BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang Di Indonesia saat ini terdapat lebih 300 dari suku bangsa yang berbicara dalam 250 bahasa yang berbeda dan memiliki karakteristik budaya lokal yang berbeda pula. Kemajemukan budaya lokal di Indonesia tercermin dari keragaman budaya dan adat istiadat dalam masyarakat. Suku bangsa di Indonesia memiliki adat istiadat dan bahasa yang berbeda-beda. Setiap suku bangsa tersebut tumbuh dan berkembang sesuai dengan alam lingkungannya. Keadaan geografis Indonesia juga mempengaruhi perkembangan kebudayaan yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Kebudayaan yang dimiliki Indonesia merupakan salah satu magnet yang mempunyai kekuatan untuk menarik para wisatawan mancanegara dalam melakukan kegiatan wisata. Dengan faktor pendukung yang di miliki Indonesia seperti keadaan alam yang indah, dan keramah tamahan yang dimiliki oleh masyarakat Indonesia, memungkinkan Indonesia untuk melakukan perkembangan dalam dunia pariwisata. Pengembangan dunia pariwisata khususnya pariwisata budaya akan dapat membantu pelestarian dan pengembangan budaya setempat. Disamping itu perkembangan dan peningkatan pariwisata budaya dapat membuka apresiasi wisatawan terhadap seni budaya bangsa, khususnya kesenian dalam arti luas. Khususnya bagi para seniman, peningkatan pariwisata itu akan
1
meningkatkan karya serta kreatifitas mereka. Dalam kenyataannya kita melihat bahwa budaya atau kebudayaan merupakan obyek wisata yang penting, disamping keindahan alam budaya atau kebudayaan (daerah) yang dijadikan obyek wisata ini pada umumnya dimunculkan dalam bentuk kesenian (tari-tarian, lagu-lagu rakyat, kerajinan tangan) dan adat istiadat (upacara adat). Kesenian dan adat istiadat itu merupakan unsur-unsur budaya yang menarik bagi wisatawan, baik wisatawan domestik maupun wisatawan asing. Sebagai contoh konkrit, upacara adat Ngaben di Bali, adat pemakaman di Toraja dan lain sebagainya. Adalah sangat tepat bila disebutkan bahwa budaya bangsa atau daerah itu merupakan kekayaan bangsa yang perlu mendapat perhatian. Sebab dari sektor ini akan dapat digali dan diperoleh devisa negara. Masuknya para wisatawan asing merupakan tambang emas yang harus di gali. Dengan demikian jelas bahwa antara budaya atau kebudayaan dengan pariwisata erat berkaitan. Satu pihak budaya atau kebudayaan itu merupakan obyek pariwisata yang menarik bagi wisatawan, sedang satu pihak yang lain pariwisata merupakan sarana pengenalan budaya bangsa (untuk wisatawan asing) atau budaya daerah (wisatawan domestik). Pembangunan pariwisata diupayakan mampu memperkenalkan alam, nilai, dan budaya bangsa. Usaha pembinaan dan pengembangan pariwisata dalam negeri ditujukan untuk meningkatkan kualitas kebudayaan bangsa. Dewasa ini, peran ilmu pengetahuan juga berhubungan erat dengan kebudayaan. Ilmu pengetahuan adalah produk budaya. Oleh karena itu ia dapat menjalankan fungsinya dengan tepat, apabila diletakkan dalam konteks 2
