BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Penelitian Perjalanan wisata yang dilakukan wisatawan memiliki banyak tujuan.
Mendapatkan ketenangan dengan sensasi relaksasi demi menjaga kesehatan tubuh merupakan salah satunya. Oleh karena itu wisata minat khusus yang berhubungan dengan kebugaran tubuh wisatawan mulai banyak diminati. Wellness tourism merupakan salah satu jenis industri pariwisata yang mulai berkembang di Indonesia. Banyak orang lebih mengenal wellness tourism sebagai wisata kesehatan/health
tourism.Berdasarkan
definisi
dari
The
World
Health
Organization (WHO)health tourism lebih ditujukan kepada individu yang memiliki satu atau lebih keadaan medik dimana keadaan tersebut mendorong mereka untuk melakukan perjalanan yang bertujuan untuk memulihkan atau mendapatkan pengobatan yang baik untuk masalah kesehatan mereka1. Sedangkan wellness tourism ditujukan kepada seorang yang sehat tetapi mencari metode terapi kesehatan untuk mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik dan untuk menjaga kesehatan dan kebugaran dalam perjalanan wisatanya.Pada tahun 1987, Goodrich and Goodrich melakukan penelitian mengenai motivasi kesehatan dalam perjalanan wisata (Joppe, 2010: 119). Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kesehatan sebagai kebutuhan manusia dapat menjadi pendorongaktivitas 1
http://www.trrworld.org/01-editorial(01).pdf Diakses pada 14 Maret 2015, Pukul. 20.47 Hal. 1 1
2
pariwisata pada diri individu dan dapat dipergunakan untuk melengkapi fasilitas dan promosi wisata disuatu wilayah atau destinasi wisata. Indonesia sebagai negara agraris dikenal sebagai salah satu penghasil rempah terbaik di dunia. Diantara banyak jenis rempah-rempah ini kemudian diteliti dan dikembangkan lebih lanjut untuk kebutuhan kesehatan dan relaksasi. Berdasarkan fakta tersebut dapat dikatakan bahwa SDA (Sumber Daya Alam) di Indonesia sudah cukup memadai untuk mendukung perkembangan wellness tourism karena rempah dapat dijadikan salah satu bahan dasar yang dapat mewujudkan relaksasi pada diri individu. Budaya pengobatan tradisional khas Indonesia yang seringkali memanfaatkan rempah pun dapat menjadi daya dukung berkembangnya wellness tourism di Indonesia. SPA (Solus Per Aqua) merupakan salah satu bagian dari wellness tourism(Sastrayuda, 2010). SPA berdasarkan pengertian mulanya adalah terapi pemulihan kesehatan dengan media air, namun pengertian ini berkembang di berbagai negara hingga muncul pengertian bahwa SPA adalah bentuk terapi relaksasi profesional untuk menjaga kebugaran dan kesehatan pikiran, raga dan jiwa (Joppe., 2010: 118). Di Yogyakarta wellness tourism merupakan hal yang menarik karena berdasarkan sejarah aktivitas relaksasi ini telah dilaksanakan sejak dahulu kala di kalangan kerajaan/ keraton. Hingga kini berbagai jenis produk Spa menggunakan filosofi yang serupa agar masyarakat dapat merasakan sensasi spa seperti putri Keraton Yogyakarta dalam produk yang mereka jual. Bahan dan teknik yang digunakan dalam spa seperti Keraton Yogyakarta ini juga berbeda dan memiliki keunikan sendiri.
