BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Masalah Individu-individu yang berpengalaman di dalam dunia ekonomi dan bisnis
sekarang ini sudah tidak asing lagi dengan kegiatan investasi, yaitu penundaan konsumsi sekarang untuk dimasukkan ke dalam aktiva produktif selama periode waktu tertentu (Hartono, 2014:5). Tandelilin (2010:102) menjelaskan investasi ini dilakukan karena akan mendatangkan hasil yang berupa return, yaitu salah satu faktor yang memotivasi investor bervinvetasi dan merupakan imbalan atas keberanian investor menanggung risiko yang dihadapinya. Investasi dapat dilakukan di beberapa aset, salah satunya adalah aset keuangan. Investasi pada aset keuangan ini mulai diminati oleh para masayarakat dan investor karena sifatnya lebih likuid yang artinya, tidak membutuhkan waktu yang lama untuk membuat suatu investasi keuangan menjadi kas. Sifat likuid ini diperoleh karena fluktuasi nilai aset keuangan cukup tajam sehingga dalam jangka waktu yang singkat nilai aset tersebut dapat berubah-ubah sehingga para investor tertarik dengan aset tersebut (Tandelilin 2010:2). Investasi pada aset keuangan dapat dilakukan di pasar modal, dimana pasar modal sendiri didefinisikan sebagai tempat dimana pihak khususnya perusahaan menjual saham dan obligasi dengan tujuan hasil penjualan tersebut nantinya akan digunakan sebagai tambahan dana untuk perusahaan (Fahmi, 2013:55). Pasar modal mulai dilirik karena meningkatnya
kesadaran
masyarakat dan juga
didukung dengan kemajuan yang pesat di bidang teknologi informasi, sehingga
1
masyarakat akan lebih mudah dalam memperoleh dan menyalurkan dana di pasar modal (Sudarsana dkk., 2014). Terdapat beberapa aset yang bisa dinvestasikan di pasar modal, salah satunya adalah saham. Jae K. Shim dalam Fahmi (2012:85) mendefinisikan saham sebagai tanda bukti penyertaan kepemilikian modal atau dana pada suatu perusahaaan. Suatu perusahaan dapat menjual hak kepemilikannya dalam bentuk saham (stock) dan apabila perusahaan hanya mengeluarkan satu kelas saham saja, saham ini disebut dengan saham biasa (common stock). Untuk menarik investor potensial lainnya, suatu perusahaan mungkin juga mengeluarkan kelas lain dari saham, yaitu yang disebut dengan saham preferen (preferred stock) (Hartono, 2014:169). Banyaknya saham-saham yang terdaftar di pasar modal, dapat membuat investor bingung untuk berinvestasi di antara sekian saham-saham tersebut. Oleh sebab itu, Bursa Efek Indonesia (BEI) menerbitkan sebuah indeks saham yang berisikan perusahaan yang memiliki kriteria-kriteria tertentu, seperti Indeks LQ 45, Indeks JII, Indeks Bisnis 27, dan berbagai indeks lainnya. Salah satu dari indeks tersebut adalah Indeks Bisnis 27. Penelitian ini menggunakan Indeks Bisnis 27 karena sebagai pihak yang indepeden, harian Bisnis Indonesia dapat mengelola indeks ini secara lebih independen dan fleksibel, dengan kriteria pemilihan saham yang termasuk dalam Indeks bisnis 27 meliputi kriteria fundamental, kriteria teknikal atau likuiditas transaksi, serta akuntabilitas dan tata kelola perusahaan (Setyowati dkk., 2014)
2
Investasi yang dilakukan seorang investor tidak boleh dilakukan secara sembarangan karena investasi merupakan kegiatan yang berisiko, sehingga terdapat peluang bahwa investor akan mengalami kegagalan dalam berinvestasi. Contohnya, apabila seorang investor berinvestasi pada saham suatu perusahaan dan apabila perusahaan tersebut mengalami bencana yang melumpuhkan kinerja perusahaan, maka harga saham perusahaanya akan turun yang mengakibatkan investor tersebut dapat menerima kerugian yang berupa capital loss (nilai pembelian investasi lebih besar dari penjualannya). Investor dalam berinvestasi selalu berusaha untuk meminimalisir berbagai risiko yang timbul, baik yang bersifat jangka pendek ataupun jangka panjang (Irham dan Yovi, 2011:150). Begitu juga dalam pasar modal, investor yang rasional akan menginvestasikan dananya dengan memilih saham yang efisien, yang dapat memberikan return maksimal dengan risiko tertentu atau return tertentu dengan risiko minimal (Zubir, 