BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Politeknik
Negeri
Bali
adalah
lembaga
yang
menyelenggarakan
pendidikan vokasional. Lulusan politeknik diharapkan sudah siap kerja sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan oleh dunia kerja. Ada beberapa jurusan di Politeknik Negeri Bali, salah satunya adalah Jurusan Teknik Mesin. Upaya penumbuhan kompetensi di Jurusan Teknik Mesin dilakukan dengan beberapa mata kuliah praktikum seperti praktikum pembubutan. Pembubutan adalah salah satu
praktikum yang harus ditempuh oleh
mahasiswa Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Bali dalam mata kuliah Praktek Permesinan, Praktek Kerja Las dan Praktek Kerja Bangku dan Plat. Mata kuliah ini diberikan pada mahasiswa semester I, II dan III (Kurikulum Teknik Mesin, 2008). Praktikum pembubutan dilakukan di bengkel laboratorium mekanik kampus Politeknik Negeri Bali (Tim Lab Mekanik, 2009) Praktikum pembubutan
dilakukan dengan posisi berdiri dan tidak
diperkenankan untuk duduk karena memang pengerjaannya harus dilakukan dengan cara berdiri. Selama proses membubut tidak disediakan bangku atau kursi untuk duduk. Praktikum ini dilakukan dari pukul 08.00 sampai dengan pukul 15.00 dengan istirahat selama 1 jam pada pukul 11.00 sampai dengan pukul 12.00. Ini berarti mahasiswa berada dalam sikap kerja berdiri selama 2 x 3 jam setiap kali praktikum dengan istirahat satu jam. 1
2
Selain sikap kerja berdiri statis, praktek pembubutan juga terkadang memerlukan sikap kerja membungkuk untuk melihat lebih teliti atau memperbaiki peralatan yang ada. Hal ini akan mempengaruhi kualitas kesehatan mahasiswa yaitu menyebabkan terjadinya keluhan muskuloskeletal pada para mahasiswa, terutama keluhan bagian punggung dan bahu. Di samping itu tidak adanya penerangan lokal pada mesin bubut meskipun telah disediakan tempat untuk pemasangan lampu yang menjadi satu dengan mesin bubut. Hal ini menyebabkan tingkat ketelitian mahasiswa dalam membaca skala pengukuran menjadi kurang, sehingga untuk lebih teliti dalam membaca diperlukan sikap membungkuk. Akibatnya kecepatan kerja menjadi lamban, ketelitian menjadi kurang. Selain itu juga menyebabkan kelelahan pada mata, karena harus berakomodasi terus menerus, sehingga perlu intervensi untuk memberikan solusi terhadap permasalahan mahasiswa praktikum ini. Kondisi penerangan yang tersedia di Laboratorium
Mekanik
yang
mempunyai luas ruangan 30 x 12,5 meter berupa lampu neon 40 watt berjumlah 24 buah dengan jarak antar lampu rata-rata 3 meter. Ketinggian titik lampu dari lantai ruangan 3 meter dan ketinggian titik lampu dari permukaan mesin bubut 2 meter. Dengan penerangan tersebut, intensitas cahaya hanya sebesar 290 lux, sedangkan intensitas cahaya yang disarankan untuk pekerjaan membeda-bedakan barang yang sangat halus dengan kontras yang kurang dan dalam waktu yang lama harus mempunyai intensitas penerangan paling sedikit sebesar 2000 luks (Tarwaka dkk., 2004).