3
Bisnis SPA yang merupakan wujud dari wellness tourism industry bukan lagi hal yang baru di Yogyakarta. Sudah banyak bisnis serupa yang mulai menjamur di beberapa kawasan di Yogyakarta. Kebanyakan salon dan SPA ini memanfaatkan keunikan tradisi SPA Kraton Yogyakarta untuk mempromosikan produk yang mereka jual. Berdasarkan wawancara pada tanggal 27 Februari 2015 dengan ibu Lastiani Warih Wulandari selaku ketua ASTI (Asosiasi Spa Terapis Indonesia) Yogyakarta, jumlah bisnis spa di Yogyakarta mencapai angka 190, namun belum mendapatkan jumlah pasti karena masih dalam proses pendataan. Keragaman dari ketersediaan dalam spa ini tentunya mempengaruhi masyarakat sebagai calon konsumen untuk memperoleh kepuasan sebagaimana yang diinginkan. Konsumen memiliki peranan penting dalam penentuan kemajuan Spa sebagai objek wellness tourism di Yogyakarta. Berdasarkan studi yang dilakukan oleh The Hartman Group (2006) dalam Joppe (2010: 122) terdapat tiga kelompok peminat spa dinilai berdasarkan tujuan serta sikap dan minat mereka akan spa, yaitu: peminat inti spa yang mengetahui seputar perawatan spa dan ingin merasakan sendiri manfaat spa dan melakukan spa merupakan hal yang penting dalam gaya hidup; kedua, peminat spa pada level menengah senang mempelajari mengenai spa tetapi tidak begitu tertarik dan meminati spa seperti peminat spa dalam segmentasi pertama; terakhir peminat spa yang senang melakukan spa tetapi tidak begitu tertarik dan menganggap penting akan manfaat spa secara detail. Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan antara minat spa wisatawan dengan pilihan dalam gaya hidupnya. Gaya hidup juga dapat dijadikan tolok ukur akan tindakan wisatawan
4
akan pilihannya dalam melakukan spa, selain itu gaya hidup ini juga dapat mengklasifikasikan bagaimana keinginan wisatawan terhadap kepuasan yang diperoleh dari spa. Gaya hidup adalah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pertimbangan wisatawan dalam memutuskan sesuatu. Green, Cordell, Betz, and DeStefano (2006)dalam Suresh, Ravichandran dan Ganesan (2011: 20) mengkonstruksi dan memvalidasi skala gaya hidup dalam peluang profesional untuk mendapat pandangan yang lebih holistik. Penelitian gaya hidup telah banyak digunakan oleh perusahaan besar dunia terutama perusahaan yang produknya berhubungan langsung dengan kesehatan dan kebugaran konsumen, seperti produk konsumsi makanan dan minuman. Salah satu metode yang digunakan untuk meneliti gaya hidup adalah dengan menggunakan model AIO (Activity, Interest and Opinion) oleh Plummer (1974) yang menanyakan beberapa variabel gaya hidup yang relevan dengan wisatawan yang melakukan wellness tourism. Penelitian pendekatan gaya hidup dapat digunakan untuk menentukan langkah pemasaran yang tepat dan bagaimana strategi yang digunakan untuk memenuhi kepuasan tamu.
1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas, terdapat beberapa permasalahan yang dapat
diambil dalam penelitian ini, yaitu: 1. Bagaimana latar belakang wisatawan yang mengunjungi Griya Spa Putri Kedaton?
5
2. Bagaimana tingkat persetujuan wisatawan yang mengunjungi Griya Spa Putri Kedaton terhadap beberapa jenis gaya hidup?
1.3
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk menemukan jawaban berdasrkan tinjauan
masalah yang telah dipaparkan diatas, yaitu: 1. Mengetahui bagaimana latar belakang pengunjung yang datang ke Griya Spa Putri Kedaton. 2. Menganalisis tingkat persetujuan wisatawan yang mengunjungi Griya Spa Putri Kedaton terhadap beberapa jenis gaya hidup.
1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi pada bidang ilmu pengetahuan, khususnya bidang ilmu pariwisata. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menambah pengetahuan dan dapat dijadikan sebagai salah satu referensi selanjutnya dalam melakukan penelitian dengan tema sejenis. 1.4.2 Manfaat Praktis Penelitian ini menjadi sarana untuk mendorong dan melatih penulis untuk berpikir kritis dan logis khususnya mengenai topik yang diteliti. Penelitian jenis gaya hidup wisatawan ini
juga dapat digunakan untuk menganalisis latar
belakang dan karakteristik wisatawan sehingga dapat digunakan sebagai upaya pengembangan spa maupun jenis wisata lainnya. Selain itu, penelitian ini
6
diharapkan dapat memberikan kontribusi kepada pihak-pihak yang membutuhkan pengetahuan berkenaan dengan penelitian ini dan dapat dijadikan acuan sebagai salah satu upaya pengembangan spa sebagai Wellness Tourism di Yogyakarta dengan memanfaatkan analisis jenis gaya hidup sesuai dengan respon wisatawan sehingga
pihak
pengelola
dapat
mengambil
keputusan
dalam
upaya
pengembangan spa tersebut.
