BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang. (Tandelilin, 2010:2). Investasi merupakan “Penundaan konsumsi sekarang untuk dimasukkan ke aktiva produktif selama periode waktu yang tertentu.” (Hartono, 2013:5) Setiap investasi mempunyai karakteristik (hubungan return dan risiko) tertentu. Secara umum kita mengatakan bahwa high risk high return, artinya hasil investasi yang tinggi, mengandung risiko yang besar. (Zubir, 2011:1). Hubungan risiko dan return harapan dari suatu investasi merupakan hubungan yang searah dan linier. (Tandelilin, 2010:9). Investasi pada saham dianggap mempunyai tingkat risiko yang lebih besar dibandingkan dengan alternatif lain seperti obligasi, deposito, dan tabungan. (Hartono, 2013:5). Harga saham di pasar seringkali bergerak bersama-sama, yaitu turun bersama dan naik bersama walaupun tidak untuk keseluruhan jenis saham. Sebagian jenis saham mungkin bergerak naik, sebagian lagi bergerak turun, dan sebagian lagi stagnan (tidak berubah). Apabila sebagian besar saham bergerak naik, maka IHSG akan meningkat dan jika sebagian besar bergerak turun, maka IHSG akan turun pada hari itu. (Samsul, 2006:321)
1 http://digilib.mercubuana.ac.id/
2
Hal ini dapat tercermin dari perkembangan indeks pada periode 2010-2014 yang dirilis oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melalui website yang ditunjukkan pada tabel 1.1 dibawah ini TABEL 1.1 DATA PERKEMBANGAN INDEKS PERIODE 2010 – 2014 Periode
IHSG (Rp)
LQ45 (Rp)
2010
3703,51
661,38
2011
3821,99
673,51
2012
4316,67
735,04
2013
4274,18
711,14
2014
5226,95
898,58
(Sumber : www.ojk.go.id) Berdasarkan data pada tabel 1.1 dapat terlihat bahwa perkembangan IHSG untuk dapat menggambarkan keadaan pasar, yang mana bergerak bersama-sama (naik atau turun) dengan LQ45 untuk dapat mewakili keadaan sekuritas/saham, dalam kurun waktu 5 tahun (2010-2014). Dapat diambil contoh, bahwa di tahun 2010 ke 2011 terjadi peningkatan perkembangan IHSG yaitu sebesar 3703,51 menjadi 3821,99 yang juga diikuti peningkatan oleh perkembangan LQ45 yaitu sebesar 661,38 menjadi 673,51. Perkembangan indeks tertinggi terjadi di tahun 2014 antara IHSG yaitu sebesar 5226,95 dan LQ45 sebesar 898,58 dan perkembangan indeks terendah terjadi di tahun 2010 antara IHSG yaitu sebesar 3703,51 dam LQ45 sebesar 661,38.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
3
Dengan melakukan pengamatan maka akan nampak bahwa pada saat “pasar” membaik (yang ditunjukkan oleh indeks pasar yang tersedia) harga saham-saham individual juga meningkat. Demikian pula sebaliknya pada saat memburuk maka harga saham-saham akan turun harganya. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat keuntungan suatu saham nampaknya berkorelasi dengan perubahan pasar. (Husnan, 2009:103) Indeks LQ 45, menggunakan 45 saham terpilih setelah melalui beberapa tahapan seleksi. (Situmorang, 2008:137). Indeks ini terdiri dari saham-saham yang mempunyai likuiditas yang tinggi dan juga mempunyai nilai kapitalisasi pasar yang relatif besar. (Situmorang, 2008:140). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan Saham LQ 45 tidak terlepas dari naik turunnya atau fluktuasi return, sehingga dalam berinvestasi masih terdapat ketidakpastian terhadap return yang diterima oleh investor. Hal tersebut dapat terlihat dari return IHSG dan Saham LQ45 pada tahun 2010 - 2014 yang ditunjukkan tabel 1.2 dibawah ini
http://digilib.mercubuana.ac.id/
4
TABEL 1.2 RETURN IHSG DAN SAHAM LQ 45 TAHUN 2010 – 2014 Tahun
Return IHSG (%)
Return Saham LQ 45 (%)
2010
39,92
30,77
2011
5,97
5,32
2012
13,06
9,98
2013
1,20
0,29
2014
21,00
24,83
