BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Metode Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) adalah pemeriksaan skrining kanker serviks dengan cara inspeksi visual pada serviks dengan aplikasi asam asetat. Metode inspeksi visual lebih mudah, lebih sederhana, lebih mampu laksana, sehingga skrining dapat dilakukan dengan cakupan lebih luas, diharapkan temuan kanker serviks dini akan bisa lebih banyak, kemampuan tersebut telah dibuktikan oleh berbagai penelitian. Program pengendalian kanker di Bali melalui IVA telah dilakukan mulai tahun 2004 yang pada tahun 2010 pencapaian pemeriksaan IVA di Bali secara umum meningkat dari tahun sebelumnya, bahkan melebihi target yang diharapkan, yang dari masing-masing kabupaten atau kota ditetapkan 80% Wanita Usia Subur (WUS) mendapatkan pelayanan pemeriksaan IVA, akan tetapi belum semua kabupaten atau kota memenuhi target cakupan IVA, salah satunya adalah Kota Denpasar. Cakupan IVA di Kota Denpasar dilaporkan sebesar 40,57%, cakupan ini lebih rendah dibandingkan cakupan IVA di Propinsi Bali (Anonim, 2010).
Jumlah cakupan IVA yang dilaporkan tersebut 25%
berasal dari tempat pelayanan kesehatan swasta dan 15,57% berasal dari tempat pelayanan kesehatan pemerintah termasuk puskesmas. Puskesmas Denpasar Selatan I merupakan salah satu puskesmas di Kota Denpasar yang melaksanakan pemeriksaan IVA, dengan jumlah kunjungan sebesar 35% dari WUS, sehingga 1
2
jika dilihat dari target Propinsi Bali sangat jauh ketinggalan. Rendahnya kunjungan IVA dapat berdampak terhadap meningkatnya kejadian kanker serviks, yang seharusnya sebesar 95% kejadian kanker serviks dapat dideteksi dengan metode IVA (Smart, 2010). Kanker serviks merupakan pembunuh wanita nomor dua di Indonesia setelah kanker payudara. Angka kejadian kanker serviks di Indonesia menurut Depkes RI tahun 2010 mencapai angka 100 per 100.000 penduduk pertahun, dan penyebarannya terlihat terakumulasi di Jawa dan Bali. Angka ini diperkirakan akan terus meningkat 25% dalam kurun waktu 10 tahun mendatang jika tidak dilakukan tindakan pencegahan (Rasjidi, 2010). Pada tahun 2009 insiden kematian akibat kanker serviks di Bali mencapai 150 per 100.000 penduduk. Data yang diperoleh AOGIN (Asia Oceania Research Organization in Genital Infection and Neoplasia), pada tahun 2010, penduduk Bali berjumlah 3,9 juta jiwa dengan sekitar 553 ribu wanita usia subur memiliki angka kejadian 43/100.000 perempuan terkena kanker serviks (0,89 %) (Anonim, 2010). Pemerintah dalam hal ini, Dinas Kesehatan Provinsi Bali telah berupaya untuk meningkatkan cakupan IVA, upaya tersebut diantaranya adalah melaksanakan sosialisasi IVA kepada masyarakat dan tokoh masyarakat melalui penyuluhan yang dilakukan oleh puskesmas, pemeriksaan IVA gratis namun upaya tersebut belum optimal (Anonim, 2010). Beberapa faktor yang diduga mempengaruhi keberhasilan upaya program deteksi dini kanker serviks dengan metode IVA menurut teori Lewreens Green tahun 1980 (dalam Notoatmodjo tahun 2007) antara lain yaitu faktor perilaku. Faktor perilaku yang pertama
3
adalah faktor predisposisi yang meliputi pengetahuan WUS tentang IVA, sikap WUS tentang IVA, tingkat ekonomi WUS. Faktor yang kedua adalah faktor pendukung yang terdiri dari sarana dan prasarana untuk pemeriksaan IVA serta kemudahan untuk mencapai tempat pelayanan kesehatan untuk pemeriksaan IVA (jarak dan waktu). Faktor yang ketiga adalah pendorong yang terdiri dari jumlah, sikap dan perilaku petugas kesehatan dalam memberikan pelayanan. