BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang Pada umumnya pengukuran kinerja yang dilakukan oleh suatu badan usaha hanya berorientasi pada jangka pendek dan mengandung tingkat subyektivitas yang tinggi. Di samping itu, ukuran akuntansi tradisional yang menggunakan pengukuran dari aspek keuangan, kurang memperhatikan aspek-aspek non keuangan sehingga akan sulit untuk mengkaitkan pengukuran tersebut dengan strategi badan usaha. Untuk menciptakan daya saing organisasi atau badan usaha dalam jangka panjang, pengukuran kinerja keuangan saja tidak cukup karena bersifat agregatif dan historis sehingga tidak dapat dipakai untuk memperbaiki kinerja perusahaan selanjutnya. Kinerja keuangan yang baik saat ini mungkin diciptakan dengan mengorbankan kepentingan-kepentingan jangka panjang perusahaan. Sebaliknya, kinerja keuangan yang kurang baik saat ini mungkin terjadi karena perusahaan melakukan investasi-investasi demi kepentingankepentingan jangka panjangnya. Oleh karena itu, selain mengukur aspek keuangan maka aspek non- keuangan juga perlu diukur karena informasi yang dihasilkannya dapat menjadi alat pengendalian pada tingkat operasional untuk melakukan pengukuran secara fisik terhadap input dan output sehingga bermanfaat untuk meningkatkan daya saing badan usaha. Hal ini terutama
1
berdampak pada badan usaha yang bergerak dibidang jasa seperti transportasi, komunikasi, perawatan kesehatan dan akomodasi. Industri jasa harus memiliki kemampuan untuk dapat bersaing dalam hal efisiensi, inovatif, penetapan harga, pengembangan usaha dan sebagainya. Kemampuan badan usaha untuk menggerakkan dan mengeksploitasi asset-asset yang berwujud dan tak berwujud jauh lebih menentukan perkembangan badan usaha daripada menginvestasikan dan mengelola asset yang berwujud saja karena asset yang tak berwujud seperti citra perusahaan dan kualitas karyawan berguna bagi organisasi atau badan usaha untuk membina hubungan dengan pelanggan sehingga diperoleh loyalitas pelanggan, memperkenalkan produk dan jasa yang inovatif dan berkualitas tinggi serta untuk memobilisasi ketrampilan dan motivasi pekerja. Hal ini mendorong Kaplan dan Norton untuk merancang suatu sistem pengukuran kinerja yang lebih komprehensif yang disebut dengan Balanced Scorecard. Balanced Scorecard merupakan suatu metode pengukuran kinerja yang tidak hanya mencerminkan pada kinerja keuangan saja, tetapi juga kinerja non keuangan. Aspek non keuangan mendapat perhatian yang cukup serius karena pada dasarnya peningkatan kinerja keuangan bersumber dari aspek non keuangan, sehingga apabila perusahaan akan melakukan pelipatgandaan kinerja maka fokus perhatian perusahaan akan ditujukan kepada peningkatan kinerja non keuangan, karena dari situlah keuangan berasal.