1.5 Tinjauan Pustaka Penelitian pertama yang menjadi tinjauan pustaka adalah jurnal yang ditulis oleh Satya Suresh, Swathi Ravichandran dan Ganesan P (2011) dengan judul Understanding Wellness Center Loyalty Through Lifestyle Analysis. Permasalahan yang diambil dalam penelitian ini, yaitu: (1) Gaya hidup sebagai keputusan pembelian dalam industri jasa, (2) Gaya hidup dalam model AIO (Activity, Interest and Opinion) (3) Hubungan antara gaya hidup pelanggan dan loyalitas dalam industri jasa. Peneliti menggunakan beberapa metode untuk menyusun jurnal ini, metode yang digunakan yaitu kuisioner, analisis data dan pengumpulan data. Untuk mengetahui faktor gaya hidup konsumen dan loyalitas wellness center peneliti menggunakan model AIO milik Plummer (1974). Secara garis besar penelitian ini memaparkan realibiltas mengenai gaya hidup dan bagaimana pengaruhnya terhadap loyalitas wellness center. Penelitian kedua yang menjadi tinjauan pustaka adalah berjudul One Country’s Transformation to SPA Destination : The Case of Canada yang
7
dilakukan oleh Marion Joppe (2010). Jurnal ini membahas mengenai bagaimana perkembangan health and wellness tourism di Ontario, Canada. Permasalahan yang diambil adalah bagaimana karakteristik dan permintaan untuk spa di Ontario, Canada. Jurnal ini menggabungkan beberapa sumber sekunder dalam penelitiannya, penelitian dilakukan dengan bimbingan oleh asosiasi spa di Ontario, Canada untuk menyajikan pandangan mengenai karakterisktik dari ketersediaan dan permintaan spa dan perangkat yang mendukung keberlanjutan aspek tersebut. Penulis juga membahas mengenai training dan ilmu yang dibutukan dan kurikulum yang mengarah kepada spa yang berhubungan dengan jenjang karir di perusahaan spa swasta maupun publik di Ontario (Joppe, 2007) dengan upah yang sesuai di wilayah tersebut (Joppe, 2009). Jurnal ini juga memaparkan jumlah pengunjung yang dibagi ke bebrapa segmen karakteristik seperti gender, umur dan kebutuhan konsumen yang menjadi konsumen spa di Canada. Jaminan kualitas juga dibutuhkan dalam pelaksanaan spa karena tujuan utama spa adalah memberikan rasa nyaman dan ketentraman hati kepada konsumen, maka profesionalisme dan kepercayaan antar konsumen dengan pekerja harus diutamakan.Berdasarkan penelitian yang dilakukan dalam pembuatan jurnal ini, garis besar dari pokok permasalahan yang diambil adalah bagaimana peningkatan permintaan spa di Ontario dan hubungannya dengan meningkatkan kualitas profesional pekerja dan kualitas spa yang diberikan. Maka kesimpulan yang didapat dalam penelitian ini adalah pelaku industri spa harus memastikan bahwa pelayanan yang mereka berikan dibawah standar kode etik, etika beroprasi dan memperhatikan kualitas produk perawatan tubuh dan kulit
8
yang digunakan karena hal ini merupakan upaya yang dapat meningkatkan kualitas spa yang tersedia dan permintaan spa di Ontario, Canada. Penelitian ketiga yang menjadi tinjauan pustaka adalah jurnal penelitian yang dibuat oleh Joseph S. Chen, Nina Prebensen, dan T.C Huan (2008) yang berjudul Determining the Motivation of Wellness Travelers. Jurnal ini membahas mengenai motivasi wellness travelers dalam perjalanan wisata. Data diperoleh dengan melakukan wawancara dengan turis pelajar, travel agent dan pelanggan serta manajer hotel yang mempromosikan kehidupan dan perjalanan berbasis kesehatan di Taiwan. Penelitian juga dilakukan pada pusat kebugaran di beberapa resort di Taiwan. Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah motivasi utama seseorang untuk melakukan wellness traveling adalah untuk merelaksasikan diri. Promosi yang baik juga dapat meningkatkan motivasi seseorang untuk melakukan wellness traveling. Pemilihan lokasi dan segmentasi konsumen turut berpengaruh dalam permintaan pada suatu wellness activity. Dari ketiga penelitian yang telah disebutkan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa penelitian yang dilakukan oleh penulis berbeda dengan ketiga penelitian tersebut. Secara garis besar ketiga penelitian tersebut membahas analisis permintaan spa di tiga negara berbeda dengan variable yang berbeda. Dalam penelitian ini penulis akan menggunakan beberapa metode pengumpulan data yang sama namun dengan variable pengikat yang berbeda, sehingga dapat dipastikan bahwa penelitian yang dilakukan peneliti dengan judul “Analisis Gaya Hidup Wisatawan di Griya Spa Putri Kedaton Yogyakarta” belum pernah dilakukan sebelumnya.
