90--120 menit. Menurut Brown (2004:206), tes uraian adalah tes yang dirancang untuk mengukur tingkat pemahaman peserta didik berupa pertanyaan-pertanyaan atau tugas yang harus dijawab dengan menggunakan bahasa sendiri. Jawaban diberikan dengan cara menjelaskan, menguraikan, mendiskusikan, membandingkan, memberikan alasan, atau bentuk lain yang sejenis. Tes ini dapat menunjukkan kemampuan dan kecakapan siswa dalam mengintegrasikan berbagai buah pikiran atau ide dan berbagai sumber informasi ke dalam suatu pola berpikir tertentu disertai dengan pemecahan masalahnya. Ada dua jenis tes uraian. Pertama tes uraian bebas (extended response) di mana jawaban yang diberikan peserta didik tidak memiliki batas, tergantung kemampuan analisis dan sintesis serta pandangan siswa terhadap suatu masalah
29
dengan kelemahannya, yaitu sulit menentukan kriteria dan cenderung subjektif. Kedua, tes uraian terbatas (restricted response) di mana bentuk tes ini menggiring jawaban peserta didik pada hal-hal tertentu yang batasannya telah pasti yaitu dapat berupa (a) ruang lingkup, (b) arah sudut pandang jawabannya, dan (c) indikatorindikator jawabannya. Kelebihan tes uraian adalah (1) mendorong meningkatkan motivasi belajar peserta didik, (2) menuntut penguasaan bahan ajar secara komprehensif, dan (3) mendorong peserta didik belajar lebih mampu menyatakan ide-idenya dalam bentuk tulisan. Sebaliknya kelemahan tes ini adalah (1) reliabilitas tes rendah karena item tes sebagai sampel dari materi ajar yang terbatas dan subjektivitas penskoran, (2) waktu yg dibutuhkan untuk menyelesaikan item tes uraian relatif lama termasuk waktu yang dibutuhkan untuk memeriksa hasil tes, dan (3) jawaban peserta didik kadang penuh karangan, terutama yang tidak menguasai materi dengan baik. Adapun petunjuk penyusunan tes uraian adalah sebagai berikut. a. Hendaknya soal-soal tes dapat meliputi ide-ide pokok dari bahan yang diteskan. Dan kalau mungkin, disusun soal yang sifatnya komprehensif. b. Hendaknya soal tidak mengambil kalimat-kalimat yang disalin langsung dari buku atau catatan. c. Pada waktu menyusun soal-soal itu sudah dilengkapi dengan kunci jawaban serta pedoman penilaiannya.
30
d. Hendaknya diusahakan agar pertanyaannya bervariasi agar dapat diketahui lebih jauh penguasaan siswa terhadap bahan ajar. e. Hendaknya rumusan soal dibuat sedemikian rupa sehingga mudah dipahami oleh siswa. f. Hendaknya ditegaskan model jawaban apa yang dikehendaki oleh penyusun tes. Oleh karena itu, pertanyaan tidak boleh terlalu umum, tetapi harus spesifik. 2)
Tes objektif, tes ini dalam pemeriksaannya dapat dilakukan secara
objektif. Banyaknya soal pada tes objektif (pilihan ganda, benar salah, menjodohkan dan tes isian) lebih banyak daripada soal uraian, yaitu 30--40 soal dalam waktu kira-kira 60 menit. Brown (2004:56) mendefinisikan tes pilihan ganda sebagai jenis tes yang memiliki semua hal yang dapat dimengerti atau selektif, opsi pilihan yang dipilih oleh peserta tes dari sebuah set jawaban (umumnya disebut jenis jawaban yang diberikan), dan tidak membuat jawaban. Menurut Brown (2004:55), tes ini memiliki sebuah batang soal atau stem yang memiliki sebuah stimulus dan beberapa (bisaanya tiga sampai dengan lima) pilihan atau alternatif yang harus dipilih. Salah satu dari pilihan ini adalah jawaban yang benar atau kunci jawabannya sedangkan yang lainnya adalah pengecoh. Keunggulan-keunggulan tes objektif adalah (a) mengandung lebih banyak segi-segi yang positif, misalnya dengan representatif mewakili isi dan luas bahan, lebih objektif, dapat dihindari adanya unsur-unsur subjektif, baik dari segi siswa maupun dari guru yang memeriksa; (b) lebih mudah dan cepat cara memeriksanya
31
karena dapat menggunakan kunci tes, bahkan alat-alat hasil kemajuan teknologi; (c) pemeriksaannya dapat diserahkan kepada orang lain; dan (d) dalam pemeriksaan tidak ada unsur subjektif yang memengaruhi. Jenis tes ini adalah jenis tes yang mudah dirancang tetapi memiliki enam kelemahan, yaitu (1) teknik tes hanya untuk pengenalan pengetahuan; (2) menebak adalah efek yang cukup memengaruhi nilai tes; (3) item yang dites sangat terbatas; (4) sangat sulit untuk menulis item yang baik; (5) koreksi menjadi sulit dilakukan; dan (6) menyontek dapat dengan mudah dilakukan. Adapun cara mengatasi kelemahan-kelemahan pada soal objektif adalah (a) kesulitan menyusun tes objektif dapat diatasi dengan jalan banyak berlatih terus menerus sehingga betul-betul mahir; (b) menggunakan tabel spesifikasi untuk mengatsi kesalahan pada persiapan penyusunan soal dan pengukuran proses mental; dan (c) menggunakan norma (standar) penilaian yang memperhitungkan faktor tebakan yang bersifat spekulatif. Ada empat jenis tes objektif, yaitu sebagai berikut. 1) Tes Benar Salah (True False Test). Tes benar salah merupakan tes yang berupa pernyataan-pernyataan (statement) yang mengandung dua kemungkinan jawaban yaitu benar atau salah. Di samping itu, peserta tes diminta menentukan pendapatnya mengenai pernyataan-pernyataan tersebut sesuai dengan petunjuk pengerjaannya.
32
2) Tes Pilihan Ganda (Multiple Choice Test) Tes pilihan ganda merupakan tes yang terdiri atas pertanyaan atau pernyataan yang sifatnya belum selesai dan untuk menyelesaikannya harus dipilih salah satu (atau lebih) untuk menyelesaikan beberapa kemungkinan jawaban yang disediakan. 3) Tes Menjodohkan. (Matching Test) Tes menjodohkan merupakan tes yang terdiri atas satu seri pertanyaan dan satu seri jawaban. Setiap pertanyaan mempunyai jawabannya yang tercantum dalam seri jawaban. Tugas peserta tes adalah mencari dan menentukan jawaban-jawaban sehingga sesuai atau cocok dengan pertanyaannya. 4) Tes Isian (Completion Test) Tes isian merupakan tes yang terdiri atas kalimat-kalimat yang ada bagian-bagiannya yang dihilangkan. Bagian yang dihilangkan ini harus diisi oleh peserta tes. 2.3.2.6 Error Recognition with Reason Test Menurut Heaton (1990:79), pertanyaan pilihan ganda pada dasarnya hanya untuk menguji pemerolehan kosakata. Akan tetapi, tes ini juga baik digunakan untuk tes tata bahasa dan keterampilan mendengarkan dan membaca. Menurut Sharpe (2000:357), error recognition test adalah jenis tes yang digunakan dalam tes TOEFL pada Section 2 pada Written Expression yang merupakan soal nomor soal 16 -- 40. Petunjuk soalnya adalah pada pertanyaan 16--40 setiap kalimat memiliki empat kata atau frasa yang digarisbawahi.
33
Keempat kata atau frasa yang digarisbawahi ditandai dengan pilihan (A), (B), (C), dan (D). Identifikasikan satu kata atau frasa yang digarisbawahi yang harus diubah agar kalimat tersebut menjadi benar. Menurut Sharpe (2000:77) cakupan error recognition test dalam written expression pada TOEFL
adalah pola kalimat yang mengkaji lima belas
permasalahan dalam tata bahasa Inggris, yaitu permasalahan pada (1) verba utama, (2) pronominal, (3) nomina, (4) adjektiva, (5) komparatif, (6) preposisi, (7) konjungsi, (8) adverbial, (9) cara pandang (point of view), (10) kesepakatan (subyek dan kata kerja), (11) keterangan verba, (12) kalimat dan klausa, (13) struktur paralel, (14) pengulangan, dan (15) pemilihan kata. Berdasarkan kelemahan error recognition test yang merupakan salah satu bentuk soal pilihan ganda yang memiliki unsur spekulatif yang tinggi maka peneliti mendesain error recognition with reason test yang digunakan untuk mengukur tingkat pemahaman tata bahasa Inggris mahasiswa dengan menambahkan kolom 4 untuk jawaban yang benar dan kolom 5 untuk alasan teoretisnya. Contoh soal : Petunjuk soal : Pilihlah salah satu jawaban yang salah pada opsi A, B, C, atau D. Tuliskan jawaban salah tersebut pada kolom 3 dan tuliskan jawaban yang benar pada kolom 4. Selanjutnya tuliskan alasan mengapa jawaban yang Anda tuliskan pada kolom 4 tersebut Anda anggap benar pada kolom 5.
34
No
Soal
1 1.
2 The development of photographic techniques and equipment provided A an important aid to industry, medical B C D and research. The novels of Pearl S. Buck show a A B keen understanding of China and the Chinese people, knowledge which learned by living there for C many years. D
2.
Jawaban yang Salah 3
Jawaban yang Benar 4
Alasan 5
Dengan jenis tes ini mahasiswa dapat mengembangkan kemampuan menulis mereka dan mempertajam daya analisis mereka dan ke depannya kendala dalam pemahaman tata bahasa Inggris dapat berkurang. Tes ini dapat menguji kemampuan pemahaman tata bahasa bahasa Inggris pada kolom 3 dan 4 dan kemampuan menulis pada kolom 5.
2.3.3 Kognitivisme Menurut Thobroni (2011:93), teori kognitif dikembangkan oleh Jean Piaget, seorang psikolog Swiss, yang hidup tahun 1896--1980. Teori ini memberikan banyak konsep utama dalam psikologi perkembangan dan berpengaruh terhadap perkembangan konsep kecerdasan. Teori ini membahas munculnya
dan
diperolehnya
schemata
(skema
bagaimana
seseorang
35
memersepsikan lingkungannya) dalam tahapan-tahapan perkembangan dan saat seseorang memeroleh cara baru dalam mempresentasikan informasi secara mental. Selanjutnya Thobroni (2011:94) menambahkan bahwa prinsip kognitif banyak dipakai di dunia pendidikan, khususnya terlibat dalam suatu perancangan suatu sistem instruksional, prinsip-prinsipnya adalah (1) seseorang yang belajar akan lebih mampu mengingat dan memahami sesuatu apabila pelajaran tersebut disusun pola dan logika tertentu, (2) penyusunan materi pelajaran harus dari sederhana ke kompleks, dan (3) belajar dengan memahami akan jauh lebih baik daripada hanya dengan menghafal tanpa pengertian penyajian.
2.3.4 Tata Bahasa Deskriptif Tata bahasa deskriptif adalah tata bahasa yang mencoba menggali sistem kaidah yang terpola dalam benak seorang penutur, sedangkan tata bahasa pendidikan tujuannya agar bagaimana seseorang penutur lebih mudah dan cepat dalam menguasai sistem kaidah tersebut. Menurut Greenbaum (1996:37), tata bahasa deskriptif adalah tata bahasa yang berupaya menggambarkan aturan bahasa secara objektif dengan perhitungan tentang apa yang sebenarnya terjadi. Selanjutnya Nelson (2006:146) menambahkan bahwa dalam linguistik, sebuah tata bahasa deskriptif melibatkan sejauh mungkin tujuan bahasa dan tidak menghakimi penggunaan bahasa. Menurut Biber dkk. (1998:55), tata bahasa deskriptif menggambarkan cara bagaimana kata-kata yang dikombinasikan menjadi klausa dan kalimat, yang terfokus pada tata urutan kata dan berbagai jenis subordinasi.
36
2.4 Model Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yaitu suatu penelitian yang dilakukan oleh peneliti pada Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Mahasaraswati Denpasar. Desain penelitian ini dirancang menurut model John Eliot (1991:70) yang dalam pelaksanaannya mencakup empat tahapan,
yaitu
(1)
merumuskan
masalah
dan
merencanakan
tindakan,
(2) melaksanakan tindakan, (3) pengamatan atau monitoring, dan (4) refleksi hasil pengamatan untuk pengembangan selanjutnya. Peningkatan pemahaman bahasa Inggris melalui error recognition with reason test
Siklus PTK dalam proses pembelajaran melalui empat tahapan menurut model John Eliot
Teori Pembelajaran Bahasa Kedua / TEFL
Communicative Approach Method Deskriptif kuantitatif
Deskriptif kualitatif
Tabel dan persentase yang disajikan
Deskriptif interpretatif
secara deskriptif
Linguistik terapan
Linguistik
Pemahaman tata bahasa dan diksi
Peningkatan keterampilan menulis Hasil Penelitian
Gambar 2.1 Model Penelitian
37
Model penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang mengkaji aspek linguistik dan linguistik terapannya dalam hal ini pembelajaran dan pengajaran bahasa. Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan dengan metode deskriptif kuantitatif yaitu penyajian datanya berupa tabel dan presentase yang disajikan secara deskriptif yang mengukur tingkat pemahaman mahasiswa tentang tata bahasa Inggris, ejaan, dan diksi. Metode deskriptif kualitatif disajikan melalui deskriptif interpretatif yang mengukur tingkat pemahaman kemampuan menulis mahasiswa dalam bahasa Inggris melalui error recognition with reason test. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini ada communicative approach method dalam pembelajaran bahasa Inggris sebagai bahasa kedua.
38
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan action research dengan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas adalah kegiatan penelitian yang bertujuan untuk memecahkan masalah dalam pembelajaran secara bersiklus. Dalam setiap siklus terdapat empat tahapan yaitu tahap perencanaan (planning), tahap pelaksanaan tindakan (acting), tahap observasi (observing), dan tahap refleksi (reflection) (Arikunto, 2006:16). Keempat tahapan ini dapat digambarkan sebagai berikut. Perencanaan
Refleksi
Tindakan
Observasi
Gambar 3.1 Siklus Penelitian Tindakan Kelas Keempat tahapan ini membentuk sebuah siklus yang dilakukan berulangulang sesuai dengan kebutuhan selama penelitian dilakukan. Siklus ini dihentikan pelaksanaannya jika telah berhasil dipecahkan masalah penelitian sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
39
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini adalah Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Mahasaraswati Denpasar dengan waktu pelaksanaan penelitian selama lebih kurang 2 bulan, dari bulan Februari sampai Maret 2013. Kegiatan observasi awal dilaksanakan selama dua kali pertemuan di kelas pada Jumat, 8 Februari 2013 dan Jumat, 15 Februari 2013. Pelaksanaan siklus I dilakukan pada Jumat, 22 Februari 2013 dan siklus II pada Jumat, 1 Maret 2013. Pada dua minggu selanjutnya penelitian difokuskan pada diskusi dengan dosen pengampu terkait silabus dan SAP serta rekomendasi pokok bahasan pada proses belajar mengajar selanjutnya.
3.3 Jenis dan Sumber Data 3.3.1 Jenis Data Jenis data dalam penelitian ada dua yaitu jenis data primer dan data sekunder. 1) Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti secara langsung dari mahasiswa dan dosen Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Mahasaraswati Denpasar. Dalam penelitian ini data ini diambil dengan metode observasi, wawancara, dan melalui tes, baik dalam kegiatan tes awal maupun tes akhir, pada tahapan tindakan yang ada di dalam siklus. 2) Data pendukung adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan dari Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Mahasarawati
40
Denpasar berupa daftar hadir mahasiswa, lembar kerja mahasiswa, daftar nilai, silabus, Satuan Acara Perkuliahan (SAP), dan bahan ajar yang ada.
3.3.2 Sumber Data Sumber data penelitian ini adalah mahasiswa semester IV Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Mahasarawati tahun akademik 2012/2013. Pemilihan sumber data ini didasarkan pada kenyataan bahwa pada semester tiga mahasiswa yang telah mempelajari mata kuliah Structure I dan Structure II masih mempunyai pemahaman yang rendah tentang tata bahasa Inggris. Ada sebelas kelas semester IV dengan total jumlah mahasiswa 317 orang. Kelas yang dijadikan sumber data adalah kelas K dengan jumlah mahasiswa 35 orang mahasiwa. Kelas ini dipilih karena mempunyai tingkat pemahaman bahasa Inggris yang paling rendah. Data yang dipeoleh dari daftar nilai mata kuliah Structure II menunjukkan bahwa dari 35 orang mahasiswa tersebut, ada 22 orang mahasiswa yang nilainya tidak memenuhi standar ketuntasan minimum, yaitu 55, yang dipersyaratkan oleh Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris.