2011:20). Harry Markowitz dalam Jogiyanto (2013:285) menjelaskan untuk menimialisir risiko dan tetap mendapatkan return yang cukup besar, dapat dilakukan dengan membentuk portofolio. Portofolio adalah sekelompok sekuritas yang memiliki tingkat return dan tingkat risiko tertentu. Investor yang rasional akan memilih portofolio yang memberikan return yang maksimal pada tingkat risiko tertentu (Jorion, 2002). Untuk membentuk portofolio dan mengurangi risiko dapat dilakukan dengan melakukan diversifikasi terhadap aset-aset tersebut. Melakukan diversifikasi berarti investor perlu membentuk portofolio melalui pemilihan kombinasi sejumlah aset sedemikian rupa hingga risiko dapat di minimalkan tanpa mengurangi return
3
harapan, karena mengurangi risiko tanpa mengurangi return adalah tujuan investor dalam berinvestasi (Tandelilin, 2010:115). Investor dalam membentuk portofolio optimal dapat melakukan analisis portofolio, yaitu sebuah bidang ilmu yang khusus mengkaji tentang bagaimana cara yang dilakukan oleh investor untuk dapat menurunkan risiko dalam berinvestasi seminimal mungkin (Irham dan Yovi, 2011:2), sedangkan portofolio optimal adalah beberapa portofolio efisien yang dipilih oleh investor dan dapat .memberikan manfaat maksimal bagi para investor. Portofolio dapat dikatakan efisien dibandingkan portofolio lain apabila memberikan imbal hasil terbesar yang diharapakan dengan risiko yang sama, atau memberikan risiko terkecil dengan imbal hasil yang diharapkan sama (Halim 2015:41). Portofolio optimal dapat dibentuk salah satunya dengan Model Markowitz. Markowitz (1952) dalam Manulang (2012) mengemukakan teori portofolio modern untuk pertamakalinya dimana beliau mengembangkan sebuah model pemilihan portofolio untuk meningkatkan keuntungan harapan untuk tingkat risiko tertentu, dimana fungsinya adalah memaksimalkan keuntungan dan meminimalkan risiko. Markowitz (1952) menjelaskan bahwa, risiko portofolio dipengaruhi oleh rata-rata tertimbang setiap risiko aset individual dan kovarian antara aset yang membentuk portofolio. Portofolio optimal dengan Model Markowitz yang dipilih dari sekian banyak alternatif portofolio efisien, dapat memberikan tingkat return tertentu sesuai dengan risiko yang berani ditanggung oleh investor (Ticoh, 2010). Salah satu kelebihan Model Markowitz adalah portofolio mudah dibentuk agar sesuai dengan karakteristik investasi yang diinginkan dan tujuan yang ingin
4
dicapai (Natalia dkk. 2012). Kelebihan lainnya yang dimiliki Model Markowitz, dapat dilihat bahwa pembentukan portofolio dari ketiga sekuritas perusahaan tersebut sudah cukup efisien karena hasil dari perhitungan tingkat keuntungan yang diharapkan (expected return) dari masing-masing portofolio tersebut memiliki nilai positif serta dengan tingkat risiko yang seimbang dengan tingkat keuntungan yang diharapkannya. (Supriyadi, 2011). Paudel dan Koirala (2006) menemukan bahwa dengan menggunakan model Markowitz di pasar modal Nepal, dapat memberikan pilihan dalam membuat keputusan pembentukan portofolio optimal. Faktor penentu dalam memilih anggota portofolio optimal terletak pada hasil bobot/proporsi untuk saham masing-masing. Maka untuk model Markowitz terutama dengan software yang ada saat ini menjadi daya tarik sendiri bagi para kaum investor awam. Selain mudah dimengerti, para investor tidak perlu menganalisis fundamental ataupun secara teknikal yang rumit untuk menentukan proporsi saham dalam setiap portofolio yang dapat memberikan mereka keuntungan optimal dengan return tertentu dengan risiko yang minimal atau pada risiko yang sama dengan return terbesar (Chandra dan Hapsari, 2013). Rahman (2005) melakukan studi dengan Model Markowitz dan menemukan bahwa, portofolio optimal di Indeks LQ45 pada periode Januari 2004 hingga Juni 2005, menghasilkan return ekspektasi sebesar 3,57 persen per hari dan menghadapi risiko sebesar 4,24 persen yang terdiri dari tiga saham, yaitu saham Pabrik Kertas Tjiwi Kimia, saham Astra Internasional, dan United Tractors. Studi lain dilakukan Sudasarsana dkk. (2014) di indeks saham yang berbeda dan ditemukan hasil bahwa portofolio optimal dengan pendekatan Model Markowitz dari saham Indeks IDX