budaya. Ini berarti, pertumbuhan dan perkembangannya terjadi berkat dukungan faktor-faktor budaya lainnya. Artinya, ilmu pengetahuan akan maju dan mundur, sejauh kondisi yang mengelilinginya memberikan dorongan baginya untuk berkembang atau menghambatnya. Begitu juga dengan sektor pariwisata, sektor pariwisata juga menghasilkan sub bagian baru yaitu wisata edukasi. Dalam wisata edukasi, bukan hanya kesenangan dan kepuasaan hati yang di dapat ketika selesai melakukan kegiatan wisata, namun ditambah dengan ilmu pengetahuan. Seiring dengan tumbuhnya dunia pariwisata Indonesia, sejarah hotel di Indonesia pun turut andil menyukseskannya. Keberadaan hotel-hotel di Indonesia, tentu saja sangat dibutuhkan dalam industri pariwisata dan perhotelan. Dewasa ini pembangunan hotel-hotel berkembang dengan pesat. Fungsi hotel bukan saja tempat menginap untuk tujuan wisata namun juga untuk tujuan lain seperti menjalankan kegiatan bisnis, mengadakan seminar atau sekedar untuk mendapatkan ketenangan. Pembangunan hotel yang pesat terjadi di berbagai daerah di Indonesia, salah satu contoh di Kota Yogyakarta. Persaingan hotel-hotel di Yogyakarta ditunjukan dengan adanya mutu pelayanan yang ditawarkan dari setiap manajemen hotel. Mulai dari fasilitas hotel, keadaan kamar, harga sewa kamar dan bagaimana pihak hotel melayani konsumen. Persaingan bisnis dibidang jasa perhotelan khususnya di Yogyakarta semakin ketat. Persaingan yang ketat antar hotel tersebut menyebabkan masing-masing hotel berusaha memberikan pelayanan dan fasilitas semaksimal mungkin. Untuk dapat bertahan dan menang dalam 3
persaingan tersebut, pelaku bisnis pun dituntut untuk lebih meningkatkan kualitas pelayanan yang diberikannya. Namun, perkembangan hotel di Yogyakarta kurang memperhatikan unsur kebudayaan itu sendiri . Perkembangan hotel di Yogyakarta juga harus mempertimbangkan keutuhan nilai dan karakter Yogyakarta sebagai kota budaya dan wisata," katanya di Yogyakarta, Selasa. Menurut Direktur Pascasarjana Fakultas Teknik UGM ini pertumbuhan hotel di DIY sebagai ciri perkembangan sebuah daerah atau kota jangan sampai mengorbankan aspek utama yang ada di provinsi ini. Aspek psikologis masyarakat atau wisatawan terkait karakter Yogyakarta, kata dia, tentu akan berubah ketika bangunan-bangunan hotel mulai mendominasi tiap sudut-sudut Kota Yogyakarta. "Yang dicari masyarakat itu justru nilai atau kekhasan Yogyakarta sebagai kota wisata dan budaya. Oleh karena itu jangan sampai nilai tersebut hilang dengan maraknya bangunan-bangunan vertikal," katanya.1 Dengan demikian pertumbuhan hotel yang begitu pesat di Yogyakarta perlu diperhatikan karena kondisi ini dikhawatirkan akan merusak nilai dan bentuk-bentuk kebudayaan. Sehingga kemungkinan kehilangan kebudayaan masa lalu yang merupakan aset budaya bangsa dan identitas nasional bisa saja terjadi. Untuk tetap bisa melestarikan kebudayaan, perlu adanya kesadaran yang tinggi tentang pentingnya nilai kebudayaan dari tiap investor yang ingin menanamkan modal di Yogyakarta dalam bentuk pembangunan sebuah 1
Masduki Attamami “Pengamat: Pertumbuhan Hotel harus Pertahankan Karakter Yogyakarta” (http://jogja.antaranews.com/berita/307558/pengamat-pertumbuhan-hotel-harus-pertahankan-karakteryogyakarta, diunduh Kamis 28 Maret 2013)
4
