BAB I PENDAHULUAN 1.1.
Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) merupakan penyakit kronis tidak ditularkan
dari orang ke orang. PTM mempunyai durasi yang panjang, umumnya berkembang lama (Riskesdas, 2013). Salah satu penyakit tidak menular yaitu arthritis pirai atau masyarakat biasa mengenalnya dengan penyakit asam urat. Arthritis pirai merupakan penyakit gangguan sendi atau rematik. Penyakit ini termasuk penyakit menahun artinya dapat berlangsung bertahun atau seumur hidup (Hamdani, 1993). Penyakit rematik terdiri dari 100 jenis, tetapi bagi orang awam setiap gejala nyeri, kaku bengkak, pegal-pegal, kesemutan sering disebut rematik dan dianggap sama saja. Penyakit rematik yang paling banyak ditemukan pada golongan usia lanjut di Indonesia berdasarkan Puslitbang Biomedis dan Farmasi Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Kesehatan adalah osteoarthritis (OA) 50-60%, yang kedua adalah kelompok rematik luar sendi (gangguan pada komponen penunjang sendi, peradangan), yang ketiga adalah asam urat (gout) sekitar 6-7%. Sementara penyakit rematoid arthritis (RA) di Indonesia hanya 0,1 (1 diantara 1000-5000 orang) (Nainggolan, 2009). Penyakit sendi secara nasional prevalensinya berdasarkan diagnosa atau gejala 24,7% dan prevalensi berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan adalah 11,9% (Riskesdas, 2013). Banyak orang yang dinyatakan oleh dokter menderita suatu penyakit yang diakibatkan oleh tingginya kadar asam urat di dalam darah. Penyakit ini ditandai
1
2
dengan linu-linu terutama di daerah persendian tulang dan tidak jarang timbul rasa nyeri bagi penderitanya. Radang sendi tersebut disebabkan oleh penumpukan kristal di daerah persendian akibat tingginya kadar asam urat di dalam darah. Penyakit radang sendi tersebut sudah dikenal sejak jaman Yunani Kuno. Penyakit tersebut dikenal sebagai penyakit “pirai” atau “gout”. Pada masa itu dikenal sebagai penyakit orang kaya (Noviyanti, 2005). Arthritis pirai merupakan penyakit yang sering ditemukan dan tersebar di seluruh dunia. Arthritis pirai merupakan kelompok penyakit heterogen sebagai akibat deposisi kristal monosodium urat pada jaringan atau akibat supersaturasi asam urat didalam cairan ekstraseluler. Diperkirakan 6,1 juta orang Amerika telah mengalami setidaknya satu serangan arthritis pirai (Arthritis Foundation, 2014). Di Indonesia belum banyak publikasi tentang artritis pirai. Arthritis pirai termasuk kelainan metabolik yang di tandai dengan adanya hiperurisemia. Hiperurisemia adalah keadaan dimana terjadi peningkatan kadar asam urat di dalam darah diatas normal (Hidayat, 2009). Pada tahun 1935 seorang dokter kebangsaan Belanda bernama Van der Horst telah melaporkan pasien arthritis pirai dengan kecacatan (kelumpuhan anggota gerak) dari suatu daerah di Jawa Tengah. Penelitian lain mendapatkan bahwa pasien gout yang berobat, rata-rata sudah mengidap penyakit selama lebih dari 5 tahun. Hal ini mungkin disebabkan banyak pasien gout yang mengobati sendiri (self medication). Satu studi yang lama di Massachusetts (Framingham Study) mendapatkan 1% dari populasi dengan kadar asam urat 7 mg/ 100 ml pernah mendapat serangan arthritis gout akut (Tehupelory, 2009).