3.4 Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1) Lembar Observasi Lembar observasi digunakan untuk mencatat perilaku mahasiswa dalam proses pembelajaran.
41
LEMBAR OBSERVASI HARI/TANGGAL : JUMAT, 15 FEBRUARI 2013 PUKUL : 18.30--20.00 WITA TEMPAT : RUANG 115 No.
Lingkup Pengamatan :
1.
Penyampaian materi ajar oleh dosen : A. Sangat Baik
B. Baik
C. Kurang Baik 2.
Kesesuain penjelasan dengan materi ajar yang disampaikan oleh dosen : A. Sangat Baik
B. Baik
C. Kurang Baik
3.
Tingkat keaktifan dosen A. Sangat Baik
B. Baik
C. Kurang Baik
4.
Jumah mahasiswa yang hadir : A. Semua hadir
5.
Jumlah mahasiswa yang tidak hadir A. 1--5 orang
B. Ada yang tidak hadir B. 6--10 orang
C. Lebih dari 10 orang 6.
Sikap mahasiswa dalam menanggapi penjelasan dosen : A. Sangat Baik B. Baik
7.
C. Kurang Baik
Keinginan mahasiswa untuk bertanya jika mereka belum memahami materi ajar : A. Sangat Baik
B. Baik
C. Kurang Baik
8.
Interaksi antarmahasiswa : A. Sangat Baik
9.
Sikap dosen ketika memperbaiki kesalahan tata bahasa mahasiswa : A. Sangat Baik
10.
C. Kurang Baik
C. Kurang Baik
Sikap mahasiswa ketika memperbaiki kesalahan tata bahasa mereka : A. Sangat Baik
11.
B. Baik
B. Baik
B. Baik
C. Kurang Baik
Sikap mahasiswa dalam mengerjakan tugas yang diberikan dosen kepada mereka : A. Sangat Baik
B. Baik
C. Kurang Baik
2) Lembar Soal Lembar soal adalah lembar kerja mahasiswa yang digunakan untuk mengukur tingkat pemahaman tata bahasa Inggris mahasiswa. Lembar soal
42
yang berisi sepuluh nomor soal ini diberikan kepada siswa pada tahapan tindakan. STRUCTURE IV - TASK THREE ERROR RECOGNITION WITH REASON TEST Instruction: Find the error based on the options A, B, C or D in column 2, then write it in column 3. In column 4 you have to write the correct answer. In column 5 you have to write the theoretical reason of the answers in columns 3 and 4. No. Soal
1 1.
2 B
the reputed mobster decided find another attorney. C 2.
D
Harry’s advisor persuaded his taking several courses A which did not involve B
C
much knowledge of mathematics. D 3.
The only teachers who were required to attend the A
B
C
meeting were George, Betty, Jill and me. D 4.
Jawab
Alas
an
an
an
Salah
Benar
3
After being indicted for his part in a bank robbery, A
Jawab
The work performed by these officers are not A
B
4
5
43
worth our paying them any longer. C 5.
D
The president went fishing after he has finished with A
B
C
D
the conferences. 6.
Peter and Tom plays tennis every afternoon with A
B
C
Mary and me. D 7.
There were a time that I used to swim five laps A
B
every day, but now I do not have enough time. C 8.
D
He was drink a cup of coffee when the telephone A
B
C
rang. D 9.
We called yesterday our friends in Boston to tell A
B
C
them about the reunion that we are planning. D 10.
The children were playing last night outdoors when it A began to rain very hard. C
D
B
44
3) Kuesioner Kuesioner adalah instrumen yang berisikan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada mahasiswa untuk memeroleh data tentang kesulitankesulitan yang mereka alami dalam memahami tata bahasa Inggris.
KUESIONERS NAMA
:………………………………………………..
NIM
:………………………………………………..
KELAS
:……………………………………………….
TANGGAL
:………………………………………………
1. Menurut Anda faktor-faktor apa saja yang menjadi kendala dalam memahami tata bahasa Inggris, baik dalam hal pengajaran di kampus maupun motivasi anda sendiri? a…………………………………………………………………… b………………………………………………………………….. c…………………………………………………………………… d…………………………………………………………………… 2. Hal apa saja yang harus dilakukan untuk meningkatkan pemahaman bahasa Inggris tersebut? a…………………………………………………………………… b…………………………………………………………………… c…………………………………………………………………… d…………………………………………………………………… 3. Menurut Anda apakah penerapan jenis tes Error Recognition with Reason Test dapat membantu Anda dalam memahami tata bahasa Inggris? Sejauh mana hal itu membantu Anda? ……………………………………………………………………… ….…………………………………………………………………
45
3.5 Metode dan Teknik Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode simak dan pengamatan langsung. Peneliti melakukan pengamatan dan melihat langsung ke lokasi penelitian untuk memeroleh data. Menurut Sudaryanto (1993:133), metode simak ini dapat disejajarkan dengan metode observasi. Tahapan-tahapan dalam pengumpulan data adalah seperti di bawah ini. 1) Mengamati kelas dan staf pengajar yang dipilih diamati selama ± dua bulan. 2) Mengamati dan mencatat teknik mengajar dan tingkat keaktifan mahasiswa selama proses pembelajaran. 3) Memberikan lembar soal kepada mahasiswa untuk dikerjakan. 4) Menanyakan kesulitan yang dialami oleh mahasiswa.
3.6 Metode dan Teknik Analisis Data Menurut Sudaryanto (1993:6), analisis data adalah upaya peneliti menangani langsung masalah yang terkandung dalam data. Metode analisis adalah cara yang ditempuh peneliti untuk memahami permasalahan pemahaman tata bahasa Inggris yang menjadi objek penelitian. Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah metode kuantitatif dan kualitatif. Menurut Cohen dkk (2007: 461), metode kuantitatif adalah metode yang menggunakan analisis angka (numerical analysis), sedangkan metode kualitatif adalah pengorganisasian dan penjelasan data terkait situasi, pola, tema, kategori dan kebisaaan.
46
Hasil tes dianalisis sebagai berikut. Untuk kolom 3 dan 4 bernilai 1 untuk jawaban yang benar dan 0 untuk jawaban yang salah. Untuk menganalisis hasil tes dan pemahaman tata bahasa Inggris mahasiswa dilakukan hal-hal berikut. 1) Nilai setiap mahasiswa dihitung dengan rumus: untuk nilai pilihan ganda kolom 3 dan 4 (jawaban benar bernilai 1 dan jawaban bernilai 0) untuk kajian pembelajaran dan pengajaran bahasa. Rumusnya: X=
Jumlah jawaban benar Jumlah pertanyaan
x 100%
2) Nilai rata-rata seluruh mahasiswa yang diteliti dihitung dengan rumus : ∑X x=
n
Keterangan : x : rata-rata ∑ : jumlah X : nilai setiap siswa n : jumlah siswa
47
Adapun kategori tingkat kemampuan mahasiswa dapat dilihat pada tabel berikut. No.
Skor (%)
Tingkat kemampuan
1
80% -- 100%
Excellent (sangat baik)
2
65% -- 79%
Good (baik)
3
56% -- 65%
Fair (cukup)
4
40% -- 55%
Poor (kurang)
5
0% -- 39%
Very poor (sangat kurang)
Tabel 3.1 Kriteria Kemampuan Mahasiswa (Hamalik, 2001:120) Data yang dikumpulkan pada kolom 5 selanjutnya dianalisis secara kualitatif yang mengkaji bidang lingusitik. Pengajian data kualitatif disajikan secara deskriptif interpretatif.
3.7 Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Data Metode penyajian hasil analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penyajian informal dan formal. Menurut Sudaryanto (1993:146), metode penyajian informal adalah perumusan dengan kata-kata bisaa atau menggunakan bahasa sejelas-jelasnya, sedangkan metode formal adalah perumusan dengan tanda dan lambang-lambang.
48
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pra-tindakan Observasi pada tahap pra-tindakan dilakukan pada Jumat, 15 Februari 2013 dengan tujuan untuk mengetahui tingkat partisipasi dan pemahaman tata bahasa Inggris pada mahasiswa kelas IV K dalam mata kuliah Structure IV, sebelum diaplikasikannya Error Recognition with Reason Test (ERWRT). Mahasiswa di kelas ini berjumlah 35 orang dan semuanya hadir pada pra-tindakan ini. Selama kegiatan ini peneliti bertindak sebagai pengamat dan menuliskan hasil pengamatan pada lembaran observasi yang telah dipersiapkan. Dari lembar observasi yang ada dapat dicatat bahwa penyampaian materi yang diberikan oleh dosen dilakukan dengan baik dan ada kesesuaian penjelasan dengan materi ajar yang disampaikan. Tingkat keaktifan mahasiswa kurang baik yang dapat dilihat dari mahasiswa di bagian belakang kelas ada yang bercerita dan hanya akan menjawab jika ditanya oleh dosen mereka. Sikap mahasiswa dalam menanggapi penjelasan dosen dan keinginan mereka untuk bertanya jika belum memahami materi ajar serta interaksi antarmahasiswa tergolong kurang baik karena ada mahasiswa yang aktif dan ada pula yang kurang aktif dalam menyimak penjelasan dosen. Sikap dosen ketika memperbaiki kesalahan tata bahasa mahasiswa dan sikap mahasiswa ketika memperbaiki kesalahan tata bahasa Inggris mereka tergolong baik. Sikap mahasiswa dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh dosen masih kurang baik yang tampak dari adanya mahasiswa yang belum mengerjakan pekerjaan rumah yang diberikan dan akhirnya dosen
49
memberikan waktu kepada mereka untuk menyelesaikannya sebelum soal tersebut dibahas di dalam kelas. Mahasiswa mampu memberikan argumentasi atas pilihan jawaban mereka, tetapi ketepatan jawaban itu sulit diukur karena tidak dituliskan pada lembar jawaban dan hanya dituturkan/disampaikan secara lisan bersamasama sehingga sulit mengukur kemampuan per individu. 4.1.1 Hasil Tes Pra-tindakan Pada pra-tindakan jenis tes yang diberikan adalah jenis tes Error Recognition yang sering dipakai dalam Test of English as Foreign Language (TOEFL). Jenis tes error recognition ini digunakan oleh dosen untuk melihat pokok bahasan apa saja yang belum dipahami oleh mahasiswa setelah mempelajari mata kuliah Structure I - III. Soal yang diujikan diambil dari buku Advance Grammar in Use by Martin Hewings. Ada sepuluh nomor soal diujikan yang meliputi pokok bahasan (1) singular verbs; (2) bukan count noun; (3) preposition for; (4) reflexive pronoun; (5) embedded question: question word + subject + verb; sn 6 subject + auxiliary verb (negative) + either); (7) subject + verb + complement + modifier; sn 8 other is an adjective when it appears before a noun and can not be plural; (9) use simple past with the past perfect for two activities that happened not at once; dan (10) have been that agrees with the plural subject many theories or the agreement between subject and verb. Jenis soal sebelum aplikasi Error Recognition with Reason Test (ERWRT) No. 1.
Soal Buying clothes are often a very-consuming practice A B because those clothes that a person likes are rarely the ones that fit him C D or her.
50
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9. 10.
Because they had spent too many time considering A B C the new contract, the students lost the opportunity to lease the apartment. D These televisions are all too expensive for we to buy A B C at this time, but perhaps we will return later. D After she had bought himself a new automobile, A B she sold her bicycle. C D The next important question we have to decide A B is when do we have to submit the proposal. C D George has not completed the assignment yet, and A B C Maria hasn’t neither. D John decided to buy in the morning a new car, A B but in the afternoon he changed his mind. C D Some of the plants in this store require very A little care, but this one needs much more sunlight B C than the others ones. D After George had returned to his house, he was reading a book. A B C D Many theories on conserving the purity of water A has been proposed, but not one has been as widely accepted at this one. B C D Setelah jawaban mahasiswa diperiksa, nilai yang diperoleh pada kegiatan
pra-tindakan menunjukkan bahwa ada 11 orang mahasiswa yang memeroleh nilai di bawah 55, atau belum mencapai nilai minimum sesuai dengan Standar
51
Ketuntasan Minimum (SKM) yang dipersyaratakan oleh Program Studi. Adapun nilai pra-tindakan dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 4.1 Tingkat Pemahaman Bahasa Inggris pada Kegiatan Pra-tindakan
No.
No. Induk
Nama Mahasiswa
Nilai
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 27 28 29 30 31 32 33
4121 4169 4298 4456 4457 4458 4459 4461 4462 4463 4464 4465 4466 4467 4468 4469 4470 4471 4472 4473 4475 4476 4477 4478 4480 4481 4483 4484 4485 4486 4487
Servinus Supar Ni Putu Yeni Maharani I Wayan Wiranata Atika Fatimawati Ayu Wadnyani Diah Setyawati Fransiskus Sanur Gedi Ambeg Paramantani I Gede Budi Artawan I Gusti A Nym Nita Setia Dewi I Gusti Ngurah Putu Arya Suta Wiranatha I Made Sariyanta I Made Wahyu Pradana I Made Yogi Wahyu Semaradana I Putu Sinar Widnyana Ida Ayu Putu Sukrantari Ida Ayu Sasri Dewi Kadek Abdi Juana Kadek Edi Sumartha Luh Caka Fitri Nadiantari Luh Mari Yanti Dewi Ni Luh Putu Ning Septyarini Ni Kadek Elik Mandasari Ni Kadek Juliani Ni Komang Arini Ni Luh Ayu Putri R S Ni Luh Prihatini Ni Made Putu Eka Ariningsih Ni Nengah Maryanti Ni Putu Ayu Rikawati Ni Putu Linda Sundari Cintya Dewi Ni Putu Mas Aryani
67,5 67,5 67,5 60 55 75 35 62,5 27,5 67.5 92,5 92,5 87,5 92,5 45 85 60 79,5 75 45 95 47,5 62,5 90 42,5 90 35 42,5 66 30,5 85
52
34 35 36 38
4488 4489 4490 4574
Ni Wayan Maya Minarti Ni Wayan Suci Andriani Ni Wayan Suwartini Muliadana Putu Ayuning January Punia Putri Nilai rata-rata
33 55 90 50 64,4
Pada pra-tindakan nilai tertinggi 97,5 diperoleh 1 orang mahasiswa dan nilai terendah 27,5 diperoleh 1 orang mahasiswa. Standar Nilai Ketuntasan Minimum (SKM) yang dipersyaratkan oleh Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Mahasaraswati adalah 55. Hasil tes menunjukkan bahwa dari 35 orang mahasiswa yang mengikuti mata kuliah Structure IV, 24 orang mahasiswa yang nilainya melampaui SKM dan 11 orang mahasiswa yang nilainya di bawah SKM. Nilai rata-rata dari pra-tindakan ini adalah 64,4. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pemahaman tata bahasa Inggris mahasiswa masih rendah karena ada 30% mahasiswa yang nilainya belum memenuhi SKM. Sepuluh soal yang dibahas pada kegiatan pra-tindakan ini sebelumnya diberikan sebagai pekerjaan rumah dan dikumpulkan sebelum dibahas di dalam kelas. Kelemahan dari pemberian tugas rumah ini adalah dosen tidak bisa menjamin bahwa tugas tersebut dikerjakan oleh mahasiswa sendiri. Hasil pra-tindakan juga menunjukkan bahwa tingkat pemahaman tidak bisa diukur dengan baik karena jawaban soal hanya dituturkan dan hasil ini belum bisa dijadikan acuan dalam mengukur tingkat pemahaman mahasiswa dalam memahami tata bahasa Inggris. Dikatakan demikian karena jawaban dari soal bentuk pilihan ganda ini tidak dapat sepenuhnya mencerminkan tingkat pemahaman mahasiswa karena memiliki unsur spekulasi yang tinggi.
53
4.1.2 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Mahasiswa dalam Memahami Tata Bahasa Bahasa Inggris Untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi mahasiswa dalam memahami tata bahasa Inggris, mahasiswa diberikan kuesioner dengan pertanyaan terbuka (seperti terlihat pada instrumen penelitian) untuk diisi berdasarkan pengalaman mereka selama belajar bahasa Inggris. Berdasarkan hasil 32 kuesioner yang dikumpulkan dari mahasiswa secara umum ada lima faktor yang memengaruhi tingkat pemahaman tata bahasa Inggris mahasiswa. Selanjutnya kelima faktor tersebut dibagi menjadi dua faktor yaitu faktor internal dan eksternal. Ada tiga faktor internal yaitu (1) kurangnya kegiatan praktik berbahasa yang dilakukan secara langsung dengan penutur asli/native speaker dan waktu terbatas dalam me-review bahan ajar yang diberikan dosen; (2) kurangnya penguasaan kosakata bahasa Inggris serta perubahan kata kerja yang sangat membingungkan khususnya dalam tenses; (3) kurangnya rasa percaya diri karena takut melakukan kesalahan saat berkomunikasi dan kesadaran dan upaya belajar mahasiswa tentang pentingnya bahasa Inggris bagi masa depan. Ada dua faktor eksternal yaitu (1) kurangnya fasilitas yang disiapkan oleh kampus misalnya laboratorium bahasa dan (2) penyampaian materi ajar oleh dosen yang kurang baik. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan, ada dua laboratorium bahasa yang telah disiapkan oleh kampus, setiap ruangnya mampu menampung 20 orang mahasiswa. Jumlah mahasiswa per kelas adalah 30 sampai 35 orang. Laboratorium ini biasanya digunakan seminggu sekali khususnya pada matakuliah
54
Listening. Jumlah mahasiswa semester II dan IV adalah 915 orang. Ada dua jadwal perkuliahan yang dilakukan di Unmas yaitu perkuliahan di pagi dan sore hari. Ada sebelas kelas pada semester IV yang terdiri dari enam kelas pagi (Kelas A--F) dan lima kelas sore (Kelas G--K). Hal ini menunjukkan bahwa dua ruang laboratorium bahasa kurang mampu digunakan secara maksimal oleh 915 orang mahasiswa.