akomodasi wisata seperti hotel. Tembi Rumah Budaya salah satu akomodasi yang ada di Kota Yogyakarta. Penginapan dengan konsep rumah jawa dan menawarkan suasana pedesaan yang asri. Itulah salah satu titik yang menjadi daya tarik dari Tembi Rumah Budaya. Selain penginapan Tembi Rumah Budaya juga memiliki tiga museum berisi benda benda bersejarah, dimana para wisatawan umum maupun tamu hotel bisa menambah wawasan tentang sejarah Indonesia di Tembi Rumah Budaya. Produk wisata yang ditawarkan oleh Tembi Rumah Budaya secara keseluruhan berbeda dengan hotel hotel yang ada di Kota Yogyakarta. Produk wisata yang ditawarkan oleh Tembi Rumah Budaya umumnya berbasis budaya. Ditengah perkembangan zaman yang semakin pesat, kebudayaan lokal semakin lama semakin memudar. Namun di Tembi Rumah Budaya kebudayaan lokal tersebut masih dijaga dan dilestarikan melalui produk produk yang mereka tawarkan kepada para wisatawan domestik maupun mancanegara. Produk di Tembi Rumah Budaya umumnya berasal dari kebudayaan lokal yang dikemas kembali sehingga menghasilkan produk yang menarik. Dari beberapa produk yang ditawarkan oleh Tembi Rumah Budaya, salah satunya ada produk wisata edukatif yang berbasis budaya, seperti kegiatan menari jawa, kursus pembawa acara dalam bahasa jawa, latihan karawitan, membatik, melukis wayang, membajak sawah. Dan acap kali di Tembi Rumah Budaya diselenggarakan berbagai event dengan tema kebudayaan contohnya seperti, pertunjukan wayang kulit. Disisi lain faktor 5
pendukung yang secara tidak langsung juga merupakan produk edukatif berbasis budaya berkesinambungan di dalam Tembi Rumah Budaya, contohnya seperti, menu yang ada di restoran Tembi Rumah Budaya berasal dari buku sejarah yang berjudul “Serat Centhini” dan jenis jenis bale inap yang ditawarkan juga memiliki nilai kebudayaan lokal karena jenis bale inap di Tembi Rumah Budaya mengadopsi unsur rumah adat jawa. Dari penjelasan yang diuraikan, penulis ingin menulis sebuah tugas akhir yang berjudul “ Peranan Produk Wisata Edukatif Berbasis Budaya Dalam Upaya Memperkenalkan Budaya Lokal Kepada Wisatawan di Tembi Rumah Budaya “
B. Rumusan masalah Dari uraian yang terdapat didalam latar belakang tersebut, penulis menemui beberapa permasalahan, diantaranya sebagai berikut : 1. Apa saja jenis-jenis kebudayaan lokal yang diimplementasikan oleh Tembi Rumah Budaya kedalam produk wisata edukatif berbasis budaya yang ditawarkan kepada wisatawan ? 2. Bagaimana peranan yang dilakukan oleh Tembi Rumah Budaya dalam menjaga dan melestarikan kebudayaan lokal yang diimplementasikan di dalam produk edukatif berbasis budaya yang mereka tawarkan ?
6
C. Tujuan penelitian Penelitian yang dilakukan oleh penulis, memiliki tujuan sebagai berikut : 1. Mengetahui
berbagai
macam
jenis
kebudayaan
lokal
yang
diimplementasikan Tembi Rumah Budaya kedalam produk wisata edukatif berbasis budaya kepada wisatawan. 2. Mengetahui peranan yang di lakukan dalam memperkenalkan kebudayaan lokal yang terdapat di dalam produk wisata edukatif berbasis budaya di Tembi Rumah Budaya.
D. Manfaat penelitian Diharapkan dari penelitian yang dilakukan oleh penulis, ini didapatkan manfaat sebagai berikut : 1. Memberikan pengetahuan tentang produk wisata edukatif yang berbasis kebudayaan lokal yang ada di Tembi Rumah Budaya kepada para pembaca. 2. Memberikan referensi penginapan yang masih menjaga dan melestarikan kebudayaan lokal melalui produk wisata edukatifnya kepada para wisatawan. 3. Membantu
menjaga
dan
melestarikan
kebudayaan
lokal
seiring
perkembangan zaman yang semakin pesat yang memungkinkan punahnya kebudayaan lokal.
