BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Sejak zaman dahulu manusia sudah mengenal pakaian untuk melindungi tubuhnya dari sengatan matahari, hujan ataupun perubahan suhu. Bahan yang digunakan untuk membuat pakaian tersebut biasanya berasal dari daun dan kulit binatang, seperti kulit beruang, kulit harimau dan sejenisnya yang sekiranya mempunyai bulu tebal. Makna dari kain sendiri adalah hasil dari kumpulan serat dan benang yang dijadikan dalam satu struktur. Pembuatan kain dapat dilakukan dengan cara menenun (weaving), merajut (knitting), ataupun dengan nonwoven. Nonwoven merupakan kain yang tidak teranyam ataupun tidak dirajut, yang terbentuk seperti karpet kain. Umumnya bahan dasarnya terbuat dari bahan polymer polyester atau polypropilene1. Fungsi nonwoven antara lain digunakan dalam bidang otomotif (kedap suara, kedap getar, insulasi), di bidang kesehatan biasa digunakan untuk pembalut ataupun popok, di bidang furniture untuk lapisan dalam kasur supaya pegas dan tidak tembus benda tajam. PT. Hilon Felt Tangerang merupakan salah satu perusahaan Korea yang mengembangkan modalnya di Indonesia, yang bergerak dalam bidang tekstil nonwoven. Saat ini PT. Hilon Felt Tangerang mempunyai delapan cabang di Indonesia, yaitu di Bandung, Surabaya, Semarang, Solo, Palembang, Medan, Bali, dan Makasar. Cabang Solo
1
Polypropylene merupakan molekul yang berat dan proses produksi sampai menjadi serat gabungan yang berasal dari monomer C3H6 merupakan hidrokarbon murni, contoh: lem parafin.
1
2
bergerak dalam bidang pembuatan bahan baku sedangkan tujuh cabang lainnya bergerak dalam bidang tekstil nonwoven termasuk PT. Hilon Felt. Di PT. Hilon Felt Tangerang mempunyai lima FP (Felt Punch) line, satu line geotekstil dan tiga line glasswool2. FP line I untuk produksi otomotif dan garmen, FP line II untuk produksi furniture, FP line III untuk produksi garmen, FP line IV untuk produksi otomotif dan garmen, FP line V untuk produksi garmen. Geotekstil II untuk produksi konstruksi jalan dan otomotif. Line glasswool untuk otomotif dan furniture. Banyaknya jumlah mesin yang ada di PT. Hilon Felt menggambarkan bahwa perusahaan ini sudah berkembang dengan pesat. Khususnya proses pembuatan kain nonwoven di FP line II yang mempunyai kapasitas produksi banyak serta menghasilkan hasil produksi yang berbeda dibanding dengan FP lainnya. Perbedaan kapasitas dipicu karena adanya mesin carding di FP line II lebih banyak. Di FP line II, proses pembuatan kain nonwoven ada dua tahap yaitu secara Physically Fibre Bonding3 dan Thermal Bonding4 dengan serat lowmelt5. Dalam tahap pertama yaitu teknik fisika, jaringan antar serat akan dibentuk dengan ikatan fisik oleh jarum khusus, proses ini menggunakan mesin needle punch6 supaya memperoleh kepadatan pada kain nonwoven. Tahap kedua dengan thermal bonding, yaitu untuk penyempurnaan kain nonwoven. Pada tahap ini serat lowmelt akan mengalami titik leleh pada mesin oven santex
7
yang akan
merekatkan antar serat supaya kain nonwoven menjadi kuat. Pada saat proses 2
Glasswool merpakan nonwoven yang terbuat dari limbah pakaian jadi. Physically Fibre Bonding merupakan teknik perekatan serat secara fisika. 4 Thermal bonding merupakan teknik perekatan serat secara kimia menggunakan serat lowmelt. 5 lowmelt merupakan serat yang mempunyai titik leleh lebih rendah. 6 Needle punch merupakan mesin untuk merekatkan serat secara fisika menjadi kain nonwoven. 7 Oven santex merupakan mesin perekat dan pemanas kain nonwoven melalui lelehan serat lowmelt akibat suhu temperatur pada mesin. 3
3
pembuatan kain nonwoven di FP line II, juga terjadi kendala pada bahan baku dan beberapa mesin. Berdasarkan adanya perbedaan kapasitas, hasil, dan tahapan produksi pada FP line II, maka penulis tertarik menganalisis proses pembuatan kain nonwoven pada FP line II. Penulisan tugas akhir ini diberi judul “Proses Pembuatan Kain Nonwoven di PT. Hilon Felt Tangerang”. Tugas akhir ini ditulis berdasarkan hasil pengamatan langsung di lapangan. Kegiatan pengamatan langsung dilaksanakan dalam rangka melaksanakan tugas PKL (Praktek Kerja Lapangan). Kegiatan PKL ini dilaksanakan selama dua bulan dari tanggal 3 maret sampai 3 mei 2014. Dalam sehari kegiatan ini dilakukan selama kurang lebih sembilan jam dimulai pukul 08.00 WIB sampai pukul 17.00 WIB, kecuali hari sabtu yang dimulai pukul 08.00 WIB sampai dengan 12.00 WIB. PKL dilaksanakan di PT.Hilon Felt Tangerang, Provinsi Banten. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas rumusan masalah yang akan dibahas dalam penulisan tugas akhir ini ialah sebagai berikut : 1. Bagaimana proses pembuatan kain nonwoven di FP line II PT. Hilon Felt Tangerang? 2. Apa saja kendala yang terjadi pada saat proses pembuatan kain nonwoven di FP line II PT. Hilon Felt Tangerang? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah, tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan tugas akhir ini ialah sebagai berikut:
4
1. Mendeskripsikan bagaimana proses pembuatan kain nonwoven di FP line II PT. Hilon Felt Tangerang. 2. Menjelaskan kendala apa saja yang terjadi pada saat proses pembuatan kain nonwoven di FP line II PT. Hilon Felt Tangerang. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian yang penulis lakukan dalam proses pembuatan kain nonwoven di PT. Hilon Felt Tangerang, antara lain : 1. Diharapkan penulis dan pembaca dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang proses pembuatan kain nonwoven di FP line II PT. Hilon Felt Tangerang. 2. Diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi atau pedoman untuk pembanding penelitian selanjutnya. 1.5 Batasan Masalah Dalam melaksanakan penelitian ini, untuk menghindari penyimpangan dari maksud dan tujuan penelitian tugas akhir, maka peneliti membatasi ruang lingkup penelitian. Penelitian ini akan membahas proses pembuatan kain nonwoven di FP line II PT. Hilon Felt Tangerang. 1.6 Metode Penelitian Metode penelitian yang dilakukan dengan cara: a. Observasi Observasi
dilakukan
dengan
cara
mengamati
langsung
dan
mempelajari proses pembuatan kain nonwoven di FP line II PT. Hilon
5
Felt Tangerang. Sebelumnya sudah dilakukan perijinan kepada pihak yang berwenang untuk melakukan observasi ini. b. Wawancara Wawancara
dilakukan
untuk
memperoleh
informasi
dengan
mengajukan pertanyaan kepada kepala seksi, kepala regu, dan operator yang bersangkutan. Pertanyaan yang diberikan berkaitan dengan rumusan masalah yang telah ditulis, yaitu proses pembuatan kain nonwoven di FP line II dan kendala apa saja yang terjadi pada saat proses pembuatan kain nonwoven di FP line II PT. Hilon Felt Tangerang. c. Studi Pustaka Untuk melengkapi data yang tidak diperoleh dari observasi dan wawancara, penulis melakukan pengumpulan laporan-laporan berupa informasi mengenai proses pembuatan kain nonwoven di FP line II PT. Hilon Felt Tangerang. 1.7 Tinjauan Pustaka Dalam penelitian tugas akhir tentang proses pembuatan kain nonwoven di PT. Hilon Felt Tangerang, penelitian dilakukan dengan meninjau tugas akhir karya Yuni Wachid Asrori dan Linda Yunifa yang berjudul “Proses Produksi Wig di PT. Dongan Kreasi Indonesia (2006)”. Dalam penelitian tersebut membahas tentang langkah-langkah produksi wig di PT. Dongan Kreasi Indonesia. Laporan PKL dari Adi Arisman (2012) yang berjudul “Usaha Perbaikan Metoda dan Peningkatan Efisiensi pada Proses Pencelupan Warna Muda Benang
6
Polikrilat-Wol (50%-50%) dengan Zat Warna Basa-Asam Metoda Exhaust”. Pada penelitian dari PKL tersebut, penulis memaparkan tentang proses produksi dan pengendalian mutu di PT. ACRYL TEXTILE MILLS. Berbeda dengan penelitian diatas, penelitian ini mengambil judul proses pembuatan kain nonwoven di PT. Hilon Felt Tangerang. Penelitian ini mengkaji tentang bagaimana proses pembuatan kain nonwoven dan apa saja kendala yang terjadi pada saat proses pembuatan kain nonwoven di FP line II PT. Hilon Felt Tangerang. 1.8 Sistematika Penulisan Untuk mempermudah dalam penulisan tugas akhir ini, penulis membuat sistematika penulisan yang terdiri dari empat bab, yaitu bab I, II, III dan IV. Bab I berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah, metode penelitian, tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan. Bab II menjelaskan tentang profil PT. Hilon Felt Tangerang seperti sejarah, lokasi, visi dan misi, motto, logo, struktur organisasi perusahaan, tugas dan tanggungjawab tiap divisi, dan struktur produksi. Bab III menjelaskan tentang proses pembuatan kain nonwoven di FP line II PT. Hilon Felt Tangerang serta apa saja kendala yang terjadi pada saat proses pembuatan kain nonwoven di FP line II PT. Hilon Felt Tangerang. Bab IV yaitu penutup yang berupa kesimpulan dan saran dari penelitian yang telah penulis lakukan.