Dalam penyampaian materi di kelas, dosen pengampu telah
menyiapkan sepuluh nomor soal yang akan dibahas di dalam kelas. Soal-soal tersebut diberikan kepada mahasiswa sebagai pekerjaan rumah dan akan dikumpulkan dan dibahas pada pertemuan berikutnya. Setiap soal terdiri dari satu pokok bahasan. Penyampaian materi di dalam kelas hanya dilakukan dengan menggunakan soal-soal. Tidak tersedia buku sumber atau bahan ajar yang diberikan kepada mahasiswa. Dari faktor internal dan eksternal yang ada, dapat diurutkan sebagai berikut : kurangnya pemahaman tata bahasa Inggris mahasiswa adalah kurangnya penguasaan kosakata bahasa Inggris serta perubahan kata kerja yang sangat membingungkan khususnya dalam tenses (55%), kurangnya kegiatan praktik berbahasa yang dilakukan secara langsung dengan penutur asli/native speaker dan waktu terbatas dalam me-review bahan ajar yang diberikan dosen (18%), kurangnya rasa percaya diri karena takut melakukan kesalahan saat berkomunikasi dan kesadaran dan upaya belajar mahasiswa tentang pentingnya bahasa Inggris bagi masa depan (11%), kurangnya fasilitas yang disiapkan oleh kampus misalnya laboratorium bahasa (10%), dan penyampaian materi ajar oleh dosen yang kurang baik (6%).
55
Adapun hal-hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pemahaman tata bahasa Inggris adalah (1) melakukan praktik komunikasi langsung dengan penutur asli/native speaker; (2) memanfaatkan waktu lebih banyak lagi untuk mereview pelajaran sebelumnya; (3) lebih sering membaca kamus dan bacaan dalam bahasa Inggris; (4) mempraktikkan langsung ke dunia kerja misalnya bidang pariwisata; dan (5) harus memahami pola kalimat dalam bahasa Inggris dengan baik dan benar.
4.2 Tindakan Siklus I Setelah dilakukan pra-tindakan dapat ditemukan kendala yang ada dalam mengukur tingkat pemahaman tata bahasa Inggris mahasiswa karena alasan hanya dituturkan dan tidak dituliskan. Selanjutnya, untuk meningkatkan pemahaman tata bahasa Inggris ini diterapkan ERWRT. Dengan penerapan ERWRT, alasan akan ditulis dan dapat dijadikan data yang dapat dianalisis tata bahasanya. 4.2.1 Rencana Tindakan Siklus I Setelah memeroleh hasil pra-tindakan diadakan diskusi dengan dosen pengampu Structure IV untuk membicarakan persiapan pelaksanaan siklus I. Dari hasil diskusi tersebut diputuskan untuk melaksanakan siklus I pada Jumat, 22 Februari 2013 dengan memberikan 10 nomor soal untuk diujikan pada tes awal dan tes akhir. Jumlah soal yang diujikan dan dibahas meliputi pokok bahasan (1) penggunaan simple present tense untuk present time with stative (linking) verbs); (2) penggunaan past perfect untuk kejadian yang terjadi lebih dahulu pada waktu lampau; (3) penggunaan simple past untuk waktu yang spesifik pada masa
56
lampau; (4) penggunaan reflexive pronoun; (5) penggunaan bukan count noun; (6) penggunaan gerund (verb + ing) sesudah preposition; (7) penggunaan possessive adjective sebelum gerund; (8) agreement of verbs antara kalimat utama dan anak kalimat; (9) bentuk dari
affirmative agreement rule; dan (10)
penggunaan gerund. Pada pra-tindakan dosen memberikan 10 soal dengan pokok bahasan yang berbeda sebagai pekerjaan rumah yang selanjutnya dibahas pada pertemuan berikutnya. Seperti yang telah disinggung di depan, kelemahan dari pemberian pekerjaan rumah ini adalah dosen tidak bisa menjamin bahwa pekerjaan yang diberikan tersebut dikerjakan sendiri oleh mahasiswa. Di samping itu jawaban yang diberikan hanya berupa pemilihan opsi tanpa penjelasan teoretis tentang pemilihan opsi tersebut. Melihat kelemahan tersebut maka pada pelaksanaan siklus I diputuskan bersama bahwa diujikan 10 buah soal menggunakan ERWRT dengan pokok bahasan yang berbeda. Soal ini diberikan kepada mahasiswa pada proses belajar mengajar, pada kegiatan tes awal dan tes akhir.
4.2.2 Pelaksanaan Tindakan Siklus I Siklus I dilaksanakan pada Jumat, 22 Februari 2013 diawali dengan tes awal mengaplikasikan jenis tes ERWRT.
Ada 29 orang mahasiswa yang hadir
pada pelaksaanan siklus I dari total 35 orang. Pelaksanaan kegiatan tes awal dilakukan selama 20 menit. Setelah waktu yang ditentukan selesai lembaran soal dikumpulkan kembali untuk diperiksa. Selanjutnya adalah kegiatan pembelajaran dan pada kegiatan ini peneliti mengobservasi pelaksanaan tindakan, mencatat hal-
57
hal yang mendukung penilaian. Setelah kegiatan pembelajaran berakhir diadakan kegiatan tes akhir selama 25 menit yang hasilnya dijadikan pembanding peningkatan pemahaman mahasiswa. Hasil tindakan siklus I terdiri atas tiga bagian yaitu hasil observasi siklus I, hasil tes siklus I dan refleksi siklus I. 4.2.2.1 Hasil Observasi Siklus I Hasil observasi menunjukkan bahwa materi yang disampaikan oleh dosen dilakukan dengan baik dan ada kesesuaian penjelasan dengan materi ajar yang disampaikan. Tingkat keaktifan mahasiswa mulai membaik karena mahasiswa yang duduk di bagian belakang kelas mulai memerhatikan penjelasan dosen mereka. Sikap mahasiswa dalam menanggapi penjelasan dosen dan keinginan mereka untuk bertanya mulai terlihat dan mereka menjadi lebih aktif dalam menyimak penjelasan dosen. Sikap dosen ketika memperbaiki kesalahan tata bahasa mahasiswa dan sikap mahasiswa ketika memperbaiki kesalahan tata bahasa Inggris mereka tergolong baik. Mahasiswa mampu memberikan argumentasi atas pilihan jawaban yang dituliskan pada kolom 5. 4.2.2.2 Hasil Tes Siklus I Hasil tes awal dan tes akhir yang dilakukan terhadap mahasiswa setelah merujuk pada kunci jawaban tes menunjukkan adanya peningkatan pemahaman tata bahasa Inggris mahasiswa. Peningkatan pemahaman tata bahasa ini dianalisis berdasarkan kesalahan pemilihan opsi jawaban salah pada kolom 3, jawaban benar pada kolom 4, dan penulisan alasan teoretis pada kolom 5. Pemilihan opsi jawaban yang salah pada kolom 3 dan penulisan jawaban benar pada kolom 4 terdiri atas empat kemungkinan yaitu: (1) opsi benar - jawaban benar; (2) opsi
58
benar – jawaban salah; (3) opsi salah – jawaban benar dan (4) opsi salah – jawaban salah. Setiap jawaban benar pada kolom 3 bernilai 1 dan yang salah bernilai 0, demikian juga dengan penulisan jawaban pada kolom 4, jawaban yang benar memeroleh nilai 1 dan jawaban yang salah bernilai 0. Alasan pada kolom 5 dianalisis berdasarkan dua dimensi, yaitu isi dan tata bahasa. Kegiatan tes awal dilakukan selama 20 menit dan kegiatan tes akhir selama 25 menit. Hasil tes awal dan tes akhir siklus I adalah sebagai berikut. Soal nomor 1 : The food that Mark is cooking in A B the kitchen is smelling delicious C D
K3 : C (is smelling)
K4 : smells
Pada soal nomor 1 tidak ada kesalahan pada kolom 3, baik pada hasil tes awal maupun tes akhir. Pada kolom 4 ada 4 jawaban yang salah yang dilakukan oleh 15 orang mahasiswa pada kegiatan tes awal dengan menuliskan jawaban: (1) smelling; (2) smelled, (3) is smell, dan (4) smell. Pada kegiatan tes akhir ada 2 jawaban salah dan dilakukan oleh 3 orang mahasiswa dengan menuliskan jawaban smell dan small. Soal nomor 2 : After John eaten dinner, he wrote A B several letters, and went to bed. C D
K3 : A (eaten)
K4 : had eaten
Pada soal nomor 2 tidak ada yang menjawab salah pada kolom 3 pada tes awal dan tes akhir. Pada kolom 4 hasil tes awal menunjukkan ada 2 jawaban salah
59
yakni had ate dan ate yang dilakukan oleh 11 orang mahasiswa. Pada hasil tes akhir juga ada 2 jawaban salah yang sama dan dilakukan oleh 3 orang mahasiswa. Soal nomor 3 : The manager has finished working A B on the report last night, and now she begin C to write the proposal. D
K3 : A (has finished)
K4 : finished
Pada soal nomor 3 tidak ada kesalahan pada kolom 3 pada hasil tes awal dan tes akhir. Pada kolom 4 hasil tes awal menunjukkan ada 1 jawaban salah yang dilakukan oleh 2 orang mahasiswa dengan jawaban has finish. Pada hasil tes akhir kesalahan penulisan jawaban tidak ditemukan. Soal nomor 4 : Because Sam and Michelle had done all the A B work theirselves, they were unwilling to give C D the result to Joan.
K3 : C (theirselves)
K4 : themselves
Pada jawaban soal nomor 4, ada 1 kesalahan pemilihan opsi kolom 3 pada kegiatan tes awal, tetapi tidak ditemukan kesalahan pada hasil tes akhirnya. Pada kolom 4 ada 5 jawaban salah pada kegiatan tes awal dilakukan oleh 13 orang mahasiswa dengan jawaban (1) them selves; (2) themselve; (3) themself; (4) by themself; dan (5) unwell. Pada hasil tes akhir ada 2 jawaban salah dan dilakukan oleh 2 orang mahasiswa dengan jawaban them selves dan themself.
60
Soal nomor 5 : Daniel said that if he had to do another homework A B tonight, he would not be able to attend the concert. C D
K3 : B (another)
K4 : anymore
Pada soal nomor 5 pada hasil tes awal ada 2 kesalahan pada kolom 3, tetapi kesalahan ini tidak ditemukan pada hasil tes akhir. Pada kolom 4 ditemukan 4 jawaban salah yang dilakukan oleh 9 orang mahasiswa pada kegiatan tes awal dengan jawaban (1) other; (2) will; (3) any more dan (4) if only he had done. Pada hasil tes akhir ditemukan 1 jawaban salah yang dilakukan oleh 3 orang mahasiswa dengan jawaban any more. Soal nomor 6 : After to take the medicine, the patient A B became drowsy and more manageable. C D
K3 : A (to take)
K4 : taking
Pada soal nomor 6 ini tidak ada jawaban yang salah pada kolom 3 dan 4 yang dilakukan oleh mahasiswa, baik pada kegiatan tes awal maupun tes akhir. Soal nomor 7: We insist on you leaving the meeting before any A B C further outbursts take place D
K3 : (A) you
K4 : your
Jawaban soal nomor 7 pada kolom 3 ada 2 kesalahan pemilihan opsi pada hasil kegiatan tes awal, tetapi tidak ditemukan pada hasil tes akhir. Pada kolom 4 ada 2 jawaban salah yang dilakukan oleh 2 orang mahasiswa pada kegiatan tes awal dengan menuliskan jawaban leaving dan to leave. Pada hasil kegiatan tes akhir kesalahan ini tidak ditemukan.
61
Soal nomor 8: It has been a long time since we have talked to John, isn’t it? A B C D
K3 : K4 : D (isn’t hasn’t it) it
Pada soal nomor 8 tidak ditemukan jawaban salah pada kolom 3 dan 4 baik pada kegiatan tes awal maupun tes akhir. Soal nomor 9 : Henry objects to our buying this house without the approval A B of the attorney and John does so. C D
K3 : D (John does so)
K4 : John does so or so does John
Pada soal nomor 9 tidak ada jawaban salah pada kolom 3 pada hasil tes awal dan tes akhir. Pada hasil tes awal di kolom 4 ditemukan 1 jawaban salah yang dilakukan oleh 10 orang mahasiswa dengan jawaban John does too dan jawaban salah yang sama masih dituliskan oleh 4 orang mahasiwa pada hasil tes akhir. Soal nomor 10 : Rita enjoyed to be able to meet several Congress members A B C during her vacation. D
K3 : A (to be)
K4 : being
Pada soal nomor 10 ini tidak ada jawaban yang salah yang diberikan oleh mahasiswa baik pada kolom 3 maupun kolom 4, baik pada kegiatan tes awal maupun tes akhir. Dari pembahasan di atas dapat dilihat adanya kemajuan yang cukup berarti dari tes awal ke tes akhir. Hal ini dapat dilihat pada perbandingan dari hasil tes awal dan akhir pada kolom 3 dan 4 siklus I.
62
Tabel 4.2 Daftar Nilai Tes Awal dan Tes Akhir K3 dan K4 Siklus I No absen 2 3 5 7 8 9 10 11 12 13 14 17 18 19 21 22 23 24 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 38 Nilai rata-rata
K3 100 100 100 100 100 80 100 100 100 100 100 80 100 100 100 100 100 100 100 80 100 100 100 100 100 100 100 100 100 97,9
Tes awal
K4 80 90 80 70 70 70 70 100 80 70 90 50 70 80 70 90 80 70 90 70 90 90 80 90 80 80 80 90 100 80
K3 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
Tes akhir
K4 100 90 100 90 100 100 100 90 100 100 90 90 100 100 100 100 100 90 100 100 100 100 100 100 100 100 100 90 100 97,5
Dari daftar nilai siklus I yang diikuti oleh 29 orang mahasiswa hasil kegiatan tes awal kolom 3 tampak ada 3 orang mahasiswa yang memeroleh nilai 80 dan 26 orang mahasiswa memeroleh nilai 100. Pada kolom 4 ada 1 orang mahasiswa yang memeroleh nilai 50; 9 orang mahasiswa yang memeroleh nilai
63
70; 9 orang mahasiswa yang memeroleh nilai 80; 8 orang mahasiswa memeroleh nilai 90; dan 2 orang mahasiswa yang memeroleh nilai 100. Hal ini menunjukkan bahwa berdasarkan hasil tes awal diketahui ada 1 orang mahasiswa yang memeroleh nilai di bawah SKM yang dipersyaratkan, yaitu 55. Hasil kegiatan tes akhir menunjukkan pada kolom 3 semua mahasiswa memeroleh nilai 100. Pada kolom 4 menunjukkan ada 7 orang mahasiswa yang memeroleh nilai 90; dan 22 orang mahasiswa yang memeroleh nilai 100. Hal ini menunjukkan bahwa berdasarkan hasil tes akhir diketahui tidak ada mahasiswa yang memeroleh nilai di bawah nilai ketuntasan minimum. Nilai rata-rata kolom 3 pada hasil kegiatan tes awal adalah 97,9 meningkat menjadi 100 pada hasil tes akhir. Nilai rata-rata kolom 4 pada hasil tes awal adalah 80 meningkat menjadi 97,5 pada hasil tes akhir. Lebih lanjut nilai yang diperoleh mahasiswa pada kegiatan tes awal dan tes akhir baik nilai pada kolom 3 dan 4 serta nilai rata-rata kolom 3 dan 4. Pemaparan melalui grafik dipisahkan menjadi tiga bagian yaitu nilai tes awal, nilai tes akhir dan nilai rata-rata tes awal dan tes akhir sehingga dapat dilihat secara rinci adanya peningkatan pemahaman tata bahasa Inggris. Lebih lanjut dapat dilihat pada tiga grafik di bawah ini.