9
1.6 Landasan Teori Dalam landasan teori penulis akan memaparkan penjelasan dan teori pendukung yang diperoleh dari beberapa sumber tertulis dari penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Dalam penelitian ini pengertian mengenai wellness tourism dan gaya hidup dibutuhkan untuk memahami secara mendalam mengenai hubungan antara kedua hal tersebut dan menyesuaikan dengan kebutuhan dalam penelitian ini. 1.6.1 Wellness Tourism Menurut Mueller & Kaufmann (2001: 17) wellness tourism adalah tambahan dari seluruh hubungan yang dihasilkan oleh perjalanan dan tempat tinggal oleh orang-orang yang memiliki tujuan utama untuk menjaga dan meningkatkan kesehatan mereka. Menurut M. Smith & C. Kelly (2006: 2) destinasi dari wellness tourism seringkali dianggap sebagai ruang alternatif yang membuat orang tersebut dapat meneliti dirinya sendiri tanpa rasa stress dan gangguan dari asalnya. Hal ini berarti bahwa wellness tourism diharapkan dapat menimbulkan rasa nyaman dan puas dalam diri individu yang melaksanakan kegiatan ini. Konsep wellness pertama kali dijelaskan oleh Dunn (1959) dalam Koncul (2012: 527), ia mendefinisikan wellness sebagai bagian khusus dalam kesehatan yang memandang kesehatan dari keseluruhan pandangan mengenai wellbeing, yang membagi manusia menjadi jiwa, raga dan pikiran dan saling bergantung dengan lingkungannya.
10
Wellness tourism adalah gabungan antara hubungan dan fenomena hasil dari suatu perjalanan dan penetapan seseorang yang memiliki motivasi utama untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka (Joppe, 2010: 119).Wellness tourism merupakan bagian dari health tourism yang secara umum melibatkan kesehatan manusia. Smith dan Puczko (2009), menjelaskan bahwa pada dasarnya health and wellness bertujuan untuk menghindarkan dari penyakit kemudian fenomena ini menyebar luas melalui media dan ilmu psikologi popular. Wellness tourism memiliki enam dimensi dasar (Mair, 2005) yaitu: fisik, emosional, spiritual, intelektual, sosial dan lingkungan. Disisi lain, Sheldon dan Park (2008: 108) memandang wellness tourism dari segala sudut pandang termasuk dari segi ekonomi dan lingkungan sekitar suatu daerah. Mereka menyatakan bahwa pengembangan wellness tourism disuatu wilayah
dapat
mendorong
munculnya
enterpreneurship,
mengingkatkan
pandangan (promosi) mengenai suatu daerah tujuan wisata dan kesehatan penduduk sekitarnya, memberikan keuntungan ekonomi dan menciptakan pemeliharaan lingkungan dan kualitas produk. Menurut Smith dan Puczko, (2009: 253) health and wellness tourism dapat dikembangkan berdasarkan bahan-bahan atau asset yang telah tersedia pada suatu destinasi (Existing assets for health and wellness tourism) atau diadakan berdasarkan kebutuhan atau permintaan (Use of existing assets). Yang termasuk dalam Existing assets for health and wellness tourism adalah:
(1) Natural healing assets asset tersebar hampir merata di beberaa kawasan seperti Eropa Utara, Barat dan tengah, Eropa Selatan. Sementara pada
11
kawasan Amerika tersebar di dua kawasan yakni Amerika Tengah dan selatan. Begitu juga dengan kawasan Afrika dan kawasan fasifik juga kaya dengan natural healing assets, sementara di kawasan Timur tengah dan asia tenggara tidak termasuk dalam kawasan yang kaya dengan natural healing asset kecuali asia timur jauh, hal ini dimungkinkan karena pada saat penelitian ini dilakukan, ke dua kawasan tersebut belum mengeksplorasi hal tersebut sebagai asset yang bisa dijadikan natural healing asset(Utama, 2011).