(Data diolah : : www.finance.yahoo.com) Berdasarkan data pada tabel 1.2 dapat terlihat bahwa return pasar yang dilihat dari return IHSG dan return sekuritas/saham yang dilihat dari return indeks LQ 45 mengalami fluktuasi dalam kurun waktu 5 tahun (2010-2014) dengan tingkat return paling rendah di tahun 2013, hal ini menggambarkan bahwa terdapat unsur risiko atau ketidakpastian dalam investasi tersebut. Meskipun saham LQ 45 merupakan saham likuid yang mempunyai likuiditas yang tinggi dan juga mempunyai nilai kapitalisasi pasar yang relatif besar tapi tidak terlepas dari ketidakpastian akan tingkat pengembalian (return) yang diterima sehingga sebagai investor tetap perlu mempertimbangkan berbagai ketidakpastian dan risiko yang mungkin terjadi di pasar melalui analisis portofolio. Dari hasil tabel diatas juga dapat menunjukkan bahwa pergerakan return saham berhubungan dengan pergerakan return pasar. Jika pasar bergerak naik, maka harga saham di pasar akan naik pula. Sebaliknya, jika pasar bergerak turun,
http://digilib.mercubuana.ac.id/
5
maka harga saham akan turun pula. Jadi, return saham berkorelasi dengan return pasar. (Tandelilin, 2010:10) Penelitian terhadap return saham dan obligasi di Amerika yang dilakukan oleh Siegel (1992) yang menemukan bahwa dalam periode 1802 – 1990, return saham jauh melebihi return obligasi. Kelebihan return saham atas return obligasi tersebut disebut juga sebagai equity premium. Salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya fenomena equity premium tersebut adalah adanya fakta bahwa risiko saham lebih tinggi dari risiko obligasi. Risiko adalah kemungkinan adanya kerugian atau variabilitas pendapatan yang dihubungkan dengan aktiva tertentu. Pengertian risiko cenderung mengacu pada suatu faktor ketidakpastian yang dihubungkan dengan variabilitas dari tingkat pengembalian suatu aktiva tertentu. Semakin pasti tingkat hasil dari aktiva, semakin kecil variabilitasnya dan semakin kecil tingkat risikonya. (Sugiono, 2009:118-119) Kemampuan mengatasi risiko dan perilaku menghadapi risiko pada setiap orang tidak selalu sama. Perbedaan tersebut menimbulkan tiga perilaku preferensi risiko dasar, mengabaikan risiko, menghindari risiko, dan mencari risiko. (Sugiono, 2009:121). Dalam ilmu ekonomi pada umumnya dan ilmu investasi pada khususnya terdapat asumsi bahwa investor adalah makhluk yang rasional. Investor yang rasional tentunya tidak akan menyukai ketidakpastian atau risiko. Investor yang mempunyai sikap enggan terhadap risiko seperti ini disebut sebagai risk-averse investors. Investor seperti ini tidak akan mau mengambil risiko suatu investasi jika investasi tersebut tidak memberikan harapan return yang layak
http://digilib.mercubuana.ac.id/
6
sebagai kompensasi terhadap risiko yang harus ditanggung investor tersebut. (Tandelilin, 2010:9-10). Manajer investasi mempunyai tujuan untuk menciptakan portofolio yang efisien yaitu, suatu portofolio yang memaksimalisasi pengembalian pada suatu tingkat risiko tertentu atau meminimalisasi risiko pada suatu tingkat pengembalian. (Sugiono, 2009:127). Pemodal yang memiliki dana cukup, sebaiknya membentuk portofolio (portfolio). Portofolio adalah kombinasi dari beberapa saham sebagai pilihan investasi. Tujuannya untuk meminimalkan risiko investasi dan mengoptimalkan keuntungan. Pemodal membelikan dananya tidak pada satu saham saja, tetapi membeli beberapa saham sebagai portofolionya. Berdasarkan penelitian, dengan menginvestasikan dananya pada beberapa saham yang fundamental dan teknikalnya bagus, risiko investasinya menjadi lebih rendah dan returnnya menjadi optimal (bukan maksimal). (Susilo, 2009:150). Portofolio yang baik terdiri dari saham-saham yang koefisien korelasi antar sahamnya kecil. Menurut teori investasi, saham-saham