5
30 periode Agustus 2013 hingga Januari 2014, terdapat 15 Saham yang menjadi sampel penelitian dan 5 saham diantara layak masuk portofolio optimal, yaitu saham Adaro Energy Tbk. (ADRO) dengan proporsi dana sebesar 16,42%, Aneka Tambang Tbk. (ANTM) sebesar 5,00%, Jasa Marga (Persero) Tbk. (JSMR) sebesar 34,11%, Perusahaan Gas Negara Tbk. (PGAS) sebesar 27,47%, dan Pakuwon Jati Tbk. (PWON) sebesar 17,01%. Penelitian yang dilakukan oleh Indrayani dan Darmayanti (2013) dengan menggunakan model yang sama di indeks sektor perbankan, periode juli 2011 hingga juli 2012 menemukan lima saham yang membentuk portofolio optimalnya. Saham tersebut adalah, saham Bank of India Indonesia (BSWD) dengan proporsi sebesar 8,48%, saham Bank Pundi Indoensia (BEKS) dengan proporsi 3,59%, saham Bank Mayapada Internasional (MAYA) dengan proprosi 4,10%, saham Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN) dengan proporsi sebesar 68,83%, dan Bank Negara Indonesia (BBNI) dengan proporsi sebesar 15,00%. Portofolio yang telah dibentuk oleh kelima saham tersebut memiliki return ekpektasi sebesar 2,135%, dan varians sebesar 0,293%. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan dan adanya hasil penelitian terdahulu mengenai optimasi portofolio di berbagai indeks konstituen dan sektoral pada periode-periode tertentu dengan menggunakan Model Markowitz, maka penulis tertarik untuk meneliti “Optimasi Portofolio pada Saham yang Terdaftar di Indeks Bisnis 27 (Studi dengan Pendekatan Model Markowitz).
6
1.2
Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah, dan fenomena yang telah dipaparkan,
maka dapat dirumuskan masalah di penelitian ini sebagai berikut: 1)
Saham-saham apa saja yang layak masuk ke dalam portofolio optimal dari Indeks Bisnis 27 pada periode Mei 2015-Oktober 2015?
2)
Berapakah proporsi dana pada masing-masing saham untuk memperoleh portofolio optimal dari Indeks Bisnis 27 pada periode Mei 2015-Oktober 2015?
1.3
Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan, maka tujuan yang
ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1)
Untuk mengetahui saham-saham yang layak masuk ke dalam portofolio optimal di Indeks Bisnis 27 pada periode Mei 2015-Oktober 2015.
2)
Untuk mengetahui proporsi dana pada masing-masing saham untuk memperoleh portofolio optimal di Indeks Bisnis 27 pada periode Mei 2015Oktober 2015.
1.4
Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat berguna dan bermanfaat bagi investor, dan
ilmu pengetahuan, dimana kegunaannya adalah sebagai berikut:
7
1)
Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menambah bukti empiris pada manajemen investasi, khususnya mengenai Portofolio Saham Optimal dengan Model Markowitz pada Indeks Bisnis 27 pada periode Mei 2015-Oktober 2015.
2)
Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sumbangan pemikiran dan bahan masukan bagi para investor dalam pengambilan keputusan investasi saham dengan melihat portofolio saham yang optimal.
1.5
Sistematika Penulisan Skripsi ini terdiri dari lima bab, menggunakan sistematika penulisan sebagai
berikut:
Bab I
Pendahuluan Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan sistematika penulisan dari penelitian ini.
Bab II
Kajan Pustaka Bab ini menguraikan tentang konsep dan teori-teori yang berkaitan dengan pembahasan pada penelitian ini.
Bab III
Metode Penelitian Bab ini menguraikan tentang metode penelitian yang meliputi desain penelitian, ruang lingkup wilayah penelitian, obyek penelitian,
8
identifikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis data dan sumber data, populasi, sampel, metode penentuan sampel, metode pengumpulan data, dan teknik analisis data yang dilakukan. Bab IV
Data dan Hasil Pembahasan Penelitian Bab ini menguraikan tentang gambaran umum perusahaan, hasil serta pembahasan hasil penelitian.
Bab V
Simpulan dan Saran Bab ini menguraikan simpulan dari hasil analisis data dan saran untuk pengembangan bagi peneliti selanjutnya.
9