(2) Indigenous healing traditions menyebar merata di kawasan Amerika, Afrika, Asia Tenggara dan timur jauh, dan kawasan fasifik. Kawasan Eropa justru dianggap tidak memiliki indigenous healing tradition yang berarti hal ini mungkin saja terjadi karena sebagaian besar kawasan ini telah tersentuh modernisasi
yang
hampir
tidak
meninggalkan
lagi
unsure-unsur
ketradisonalannya, sangat berbeda dengan kawasan asia, fasifik, dan amerika yang masih sangat mudah ditemukan budaya indigenous healing tradiosional seperti misalnya di India, China, pengobatan alternative di Indonesia, dan sejenisnya(Utama, 2011).
(3) Medical service menyebar hampir di semua kawasan kecuali di kawasan fasifik, hal ini dimungkinkan karena kawasan fasifik terletak cukup jauh dari kawasan-kawasan yang lainnya sehingga secara internasional kawasan fasifik tidak sepopuler kawasan lainnya seperti use existing assets eropa, amerika, dan asia(Utama, 2011).
12
(4) Nature menyebar merata di seluruh kawasan kecuali di kawasan Asia Tenggara dan Eropa bagian tengah dan timur. Khusus untuk kawasan Asia Tenggara belum dianggap kawasan yang populer dengan sumber nature untuk asset health and wellness tourism dimungkinkan belum dilakukan eksplorasi atau pengembangan sumber alam untuk peruntukan bisnis health and wellness tourism(Utama, 2011).
(5) Spiritual traditions hanya ditemukan pada kawasan asia tenggara dan asia timur hal ini dimungkinkan karena kawasan ini paling eksis dalam memelihara budaya spiritual yang masih original atau lebih dikenal dengan spiritual tradition seperti contohnya; penyembuhan dengan senam yoga, senam yang berbasis aliran Yin dan Yang di China, dan sebagainya(Utama, 2011).
Sedangkan yang termasuk pada use existing assets adalah
(1) leisure and recreation spas, merupakan spa yang dibuka untuk memuaskan wisatawan yang datang ke suatu destinasi wisata. Kategori ini memanfaatkan warisan budaya wilayah setempat agar menarik bagi wisatwan yang melakukan spa tersebut dengan tujuan merawat kesehatannya.
(2) medical/ therapeutic hotel/clinic spas, merupakan perawatan spa yang dilakukan dengan tujuan untuk menyembuhkan atau memulihkan kesehatan wisatawan. Spa jenis ini dilakukan dalam pengawasan ahli atau memiliki tujuan untuk pemulihan suatu penyakit.
13
(3) medical/surgical clinic or hospital, merupakan klinik atau rumah sakit yang menyediakan pelayanan kesehatan yang menyangkut suatu penyakit tertentu dalam diri wisatawan. Perawatan kesehatan ini termasuk dalam tindakan medis seperti operasi yang ditangani langsung oleh tim medis atau dokter.
(4) medical wellness center or spas, merupakan tempat yang menyediakan perawatan spa maupun fasilitas perawatan kesehatan dan kebugaran. Wisatawan yang datang bertujuan untuk menjaga kesehatan dan kebugaran tubuh, pikiran dan jiwa. Fasilitas yang ada dalam kategori ini meliputi: pelatihan yoga, fasilitas fitness, kolam renang, fasilitas perawatan spa, pelatihan olah tubuh dan lainnya.
(5)holistic retreats, merupakan aktivitas pemulihan kesehatanyang bertujuan untuk mendapatkan ketenangan jiwa dan penyegaran raga.
(6) Hotel and resort spa, merupakan perawatan spa yang ditawarkan oleh sebuah hotel atau resort yang memiliki fasilitas spa.