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas di wilayah Kota Denpasar mengenai faktor-faktor di atas ditemukan data bahwa 65% WUS memiliki pengetahuan baik, 20% pengetahuan cukup baik dan 15 % pengetahuan kurang tentang pemeriksaan IVA. Dari sikap 55% memiliki sikap baik, 20% sikap cukup baik dan 25% sikapnya kurang baik tentang pemeriksaan IVA. Tingkat ekonomi masyarakat di wilayah Kota Denpasar sangat beragam mulai dari prasejahtera hingga sejahtera III plus. Bervariasinya tingkat ekonomi ini justru berpengaruh terhadap kunjungan IVA karena untuk pemeriksaan IVA itu sendiri dikenakan biaya setiap sekali pengambilan sejumlah Rp 5.000,- sampai Rp 50.000,- (Faizah, 2010). Pada setiap puskesmas memiliki dan menyediakan fasilitas untuk melakukan pemeriksaan IVA walaupun di masing – masing puskesmas tidak sama jumlah dan kualitasnya. Masing – masing puskesmas di Kota Denpasar memiliki tenaga dokter, bidan dan perawat namun tidak semua mendapat pelatihan untuk IVA. Pemerintah mengupayakan semua tenaga kesehatan, terutama di puskesmas mendapatkan pelatihan IVA (Dinas Kesehatan Propinsi
4
Bali, 2009). Keluhan dari masyarakat banyak yang muncul akibat dari pelayanan yang diberikan oleh petugas kesehatan kurang memuaskan. Berdasarkan uraian di atas maka penelitian ini ditujukan untuk mengetahui hubungan antara faktor predisposisi, pendukung dan pendorong dengan cakupan IVA di Kota Denpasar.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut : 1.2.1 Apakah ada hubungan antara faktor predisposisi yang terdiri atas pengetahuan, sikap, dan tingkat ekonomi WUS dengan cakupan IVA di Kota Denpasar ? 1.2.2 Apakah ada hubungan antara faktor pendukung yang terdiri atas sarana prasarana, jarak dan waktu tempuh ke tempat pelayanan dengan cakupan IVA di Kota Denpasar ? 1.2.3 Apakah ada hubungan antara faktor pendorong yang terdiri atas jumlah, sikap dan perilaku petugas kesehatan dengan cakupan IVA di Kota Denpasar ?
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara faktor predisposisi, pendukung dan pendorong dengan cakupan IVA di Kota Denpasar
5
1.3.2 Tujuan Khusus 1.
Untuk mengetahui hubungan antara faktor predisposisi yang terdiri atas pengetahuan, sikap, dan tingkat ekonomi WUS dengan cakupan IVA di Kota Denpasar
2.
Untuk mengetahui hubungan antara faktor pendukung yang terdiri atas sarana prasarana, jarak dan waktu tempuh ke tempat pelayanan dengan cakupan IVA di Kota Denpasar
3.
Untuk Mengetahui hubungan antara faktor pendorong yang terdiri atas jumlah, sikap dan perilaku petugas kesehatan dengan cakupan IVA di Kota Denpasar
1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Akademis Penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat akademis berupa tambahan wawasan dan pengetahuan yang tekait dengan program IVA. Masing-masing faktor predisposisi, pendukung dan pendorong bisa menjadi bahan atau sumber dalam pendidikan yang dipertimbangkan dalam merubah perilaku sesorang. 1.4.2 Manfaat Praktis 1. Bagi Dinas Kesehatan Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan dalam meningkatkan cakupan deteksi dini kanker serviks melalui sosialisasi dan peningkatan pelayanan
kesehatan
serta
penyediaan
sarana
prasarana
untuk
6
pemeriksaan IVA bagi setiap puskesmas sehingga WUS akan lebih tertarik selain itu juga akan merasa lebih nyaman untuk melakukan pemeriksaan IVA. 2. Bagi Institusi Pelayanan (Puskesmas) Sebagai bahan pertimbangan dalam meningkatkan kompetensi, sikap dan perilaku paramedis dan medis dengan selalu lebih aktif dalam mengikuti pelatihan-pelatihan yang diadakan oleh dinas kesehatan. 3. Bagi WUS Secara tidak langsung WUS mendapatkan manfaat dari penelitian ini, yaitu melalui program-program sosialisasi yang dilakukan sehingga mampu meningkatkan pengetahuan WUS tentang IVA.