64
30 25 20 K3
15
K4 10 5 0 50
60
70
80
90
100
Grafik 4.1 Hasil Tes Awal Siklus I K3 dan K4 35 30 25 20
K3
15
K4
10 5 0 90
100
Grafik 4.2 Hasil Tes Akhir Siklus I K3 dan K4
65
120 100 80 K3
60
K4 40 20 0 Tes Awal
Tes Akhir
Grafik 4.3 Nilai Rata-rata K3 dan K4 (Hasil Tes Awal dan Tes Akhir)
Dari hasil pra tindakan dari 35 orang mahasiswa ditemukan ada 11 orang mahasiswa yang tidak memenuhi SKM dan nilai rata-ratanya adalah 64,4. Pada tes akhir kolom 3 dan 4 siklus I, nilai dari 29 mahasiswa yang mengikuti tes memenuhi SKM. Nilai rata-rata kolom 3 dan 4 adalah 100 dan 97,5. Untuk mengetahui perbedaan nilai tes dan nilai rata-rata pra-tindakan serta hasil tes akhir kolom 3 dan 4 dapat dilihat pada grafik dibawah ini.
66
120 100 80 < SKM (orang)
60
>SKM (orang) Nilai Rata-rata
40 20 0 Pra-tindakan
Kolom 3
Kolom 4
Grafik 4.4 Perbandingan Nilai dan Nilai rata-rata Pra-tindakan dan Siklus I
Selanjutnya kesalahan yang ada pada kolom alasan (kolom 5) dianalisis dari aspek lingusitiknya, yang terdiri dari 2 dimensi yaitu isi dan tata bahasa dengan tiga kemungkinan jawaban: (1) Isi Salah – Tata Bahasa Salah (IS-TBS); (2) Isi Benar – Tata Bahasa Salah (IB-TBS); dan (3) Isi Benar – Tata Bahasa Benar (IB-TBB). Kesalahan tata bahasa selanjutnya dilihat dari kesalahan berdasarkan pattern (verbs, pronouns, nouns, adjectives) atau style (parallel structure, agreement). Ada pula tiga kesalahan non tata bahasa yaitu Kesalahan Ejaan (KE), Kesalahan Diksi (KD) dan Tidak Menuliskan Jawaban (TMJ). Jenis kesalahan yang ditemukan pada siklus I adalah sebagai berikut. 1) IS-TBS Contoh kesalahan ini dapat dilihat pada soal nomor 5 “Daniel said that if he had to do another homework tonight, he would not be able to attend the concert”. Pilihan jawaban salah adalah another dan harus digantikan dengan
67
anymore dengan alasan “ another can not be used with bukan count noun such as homework’. Contoh jawaban salah adalah (1) We change because that was wrong and change the meaning. (2) Because the next sentence continue by simple past and haven’t happened yet. (3) Because if same like negative sentence so should be use ‘any’. 2) IB-TBS Ada enam kesalahan IB-TBS yang ditemukan pada siklus I. a) Ketidaksesuaian Subyek dan Verba. Contoh kesalahan ini adalah (1) Smelled link verb. (2) Because it use lingking verb in the sentences. (3) Smell don’t need –ing form. (4) It use past perfect tense. (5) If there are two events happen in the past, the first event should use past perfect tense. (6) That use simple past. Menurut Ehrlich (2004:36), verba (verb) adalah kata atau kata-kata yang menggambarkan tindakan atau keadaan subjek dari sebuah kalimat. Kata kerja tersebut membuat sebuah pernyataan tentang subjeknya.
Pola kalimat dalam
simple present tense bahasa Inggris adalah ‘subject + verb 1 + object’, kalimat dengan subyek I, you, we, they + verb 1, contohnya ‘I eat some bread’, dan pada kalimat dengan subjek diri ketiga tunggal atau dengan pronomina ketiga tunggal
68
atau benda, misalnya Hendry, Sue, he, she, dan it, kata kerja harus ditambahkan s/es, contohnya She eats some bread atau Hendry teaches English. Jawaban benar adalah (1a) The word “smells” is a linking verb. (2a) Because it uses linking verb in the sentences. (3a) The word “smells” does not need –ing form. (4a) It uses past perfect tense because it tells about the activity or event that happened first. (5a) If there were two events happened in the past, the first event should be in past perfect tense. (6a) That uses simple past because it has specific adverb of time ‘last night’ b)
Kesalahan Penggunaan Preposisi. Contoh kesalahan ini adalah
(1) Because it must be changed by possessive adjective. (2) Because the reflective pronoun. (3) In question tag the aux (has) must in the end of the sentence. Menurut Ehrlich (2004:119-126) preposisi (kata depan) adalah kata yang mengandung posisi, arah, waktu, dan hal abstrak yang lain, berfungsi menghubungkan obyeknya dengan elemen kalimat yang lain. Ada sepuluh preposisi yang paling sering digunakan yaitu at, by, for, from, in, of, on, to, with dan because of. Contoh penggunaan peposisi dalam kalimat adalah: I will be home at 10 tonigh, we bought a new book for her, dan because of the cold weather, we stayed home. Jawaban benar adalah sebagai berikut.
69
(1b) Because it must be changed with possessive adjective which is followed by noun. (2b) It is because of reflexive pronoun. (3b) In question tag the auxiliary verb (has) must be at the end of the sentence. c)
Kesalahan Penggunaan Artikel. Contoh kesalahan ini adalah (1) Because that is an linking verb. (2) Because this sentence is kind of elliptical construction. Menurut Ehrlich (2004:33) ada dua jenis kata sandang (article): definite
(penentu) dan indefinite (tak tentu). Kata sandang adalah modifiers nomina (kata benda) dan pronomina (kata ganti).
Kata sandang penentu adalah the, yang
digunakan untuk menunjukkan kelompok khusus kata benda atau pronomina, contohnya George Bush is the president of USA. Kata sandang tak tentu adalah a dan an. Kata sandang a digunakan di depan kata yang dimulai dengan konsonan/berbunyi konsonan, contohnya He used a hammer to nail the board atau He graduated from a university in USA. Kata sandang an digunakan di depan kata yang dimulai dengan vokal/berbunyi vokal contohnya I bought an apple atau He is an honest man. Jawaban benar adalah (1c) Because that is a linking verb. (2c) Because this sentence is a kind of elliptical construction.
70
d) Kesalahan dalam Pembentukan Kalimat Pasif. Contoh kesalahan ini adalah (1) Because after is preposition and the word after have to follow by gerund. (2) After preposition ‘after’ must followed by gerund. (3) Because after anymore should followed by uncountable noun. (4) Because homework is uncountable noun must be follow by any more. Menurut Eirlich (2004:45) bentuk kalimat pasif adalah bentuk kalimat yang memiliki be/modals+be yang diikuti oleh past participle, contohnya politicians are perceived by the voters in various ways, atau the meals will be delivered to the homeless when they are ready. Jawaban benar adalah sebagai berikut. (1d) Preposition must be followed by gerund. (2d) After preposition ‘after’ must be followed by gerund. (3d) Because anymore should be followed by uncountable noun. (4d) Because homework is uncountable noun, so it must be followed by anymore. e)
Kesalahan Penggunaan to be. Contoh kesalahan ini adalah sebagai berikut. (1) Because gerund always beside preposition. (2) It is a kind of question tag so the first auxiliary should same with the next negative auxiliary. (3) The word is uncountable noun it must anymore.
71
Menurut Eirlich (2004:38) to be adalah kata kerja kopulatif yang fungsinya menghubungkan subyek dan obyek contohnya ‘now you are a man’, ‘are’ adalah kata kerja kopulatif yang menghubungkan you dan man. Kata kerja be, dalam semua bentuknya adalah kopulatif kecuali jika digunakan sebagai auxiliary verb/kata kerja bantu, contohnya she is helping her parents. Jawaban benar adalah sebagai berikut. (1e) Because gerund is always after preposition. (2e) It is a kind of question tag so the first auxiliary should be the same with the next negative auxiliar. (3e) ‘Homework‘ is uncountable noun, so it must be anymore. f) Penggunaan Verba Ganda. Contoh kesalahan ini adalah (1) The sentence should be use past tense. (2) Because it is should be in simple past tense. Menurut Ehrlich (2004:40) kata kerja bantu (auxiliary verb) digunakan bersama kata kerja lain untuk membentuk perubahan waktu, kalimat aktif/pasif, dan suasana (moods) kata kerja tersebut. Auxiliary verbs yang paling umum adalah be, do, dan have. The auxiliary verbs yang lainnya adalah can, may, will, shall, must, ought, might, could, should, dan would yang bisaa disebut modals. Modals selalu diikuti oleh kata kerja bentuk pertama (verb 1) contohnya I can play guitar. Jawaban benar adalah sebagai berikut. (1f) It should be in simple past because ’last night’ is specific adverb of time (2f) Because it should be in simple past tense.
72
3) IB-TBB Jenis jawaban ini adalah jawaban benar menurut isi dan tata bahasanya. Contoh jawaban ini dapat dilihat pada soal nomor 4 “Because Sam and Michelle had done all the work theirselves, they were unwilling to give the result to Joan”. Jawaban yang salah adalah theirselves dan jawaban yang benar adalah themselves dengan alasan themselves is the correct reflexive pronoun of they. Contoh jawaban yang dituliskan mahasiswa adalah sebagai berikut. (1) Because ‘themselves’ is the appropriate form of reflexive pronoun of they. (2) It uses reflexive pronoun ‘themselves’ and refers to Sam and Michelle. (3) Because that is reflexives pronoun. So it supposed to be themselves. KE pada siklus I dapat dilihat pada kalimat berikut ini (1) ‘it must be in geround form, (2) Because it is elipstical construction when we use so the sentence is so does John, dan (3) ‘enjoyed is one of the lingking verb that has to use gerund after using this word’. Jawaban benar adalah (1) after preposition it must be in gerund form, (2) because it is elliptical construction/affirmative agreement when we us so the sentence is so does John, dan (3) ‘enjoyed’ is one of the linking verbs that must be followed by gerund. KD adalah kesalahan pemilihan kata dalam kalimat. KD yang ditemukan pada siklus I adalah (1) because there are two past events so one of them should be past perfect, (2) because the first sentence is in the past perfect tense, (3) possessive pronoun of they is themselves, dan (4) the word is uncountable noun. Jawaban benar adalah (1) ‘because there are two past events so first event must be in past perfect tense, (2) ‘because the first activity must be in the past
73
perfect tense, (3) reflexive pronoun of they is themselves, dan (4) ‘homework’ is uncountable noun. Jenis kesalahan TMJ siklus I dari sepuluh buah soal yang dikerjakan oleh 29 orang mahasiswa, pada tes awal kesalahan TMJ ditemukan pada 14 nomor soal dan berkurang menjadi 1 nomor soal pada hasil tes akhir. Hal ini menunjukkan bahwa adanya peningkatan pemahaman tata bahasa Inggris mahasiswa dengan mulai mencoba menuliskan jawaban mereka pada kolom 5 dan memanfaatkan waktu tes dengan sebaik-baiknya. Lebih lanjut, hasil jenis kesalahan pada kolom 5 dipilah per nomor soal untuk mengetahui pokok bahasan mana yang perlu mendapatkan perhatian pada proses belajar mengajar selanjutnya. Selain itu dapat pula dilihat peningkatan pemahaman tata bahasa Inggris mahasiswa melalui jumlah kesalahan baik kesalahan tata bahasa maupun bukan tata bahasa pada tes awal dan tes akhir. Hal ini perlu dilakukan agar proses belajar mengajar menjadi lebih komunikatif dan efektif. Adapun hasil siklus I kolom 5 dapat dilihat tabel di bawah ini. Tabel 4.3 Jumlah Kesalahan Kolom 3 dan 4 serta Jenis Jawaban K5-SI No. Soal
1 1.
Pokok Bahasan
2 Penggunaan simple present tense untuk present time with stative (linking) verbs)
Jumlah Jumlah Jumlah kesalahan kesalahan Jenis Jawaban - K5 K3 K4 Tes Tes Tes Tes Jenis Tes Tes awal akhir awal akhir Jawaban awal akhir 3 4 5 6 7 8 9 0 0 15 3 IS-TBS 7 6 IB-TBS 10 7 IB-KTB 6 16 KE 1 1 KD 1 1 TMJ 0 0
74
1 2.
2 Penggunaan past perfect untuk kejadian yang terjadi lebih dahulu pada waktu lampau
3 0
4 0
5 11
6 3
3.
Penggunaan simple past untuk waktu yang spesifik pada masa lampau
0
0
2
0
4.
Penggunaan reflexive pronoun
1
0
13
2
5.
Penggunaan bukan count noun
2
0
9
3
6.
Penggunaan gerund (verb + ing) sesudah preposition
0
0
0
0
7.
Penggunaan possessive adjective sebelum gerund
2
0
2
0
7 IS-TBS IB-TBS IB-KTB KE KD TMJ IS-TBS IB-TBS IB-KTB KE KD TMJ IS-TBS IB-TBS IB-KTB KE KD TMJ IS-TBS IB-TBS IB-KTB KE KD TMJ IS-TBS IB-TBS IB-KTB KE KD TMJ IS-TBS IB-TBS IB-KTB KE KD TMJ
8 15 12 2 1 1 0 21 8 2 0 3 0 15 9 1 1 0 1 17 8 1 1 0 1 12 11 6 1 3 1 17 6 2 2 0 6
9 13 9 6 0 0 0 18 5 5 0 1 0 12 7 9 0 0 0 15 3 13 1 1 0 9 6 15 0 0 0 15 3 7 1 0 0
75
1 8.
2 Agreement of verbs antara kalimat utama dan anak kalimat
3 0
4 0
5 0
6 0
9.
Bentuk dari affirmative agreement rule
0
0
10
4
10.
Penggunaan gerund
0
0
0
0
7 IS-TBS IB-TBS IB-KTB KE KD TMJ IS-TBS IB-TBS IB-KTB KE KD TMJ IS-TBS IB-TBS IB-KTB KE KD TMJ
8 12 10 2 1 1 2 10 10 6 1 2 2 10 8 1 1 0 1
9 10 3 6 1 1 0 8 3 15 0 1 0 8 6 6 1 1 1
Dari hasil jenis jawaban pada kolom 5 dapat disimpulkan bahwa pokok bahasan yang harus mendapat perhatian untuk proses belajar mengajar selanjutnya adalah penggunaan simple past untuk waktu yang spesifik pada masa lampau (soal nomor 3). Dari tabel di atas dapat dilihat adanya perkembangan yang kurang signifikan, contohnya pada jenis kesalahan IS-TBS berkurang dari 21 kesalahan menjadi 18, kesalahan IB-TBB berkurang dari 8 kesalahan menjadi 5, dan KE berkurang dari 3 menjadi 1. Demikian pula jenis jawaban IB-TBB, bertambah dari 2 jawaban benar menjadi 5. Pokok bahasan yang menunjukkan peningkatan pemahaman tata bahasa Inggris adalah Pengunaan bukan count noun (nomor 5). Pada soal ini ditemukan 17 kesalahan IS-TBS pada tes awal, berkurang menjadi 15 kesalahan, demikian juga kesalahan IB-TBS berkurang dari 8 kesalahan
76
menjadi 3. Bahkan pada jawaban IB-TBB meningkat dari 1 jawaban benar menjadi 13.