Berdasarkan pengelompokan yang dilakukan Smith dan Puckzo tersebut, dapat disimpulkan Indonesia yang berada di kawasan Asia Tenggara masuk dalam kualifikasi daerah. Hal ini berarti bahwa Indonesia berpotensi
untuk
mengembangkan leisure and recreation spa. Budaya Indonesia sendiri telah memiliki banyak filosofi yang berkaitan dengan kecantikan dan kebugaran tubuh. Bila dilihat dari sudut pandang industri bisnis, hal ini dapat menjadi modal utama untuk mengembangkan spa di Indonesia. Terlebih lagi Indonesia memiliki
14
beragam budaya yang memiliki metode yang berbeda di setiap wilayah.Daerah penyebarannya tefokus pada kawasan Asia Tenggara dan Asia Timur. Hal yang sama juga terdapat di Eropa Selatan dan kawasan Pasifik (Utama, 2011: 18).
1.6.2 Gaya Hidup Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia gaya hidup adalah pola tingkah laku sehari-hari segolongan manusia di dalam masyarakat. Masing-masing individu memiliki ideologi berbeda-beda sehingga memiliki pandangan dan gaya hidup yang juga berbeda. Dalam dunia industri yang bergerak dalam bidang pelayanan, gaya hidup dapat digunakan sebagai tolok ukur untuk menentukan keberhasilan industri tersebut. Suresh, Ravichandran dan Ganesan (2011) melakukan penelitian dengan tolak ukur gaya hidup sebagai upaya pendekatan dan strategi marketing yang sesuai dengan segmentasi yang sesuai. Penelitian menggunakan gaya hidup telah banyak dilakukan. Menurut Francese (1996) dalam Suresh, Ravichandran dan Ganesan (2011: 19) mengetahui lebih banyak mengenai
gaya
hidup
dan
mendeskripskikan
sosiodemografik,
dapat
meningkatkan
kapasitas
setara
dengan
penyedia
jasa
faktor untuk
menmberikan pelayanan lebih baik kepada pembeli dan mengidentifikasi model komunikasi yang sesuai. Penelitian gaya hidup telah banyak digunakan oleh perusahaan besar dunia terutama perusahaan yang produknya berhubungan langsung dengan kesehatan dan kebugaran konsumen, seperti produk konsumsi makanan dan minuman. PepsiCo, Hershey‟s Chocolate dan Kraft menggunakan pengukuran gaya hidup sebagai upaya pengembangan produk dan penjualan. Hasilnya adalah kesadaran
15
akan pentingnya kesehatan mendorong konsumen untuk memilih makanan sehat hal ini dapat dinilai dari kesadaran konsumen akan jumlah kalori, menjadi vegetarian dan menghindari softdrink dari hasil penelitian keseluruhan. (O‟Leary, 2005 dalam Suresh, Ravichandran dan Ganesan., 2011: 22).
.
Miller (2007) dalam Suresh, Ravichandran dan Ganesan (2011: 21) mengenalkan konsep kesehatan. Saat menyatakan gaya hidup adalah faktor penting dalam pemilihan pelayanan kesehatan, ia menyatakan bahwa kesehatan seseorang dapat meningkat atau dijaga dengan membuat keputusan yang tepat dalam pilihan yang berhubungan dengan diet, olah tubuh, rokok, konsumsi alkohol dan dalam pemahaman berdasarkan tingkat pendidikan. Ketertarikan dalam kesehatan dan kebugaran telah memicu penelitian global pada profil gaya hidup warga. Carrasco-Garrido, Gil De Miguel, Herna'ndez Barrera, dan Jime'nez-Garcı'a (2007) mempelajari profil kesehatan, gaya hidup, dan penggunaan sumber daya kesehatan dengan populasi imigran yang berada di Spanyol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa imigran di Spanyol menampilkan parameter gaya hidup yang baik, mengkonsumsi lebih sedikit alkohol, dan jumlah perokok sedikit. Uitenbroek, Kerekovska, dan Festchieva (1996) dalam Suresh, Ravichandran dan Ganesan. (2011: 21) mengambil perspektif gaya hidup untuk mempelajari apa yang mempengaruhi empat perilaku yang berhubungan dengan kesehatan (merokok, perilaku diet, penggunaan alkohol, dan olah raga). Data dikumpulkan dari responden di Varna, Bulgaria, dan Glasgow dan Edinburgh, Skotlandia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa wanita lebih mempedulikan perilaku
sehat
dibandingkan
dengan
laki-laki.