2
Balanced Scorecard memberikan suatu kerangka kerja bagi pihak manajemen untuk menerjemahkan misi dan strategi organisasi kedalam tujuan dan ukuran-ukuran yang dapat dilihat dari empat perspektif, Kaplan dan Norton (1996:71). Keempat perspektif itu yaitu: 1. Perspektif keuangan (financial perspective), menjelaskan konsekuensi ekonomi yang diambil dalam tiga perpektif lain. 2. Perspektif pelanggan (customer perspektive), mendefinisikan segmen pasar dan pelanggan dimana unit bisnis akan bersaing. 3. Perspektif proses bisnis internal (internal bussines process perspective), memfokuskan perhatian pada kinerja kunci proses internal yang mendorong bisnis perusahaan. 4. Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan (learning and growth perspective), memperhatikan langsung keseluruhan bisnis, sukses masa depan, orang-orang dalam organisasi dan infrastruktur. Dari empat perspektif diatas, perusahaan dapat melihat atau mengembangkan bisnisnya tidak hanya melihat dari sisi laporan keuangannya saja tetapi juga dari seluruh aspek yang ada pada perusahaan sampai pada aspek yang ada pada luar perusahaan tersebut. Dengan demikian balanced scorecard memungkinkan manajer dan pihak internal mengetahui apakah target keuangan dapat dicapai seiring dengan meningkatnya kepuasan pelanggan, kemampuan inovasi serta inovasi serta proses belajar dan berkembang. Dengan kata lain balanced scorecard memberikan informasi yang lebih komprehensif, akurat dan tepat bagi pelaksanaan visi dan misi
3
perusahaan melalui strategi yang dipilihnya berdasarkan situasi dan kondisi internal serta eksternal perusahaan. Hotel UMM Inn adalah objek yang dijadikan fokus penelitian yang terletak di kota Malang menawarkan berbagai jenis pelayanan, yaitu layanan kamar, restoran, meeting room, layanan laundry/dry cleaning, tempat parkir mobil, wi-fi di tempat-tempat umum. Untuk pelayanan kamar Hotel UMM Inn menyediakan 4 jenis kamar yaitu, Standard Room, Superior Room, Deluxe Room, dan Suite Room. Pada saat ini Hotel UMM Inn dalam menganalisis kinerja perusahaan masih memakai rasio keuangan saja. Rasio keuangan tersebut hanya menghasilkan keuangan jangka pendek dan ketidak mampuan untuk menghitung faktor-faktor yang mempengaruhi sebuah prestasi. Selain itu rasio keuangan juga tidak mampu dalam mengukur kinerja harta tak tampak (intangible asset) dan harta intelektual (sumberdaya manusia) perusahaan. Pada saat ini semakin banyak perusahaan jasa penginapan yang muncul dan berkembang, sehingga perusahaan memerlukan suatu strategi yang jitu untuk memenangkan pangsa pasar. Selanjutnya, untuk menjamin bahwa suatu strategi telah diterapkan dengan efektif, maka perusahaan harus memiliki suatu metode yang tepat untuk menilai kinerja dari hasil pelaksanaan strateginya tersebut sehingga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan perbaikan selanjutnya.
4
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis mengambil judul: “Penerapan Metode Balanced Scorecard Sebagai Alat Pengukuran Kinerja Untuk Peningkatan Kinerja Pada Hotel UMM Inn Malang.”
B. Perumusan Masalah Berdasarkan pada latar belakang yang telah diuraikan di atas, dapat di rumuskan permasalahan dalam penulisan tugas akhir ini adalah: Bagaimana kinerja perusahaan apabila diukur dengan metode Balanced Scorecard?
C. Batasan Masalah Penelitian di batasi pada periode tahun 2009-2011.
D. Tujuan dan Manfaat 1.
Tujuan dari penelitian ini adalah: Tujuan dari penulisan ini adalah untuk menganalisis bagaimana penerapan balanced scorecard sebagai tolak ukur yang melengkapi alat ukur yang lama yang hanya berdimensi pada profitabilitas dengan dimensi-dimensi yang baru sehingga memungkinkan perusahaan mengukur kinerjanya ditinjau dari empat perspektif yaitu: perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis internal dan perspektif belajar dan pertumbuhan.
5
2.
Manfaat dari penelitian ini adalah: Diharapkan penelitian ini dapat menambah wawasan bagi peneliti untuk menerapkan ilmu yang selama ini diperoleh, serta mengetahui kondisi yang sebenarnya dilapangan. Dan dapat memberikan masukan, sekaligus pertimbangan bagi pihak-pihak yang berwenang dalam hal menentukan suatu strategi perusahaan khususnya dalam mengoptimalkan fungsi dan peranan informasi.
6