Lebih lanjut, analisis per pokok bahasan difokuskan pada analisis
kesalahan tata bahasa IB-TBS untuk mengetahui jenis kesalahan tata bahasa yang lebih banyak dilakukan oleh mahasiswa untuk dijadikan rujukan sebagai fokus pembahasan pada proses belajar mengajar selanjutnya. Jenis dan tingkat kesalahan IB-TBS dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 4.4 Analisis Kesalahan Tata Bahasa IB-TBS – Siklus I No
Jenis Kesalahan
1 2 3 4 5 6
Ketidaksesuaian Subject dan Verba Kesalahan dalam Pembentukan Kalimat Pasif Kesalahan Penggunaan Preposisi Kesalahan Penggunaan to be Penggunaan Verba Ganda Kesalahan Penggunaan Artikel
Jumlah Jawaban Tes Awal Tes Akhir 45 30 15 9 9 6 12 5 5 3 4 1
Dari tabel 4.4 dapat dilihat bahwa kesalahan Ketidaksesuaian Verba dan Kata Kerja perlu mendapat perhatian lebih pada proses pembelajaran selanjutnya karena merupakan jenis kesalahan tata bahasa yang paling sering dilakukan mahasiswa (30 kesalahan pada tes akhir) dibandingankan jenis kesalahan lainnya. 4.2.2.3 Refleksi Siklus I Hasil siklus I menunjukkan adanya peningkatan pemahaman tata bahasa Inggris mahasiswa yang dapat dilihat dari perbandingan hasil tes awal dan tes akhir. Nilai terendah tes awal K3 dan K4 adalah 80 dan 50 meningkat menjadi 100 dan 90 pada hasil tes akhir. Nilai rata-rata tes awal K3 dan K4 adalah 97,9 dan 80, meningkat menjadi 100 dan 97,5 pada hasil tes akhir. Dari hasil tindakan siklus I dari aspek pembelajaran dapat disimpulkan bahwa semua mahasiswa telah
77
melampaui nilai 55 sebagai nilai SKM. Akan tetapi dari aspek linguistik masih perlu dilakukan pelaksanaan siklus II karena hasil siklus I menunjukkan ada enam kesalahan tata bahasa, serta kesalahan non tata bahasa yaitu KE, KD dan TMJ. Dari enam kesalahan tata bahasa yang dituliskan pada kolom 5, ketidaksesuaian subjek dan verba merupakan jenis kesalahan yang sering dilakukan oleh mahasiswa. Refleksi peningkatan pemahaman tata bahasa Inggris dapat perbedaan tingkat kesalahan dan jawaban benar K3, K4 dan K5 dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 4.5 Perbedaan Tingkat Kesalahan dan Jawaban Benar K3, K4 dan K5 ( Tes Awal/1 dan Tes Akhir/2 - Siklus I) K3
K4
1
2
1
2
5
0
62
15
IS-TBS 1 2 136 114
IB-TBS 1 2 90 54
K5 IB-TBB 1 2 29 105
KE 1 2 10 5
KD 1 2 11 7
TMJ 1 2 14 5
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa ada peningkatan pemahaman tata bahasa Inggris, contohnya pada kolom 4 pada tes awal ditemukan 62 kesalahan penulisan jawaban
meningkat
hanya 15 kesalahan pada tes akhir. Contoh
lainnya, pada kolom 5 jenis jawaban IB-TBB pada tes awal ditemukan 29 jawaban benar meningkat menjadi 105 pada hasil tes akhir. Demikian pula dengan kesalahan bukan tata bahasa seperti KE, pada tes awal ditemukan 10 kesalahan berkurang menjadi 5 kesalahan. Berdasarkan data tabel 4.4 kesalahan tata bahasa yang perlu mendapat perhatian lebih pada proses belajar mengajar selanjutnya adalah Ketidaksesuaian Verba dan Kata Kerja.
78
4.3 Tindakan Siklus II 4.3.1 Rencana Tindakan Siklus II Setelah memeroleh hasil siklus I yang menunjukkan ada enam kesalahan tata bahasa khususnya Ketidaksesuaian Subjek dan Verba yang merupakan kesalahan yang paling sering dilakukan oleh mahasiswa, serta kesalahan non tata bahasa (KE, KD dan TMJ) maka dipandang perlu melaksanakan siklus II. Oleh karena itu diadakan diskusi dengan dosen pengampu untuk membicarakan persiapan pelaksanaan siklus II. Dari hasil diskusi tersebut diputuskan untuk melaksanakan siklus II pada Jumat, 1 Maret 2013 dengan memberikan 10 nomor soal untuk diujikan pada tes awal dan tes akhir. Pokok bahasan yang mendapat perhatian dan pengulangan pembahasan adalah kesesuaian antara subjek dan verba. Pengulangan pokok bahasan ini dilakukan dengan memberikan tiga nomor soal pada bahan yang akan diujikan. Pada diskusi tersebut dipersiapkan bahan ajar, review pokok bahasan yang perlu diajarkan kembali dan memperbanyak soal tes. Soal yang diujikan meliputi pokok bahasan (1) penggunaan to infinite; (2) penggunaan verb 1 + complement pronoun + infinitive; (3) penggunaan subject pronoun sesudah verb be; (4) kesesuaian subject dan verb; (5) penggunaan past perfect for the past action that happened first; (6) dan (7) adalah kesesuaian subject dan verb; (8) penggunaan past progressive/past continuous (was/were + (verb
+
ing);
(9)
urutan
yang
benar
dalam
kalimat
subject/verb/
complement/modifier; dan (10) urutan modifier yang benar dalam kalimat yaitu modifier of place + modifier of time.
79
4.3.2 Pelaksanaan Tindakan Siklus II Siklus II dilakukan pada Jumat, 1 Maret 2013. Jumlah mahasiswa yang hadir pada pelaksaanan siklus II adalah 32 orang dari total 35 orang mahasiswa. Pelaksaan kegiatan tes awal dilakukan selama 25 menit. Setelah waktu yang ditentukan selesai lembaran soal dikumpulkan kembali dan dilanjutkan dengan diskusi dan tanya jawab yang membahas tentang pokok bahasan dari setiap soal. dalam proses belajar mengajar ini dosen dan mahasiswa mulai terbiasa menggunakan ERWRT. Setelah selesai membahas semua soal dilanjutkan dengan tes akhir yang dilakukan selama 25 menit. 4.3.2.1 Hasil Observasi Siklus II Pada pelaksaan siklus II, mahasiswa lebih aktif dan mulai terbisaa dengan jenis tes ERWRT. Mereka lebih aktif bertanya dan memberikan alasan atas jawaban mereka jika jawaban mereka berbeda dengan mahasiswa lainnya atau mereka berani bertanya kepada dosen jika mereka merasa ragu atas jawaban yang dianggap benar tersebut. Dosen memberikan kesempatan kepada setiap mahasiswa untuk memberikan pendapat mereka jika merasa jawaban yang diberikan dianggap benar dan selanjutnya dosen memberikan penjelasan teoretis tentang pokok bahasan tersebut. Dalam kegiatan proses belajar mengajar ini mahasiswa mulai antusias memberikan pendapat mereka. 4.3.2.2 Hasil Tes Siklus II Hasil tes awal dan tes akhir yang dilakukan terhadap mahasiswa setelah merujuk kepada kunci jawaban tes menunjukkan adanya peningkatan pemahaman tata bahasa Inggris. Peningkatan pemahaman tata bahasa ini dilihat berdasarkan
80
kesalahan pemilihan opsi jawaban salah pada kolom 3, penulisan jawaban benar pada kolom 4, dan penulisan alasan teoretis pada kolom 5. Penilain atas pilihan jawaban pada kolom 3 dan penulisan jawaban benar pada kolom 4 dilakukan sama seperti pada pelaksaan pada siklus I. Jawaban kolom 3 dan 4 adalah sebagai berikut. Soal nomor 1: After being indicated for his part in a bank robbery, A B the reputed mobster decided find another attorney. C D
K3 : D (find)
K4 : to find
Pada soal nomor 1 pada hasil tes awal di kolom 3 tidak ditemukan jawaban yang salah. Namun pada kolom 4 terdapat dua kesalahan yang dilakukan oleh tujuh orang mahasiswa, yaitu jawaban ‘found’ dan ‘to find/finding’. Pada hasil kegiatan tes akhir tidak ditemukan kesalahan pada kolom 3 dan kolom 4. Soal nomor 2: Harry’s advisor persuaded his taking several A courses which did not involve B C much knowledge of mathematics. D
K3 : A (his taking)
K4 : him to take
Pada soal nomor 2 pada hasil tes awal di kolom 3 tidak ditemukan pilihan jawaban yang salah pada hasil tes awal dan tes akhir. Pada kolom 4 terdapat 6 kesalahan yang dilakukan oleh dua puluh orang mahasiswa, yaitu jawaban (1) him in taking, (2) him take, (3) him taking, ( 4) to take, (5) to take his, dan (6) his to take. Pada hasil kegiatan tes akhir ditemukan dua kesalahan di kolom 4 yang
81
dilakukan oleh dua orang mahasiswa dengan menuliskan jawaban (1) his to take; dan (2) his to talk. Soal nomor 3: The only teachers who were require to attend the meeting A B C were George, Betty and me. D
K3 : D (me)
K4 : I
Pada soal nomor 3 pada hasil tes awal di kolom 3 ada 22 orang mahasiswa yang memilih opsi yang salah yaitu 13 orang yang memilih opsi A, 5 orang mahasiswa memilih opsi B, dan 4 orang mahasiswa memilih opsi C. Pada kolom 4 ada sembilan kesalahan yaitu (1) who, (2) the, (3) who were, (4) to attended, (5) the only , (6) only, (7) the without only , (8) to attending, dan (9) teachers. Pada hasil kegiatan tes akhir tidak ditemukan kesalahan pada kolom 3. Pada hasil tes akhir kolom 4 ditemukan 1 orang mahasiswa tidak menuliskan jawaban. Soal nomor 4: The work performed by these officers are not A B worth our paying them any longer. C D
K3 : K4 : B (are) Is
Pada soal nomor 4 pada hasil tes awal di kolom 3 ada 5 orang mahasiswa yang memilih opsi yang salah dimana 2 orang yang memilih opsi A, dan 3 orang mahasiswa memilih opsi C. Pada kolom 4 ada 5 kesalahan yang dilakukan oleh 27 orang mahasiswa dengan menuliskan jawaban (1) those officers; (2) worth us paying; (3) worth of us paying; (4) were; dan (5) was. Pada hasil kegiatan tes akhir ditemukan 1 kesalahan pilihan opsi pada kolom 3 yaitu pilihan opsi A, dan ada 1 orang mahasiswa tidak menuliskan jawaban di kolom 4.
82
Soal nomor 5: The president went fishing after he has finished A B C D with the conferences.
K3 :
C (has finished)
K4 : had finished
Pada soal nomor 5 pada hasil tes awal dan tes akhir di kolom 3 tidak ada mahasiswa yang memilih opsi yang salah. Pada kolom 4 ada dua kesalahan yang dilakukan oleh 25 orang mahasiswa dengan menuliskan jawaban ‘ finished’ dan ‘to finished’. Pada hasil kegiatan tes akhir ada empat orang mahasiswa masih menuliskan jawaban salah pada kolom 4 yaitu ‘finished’. Soal nomor 6: Peter and Tom plays tennis every afternoon with A B C Mary and me D
K3 : A (plays)
K4 : Play
Pada soal nomor 6 pada hasil tes awal di kolom 3 ada tiga orang mahasiswa yang memilih opsi yang salah yaitu pilihan opsi D. Pada kolom 4 ada satu kesalahan yang dilakukan oleh tiga orang mahasiswa dengan menuliskan jawaban ‘Mary and I’. Pada hasil kegiatan tes akhir tidak ditemukan kesalahan pilihan opsi pada kolom 3 dan jawaban yang salah pada kolom 4. Soal nomor 7: There were a time that I used to swim five laps every day, A B C but now I do not have enough time. D
K3: A (were)
K4: Was
Pada soal nomor 7 pada hasil tes awal di kolom 3 ada sebelas orang mahasiswa yang memilih opsi yang salah, yaitu pilihan opsi C. Pada kolom 4 ada tiga kesalahan yang dilakukan oleh sebelas orang mahasiswa dengan menuliskan
83
jawaban (1) every day, (2) everyday, dan (3) day. Pada hasil kegiatan tes akhir ditemukan satu kesalahan pilihan opsi pada kolom 3, yaitu opsi C dan kesalahan penulisan jawaban oleh satu orang mahasiswa dengan jawaban ‘everyday’ pada kolom 4. Soal nomor 8: He was drink a cup of coffee when the telephone rang. A B C D
K3: K4: A (was was drink) drinking
Pada soal nomor 8 pada hasil tes awal di kolom 3 ada lima orang mahasiswa yang memilih opsi yang salah, yaitu pilihan opsi D. Pada kolom 4 ada delapan kesalahan yang dilakukan oleh 21 orang mahasiswa dengan menuliskan jawaban (1) was dringking, (2) drank, (3) ringing, (4) were drinking, (5) were dringking, (6) were drunk, (7) drunk, dan (8) was drink. Pada hasil kegiatan tes akhir tidak ditemukan kesalahan pilihan opsi pada kolom 3, tetapi pada kolom 4 ada enam orang mahasiswa yang menuliskan jawaban yang salah, yaitu (1) were drinking, (2) were dringking, (3) was dan (4) was drank. Soal nomor 9: We called yesterday our friends in Boston A B to tell them about the reunion that we C D are planning.
K3: B (yesterday our friends in Boston)
K4: our friends in Boston yesterday
Pada soal nomor 9 pada hasil tes awal di kolom 3 ada empat orang mahasiswa yang memilih opsi yang salah yaitu pilihan opsi C. Pada kolom 4 ada empat kesalahan yang dilakukan oleh delapan orang mahasiswa dengan menuliskan jawaban (1) our friend, (2) to told, (3) ringing, dan (4) our friend yesterday. Pada hasil kegiatan tes akhir tidak ditemukan kesalahan pilihan opsi pada kolom 3,
84
tetapi pada kolom 4 ada satu orang mahasiswa yang menuliskan jawaban salah, yaitu ‘our friend yesterday’. Soal nomor 10: The children were playing A last night outdoors when it B began to rain very hard. C D
K3: B (last night outdoors)
K4: outdoors last night
Pada soal nomor 10 pada hasil tes awal di kolom 3 ada tiga orang mahasiswa yang memilih opsi yang salah yaitu pilihan opsi A dan D. Pada kolom 4 ada dua kesalahan yang dilakukan oleh tiga orang mahasiswa dengan menuliskan jawaban ‘raining very hard’ dan ‘were played’. Pada hasil kegiatan tes akhir tidak ditemukan kesalahan pilihan opsi pada kolom 3 dan kesalahan penulisan jawaban pada kolom 4. Selanjutnya hasil tes awal dan tes akhir K3 dan K4 dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 4.6 Daftar Nilai Tes Awal dan Tes Akhir K3 dan K4 Siklus II No Absen 1 2 3 4 5 6 7 8 9 11 12 13 14 15
K3 2 80 80 90 80 90 90 90 90 80 80 80 70 90
Tes Awal
K4 3 50 40 50 50 70 80 60 50 40 60 40 50 70
K3 4 100 90 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
Tes Akhir
K4 5 100 80 80 80 100 90 90 100 100 90 100 100 100
85
1 17 18 19 21 22 23 24 25 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 38 Nilai rata-rata
2 70 70 80 80 80 100 80 90 100 80 100 90 80 100 80 90 70 80 80 84
3 40 50 40 50 60 70 50 60 70 40 80 60 40 60 50 50 40 50 40 53,4
4 100 100 100 100 100 100 100 100 100 90 100 100 100 100 100 100 100 100 90 99
5 100 100 90 90 100 100 100 100 100 60 100 100 100 90 100 100 90 90 90 94
Dari daftar nilai siklus II yang diikuti oleh 32 orang mahasiswa, pada hasil kegiatan tes awal pada kolom K3 ada 4 orang mahasiswa memeroleh nilai 70; 15 orang mahasiswa memeroleh nilai 80; 9 orang mahasiswa memeroleh nilai 90; dan 4 orang mahasiswa memerolah nilai 100. Pada kolom 4 ada 9 orang mahasiswa memeroleh nilai 40; 11 orang mahasiswa memeroleh nilai 50; 6 orang mahasiswa yang memeroleh nilai 60; 4 orang mahasiswa memeroleh nilai 70; dan 2 orang mahasiswa memeroleh nilai 80. Hal ini menunjukkan bahwa berdasarkan hasil tes awal ada dua puluh orang mahasiswa memeroleh nilai di bawah nilai ketuntasan minimum yang dipersyaratkan, yaitu 55. Hasil kegiatan tes akhir pada kolom 3 ada 3 orang mahasiswa memeroleh nilai 90 dan 29 orang mahasiswa memeroleh nilai 100. Pada kolom 4 ada 1 orang
86
mahasiswa memeroleh nilai 60; 1 orang mahasiswa memeroleh nilai 70; dan 3 orang mahasiswa memeroleh nilai 80; 9 orang mahasiswa memeroleh nilai 90; dan 19 orang mahasiswa memeroleh nilai 100. Berdasarkan hasil tes akhir diketahui tidak ada mahasiswa yang memeroleh nilai di bawah nilai ketuntasan minimum. Nilai rata-rata kolom 3 pada kegiatan tes awal adalah 84 dan meningkat menjadi 99 pada hasil tes akhir. Nilai rata-rata 53,5 pada tes awal kolom 4 meningkat menjadi 94 pada hasil tes akhir. Lebih lanjut nilai yang diperoleh mahasiswa pada kegiatan tes awal dan tes akhir yang menunjukkan peningkatan pemahaman tata bahasa Inggris dapat dilihat pada grafik di bawah ini.