Juga,
responden
yang
16
berpendidikan dan bekerja berperilaku dengan cara yang lebih sehat dibandingkan dengan yang kurang berpendidikan dan responden yang menganggur (Uitenbroek et al., 1996 dalam dalam Suresh, Ravichandran dan Ganesan., 2011: 21). Penelitian dan literatur mengenai gaya hidup telah banyak dilakukan dan dipelajari di masa lalu. Berdasarkan fakta tersebut Wells dan Tigert (1971)dalam Suresh, Ravichandran dan Ganesan (2011: 22) memaparkan bahwa pengukuran gaya hidup yang paling banyak digunakan adalah kegiatan (activities), minat (interests), dan opini (opinions). Dalam penelitian tersebut dikirim 1.000 kuesioner kepada anggota ibu rumah tangga di sebuat Pasar. Kuesioner berisi 300 pertanyaan tentang kegiatan, minat, dan opini, selain pertanyaan demografis. Hasil penelitian memberikan makna tambahan untuk standar klasifikasi demografis. Penelitian gaya hidup biasanya dimulai dengan survei AIO secara luas dan pemanfaatan Tipologi Gaya Hidup
dengan menggunakan analisis klaster
(Vyncke, 2002: 445). Fleksibilitas dan kemampuan variabel AIO memungkinkan analisis gaya hidup yang akan dilakukan dalam sektor bisnis. Metodologi pengukuran gaya hidup adalah suara, memiliki validitas, dan memenuhi tingkat yang dapat diterima secara statistik (Plummer, 1974 dalam Suresh, Ravichandran dan Ganesan, 2011: 24). Menurut
O‟Shaughnessy
(1987)
dalam
penelitian
dalam
Suresh,
Ravichandran dan Ganesan (2011: 22) pembelian konsumen mengikuti pola konsumsi secara keseluruhan atau gaya hidup. Aspirasi konsumen untuk kehidupan yang baik menghasilkan gol pembelian, dan beberapa tujuan tersebut
17
mengakibatkan permintaan khusus produk yang berkontribusi terhadap gaya hidup yang diinginkan. Menurut penelitian Suresh, Ravichandran dan Ganesan (2011) beberapa variable gaya hidup relevan dengan penelitian tentang wellness. Variabel ini telah disesuaikan sebelumnya dengan model AIO yang kemudian disesuaikan untuk kebutuhan penelitian tentang wellness. Dalam penelitian tersebut diketahui bahwa: (a) pekerjaan dan hiburan adalah dua subvariabel dari activities; (b) makanan dan penghargaan adalah dua variabel penting dari interest; (c) kebudayaan dan opini terhadap diri sendiri adalah variabel yang diperoleh dari opinions. Berikut adalah instrumen variabel independen yang dapat digunakan dalam pengukuran gaya hidup individu terkait dengan model AIO, yaitu : 1. Work Enthusiasts: merupakan hal yang berhubungan dengan semangat bekerja seorang individu. Variable ini dapat mendeteksi sejauh mana individu mencintai pekerjaannya saat ini. 2. Low Self-esteem and Culture Buffs: merupakan identifikasi individu yang memiliki kepercayaan diri rendah dan fanatismenya terhadap budaya. 3. Ethnocentric and Complex Individuals: merupakan identifikasi terhadap individu yang terobsesi dengan hal yang etnik dan memilki sifat yang kompleks. 4. Average Individuals and Language Buffs: merupakan identifikasi terhadap individu rata-rata dan individu yang fanatis dengan bahasa ibu.
18
5. Undisciplined foodies and change in food habit seekers: merupakan identifikasi terhadap gaya hidup konsumsi makanan seseorang yang seringkali berpengaruh kepada kesehatan pribadi. 6. Hardcore Strivers: merupakan identifikasi kepada individu yang cenderung ambisisus terhadap sesuatu. Individu dengan karateristik ini seringkali melupakan kepentingan dirinya sendiri demi mendapatkan apa yang diinginkana. 7. Networkers: merupakan identifikasi terhadap pola komunikasi seorang individu
dengan
lingkungan
sekitarnya.