7
E. Tinjauan pustaka Berikut dibawah ini beberapa penelitian yang sudah dilakukan di Tembi Rumah Budaya : Pertama, Pelestarian Budaya Jawa di Museum Jawa “Rumah Budaya Tembi” Yogyakarta Tahun 2000-2006 oleh Dyah Kartika Artasari, Fakultas Ilmu Sejarah, Jurusan Sejarah, Universitas Negeri Yogyakarta, tahun 2007. Dalam skripsi ini penulis mengambil tema pelestarian budaya jawa di museum jawa “Rumah Budaya Tembi” dengan begitu isi dari skripsi ini mengupas tentang langkah yang dilakukan oleh pihak Rumah Budaya Tembi dalam pelestarian budaya jawa melalui museum jawa yang dimiliki oleh Rumah Budaya Tembi. Kedua, Skripsi dengan judul Tinjauan Bentuk dan Fungsi Arsitektur Tradisional Jawa pada Tembi Rumah Budaya, oleh Siti Nurjanah, Program Studi Pendidikan Seni Rupa, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Yogyakarta, tahun 2009. Dalam skripsi tersebut dijelaskan tentang bentuk dari arsitektur tradisional jawa yang terdapat pada Tembi Rumah Budaya. Selain bentuk, penulis juga menjelaskan tentang fungsi dari arsitektur tradisional jawa yang terdapat pada Tembi Rumah Budaya. Ketiga, Skripsi yang berjudul Upaya Promosi Rumah Budaya Tembi untuk menarik kunjungan wisatawan oleh Romiyati, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gajah Mada, Program Studi kepariwisataan, tahun 2004. Dalam skripsi yang ditulis oleh Romiyati menjelaskan tentang upaya promosi yang di
8
lakukan oleh Tembi Rumah Budaya untuk menarik kunjungan wisatawan yang berkunjung ke Tembi Rumah Budaya. Keempat, Skripsi yang berjudul Upaya Pengelolaan Rumah Budaya Tembi untuk Menarik Wisatawan oleh Ika Januari Trisni Puspitasari, Program Studi Usaha Perjalanan Wisata, Jurusan Usaha Perjalanan Wisata, Sekolah Tinggi Pariwisata “AMPTA” Yogyakarta tahun 2011. Skripsi tersebut menjelaskan bagaimana upaya pengelolaan yang dilakukan oleh Tembi Rumah Budaya guna menarik wisatawan. Kelima, Seni Lukis Karya Herjaka oleh Parmadi, Program Studi Pendidikan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Yogyakarta tahun 2006 merupakan skripsi yang membahas tentang seorang pelukis bernama Herjaka. Beliau adalah pelukis di Tembi Rumah Budaya. Hampir semua lukisan yang ada di Tembi Rumah Budaya merupakan hasil karya dari Herjaka. Dalam skripsi tersebut penulis menjelaskan secara detail tentang seni lukis karya Herjaka. Melalui data penelitian yang sudah pernah dilakukan di Tembi Rumah Budaya di atas, menguatkan bahwa penulisan tugas akhir ini ditulis tidak meniru dari skripsi atau tugas akhir yang pernah dibuat dengan lokasi penelitian yang sama yaitu Tembi Rumah Budaya.
F. Landasan Teori 1. Produk Wisata Pengertian produk wisata menurut Medlik dan Middleton dalam buku 9
pengantar ilmu pariwisata karangan Drs. H. Oka A. Yoeti, MBA, yaitu produk wisata terdiri dari bermacam-macam unsur yang merupakan suatu paket yang satu sama lainnya tidak terpisahkan serta memenuhi kebutuhan wisatawan sejak meninggalkan tempat tinggalnya sampai ketempat tujuannya dan kembali lagi ketempat asalnya. Mereka berpendapat ada tiga unsur yang membentuk produk tersebut, diantaranya adalah : a. Daya tarik daerah tujuan wisata, termasuk didalamnya citra yang dibayangkan oleh wisatawan b. Fasilitas yang dimiliki daerah tujuan wisata, meliputi akomodasi, usaha pengolahan makanan, parkir, trasportasi, rekreasi dan lain-lain. c. Kemudahan untuk mencapai daerah tujuan wisata tersebut. (Yoeti, 1996 : 165) 2. Pengertian Edukasi Secara Etimologis, edukasi berasal dari kata latin yaitu educare yang artinya “memunculkan”, “membawa”, “melahirkan”. Dalam pengertian secara luas edukasi adalah setiap tindakan atau pengalaman yang memiliki efek formatif pada karakter, pikiran atau kemampuan fisik dalam individu. Pendidikan dan edukasi memiliki pengertian yang berbeda, pendidikan adalah pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan, proses, perbuatan, dan cara mendidik (KBBI. 1990). Sedangkan pengertian edukasi adalah upaya dari subyek terhadap objek untuk 10