16 14 12 10 K3
8
K4
6 4 2 0 40
50
60
70
80
90
Grafik 4.5 Hasil Tes Awal Siklus II K3 dan K4
100
87
35 30 25 20
K3
15
K4
10 5 0 60
70
80
90
100
Grafik 4.6 Hasil Tes Akhir Siklus II K3 dan K4
120 100 80 K3
60
K4 40 20 0 Tes Awal
Tes Akhir
Grafik 4.7 Perbandingan Nilai Rata-rata Siklus II K3 dan K4
88
Sama seperti pada pelaksanaan siklus I, kesalahan yang ada pada kolom 5 (kolom alasan) dianalisis dari aspek linguistiknya yang terdiri dari 2 dimensi yaitu isi dan tata bahasa dengan tiga kemungkinan jawaban: (1) Isi Salah – Tata Bahasa Salah (IS-TBS); (2) Isi Benar – Tata Bahasa Salah (IB-TBS); dan (3) Isi Benar – Tata Bahasa Benar (IB-TBB). Kesalahan tata bahasa selanjutnya dilihat dari kesalahan berdasarkan pattern (verbs, pronouns, nouns, adjectives) atau style (parallel structure, agreement). Ada pula tiga kesalahan non tata bahasa yaitu Kesalahan Ejaan (KE), Kesalahan Diksi (KD) dan Tidak Menuliskan Jawaban (TMJ). Jenis Kesalahan yang ditemukan pada siklus II adalah sebagai berikut. 1) IS-TBS. Contoh jawaban ini berdasarkan soal nomor 6 “Peter and Tom plays tennis every afternoon with Mary and me’. Jawaban salah adalah plays, dan jawaban yang benar adalah play. Alasan dari jawaban tersebut adalah : play (the plural form of the verb) agrees with the plural subjects, Peter and Tom. Jawaban yang diberikan ini salah karena tidak sesuai dengan pokok bahasan yang dimaksudkan yaitu kesesuaian antara subjek dan verba. Contoh jawaban salah yang dituliskan oleh mahasiswa adalah sebagai berikut. (1). The form of the sentence is present continuous tense. (2) It is subject. (3) No need to put ‘s’ because there is word ‘every’ to show it is simple present tense. (4) ‘me’ suppose to be ‘I’ because it is a subject not an object.
89
2) IB-TBS. Ditemukan enam kesalahan tata bahasa pada siklus II. a) Kesalahan Penggunaan to be. Contoh kesalahan ini adalah sebagai berikut. (1) Because there two verbs so, it must separate the verb in to infinitive. (2) Because the subject more than one person so should be answer (they) play. (3) Because there is word ‘a time’ which mean singular word so we have to change were to was. (4) Adverb of time must put at the end of the sentence. (5) If we use past progressive the verb must in ‘ing’ form. (6) Because adverb ‘yesterday’ incorrect place and we have to change and put it at the end of the sentence. Jawaban benar adalah sebagai berikut. (1a) Because there are two verbs, ‘decided’ (linking verb) must be followed by ‘to find’ (infinitive). (2a) Because the subject more is than one person so should be answer (they) play (the verb is in plural form) (3a) Because there is word ‘ a time’ which is a singular noun so we Have to change ‘were’ to ‘was’. (4a) Adverb of place and time must be after a verb/object. (5a) If we use past progressive tense the verb must be in ‘ing’ form
90
which tells about one activity that happened first before other activity interrupted/occurred. (6a) Because adverb ‘yesterday’ is incorrect place and we have to change and put it at the end of the sentence after adverb of place. b) Kesalahan dalam Pembentukan Kalimat Pasif. Contoh kesalahan ini adalah sebagai berikut. (1)
Because after decided should follow by verb to infinitive.
(2)
After verb must followed by pronoun.
(3)
Because verb should be follow by pronoun and to infinitive.
(4)
Because the sentence is past continuous tense so was drink is not correct and should be change.
Jawaban benar adalah sebagai berikut. (1b) Because after ‘decided’ (linking verb) should be followed by to infinitive (2b) After verb must be followed by complement pronoun and infinitive. (3b) Because verb should be followed by complement pronoun and to infinitive. (4b) Because the sentence is in past continuous tense so ‘was drink’ is not correct and should be changed into ‘was drinking’ which means this activity happened first in the past. c) Penggunaan Verba Ganda. Contoh kesalahan ini adalah sebagai berikut. (1) That is must use to infinitive = to + V1.
91
(2) Because ‘time’ is refers to uncountable noun’. (3) Should be use past continuous (4) Because that is use simple past continuous into two events Jawaban benar adalah sebagai berikut. (1c) It must use infinitive because ‘decided’ is one linking verb that must be followed by infinitive ‘to find’. (2c) Because ‘a time’ as subject is an uncountable noun (singular noun). (3c) It should be in past continuous tense to tell about the activity that happened first in the past before other activity interrupted/occurred. (4c) It uses past continous tense to tell about the activity that happened first in the past before other activity interrupted/occurred. d) Ketidaksesuaian Subjek dan Verba. Contoh kesalahan ini adalah sebagai berikut. (1) After link in verb the subject stands for objective pronoun and the verb that follow it must be in bare infinitive’. (2) It act as a subject. (3) It is past perfect tense. There are two events happen in the past. (4) It use past perfect. (5) Cause it describe about time can not put in the middle of sentence. Jawaban benar adalah sebagai berikut. (1d ) After linking verb the subject stands as complement pronoun and it is followed by infinitive. (2d) It acts as a subject pronoun and we should use subject pronoun
92
after the verb be. (3d) Because there are two events happened in the past, use past perfect for the action that happened first and past tense for second action. (4d) It uses past perfect to tell about past action that happened first. (5d) Because it describes about adverb of place and time after a verb or object. e) Ketidaksesuaian Jumlah dan Nomina. Contoh kesalahan ini adalah sebagai berikut. (1)
Because there are two past event.
(2)
Because there are two person stands for subject so the verb must be in v1.
(3)
Because the subject 2 person so should answer (they) play.
Menurut Eirlinch (2002:18), nomina dapat merupakan nama orang, tempat, benda, kualitas, aktivitas, konsep dan kondisi. Dilihat dari jumlahnya nomina terdiri dari nomina tunggal dan nomina jamak. Umumnya nomina membentuk jamaknya dengan menambahkan ‘s’ pada bentuk tunggalnya. Contohnya girl – two girls, bear – four bears. Namun ada beberapa pengecualian yaitu tambahkan ‘es’ jika nomina tersebut berakhiran –s (glass-glasses), -z (quiz-quizes), -sh (flashflashes), -ch (bunch-bunches), dan -x (box-boxes). Jika nomina tersebut berakhiran –y namun didahului konsonan, ubahlah -y menjadi –i dan tambahkan – es, contohnya harmony-harmonies. Jawaban benar adalah sebagai berikut. (1e) Because there are two past events, use past perfect for the event that happened first and past tense for second even’.
93
(2e) Because there are two persons as the subject of the sentence so the verb must be in v1 or plural form. (3e) Because the subject is 2 persons so should answer (they) play, (the verb is in plural form). f)
Kesalahan Penggunaan Preposisi. Contoh kesalahan ini adalah sebagai berikut. 1)
Because the adverb of time should be put in front of or in the last sentence.
2)
Because should be put adverb of time in front of sentences or the last of the sentences.
3)
The adverb of place must be put on the end of the sentence.
Jawaban benar adalah sebagai berikut. (1f) Because the adverb of place and time should be put after a verb or object in a sentence. (2f) Because it should be adverb of place and adverb of time after a verb or object. (3f) Adverb of place and time must be put after object/complement.
KE pada siklus II adalah (1) Because verb should be followed by pronoun and infitive dan (2) Because a time is a oncauntable noun. Jawaban benar adalah (1) Because linking verb should be followed by complement pronoun and infinitive dan (2) Because a time is an uncountable noun.
94
KD yang ditemukan pada siklus II adalah (1) Time is uncountable thing so use ‘was’, (2) Because time is uncountable thing so it should be was, (3) Past continuous tense (formulation) : s + to be (was/were) + verb (ing),dan (4) It is suppose to be the complement of place in front of the complement of time. Jawaban benar adalah (1) A time’ as the subject is uncountable noun so use ‘was’, (2) Because time is uncountable noun so it should be ‘was’, (3) Past continuous tense (formula/pattern) is: s + to be (was/were) + verb (ing) which tells
about
one
activity
that
happened
first
before
other
activity
interrupted/occurred, dan (4) In a sentence after object/complement it is supposed to be the adverb of place in front of the adverb of time’. Jenis kesalahan TMJ pada tes awal siklus II dari 10 buah soal yang dikerjakan oleh 32 orang mahasiswa ditemukan 30 nomor soal dengan kesalahan TMJ dan berkurang menjadi 8 nomor soal pada hasil tes akhir. Hal ini menunjukkan peningkatan pemahaman tata bahasa Inggris mahasiswa sehingga mereka berupaya menuliskan jawaban pada kolom 5. Di samping itu mereka mulai mampu memanfaatkan waktu tes akhir dengan lebih baik sehingga peluang untuk tidak menuliskan jawaban pada kolom 5 berkurang. Lebih lanjut, hasil tes awal dan tes akhir siklus II dianalisis berdasarkan jumlah kesalahan pada kolom 3 dan kolom 4 serta jenis jawaban pada kolom 5 untuk mengetahui pokok bahasan mana yang perlu mendapatkan perhatian pada proses belajar mengajar selanjutnya. Hal ini perlu dilakukan agar proses belajar mengajar menjadi lebih komunikatif dan efektif. Adapun hasil siklus II tersebut dapat dilihat tabel di bawah ini.
95
Tabel 4.7 Jumlah Kesalahan K3 dan K4 serta Jenis Jawaban K5 - Siklus II No. Soal
1.
1
Pokok Bahasan
2 Penggunaan to infinite
Jumlah kesalahan K3 Tes Tes awal akhir 3 4 0 0
Jumlah kesalahan K4 Tes Tes awal akhir 5 6 7 0
2.
Penggunaan verb 1 + complement pronoun + infinitive
0
20
0
2
3.
Penggunaan subject pronoun sesudah verb be
22
0
9
1
4.
kesesuaian subject dan verb
5
1
27
1
5.
Penggunaan past perfect for the past action that happened first
0
0
25
4
6.
Kesesuaian subject dan verb
3
0
3
0
Jumlah Jenis Jawaban - K5 Jenis Jawaban 7 IS-TBS IB-TBS IB-KTB KE KD TMJ IS-TBS IB-TBS IB-KTB KE KD TMJ IS-TBS IB-TBS IB-KTB KE KD TMJ IS-TBS IB-TBS IB-KTB KE KD TMJ IS-TBS IB-TBS IB-KTB KE KD TMJ IS-TBS IB-TBS IB-KTB KE KD TMJ
Tes awal 8 18 7 12 0 1 5 13 4 11 1 1 5 9 3 14 2 2 4 8 6 16 2 2 1 13 6 4 1 1 1 3 10 11 2 2 2
Tes akhir 9 16 5 24 0 1 0 11 0 21 1 1 1 8 0 20 1 1 0 6 2 29 1 1 1 11 2 9 1 1 1 2 4 23 1 1 1
96
2 Kesesuaian subject dan verb
3 11
4 1
5 11
6 1
8.
Penggunaan past progressive/past continuous (was/were + (verb + ing)
5
0
21
6
9.
Urutan yang benar dalam kalimat subject/verb/comp lement/modifier
4
0
8
1
10.
Urutan modifier yang benar dalam kalimat yaitu modifier of place + modifier of time
3
0
3
0
7.
1
7 IS-TBS IB-TBS IB-KTB KE KD TMJ IS-TBS IB-TBS IB-KTB KE KD TMJ IS-TBS IB-TBS IB-KTB KE KD TMJ IS-TBS IB-TBS IB-KTB KE KD TMJ
8 8 11 7 1 1 4 10 6 5 2 2 4 7 5 12 0 1 4 1 6 18 1 1 1
9 7 7 20 1 1 2 9 1 8 1 1 2 6 2 20 0 2 2 1 0 20 0 1 0
Dari hasil jenis jawaban pada kolom 5 dapat disimpulkan bahwa pokok bahasan yang harus mendapat perhatian untuk proses belajar mengajar selanjutnya adalah penggunaan past perfect for the past action that happened first (soal nomor 5) dan soal nomor 8 yaitu penggunaan past progressive/past continuous (was/were + (verb + ing). Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa dari dua nomor soal tersebut dapat dilihat jawaban IB-TBB menunujukkan perkembangan yang kurang sigfikan dari 4 jawaban benar menjadi 9 dan 5 jawaban benar menjadi 8. Peningkatan yang signifikan ditemukan pada soal nomor 4, 6 dan 7 di mana soalsoal ini diujikan dengan tujuan untuk mengurangi kesalahan ketidaksesuaian
97
verba dan kata kerja yang paling banyak terjadi pada siklus I. Hasil tes akhir menunjukkan peningkatan jawaban IB-TBB dari ketiga soal tersebut masingmasing 16 menjadi 29, 11 menjadi 23 dan 7 menjadi 20. Sama seperti pada pelaksanaan siklus I, selanjutnya analisis per pokok bahasan difokuskan pada analisis kesalahan tata bahasa IB-TBS untuk mengetahui jenis kesalahan tata bahasa yang lebih banyak dilakukan oleh mahasiswa untuk dijadikan rujukan sebagai fokus pembahasan pada proses belajar mengajar selanjutnya. Jenis dan tingkat kesalahan IB-TBS dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 4.8 Analisis Kesalahan Tata Bahasa IB-TBS – Siklus II No
Jenis Kesalahan
1 2 3 4 5 6
Ketidaksesuaian Subject dan Verba Kesalahan Penggunaan Preposisi Penggunaan Verba Ganda Kesalahan dalam Pembentukan Kalimat Pasif Kesalahan Penggunaan to be Ketidaksesuaian Jumlah dan Nomina
Jumlah Jawaban Tes Awal Tes Akhir 8 3 5 1 3 0 16 3 7 1 20 15
Tabel 4.8 menunjukkan bahwa kesalahan Ketidaksesuaian Subjek dan Verba yang ditemukan pada siklus I sudah jauh berkurang. Hasil tes awal menunjukkan ada 8 kesalahan dan berkurang menjadi 3 pada tes akhir. Kesalahan yang perlu mendapat perhatian pada proses belajar mengajar selanjutnya adalah Ketidaksesuaian Jumlah dan Nomina karena ditemukan 20 kesalahan pada tes awal namun hanya mengalami sedikit peningkatan menjadi 15 kesalahan pada tes akhir.
98
4.3.1.3 Refleksi Siklus II Hasil siklus II menunjukkan adanya peningkatan pemahaman tata bahasa Inggris mahasiswa yang dapat dilihat dari perbandingan hasil tes awal dan tes akhir. Nilai terendah tes awal K3 dan K4 adalah 70 dan 40 meningkat menjadi 90 dan 60 pada hasil tes akhir. Nilai rata-rata tes awal K3 dan K4 adalah 84 dan 53,4 meningkat menjadi 99 dan 94 pada hasil tes akhir. Dari hasil tindakan siklus II dari aspek pembelajaran dapat disimpulkan bahwa semua mahasiswa telah melampaui nilai 55 atau nilai SKM. Dari aspek linguistik
menunjukkan
peningkatan pemahaman khususnya kesalahan ketidaksesuaian subjek dan verba yang banyak terjadi pada siklus I. Pada silkus I prosentase kesalahan ini adalah 41% dan berkurang menjadi 13% pada siklus II. Ada lima kesalahan tata bahasa yang sama seperti pada siklus I kecuali Kesalahan Penggunaan Artikel. Kesalahan tata bahasa lainnya yang ditemukan pada siklus II adalah Ketidaksesuaian Jumlah dan Nomina. Selanjutnya kesalahan tata bahasa pada siklus I dan II dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 4.9 Perbandigan Kesalahan Tata Bahasa pada Siklus I dan II K3
K4
K5
1
2
1
2
43
22
114
16
IS-TBS 1 2 90 77
IB-TBS 1 2 64 23
IB-TBB 1 2 110 194
KE 1 2 12 7
KD 1 2 14 11
TMJ 1 2 30 8
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa ada peningkatan pemahaman tata bahasa Inggris, contohnya pada kolom 4 pada tes awal ditemukan 114 kesalahan penulisan jawaban benar meningkat
menjadi
16
kesalahan pada tes akhir.
Contoh lainnya, pada kolom 5 jenis jawaban IB-TBB pada tes awal ditemukan
99
110 jawaban benar meningkat menjadi 194 jawaban benar pada hasil tes akhir. Demikian pula dengan kesalahan bukan tata bahasa seperti KE, pada tes awal ditemukan 12 kesalahan berkurang menjadi 7 kesalahan pada tes akhir.
Hasil
pelaksanaan siklus I dan II menunjukkan bahwa pengaplikasian ERWRT terbukti dapat meningkatkan pemahaman tata bahasa Inggris mahasiswa dapat juga meningkatkan keterampilan menulis mereka yang tampak pada kolom 5.