dalam sektor yang sama memiliki koefisien korelasi yang tinggi sedangkan saham-saham dari sektor yang berbeda memiliki koefisien korelasi yang relatif kecil. Oleh karena itu, portofolio yang baik terdiri dari saham-saham yang berasal dari sektor yang berbeda. (Susilo, 2009:150) Portofolio saham adalah investasi yang terdiri dari berbagai saham perusahaan yang berbeda dengan harapan bila harga salah satu saham menurun, sementara yang lain meningkat, maka investasi tersebut tidak mengalami kerugian. Selain itu, korelasi antara return satu saham dan saham lain juga akan memperkecil
http://digilib.mercubuana.ac.id/
7
varians return portofolio tersebut. Saham adalah sertifikat bukti kepemilikan sebuah perusahaan. Pemilik saham berhak atas laba perusahaan yang disebut sebagai dividen dan juga mengandung risiko bila perusahaan merugi. Saham yang dimaksud dalam investasi ini adalah saham biasa (common stock) yang diperdagangkan di bursa, khususnya Bursa Efek Indonesia (BEI). (Zubir, 2011:2) Portofolio optimal merupakan portofolio yang dipilih seorang investor dari sekian banyak pilihan yang ada pada kumpulan portofolio efisien. (Tandelilin, 2010:157). Untuk menentukan dalam pembentukan portofolio optimal digunakan tiga langkah yang dinyatakan oleh Gruber (2003:183) antara lain, penentuan peringkat (ERB), cut off rate, dan terakhir menentukan proporsi dana yang ditanamkan. Bodie, Kane, dan Marcus mengatakan bahwa ada dua langkah yang harus dilakukan dalam proses investasi saham, yaitu : pertama, melakukan analisis terhadap return dan risiko saham – saham yang akan dimasukkan ke dalam portofolio. Kedua adalah membentuk portofolio optimal dari saham – saham yang dipilih. Aktivitas ini meliputi mengalokasikan dana, dan menghitung return dan risiko berbagai portofolio, dan memilih portofolio yang terbaik. (Zubir, 2011:2-3) Menurut Sharpe et.al (2005:129) Hampir semua sekuritas yang tersedia untuk investasi mempunyai hasil yang tidak pasti dan dengan demikian mengundang risiko. Problem utama yang dihadapi setiap investor adalah menentukan sekuritas berisiko yang mana yang harus dibeli. Karena satu portofolio merupakan satu kumpulan sekuritas, masalah ini bagi investor sama dengan memilih portofolio
http://digilib.mercubuana.ac.id/
8
yang optimal dari suatu kumpulan portofolio yang ada. Hal ini biasanya disebut dengan problem memilih portofolio. Usaha menstabilkan tingkat pengembalian (return) dan mengurangi risiko adalah konsep portofolio dari investasi. Teori Portofolio pertama kali diperkenalkan oleh H. Markowitz (1952) melalui analisis diversifikasi saham. Teori ini memberikan banyak alternatif bagi investor untuk dapat mengurangi risiko, dengan memilih saham yang tingkat return-nya bergerak secara sejajar serta independen. Prinsip dasarnya adalah apa yang disebut sebagai hubungan antara tingkat pengembalian dan risiko (risk and return). (Sugiono, 2009:118) Nasihat Markowitz yang sangat penting dalam diversifikasi portofolio adalah “janganlah menaruh semua telur ke dalam satu keranjang”, karena kalau keranjang tersebut jatuh, maka semua telur yang ada dalam keranjang tersebut akan pecah. Dalam konteks investasi, ajaran tersebut bisa diartikan sebagai “janganlah menginvestasikan semua dana yang kita miliki hanya pada satu aset saja, karena jika aset tersebut gagal, maka semua dana yang telah kita investasikan akan lenyap”. (Tandelilin, 2010:117) Terdapat banyak model untuk pengambilan keputusan investasi sekuritas. Ketika memilih investasi sekuritas dalam bentuk saham, obligasi, Reksa Dana, atau indeks pasar investor selalu mempertimbangkan dua variabel utama, yaitu return dan risiko. Untuk dapat mengetahui return investor harus mengetahui keberadaan undervalued securities dan overvalued securities, dan untuk tujuan itu banyak model yang dapat digunakan. Risk and return analysis dari Harry Markowitz (1952) yang kemudian dikembangkan oleh Jack Treynor (1965),