3
Pada saat melakukan sikap kerja diusahakan posisi kepala, tubuh dan tungkai terhadap pekerjaan dan ruang kerja sedemikian rupa sehingga menekan otot dan efek negatif terhadap kesehatan yang mungkin timbul seperti keluhan muskuloskletal dan menghindari sikap kerja membungkuk serta sikap kerja yang statis atau monoton (Manuaba, 1990; Dul & Weerdmeester, 1993). Sikap kerja yang statis ini juga menjadi pemicu terjadinya keluhan muskuloskletal (NIOSH, 1997). Hal ini terlihat dari 74% mahasiswa yang mengeluh pegal-pegal setelah selesai praktikum. Sedangkan Pheasant (1993) menyebutkan, kemudahan seseorang untuk melihat suatu objek kerja di lingkungan kerja sangat dipengaruhi oleh tingkat pencahayaan yang baik. Karena semakin tinggi tingkat pencahayaan maka akan semakin mudah seseorang untuk melihat suatu objek kerja. Tingkat pencahayaan yang baik memungkinkan seseorang untuk bekerja dengan efisiensi kerja yang maksimal dan tingkat pencahayaan yang rendah akan menurunkan efisiensi kerja dan meningkatkan kelelahan mata. Sikap kerja berdiri yang statis dan membungkuk dan intensitas cahaya yang rendah akan menyebabkan kelelelahan mata juga berpengaruh terhadap ketelitian yang diperoleh mahasiswa dalam praktikum, hasil praktek menjadi kurang optimal dan sebagian besar mahasiswa mengeluh tidak dapat melakukan praktikum dengan baik karena lelah pada mata dan otot. Penelitian pendahuluan yang dilakukan di laboratorium mekanik pada 20 orang mahasiswa yang melakukan praktikum pembubutan dengan mesin bubut didapatkan hasil pengukuran kelelahan mata dengan kuesioner rata-rata 13,30 (simpang baku 2,40) sebelum bekerja dan 33, 10 (simpang baku 3,44) setelah
4
bekerja. Terdapat peningkatan kelelahan mata yang bermakna (P<0,05). Hasil pengukuran keluhan muskuloskletal dengan Nordic Body Map rata – rata 30,50 (simpangan baku 1,08) sebelum bekerja dan rata – rata 95,00 (simpangan baku 3,02) setelah bekerja dan terdapat peningkatan keluhan muskuloskletal yang bermakna (P<0,05). Ketelitian mahasiswa yang dianggap kurang baik, sehingga mempengaruhi nilai yang diperoleh mahasiswa. Nilai mahasiswa rata-rata 6,50 (simpangan baku 3,46) dimana rentangan nilai yang dapat diperoleh mahasiswa dalam praktikum dari 6,0 sampai dengan 9,0. Untuk mengatasi permasalahan di atas dan untuk meningkatkan ketelitan praktikum, diperlukan intervensi ergonomi berupa perubahan sikap kerja dari berdiri statis menjadi duduk dan berdiri secara dinamis dan penambahan lampu lokal pada mesin bubut yang dapat diarahkan secara langsung pada objek kerja namun tidak menyebabkan silau. Oleh karena itu dipandang perlu melakukan penelitian tentang aplikasi ergonomi ini pada pada praktikum pembubutan untuk menurunkan keluhan muskuloskeletal, kelelahan mata dan meningkatkan ketelitian hasil kerja mahasiswa di Bengkel Mekanik Politeknik Negeri Bali.
1.2
Rumusan Masalah Bertitik tolak dari latar belakang masalah tersebut di atas dapat dibuat
rumusan masalah sebagai berikut: 1. Apakah perbaikan sikap kerja dan penambahan penerangan lokal pada proses pembubutan dapat menurunkan keluhan muskuloskletal mahasiswa di bengkel mekanik Politeknik Negeri Bali?
5
2. Apakah perbaikan sikap kerja dan penambahan penerangan lokal pada proses pembubutan dapat menurunkan kelelahan mata mahasiswa di bengkel mekanik Politeknik Negeri Bali? 3. Apakah perbaikan sikap kerja dan penambahan penerangan lokal pada proses pembubutan dapat meningkatkan ketelitian hasil kerja mahasiswa di bengkel mekanik Politeknik Negeri Bali?
1.3
Tujuan Penelitian
1.3.1
Tujuan Umum Untuk mengukur efek dari perbaikan sikap kerja dan penambahan
penerangan lokal pada proses pembubutan dalam menurunkan keluhan muskuloskletal, meningkatkan ketelitian dan nilai praktek pada mahasiswa di bengkel mekanik Politeknik Negeri Bali. 1.3.2
Tujuan Khusus
Tujuan khusus yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Untuk mengetahui perbaikan sikap kerja dan penambahan penerangan lokal pada proses pembubutan dapat menurunkan keluhan muskuloskletal mahasiswa di bengkel mekanik Politeknik Negeri Bali. 2. Untuk mengetahui perbaikan sikap kerja dan penambahan penerangan lokal pada proses pembubutan dapat menurunkan kelelehan mata mahasiswa di bengkel mekanik Politeknik Negeri Bali.
6
3. Untuk mengetahui perbaikan sikap kerja dan penambahan penerangan lokal pada proses pembubutan dapat meningkatkan ketelitian hasil kerja mahasiswa di bengkel mekanik Politeknik Negeri Bali.
1.4
Manfaat Penelitian
1.4.1
Manfaat Praktis
Manfaat praktis yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut. 1.
Hasil penelitian dapat dijadikan dasar dalam mengambil langkah spesifik dalam menanggulangi
kondisi kerja saat
praktikum
sehingga bisa
menurunkan keluhan pada mahasiswa dan meningkatkan mutu pembelajaran di bengkel mekanik Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Bali. 2.
Sebagai masukan bagi pimpinan laboratorium dan pimpinan jurusan Teknik Mesin dalam mengambil kebijakan pengaturan kondisi kerja saat praktikum di bengkel mekanik.
1.4.2
Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis yang diharapkan dari hasil penelitian sebagai berikut. 1.
Sebagai acuan dalam penerapan ilmu ergonomi terkait dengan pemecahan masalah kondisi kerja di bengkel laboratorium teknik mesin.
2.
Sebagai sarana pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya dalam bidang ergonomi - fisiologi kerja.