4.4 Perbandingan Hasil Pra-tindakan, Siklus I dan Siklus II Selanjutnya hasil pra-tindakan (p-t), Siklus I (S I) dan Siklus II (S II) dianalisis sebagai berikut. Tabel. 4.10 Hasil Pra-tindakan, Siklus I, dan Siklus II
Bobot 0—44 45—54 55—69 70—84 85--100
P-t Jumlah Mahasiswa: 35 orang 7 4 11 3 10
K3 SI (tes awal)
K4 SI (tes awal)
Jumlah Mahasiswa : 29 orang 0 0 0 0 0 0 0 0 29 29
K3 SII (tes akhir)
K4 SII (tes akhir)
Jumlah Mahasiswa: 32 orang 0 0 0 0 0 1 0 3 32 28
Tabel di atas menunjukkan bahwa pada hasil pra-tindakan, dari 35 orang mahasiswa ada 11 orang mahasiswa memeroleh nilai di bawah nilai 55 sebagai nilai SKM. Pada kolom 3 dan kolom 4 siklus I dan II semua mahasiswa memenuhi SKM. Perbandingan nilai tersebut dapat dilihat dengan lebih jelas pada grafik di bawah ini.
100
35 30 25
P-t
20
K3 SI Tes Awal
15
K4 SI Tes Awal K3 SI Tes Akhir
10
K4 SII Tes Akhir
5 0 0-44
45-54
55-69
70-84
85-100
Grafik 4.8 Perbandingan Nilai Pra-tindakan, K3- K4 Siklus I dan II
Perbandingan peningakatan pemahaman melalui pemilihan opsi pada kolom 3 dan penulisan jawaban benar pada kolom 4 dapat dilihat pada grafik 4.9 di bawah ini. 140 120 100 Tes Awal K3
80
Tes Akhir K3
60
Tes Awal K4 Tes Akhir K4
40 20 0 Siklus I
Siklus II
Grafik 4.9 Perbandingan Peningkatan Pemahaman Tata Bahasa Inggris (Tes Awal dan Tes Akhir - Kolom 3 dan 4 pada Siklus I dan II)
101
Pada grafik di atas dapat dilihat bahwa pada pelaksanaan siklus I ditemukan 5 kesalahan pemilihan opsi tes awal kolom 3 namun pada hasil tes akhir kesalahan ini tidak ditemukan. Pada kolom 4 hasil tes awal menunjukkan ada 62 kesalahan penulisan jawaban dan kesalahan ini berkurang pada tes akhir menjadi 15. Pada siklus II, hasil tes awal kolom menunjukkan bahwa ada 43 kesalahan pemilihan opsi dan berkurang menjadi 22 kesalahan pada hasil tes akhir. Sedangkan pada kolom 4 ditemukan 121 kesalahan penulisan jawaban pada tes awal dan berkurang menjadi 16 kesalahan pada hasil tes akhir. Selanjutnya untuk melihat peningkatan pemahaman tata bahasa Inggris mahasiswa khususnya pada kajian linguistik baik kesalahan tata bahasa dan bukan tata bahasa dapat dilihat pada grafik di bawah ini. 250
200
K5 SI Tes Awal
150
K5 SI Tes Akhir K5 SII Tes Awal
100
K5 SII Tes Akhir 50
0 IS-TBS
IB-TBS
IB-TBB
Grafik 4.10 Perbandingan Peningkatan Pemahaman Tata Bahasa Inggris (Kesalahan Tata Bahasa – Tes Awal dan Tes Akhir Siklus I dan II)
102
Pada grafik di atas tergambar peningkatan pemahaman tata bahasa Inggris dari aspek linguistiknya di mana ada tiga jenis kesalahan tata bahasa dari dimensi isi dan tata bahasa. Kesalahan IS-TBS, contohnya pada grafik di atas menunjukkan bahwa hasil kegiatan tes awal siklus I ditemukan 136 kesalahan dan berkurang menjadi 54. Jumlah kesalahan IB-TBS pada tes awal adalah 29, bertambah menjadi 105. Peningkatan yang lebih baik ada pada jenis jawaban IBTBB, ditemukan peningatan dari 29 jawaban benar pada tes awal menjadi 105 pada tes akhir. Demikian pula pada hasil siklus II perbandingan hasil tes awal dan akhir tampak pada 90 kesalahan IS-TBS yang berkurang menjadi 77 dan jumlah kesalahan IB-TBS berkurang dari 64 kesalahan menjadi 23. Peningkatan yang signifikan ditemukan pada jenis jawaban IB-TBB karena dari 110 jawaban benar meningkat menjadi 194. Kesalahan IB-TBS pada siklus I dan II selanjutnya dianalisis guna mengetahui secara detil peningkatan pemahaman berdasarkan hasil tes yang ada. Hasil analisis IB-TBS dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 4.11 Perbandingan Kesalahan IB-TBS Siklus I dan II No
1 2 3 4 5 6 7
Jenis Kesalahan
SI
SII
Tes Tes Tes Tes Awal Akhir Awal Akhir Ketidaksesuaian Subject dan Verba 45 30 8 3 Kesalahan Penggunaan Preposisi 15 9 5 1 Penggunaan Verba Ganda 9 6 3 0 Kesalahan dalam Pembentukan Kalimat 12 5 16 3 Pasif Kesalahan Penggunaan to be 5 3 7 1 KesalahanPenggunaan Artikel 4 1 0 0 Ketidaksesuaian Jumlah dan Nomina 0 0 20 15
103
Pada siklus I kesalahan IB-TBS yang paling sering dilakukan mahasiswa adalah ketidaksesuain Subjek dan Verba, namun kesalahan ini berkurang pada siklus II. Pada hasil siklus II kesalahan IB-TBS yang paling sering dilakukan mahasiswa adalah Ketidaksesuaian Jumlah dan Nomina sehingga perlu menjadi fokus penjelasan pada proses belajar mengajar selanjutnya. Perbandingan kesalahan IB-TBS siklus I dan II lebih jelasnya ditampilkan pada grafik 4.11 di bawah ini di mana nomor pada tabel 4.11 merupakan representasi dari kesalahankesalahan tersebut. 50 45 40 35 30
Tes Awal SI
25
Tes Akhir SI
20
Tes Awal SII
15
Tes Akhir SII
10 5 0 KSdV
KPPrep
PVG
KdPKPas
KPtb
KPArt
KJdN
Grafik 4.11 Perbandingan Kesalahan IB-TBS Siklus I dan II
Perbandingan kesalahan non tata bahasa dapat dilihat pada grafik 4.12 di bawah ini.
104
35 30 25 K5 SI Tes Awal
20
K5 SI Tes Akhir
15
K5 SII Tes Awal
10
K5 SII Tes Akhir
5 0 KE
KD
TMJ
Grafik 4.12 Perbandingan Peningkatan Pemahaman Tata Bahasa Inggris (Kesalahan Non Tata Bahasa – Tes Awal dan Tes Akhir Siklus I dan II)
Pada grafik 4.12 di atas dapat dilihat peningkatan pemahaman tata bahasa Inggris dari kesalahan non tata bahasa. Perbandingan kesalahan ini dilihat berdasarkan hasil tes awal dan tes akhir. Pada siklus I KE berkurang dari 10 kesalahan menjadi 5, KD berkurang dari 11 kesalahan menjadi 7, dan kesalahan TMJ berkurang dari 14 menjadi 5. Hasil tes awal dan tes akhir siklus II juga menunjukkan berkurangnya kesalahan KE, KD dan TMJ. KE berkurang dari 12 kesalahan menjadi 7, KD berkurang dari 14 kesalahan menjadi 7, dan TMJ berkurang dari 30 kesalahan menjadi 8. Berdasarkan hasil kuesioner yang diisi oleh mahasiswa, tanggapan terhadap penerapan jenis tes ERWRT dalam membantu pemahaman tata bahasa Inggris mereka adalah (1) ERWRT sangat membantu dalam memahami tata bahasa Inggris karena harus memberikan alasan yang benar atas pilihan; (2) membantu dalam pemilihan kata yang tepat sehingga jawaban yang diberikan
105
tidak dipahami secara salah; (3) tidak boleh asal menjawab karena jawaban yang salah akan merugikan; dan (4) lebih teliti dalam menganalisis kesalahan yang ada di dalam kalimat karena jika salah menganalisis maka alasan yang diberikan pun akan salah. Dengan memperhatikan peningkatan nilai dan tanggapan mahasiswa maka dapat disimpulkan bahwa ERWRT sangat efektif untuk meningkatkan pemahaman tata bahasa Inggris mahasiswa dari baik kesalahan tata bahasa maupun kesalahan non tata bahasa. Secara tidak langsung model evaluasi ini juga meningkatkan kemampuan menulis mahasiwa. Analisis per pokok bahasan merupakan upaya untuk mengetahui pokok bahasan yang belum dipahami secara baik oleh mahasiswa. Di samping itu, analisis kesalahan tata bahasa dari aspek isi dan tata bahasa sangat membantu dosen dalam menyiapkan bahan ajar untuk proses belajar mengajar selanjutnya.
106
BAB V KURIKULUM, SILABUS, SATUAN ACARA PERKULIAHAN DAN EVALUASI 5.1 Kurikulum Menurut Sukmadinata (2003:1), kurikulum merupakan inti dari proses pendidikan. Sebab di antara bidang-bidang pendidikan, yaitu manajemen pendidikan, kurikulum, dan layanan siswa. Kurikulum merupakan bidang yang paling langsung berpengaruh terhadap hasil pendidikan. Dalam pengembangan kurikulum, minimal dapat dibedakan antara “desain kurikulum atau kurikulum tertulis (design, written, ideal, official, formal, document curriculum) dan implementasi kurikulum atau kurikulum perbuatan (curriculum implementation, curriculum in action, aktual curriculum, real curriculum)”. Kurikulum perguruan tinggi yang ada di Universitas Maharaswati (Unmas) merupakan pengembangan dari kurikulum yang ada sebelumnya yaitu Kurikulum 1994, Kurikulum 2000, Kurikulum 2004, Kurikulum 2006 dan Kurikulum 2008. Unmas Denpasar menggunakan Kurikulum 2008 untuk Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) disusun dengan memerhatikan (1) Undang Undang RI No. 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
(2) Peraturan Pemerintah RI No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, (3) Keputusan Mendiknas RI No. 232/U/2000 tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum Perguruan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa, dan (4) Keputusan Mendiknas RI No. 045/U/2002 tentang Kurikulum Inti Perguruan Tinggi yang berlaku saat ini.
107
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang guru, yang pada prinsipnya memberikan otonomi, peluang, dan kesempatan sekaligus tantangan bagi setiap perguruan tinggi untuk mengatur dan mengembangkan kurikulumnya sesuai dengan standar nasional dan kebutuhan masyarakat yang bersifat aktual. Dengan adanya peraturan tersebut, setiap perguruan tinggi dan struktur yang berada di dalamnya diharapkan memiliki misi, visi, tujuan, dan sasaran yang jelas serta memiliki kekhasan sendiri. Kebutuhan akan dunia pendidikan yang ada si dalam masyarakat melandasi pengembangan Kurikulum 2008 di Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris. Dunia pendidikan secara umum dan khususnya masyarakat sangat membutuhkan guru profesional dan ahli di bidangnya. Sejalan dengan hal tersebut kurikulum yang berlaku di Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris memerlukan penyempurnaan dan perubahan dari kurikulum sebelumnya. Selain perubahan dan penyempurnaan kurikulum, hal lain yang memengaruhinya adalah tuntutan kompetensi guru yang meliputi kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Salah satu upaya untuk meningkatkan kemampuan dan daya saing lulusan di dunia kerja, Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris rnenyajikan mata kuliah yang dipandang dapat mendukung maksud tersebut dalam bentuk mata kuliah keterampilan praktik mengajar, mata kuliah praktik keterampilan berbahasa, dan mata kuliah pendukung yang disesuaikan dengan kebutuhan satuan pendidikan sekolah dasar dan menengah. Selain peningkatan keterampilan akademik di atas, mahasiswa juga dibekali dengan seperangkat keterampilan lainnya berupa program sertifikasi dan pelatihan.
108
5.1.1 Profil Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Mahasaraswati Denpasar Universitas Mahasaraswati adalah sebuah universitas swasta yang berlokasi di Jalan Kamboja No. 11A Denpasar. Universitas Mahasaraswati Denpasar yang selanjutnya disingkat Unmas Denpasar adalah salah satu perguruan tinggi yang ada di lingkungan Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta (Kopertis) Wilayah VIII, di bawah pengelolaan Yayasan Rakyat Saraswati Denpasar. Unmas Denpasar bermula dari didirikannya Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Saraswati pada 8 Desember 1963 dengan status terdaftar Nomor: 134/B/Swt/P/65; pada 2 Desember 1965 yang terdiri atas Jurusan Sejarah/Antropologi dan Bahasa Inggris. Situasi politik tahun 1965, yaitu meletusnya G.30.S/PKI mengakibatkan IKIP Saraswati pada tahun 1965 tidak aktif sampai dengan tahun 1979. Pada 23 Agustus 1979 IKIP Saraswati diaktifkan kembali dan dikembangkan dengan membuka Fakultas Sastra dan Seni dengan Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia. Fakultas Keguruan Jurusan Eksakta terdiri atas Jurusan Matematika dan Ilmu Hayat serta Fakultas Ilmu Pendidikan dengan Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan (BP) dan Jurusan Pendidikan Umum (PU). Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, IKIP Saraswati ditetapkan kembali dengan status terdaftar Nomor:039/0/1981, 22 Januari 1981 yang memiliki Fakultas Keguruan dengan Jurusan
Bahasa
dan
Sastra
Indonesia,
Jurusan
Biologi,
Jurusan
109
Sejarah/Antropologi, Jurusan Matematika, dan Jurusan Bahasa Inggris dan Fakultas Ilmu Pendidikan dengan Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan (BP) dan Jurusan Pendidikan Umum (PU). Program Studi Bahasa Inggris Unmas berdasarkan Izin Operasional Dikti berakreditasi B tertanggal 4 Maret 2003 sampai dengan 15 Juni 2013. Mahasiswa yang menempuh pendidikan di Unmas berasal dari Provinsi Bali dan dari luar provinsi seperti Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur. Keberagaman mahasiswa ini menunjukkan bahwa Unmas memiliki kredibiltas yang baik di mata masyarakat. Agar dapat diterima di Unmas calon mahasiswa harus mengikuti tes masuk perguruan tinggi. Mahasiswa pada semester IV Kelas K, Program Studi Bahasa Inggris umumnya adalah pegawai yang bekerja pada pagi hari dan mengikuti kuliah pada sore hari. Hal ini merupakan suatu tantangan tersendiri di mana mereka harus lebih disiplin mengatur waktu kerja dan belajar.
5.1.2 Manfaat Penelitian bagi Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Mahasaraswati Denpasar Berdasarkan hasil penelitian ini yang bermanfaat bagi pengembangan kurikulum bahasa Inggris adalah proses evaluasi. Evaluasi ini berkaitan dengan pengembangan jenis tes. Selama ini jenis tes yang digunakan untuk mengevaluasi hasil proses belajar mengajar masih terbatas pada jenis tes pilihan ganda. Peningkatana pemahaman yang dapat dijadikan acuan untuk mengukur tingkat
110
pemahaman tata bahasa mahasiswa masih terbatas pada pemilihan opsi bukan pada penjelasan. Dengan memberikan pemahaman tata bahasa yang baik dan benar sejak dini khusunya lewat mata kuliah Structure I – IV, mahasiswa diharapkan mampu mengembangkan pemahaman dan kompetensi bahasa Inggris mereka sehingga memiliki daya saing yang kompetitif di dunia kerja. Selain itu, dengan pemahaman tata bahasa Inggris yang baik dan benar mereka akan lebih mampu memberikan penjelasan teoretis kepada anak didik. Jenis tes ERWRT ini direkomendasikan untuk digunakan pada mata kuliah Structure karena dapat meningkatkan pemahaman tata bahasa Inggris dan keterampilan menulis mahasiswa. Mahasiswa dapat mengurangi kesalahan tata bahasa mereka baik kesalahan diksi, ejaan, maupun pola tata bahasa itu sendiri. Jenis tes ini juga dapat dikombinasikan lewat bahan bacaan bahasa Inggris, di mana mahasiswa diminta untuk menganalisis kesalahan tata bahasa yang ada dan memberikan alasan teoretisnya. Disamping itu melalui analisis kesalahan per nomor soal dapat dikaji pokok bahasan yang akan menjadi fokus pengajaran pada proses belajar mengajar selanjutnya.