mengubah cara memperolah dan mengembangkan pengetahuan menuju cara tertentu yang diinginkan oleh subyek. (Suroso, Rendra. 2004) Pada kedua pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa pendidikan lebih terarah kepada kelompok manusia akan tetapi pengertian pendidikan lebih dikerucutkan kepada individu itu sendiri. Edukasi memiliki konsep dasar dimana telah dibuat dan diakui oleh beberapa yurisdiksi yaitu sebuah konsep yang mengacu pada proses dimana siswa dapat belajar sesuatu: a. Instruction
: fasilitas pembelajaran terhadap sasaran yang di
identifikasi, baik yang disampaikan oleh pengajar atau bentuk lainnya. b. Teaching
: tindakan seorang pengajar secara nya dirancang
untuk memberikan pembelajaran kepada terajar; dan c. Learning persiapan
: pembelajaran dengan pandangan ke arah peserta
didik
dengan
pengetahuan
khusus,
keterampilan, atau kemampuan yang dapat diterapkan segera setelah selesai. Berdasarkan muatan di dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP 2006) sarat dengan pengajaran inquiry dan berdasarkan pengalaman terajar. Konsep dasar edukasi menjadi sebuah singkatan dimana merujuk kepada sebuah system pembelajaran yang efektif, yaitu: a. E = Eksplorasi b. D = Demonstrasi 11
c. U = Uraian (Konsep) d. K = Kontemplasi e. ASI = Aplikasi2 3. Wisata Edukasi Edu-tourism atau pariwisata pendidikan dimaksudkan sebagai suatu progam dimana peserta kegiatan wisata melakukan perjalanan wisata pada suatu tempat tertentu dalam suatu kelompok dengan tujuan mendapatkan pengalaman belajar secara langsung terkait dengan lokasi yang dikunjungi. Program pariwisata pendidikan dapat berupa ekowisata (ecotourism), wisata warisan (heritage tourism), wisata pedesaan atau pertanian (rural/farm tourism), wisata komunitas (community toursim) dan pertukaran siswa antar institusi pendidikan (student exchanges).3 4. Wisata Budaya Menurut Prof. Salah Wahab dalam buku pengantar ilmu pariwisata karangan Drs. H. Oka A. Yoeti, MBA memaparkan definisi dari wisata budaya. Menurut beliau wisata budaya yaitu jenis pariwisata yang maksud dan tujuan perjalanannya adalah dalam rangka memperkaya informasi dan menambah pengetahuan tentang negara-negara lain, disamping ingin mendapat kepuasan, entertaiment dari hasil kebudayaan suatu bangsa
2
Awalrhamdh, “Saung Angklung Udjo Sebagai Wisata Edukasi” pdf , (http://www.generalfiles.com/download/gs577b409bh32i0/jbptunikompp-gdl-awalrhamdh-24673-2-unikom_a-i.pdf.html, diunduh Kamis 21 Maret 2013) 3 Munir, “Managing Educational Tourism” pdf, (http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/PRODI._ILMU_KOMPUTER/196603252001121MUNIR/Presentasi_TIK/Educational_tourism.pdf diunduh Kamis 21 Maret 2013)
12
seperti tari-tarian tradisional serta tata cara hidup (the way of life) dari masyarakat setempat. (Yoeti, 1996 : 126) 5. Unsur kebudayaan Menurut C.Kluck Hohn menguraikan ulasan-ulasan para sarjana mengenai pokok unsur dari kebudayaan dan menyimpulkan pendapatpendapat para sarjana bahwa menunjukan adanya tujuh unsur kebudayaan yang dianggap culture universal. (Aziz Arnicun - Hartomo, 2011 : 29) Dua unsur diantaranya berkaitan dengan penulisan tugas akhir ini yaitu : a. Peralatan
dan
perlengkapan
hidup
manusia
(pakaian,
perumahan, alat-alat rumah tangga, senjata, alat-alat produksi, transport dan lain sebagainya. Dalam penulisan tugas akhir ini peralatan dan perlengkapan hidup manusia yang dimaksud adalah bajak atau dalam bahasa jawa luku. b. Kesenian (seni rupa, seni suara, seni gerak, dan sebagainya). Dalam penulisan tugas akhir ini kesenian yang dimaksud adalah sebagai berikut : a. Gamelan Bunyi-bunyian jawa dan sunda terdiri dari beberapa macam seperti gambang, gendang, sarun, bonang dan sebagainya; perangkat alat musik jawa (sunda, bali dan sebagainya) yang terdiri atas saron, bonang, gambang, rebab, gendang, gong dan sebagainya. (Ana Retnoningsih - Suharso, 2005 : 149) 13
b. Wayang Wayang berasal dari kata wayangan atau bayangan yang berarti sumber ilham. Yang di maksud ilham disini adalah ide dalam menggambarkan wujud tokohnya. (Aizid, 2012 : 19) c. Batik Batik adalah kain bergambar, bercorak dan bermotif. (Ana Retnoningsih - Suharso, 2005 : 78) d. Tarian Tarian adalah gerakan badan, tangan dan sebagainya yang berirama dan biasanya diiringi dengan bunyi-bunyian seperti
musik,
gamelan,
dan
sebagainya.