http://digilib.mercubuana.ac.id/
9
William Sharpe (1966), Michael Jensen (1968), dan Treynor & Black (1973) merupakan suatu cara yang objektif untuk memprediksi harga atau return sekuritas karena didasarkan pada data riil masa sebelumnya yang kemudian dirata-ratakan dan diolah. (Samsul, 2006:320) Perhitungan portofolio dengan metode Markowitz dianggap cukup rumit karena melibatkan banyak varian dan kovarian. William Sharpe (1963) mengembangkan model yang disebut dengan model indeks tunggal (single-index model). Model ini digunakan untuk menyederhanakan perhitungan di model Markowitz. (Hartono, 2014:221) Model indeks tunggal atau model satu faktor mengasumsikan bahwa imbal hasil antara dua sekuritas atau lebih akan berkorelasi yaitu akan bergerak bersama-sama dan mempunyai reaksi yang sama terhadap satu faktor atau indeks tunggal yang dimasukkan dalam model. Faktor atau indeks tersbut adalah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). (Halim, 2015:64) Metode model indeks tunggal (single-index model) menghitung portofolio optimal dengan mengoptimalkan sudut rasio return ekses dan risiko portofolio yang diukur dengan model indeks tunggal. Konsep pengukuran optimal yang digunakan adalah kombinasi terbaik antar-return ekses tertinggi dengan risiko terkecil. (Hartono, 2014:8) Untuk dapat mewakili kenyataannya, maka data saham yang digunakan untuk contoh ini akan diambil supaya merepresentasikan populasi di dunia nyatanya di Indonesia. Memang, sebaiknya data diambil dari semua populasi yang ada, yaitu seperti yang digunakan di IHSG saat ini berjumlah 458 saham. Jumlah ini akan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
10
sangat besar untuk dijadikan data contoh. Dengan pertimbangan ini, maka data contoh yang akan digunakan adalah saham-saham yang tercatat di LQ 45, yaitu sejumlah 45 saham likuid dengan kapitalisasi besar dan aktif bertransaksi. Setiap enam bulan sekali dari 45 saham ini dievaluasi dan diganti jika perlu (Hartono, 2014:16). Secara umum saham LQ 45 dianggap memiliki tingkat risiko investasi yang paling rendah diantara saham-saham lainnya yang diperdagangkan di bursa efek sehingga sangat menarik untuk diinvestasikan. (Simatupang, 2010:33) Penelitian terdahulu mengenai penggunaan model indeks tunggal dalam pembentukan portofolio optimal saham menunjukan hasil yang berbeda-beda. Adapun penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, diantaranya : Pertama, jurnal dari M. Bagus Wisambudi menunjukkan bahwa saham yang menunjukkan saham yang optimal hanya 4 dengan proporsi dananya adalah UNVR (33,30%), KLBF (55,77%), ASRI (6,12%) dan CPIN (4,82%). Berdasarkan perhitungan saham optimal yang terbentuk, maka didapat expected return portofolio sebesar 0,0268 dan risiko portofolio sebesar 0,0024 Kedua, jurnal dari Fajarayu Rahmasita menunjukkan bahwa dari lima belas sampel terpilih, terdapat enam perusahaan pembentuk portofolio optimal. Keenam perusahaan tersebut adalah PT. Lion Metal Works Tbk (LION), PT. Semen Indonesia Persero Tbk (SMGR), PT. Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN), PT. Asahimas Flat Glass Tbk (AMFG), PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP), dan PT. Champion Pacific Indonesia (IGAR)dengan proporsi dana berturut-turut sebesar 39%, 21%, 15%, 11%; 7% dan 7%. Portofolio yang terbentuk dari enam saham tersebut memberikan pengembalian portofolio sebesar
http://digilib.mercubuana.ac.id/