5.2 Silabus Silabus merupakan pengembangan atau jabaran dari kurikulum yang berisikan sinopsis mata kuliah, kompetensi mata kuliah, indikator kompetensi, topik/subtopik, dan referensi. Agar kurikulum dapat diimplementasikan dengan baik dalam perkuliahan di kelas, maka silabus perlu dijabarkan/dikembangkan
111
menjadi Satuan Acara Perkuliahan (SAP). Penyusunan dan pengembangan silabus merupakan bagian integral dari pengembangan kurikulum dan sekaligus menjadi tugas penting dosen di perguruan tinggi. Dalam silabus dimuat kerangka materi kuliah (bahan ajar) yang harus disampaikan dosen kepada mahasiswa. Adapun silabus yang digunakan di Unmas untuk mata kuliah Structure IV adalah sebagai berikut. SILABUS MATA KULIAH STRUCTURE IV PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS 1. Identitas Mata Kuliah Program Studi
: Pendidikan Bahasa Inggris
Mata Kuliah
: Structure IV
Kode Mata Kuliah
: MKB53
Jenjang/SKS
: S1 / 2 SKS
Semester
: Genap
Nama Dosen/Kode Dosen
: Bonari, S.Pd / 152
2. Deskripsi Mata Kuliah Mata kuliah ini memberikan pemahaman dan pengalaman kepada para mahasiswa
Program
Studi
Pendidikan
Bahasa
Inggris
tentang
keterampilan berbahasa secara terpadu dengan memerhatikan kepentingan mahasiswa dalam dunia kerja nantinya sebagai calon sarjana berbasis pendidikan bahasa Inggris. Mata kuliah ini meliputi pola-pola kalimat dasar dan utama yang mutlak harus dikuasai dalam bahasa Inggris dan gramatika lanjutan terutama yang menunjang profesi kesarjanaannya. 3. Tujuan Umum Mata Kuliah Structure IV (MKB53) a. Meningkatkan kemampuan bahasa Inggris yang tercakup dalam aspek –aspek keterampilan penggunaan bahasa secara terpadu dengan
112
penekanan utama pada keterampilan membaca dan memahami tata bahasa pada bacaan dengan tepat, sebagai alat untuk memeroleh dan meningkatkan ilmu pengetahuan mereka. b. Mengantar mahasiswa kepada peningkatan kemampuan penggunaan bahasa melalui kegiatan praktikum dalam upaya mengembangkan pemahaman tata bahasa Inggris mereka. 4. Pendekatan Pengajaran a. Pendekatan pengajaran yang diterapkan lebih mengarah keterampilan menggunakan bahasa melalui pemberian pengajaran keterampilan secara terpadu
dan
komprehensif dengan
memberikan
bobot
pengajaran keterampilan berbahasa yaitu 60% untuk keterampilan tata bahasa dan keterampilan menulis 40%. b. Proses belajar-mengajar ditetapkan dengan cara menetapkan pokok bahasan, cakupan dan judul-judul materi pelajaran yang tercakup minimal dalam enam belas kali pertemuan pengajaran meliputi bahan pelajaran dan latihan. 5. Media dan Sumber Pembelajaran a. Media Pembelajaran: Bahan Ajar Structure IV b. English Text- Book 6. Tugas dan Latihan -
Tugas dan latihan di kelas diberikan, baik untuk perorangan maupun kelompok, dalam setiap pertemuan.
-
Setiap pertemuan diberikan tugas rumah yang harus dikumpulkan pada pertemuan berikutnya dan dibahas dalam proses belajar mengajar.
7. Evaluasi -
Evaluasi terhadap kemampuan mahasiswa secara formal dilakukan dengan memberikan tes melalui ujian tengah semester dan ujian ahir semester.
113
8. Materi Pengajaran 1. Pertemuan Pertama
: Simple Present Tense with linking verbs
2. Pertemuan Kedua
: Reflexive pronoun, possessive adjectives
3. Pertemuan Ketiga
: Infinite, complement pronoun + infinite
4. Pertemuan Keempat
: Agreement between subject and verb
5. Pertemuan Kelima
: Modifier
6.
: Auxiliary verbs
Pertemuan Keenam
7. Pertemuan Ketujuh
: Past perfect tense
8. Pertemuan Kedelapan
: Ujian Tengah Semester
9. Pertemuan Kesembilan
: Gerund
10. Pertemuan Kesepuluh
: Uncount noun
11. Pertemuan Kesebelas
: Modals
12. Pertemuan Kedua belas
: Affirmative agreement rule
13. Pertemuan Ketiga belas
: Noun phrase
14. Pertemuan Keempat belas : Conjunction 15. Pertemuan Kelima belas : Preposition 16. Pertemuan Keenam belas : Ujian Semester 9. Buku Sumber 1. Utama : TOEFL Preparation Test 2. Rujukan : Hewings, Martin. Advanced Grammar In Use
Denpasar, Januari 2013 Ketua Program Studi Bahasa Inggris
Dosen Pengampu
I Komang Budiarta, S.Pd.
Bonari, S.Pd.
114
Kelemahan dari silabus di atas adalah penggunaan bahan ajar yang terbatas dan lemahnya evaluasi karena evaluasi hanya diadakan melalui ujian tengah semester dan ujian semester. Di samping itu pengalokasian pengembangan keterampilan sebesar 40% tidak bisa dilakukan secara maksimal karena dalam proses belajar mengajar yang dilakukan keterampilan menulis lebih cenderung dilakukan dalam bentuk ujaran bukan dalam bentuk tulisan. Dalam diskusi di dalam kelas tidak ditemukan bentuk keterampilan menulis dalam bentuk tulisan mahasiswa. Untuk mengatasi kelemahan tersebut di atas, lewat penelitian ini direkomendasikan silabus yang memadukan evaluasi ERWRT untuk peningkatan pemahaman tata bahasa Inggris dan keterampilan menulis mahasiswa yang dapat dilakukan melalui tes dan materi bacaan berbahasa Inggris. Pada silabus yang direkomendasikan penggunaan sumber bahan ajar lebih dari tiga buku. Dari segi evaluasi yang awalnya hanya dilakukan melalui ujian tengah semester dan ujian semester ditambahkan dengan pemberian tes awal dan tes akhir pada setiap proses belajar mengajar. Pengalokasian pengembangan keterampilan sebesar 40% bisa dilakukan secara maksimal karena dalam proses belajar mengajar karena melalui penerapan ERWRT, alasan pemilihan opsi pada kolom 3 dan penulisan jawaban benar pada kolom 4 dituliskan pada kolom 5. Dari penulisan alasan ini dapat dikaji tingkat pemahaman tata bahasa mahasiswa dan juga kemampuan menulis mereka.
115
5.3 Satuan Acara Perkuliahan (SAP) SAP terdiri dari 8 komponen yaitu (1) standar kompetensi, (2) kompetensi dasar, (3) indikator kompetensi, (4) materi perkuliahan dan uraiannya, (5) pengalaman belajar (strategi pembelajaran), (6) media/alat pembelajaran, (7) sistem penilaian, dan (8) referensi. SAP merupakan proyeksi kegiatan atau aktivitas yang akan dilakukan oleh dosen dalam perkuliahan. Untuk mata kuliah Structure IV penyusunan SAP dibuat sebagai berikut. SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP) Mata kuliah
:
Structure IV
Kode mata kuliah
:
MKB53
SKS
:
2
Semester
:
IV
Tahun Ajaran
:
2012/2013
Jurusan/Program Studi
:
S1 Pendidikan Bahasa Inggris
Waktu Pertemuan
:
2 x 45 menit
Pertemuan ke
:
2
Pengajar
:
Bonari, S.Pd.
A.
Tujuan Instruksional
:
1.
:
TIU
Setelah mengikuti mata ajaran ini maka mahasiswa akan dapat memahami tata bahasa Inggris dengan baik dan benar.
2.
TIK
:
Setelah
mengikuti
pokok
bahasan
ini
mahasiswa dapat berkomunikasi dengan tata bahasa Inggris yang baik dan benar. B.
Pokok Bahasan
:
Review Structure I to Structure III
116
C.
Subpokok Bahasan
: Simple Present Tense untuk present time with stative (linking) verbs); past perfect; simple past untuk waktu yang spesifik pada masa lampau);
reflexive pronoun);
penggunaan
bukan count noun); penggunaan gerund (verb + ing) sesudah preposition); penggunaan possessive
adjective
sebelum
gerund);
agreement of verbs antara kalimat utama dan anak kalimat); affirmative agreement rule) dan penggunaan gerund). D.
Kegiatan Belajar dan Mengajar
hTahap Pendahuluan
Kegiatan Pengajar
Kegiatan
Alokasi
Mahasiswa
waktu 5 menit
• Mengumpulkan
Media Lembar
tugas rumah
pekerjaan
sebelum
mahasiswa
dibahas • Mereview
Tanya jawab
20 menit
pokok bahasan sebelumnya Penyajian
Menjelaskan setiap pokok bahasan yang
Diskusi
60
Lembar
menit
soal
5 menit
Lembar
ada pada setiap soal. Penutup
•
Memberikan tugas rumah
E. Evaluasi :
soal
117
- Memberikan tugas pekerjaan rumah - Buku Sumber : Bahan Ajar Structure IV Denpasar, Januari 2013 Ketua Program Studi Bahasa Inggris
Dosen Pengampu
I Komang Budiarta, S.Pd
Bonari, S.Pd
Berdasarkan hasil obeservasi, SAP yang dibuat oleh dosen pengampu memiliki kelemahan karena pada proses belajar mengajar yang dilakukan, mahasiswa diberikan 10 nomor soal pilhan ganda (error recognition test) sebagai tugas rumah untuk dikerjakan dan dikumpulkan pada pertemuan berikutnya. Pada pertemuan tersebut setelah tugas rumah dikumpulkan, dibahas per nomor soal melalui proses diskusi. Kelemahan dari pemberian tugas rumah dan error recognition test adalah ketidakpastian apakah mahasiswa sendiri yang mengerjakan tugas rumah tersebut dan jenis tespilihan ganda memiliki kelemahan karena memiliki tingkat spekulasi yang tinggi sehingga tidak dapat dipakai sebagai tolak ukur tingkat pemahaman mahasiswa. Selain itu pada proses belajar mengajar tidak ada buku bahan ajar yang diberikan. Bahan ajar yang diberikan hanya 10 nomor soal sebagai tugas rumah. Untuk mengatasi kelemahan SAP di atas, direkomendasikan SAP yang memuat pengaplikasian ERWRT dan pelaksanaan tes awal dan tes akhir pada proses belajar mengajar yang lebih pasti menggambarkan tingkat pemahaman tata bahasa Inggris mahasiswa.
118
5.4 Evaluasi Evaluasi digunakan untuk mengetahui proses dan hasil akhir belajar yang dicapai oleh mahasiswa. Pada program studi Pendidikan Bahasa Inggris informasi sistem evaluasi dilakukan dengan cara sebagai berikut. 1)
Berkala melalui hasil ujian, penyelesaian tugas, dan secara berlanjut melalui pengamatan aktivitas mahasiswa dalam mengikuti proses belajar mengajar.
2)
Bentuk ujian terdiri atas kuis, ujian tengah semester, ujian akhir semester, unjuk kerja, penugasan, portofolio, sikap, dan ujian skripsi.
3)
Penilaian dengan huruf A, B, C, D dan E , yang masing - masing bernilai 4, 3, 2, 1, dan 0. Nilai ini dapat digunakan untuk menentukan kelulusan dalam menempuh mata kuliah. SKOR
NILAI
BOBOT NILAI
85 –100
A
4,00
70 – 84
B
3,00
55—69
C
2,00
45 – 54
D
1,00
0 – 44
E
0
Tabel 5.1 Perincian Pembobotan
119
Selanjutnya syarat kelulusan dan penilaian dijabarkan sebagai berikut. 1)
Kelulusan dan suatu program studi didasarkan pada pemenuhan jumlah satuan kredit semester yang telah ditetapkan, yaitu 154 sks.
2) Kelulusan mahasiswa ditentukan dengan predikat sebagai berikut. a. 1K 2,00 -- 2,75 = memuaskan b. IPK 2,76 -- 3,50 sangat memuaskan c. IPK 3,51-- 4,00 = dengan pujian
120
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian ini maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut. 1) Ada tiga faktor internal dan dua faktor eksternal yang berpengaruh terhadap rendahnya tingkat pemahaman tata bahasa Inggris mahasiswa. Faktor internalnya adalah (1) kurangnya kegiatan praktik berbahasa yang dilakukan secara langsung dengan penutur asli/native speaker dan waktu terbatas dalam me-review bahan ajar yang diberikan dosen; (2) kurangnya penguasaan kosakata bahasa Inggris serta perubahan kata kerja yang sangat membingungkan khususnya dalam tenses; dan (3) kurangnya rasa percaya diri karena takut melakukan kesalahan saat berkomunikasi dan kesadaran dan upaya belajar mahasiswa tentang pentingnya bahasa Inggris bagi masa depan. Faktor eksternalnya, yakni (1) kurangnya fasilitas yang disiapkan oleh kampus misalnya laboratorium bahasa yang tidak sebanding dengan jumlah mahasiswa dan (2) penyampaian materi ajar oleh dosen yang kurang baik karena tidak tersedianya modul/bahan ajar. 2) Penerapan ERWRT telah berhasil meningkatkan kemampuan tata bahasa Inggris mahasiswa yang dapat dilihat dari pencapaian mahasiswa pada kegiatan pra-tindakan, siklus I dan II. a) Perbandingan hasil pra-tindakan, siklus I, dan II menunjukkan bahwa pada hasil pra-tindakan ada dari 35 orang mahasiswa ditemukan 11
121
orang tidak mencapai nilai 55 yang merupakan SKM yang ditetapkan oleh program studi. Pada kolom 3 siklus I dan II tampak bahwa semua mahasiswa memenuhi SKM. Pada kolom 4 siklus I dari 29 orang mahasiswa ditemukan 1 orang memeroleh nilai di bawah SKM. Nilai rata-rata kolom 3 tes awal siklus I adalah 98 meningkat menjadi 99 pada hasil tes akhir. Nilai rata-rata tes awal kolom 4 adalah 77 meningkat menjadi 97 pada tes akhir. Nilai rata-rata teas awal kolom 3 adalah 84 dan meningkat menjadi 98 pada tes akhir. Nilai rata-rata tes awal kolom 4 adalah 53 meningkat menjadi 92 pada tes akhir. b) Pada siklus I ditemukan enam KTB yaitu (1) Ketidaksesuaian subjek dan verba, (2) Kesalahan penggunaan preposisi, (3) Kesalahan penggunaan artikel, (4) Kesalahan dalam pembentukan kalimat pasif, (5) Kesalahan penggunaan to be, dan (6) Penggunaan verba ganda. Ada tiga KNTB yaitu KE, KD dan TMJ. Pada siklus II masih ditemukan tiga KNTB yang sama serta enam KTB. Ada lima KTB pada siklus II yang sama seperti KTB pada siklus I kecuali Kesalahan penggunaan artikel. KTB baru yang ditemukan pada siklus II adalah Ketidaksesuain jumlah dan nomina. Pada siklus II frekuensi kesalahankesalahan yang ditemukan pada siklus I sudah jauh berkurang. c)
Tes ini dapat digunakan untuk meningkatkan pemahaman tata bahasa dan keterampilan menulis. Tes ini juga dapat dipadukan dalam menganalisis kesalahan tata bahasa melalui bahan bacaan tetapi tes ini
122
belum
dapat
diaplikasikan
dalam
meningkatkan
keterampilan
mendengarkan dan berbicara. d) Tanggapan mahasiswa terhadap penerapan jenis tes ERWRT dalam membantu pemahaman tata bahasa Inggris mereka adalah (1) ERWRT sangat membantu dalam memahami tata bahasa Inggris karena harus memberikan alasan yang benar atas pilihan; (2) membantu dalam pemilihan kata yang tepat sehingga jawaban yang diberikan tidak dipahami secara salah; (3) tidak boleh asal menjawab karena jawaban yang salah akan merugikan; dan (4) lebih teliti dalam menganalisis kesalahan yang ada di dalam kalimat karena jika salah menganalisis maka alasan yang diberikan pun akan salah.
6.2 Saran Saran-saran yang dapat diberikan melalui penelitian ini adalah sebagai berikut : 1) Penelitian dengan menerapkan model evaluasi ERWRT telah berhasil berhasil meningkatkan pemahaman tata bahsa Inggris mahasiswa. Oleh karena itu, dosen atau staf pengajar dapat mengembangkan evaluasi belajar melalui pengaplikasian jenis tes ERWRT untuk mengukur tingkat pemahaman peserta didik secara lebih tepat khususnya dalam pemahaman tata bahasa dan peningkatan keterampilan menulis. Peningkatan pemahaman tata bahasa Inggris ini erat kaitannya dengan
123
peningkatan kognitif dan memperkuat daya saing mereka di dunia kerja nantinya. 2) Kolom 5/kolom alasan, dapat juga digunakan untuk meningkatkan kompentensi mahasiswa melalui bahan bacaan berbahasa Inggris yang telah disusun sebagai tes yang diberikan kepada mahasiswa untuk melakukan analisis kesalahan tata bahasa, ejaan, dan diksi. Kesalahan tata bahasa dapat digunakan sebagai acuan penyusunan bahan ajar dan fokus pembahasan dalam proses belajar mengajar. 3) Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan menerapkan metode lain yang dapat meningkatkan kemampuan keterampilan mendengarkan dan berbicara.