(Ana
Retnoningsih - Suharso, 2005 : 532)
G. Metode Penelitian 1. Lokasi penelitian Penulis memilih Tembi Rumah Budaya sebagai lokasi penelitian tugas akhir ini. 2. Waktu penelitian Waktu penelitian yang ditempuh penulis adalah selama 3 (tiga) bulan yang dimulai pada tanggal 1 Februari 2013 dan diakhiri pada tanggal 1 Mei 2013. 3. Bentuk penelitian 14
Dalam penelitian pendeketan yang dilakukan adalah pendekatan kualitatif. Artinya data yang dikumpulkan bukan berupa angka-angka, melainkan data tersebut berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, dokumen pribadi, catatan, memo, dan dokumen resmi lainnya. Sehingga yang menjadi tujuan dari penelitian kualitatif ini adalah ingin menggambarkan realita empirik dibalik fenomena secara mendalam, rinci dan tuntas. Oleh karena itu penggunaan pendekatan kualitatif dalam penelitian ini adalah dengan mencocokan antara realita empirik dengan teori yang berlaku dengan menggunakan metode deskriptif.4 Adapun jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubunganhubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan, serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena.5 4. Sumber data Sumber data yang diperoleh penulis berasal dari dokumen dokumen yang dimiliki Tembi Rumah Budaya tentang wisata edukasi berbasis budaya, dan penulis juga melakukakan wawancara secara langsung dengan departemen yang terkait dalam pengadaan data yang diinginkan oleh penulis. 4
Hendra Kurniawan, “Metodologi Penelitian”, pdf (http://lib.uinmalang.ac.id/thesis/chapter_iii/07130097-hendra-kurniawan.pdf diunduh Jumat 22 Maret 2013) 5 ibid
15
5. Teknik pengumpulan data Teknik yang akan dilakukan penulis untuk pengumpulan data adalah sebagai berikut : a. Observasi Observasi
atau
penelitian
dilakukan
untuk
mengetahui
pengertian dan kondisi gambaran nyata dari instansi yang diteliti. Dan mendapatkan data yang dibutuhkan. b. interview in depth interview in depth adalah teknik pengumpulan data dengan melakukan tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih secara langsung dan mendalam guna memperoleh data. Adapun pihak yang akan diwawancarai adalah narasumber yang dapat memberikan informasi maupun solusi tentang permasalahan yang diteliti oleh penulis. Beberapa narasumber yang akan diwawancarai adalah departemen marketing, departemen SCR (Social and Culture Responbility) yang menangani tentang budaya yang ada di Tembi Rumah Budaya, beberapa masyarakat sekitar dan wisatawan. c. Studi kepustakaan. Sedangkan studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data yang diperoleh melalui bahan-bahan bacaan berupa peraturanperaturan, modul, buku, majalah, Koran, tesis, perundangundangan, serta bacaan lain yang berhubungan dengan masalah 16
penelitian. Selain itu studi kepustakaan dilakukan untuk memperoleh dasar dan kerangka teoritis penulis. Setelah mendapatkan data yang diinginkan, penulis akan mulai mengolah data tersebut menjadi data kualitatif deskriptif.
17