Hal
ini
juga
dapat
mengidentifikasi sejauh mana seseorang dapat beradaptasi dan mengatasi stress dilingkungan sekitarnya. 8. Cautious Individuals and Family Oriented: merupakan identifikasi terhadap individu yang selalu memperhatikan suatu hal secara detail dan bagaimana kepeduliannya terhadap keluarga. Hal ini dapat menilai sejauh mana seeorang memiliki kepedulian akan dirinya sendiri dan keluarga. 9. Weak-minded and self-deniers: merupakan identifikasi terhadap individu yang memiliki kepribadian yang lemah dan tidak menghargai dirinya sendiri. 10. Progressive Improvers: merupakan identifikasi terhadap individu yang selalu berusaha memperbaiki kualitas dirinya sendiri dengan tujuan untuk mendapatkan sesuatu yang lebih baik dari yang telah dimiliki.
19
1.7 Metode Penelitian Metode penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode analisis kuantitatif-deskriptif yaitu metode analisis yang menampilkan data statistik hasil penghitungan kuantitatif yang kemudian dinarasikan dinarasikan secara deskriptif. Dalam penelitian ini dilakukan beberapa metode penlitian, yaitu sebagai berikut: 1.7.1 Studi Pustaka Pengumpulan data melalui buku-buku literatur, jurnal, surat kabar dan laporan tertulis yang berkaitan dengan tema penelitian.
1.7.2 Kuesioner Pada tahap ini peneliti melakukan survey di lokasi yang dianggap kondusif untuk memperoleh data. Survey dilakukan dengan menggunakan kuisioner yang dibagikan langsung secara random di lokasi tersebut. Penarikan jumlah sample dengan pembagian kuesioner yaitu dengan cara menghitung jumlah rata-rata kunjungan setiap bulan. Kuesioner berisi pertanyaan mengenai persetujuan responden terhadap latar belakang serta pertanyaan dari jenis gaya yang diteliti dalam penelitian ini. Penyusunan penelitian ini menggunakan metode penelitian kombinasi atau mixed-method, yaitu penggabungan metode penelitian kuantitatif dan kualitatif secara berurutan (Sugiyono, 2011:404). Penelitian kuantitatif dilakukan dengan menggunakan metode self-administered survey yaitu pengumpulan data primer dengan cara menyebarkan kuesioner secara
20
langsung kepada responden dan diisi sendiri oleh responden(Cooper dan Schindler, 2011). 1.7.3 Analisis Data Peneliti menggunakan analisis data model Miles dan Huberman (via Iskandar, 2008: 222) yaitu sebagai berikut: (1) reduksi data atau proses pengumpulan data penelitian, (2) display/ penyajian data yang telah diperoleh disusun secara sistematis ke dalam sejumlah matriks atau daftar kategori sehingga data yang diperoleh dapat menjelaskan atau menjawab masalah yang diteliti, (3) mengambil kesimpulan atau verifikasi dilakukan setelah data diuji kebenarannya kemudian dibuat dalam model deskriptif sebagai laporan penelitian.
1.8 Sistematika Penelitian Penyajian hasil penelitian disusun dan diurai kedalam 4 bab yang dirinci sebagai berikut: Bab I:
PENDAHULUAN Dalam Bab I, penulis menjelaskan tentang hal yang melatar belakangi masalah yang akan diteliti, merumuskan masalah, memaparkan metode yang digunakan dan menyusun sistematika pelaporan.
Bab II:
GAMBARAN UMUM GRIYA SPA PUTRI KEDATON
21
dalam BAB II, penulis menjelaskan mengenai bagaimana sejarah perkembangan spa di Yogyakarta sejak dulu hingga sekarang, serta memaparkan bagaimana profile Putri Kedaton Spa di Yogyakarta. Bab III:
ANALISIS
GAYA
HIDUP
WISATAWAN
YANG
MENGUNJUNGI PUTRI KEDATON SPA dalam BAB III, penulis mulai membahas permasalahan yang telah dirumuskan dengan menggunakan metode analisis deskriptif kemudian memasukan hasil data yang diperoleh dilapangan yang kemudian akan diolah menjadi data yang dapat dicerna dalam bahasa penulisan. Bab IV:
PENUTUP Dalam Bab IV, penulis menyimpulkan atas hasil penelitian yang telah dilakukan dan memberikan saran terhadap hasil penelitian tersebut.