3
Dari beberapa data hasil penelitian seperti di Sinjai (Sulawesi Selatan) di dapatkan angka kejadian hiperurisemia 10% pada pria dan 4% pada wanita. Di Minahasa (Sulawesi Utara) diperoleh angka kejadian hiperurisemia 34,30% pada pria dan 23,31% pada wanita usia dewasa awal. Berdasarkan survei epidemiologik yang dilakukan di Bandungan (Jawa Tengah) atas kerjasama WHO-COPCORD terhadap 4.683 sampel berusia antara 15-45, didapatkan prevalensi artritis gout pada pria sebesar 24,3% dan wanita 11,7%. Sedangkan penelitian yang dilakukan di puskesmas Gajah Mungkur Semarang terjadi peningkatan kejadian artritis gout sebesar 17,26% pada tahun 2011 (Kurniawati, 2014). Menurut data yang diperoleh dari Rumah Sakit Nasional Cipto Mangunkusumo, Jakarta, penderita penyakit arthtitis pirai dari tahun ke tahun semakin meningkat dan terjadi kencenderungan di derita pada usia yang semakin muda. Hal ini tebukti berdasarhan hasil rekam medik RSCM pada tahun 19931995 mengalami kenaikan yaitu pada tahun 1993 tercatat 18 kasus, pria 13 kasus dan wanita 5 kasus (13 kasus umur 25-50 tahun, dan 5 kasus umur >65 tahun). Pada tahun 1995 jumlah kasus yang tercatat adalah 46 kasus, 37 pria dan 9 wanita (42 kasus umur 25-50 tahun dan 4 kasus umur >65 tahun). Jadi prevalensi kejadian gout lebih banyak terjadi antara umur 30-50 tahun (Diah, 2001). Prevalensi kejadian penyakit radang sendi atau rematik di Sumatera Utara berdasarkan riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2007 sebesar 20,2%. Proporsi kejadian penyakit sendi atau rematik di Sumatera utara berdasarkan Riskesdas tahun 2007 sebesar 3,3% (Nainggolan, 2009). Berdasarkan data dari Puskesmas Pembantu Sumber Karya Kecamatan Binjai Timur tahun 2014, pencatatan untuk penyakit arthritis pirai (asam urat)
4
tidak di jelaskan secara spesifik karena pencatatannya di gabungkan dengan penyakit pada sistem otot dan jarigan pengikat (penyakit tulang, radang sendi termasuk rematik). Untuk penyakit tersebut termasuk kedalam 10 kasus penyakit terbanyak sebesar 6,7% di Puskesmas Pembantu Sumber Karya Kelurahan Sumber Karya Kecamatan Binjai Timur Tahun 2014. Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka perlu dilakukan penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan arthritis pirai di Kelurahan Sumber Karya Kecamatan Binjai Timur Kota Binjai. 1.2.
Permasalahan Penelitian Belum diketahui faktor-faktor yang berhubungan dengan arthritis pirai di
Kelurahan Sumber Karya Kecamatan Binjai Timur Kota Binjai. 1.3.
Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan arthritis pirai di Kelurahan Sumber Karya Kecamatan Binjai Timur Kota Binjai Tahun 2014. 1.3.2. Tujuan Khusus a. Mengetahui proporsi prevalensi arthritis pirai di Kelurahan Sumber Karya Kecamatan Binjai Timur. b. Mengetahui hubungan umur dengan arthritis pirai. c. Mengetahui hubungan jenis kelamin dengan arthritis pirai. d. Mengetahui hubungan suku dengan arthritis pirai. e. Mengetahui hubungan riwayat keluarga dengan arthritis pirai. f. Mengetahui hubungan obesitas dengan arthritis pirai. g. Mengetahui hubungan nutrisi dengan arthritis pirai.
5
h. Mengetahui faktor yang paling dominan yang berhubungan dengan arthritis pirai di Kelurahan Sumber Karya Kecamatan Binjai Timur. 1.4.
Manfaat penelitian
1.4.1. Sebagai bahan masukan bagi Puskesmas Pembantu Sumber Karya Kelurahan Sumber Karya Kecamatan Binjai Timur. 1.4.2. Sebagai bahan referensi bagi perpustakaan Fakultas Kesehatan Mayarakat (FKM) Universitas Sumatera Utara (USU) dan penelitian selanjutnya. 1.4.3. Dapat menambah wawasan dan kesempatan penerapan ilmu yang telah diperoleh selama perkuliahan di FKM USU.