11
3,3664837% dan risiko portofolio sebesar 0,194033% untuk masing-masing saham. Pengembalian portofolio ini lebih besar daripada pengembalian yang di ekspektasikan sebelumnya yaitu sebesar. Ketiga, jurnal dari Dedi Setiawan menunjukkan bahwa berdasarkan pembentukan portofolio optimal menggunakan metode single index model, terdapat 51 emiten yang masuk dalam portofolio dari 70 calon emiten portofolio untuk indeks Kompas 100. Portofolio ini mampu menghasilkan expected return/tingkat pengembalian secara rata-rata sebesar 0.0022 dengan tingkat resiko sebesar 0.00002 sedangkan untuk indeks Bisnis 27, dari 15 calon emiten portofolio terdapat 12 emiten yang masuk dalam portofolio optimal. Portofolio ini mampu menghasilkan tingkat pengembalian secara rata-rata sebesar 0.16% dengan tingkat resiko sebesar 0.006%. Berkaitan dengan hal tersebut diatas, pada penelitian ini akan dianalisis bagaimana pembentukan portofolio optimal menggunakan model indeks tunggal yang merupakan saham-saham LQ 45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2011 - 2014, dengan menggunakan data harga penutupan (closing price) pada saham-saham LQ-45 dan tingkat suku bunga bebas risiko menggunakan tingkat suku bunga SBI. Penelitian ini pada dasarnya merupakan kelanjutan dari penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Perbedaan hasil penelitian dan fluktuasi return saham yang terjadi setiap tahunnya terhadap saham-saham likuid dalam indeks LQ-45 dan IHSG membuat penulis tertarik membahas lebih lanjut tentang return dan risiko dalam portofolio saham, sehingga peneliti melakukan penelitian dengan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
12
judul “Analisis Portofolio Optimal menggunakan Model Indeks Tunggal (Studi Kasus Saham LQ-45 di BEI Tahun 2011 - 2014).”
B. Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah diatas didapatkan rumusan masalah sebagai berikut : 1. Saham apa saja yang dapat membentuk portofolio optimal berdasarkan model indeks tunggal ? 2. Berapa besar proporsi masing-masing saham yang dapat membentuk portofolio optimal dengan menggunakan model indeks tunggal ? 3. Berapa return dan risiko saham dalam portofolio optimal berdasarkan model indeks tunggal ?
C. Batasan Penelitian Untuk menghindari meluasnya permasalahan yang ada, maka peneliti membatasi pembahasan penelitian pada hal sebagai berikut, yaitu saham-saham yang dibahas terbatas pada saham-saham yang termasuk dalam Indeks LQ-45 pada periode Agustus 2011 – Juli 2014 atau selama enam periode.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
13
D. Tujuan dan Kontribusi Penelitian 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah penelitian yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk : 1. Mengetahui saham yang dapat membentuk portofolio optimal berdasarkan model indeks tunggal 2. Mengetahui proporsi masing-masing saham yang dapat membentuk portofolio optimal dengan menggunakan model indeks tunggal 3. Mengetahui return dan risiko saham dalam portofolio optimal berdasarkan model indeks tunggal. 2. Kontribusi Penelitian Dalam penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi beberapa aspek : 1. Bagi Investor Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dan salah satu bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi dalam saham-saham LQ-45 di pasar modal, dengan penerapan model indeks tunggal untuk membentuk portofolio yang optimal. 2. Bagi Peneliti Selanjutnya Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai tambahan referensi untuk penerapan ilmu pengetahuan khususnya di bidang pasar modal mengenai pembentukan portofolio optimal menggunakan model indeks tunggal.
http://digilib.mercubuana.ac.id/