BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Program Keluarga Berencana Nasional mempunyai peranan penting dalam laju pertumbuhan penduduk. Apabila Laju pertumbuhan penduduk dapat dikendalikan maka pemerintah dapat meningkatkan kualitas penduduk dan kecerdasan penduduk. Kebijaksanaan pemerintah tentang KB saat ini menekan pada pemakaian MKJP (Metode Kontrasepsi Jangka Panjang). IUD (Intra Uterine Device) merupakan pilihan kontrasepsi yang efektif, layak, dan tepat bagi banyak wanita (Irianto,2014). Berdasarkan survey secara nasional tercatat akseptor KB baru pada tahun 2015 adalah sejumlah 8.500.247 dengan akseptor IUD 658.632 jiwa (7,75%) dan akseptor IUD baru di Provinsi Jawa Tengah tahun 2015 berjumlah 32.420 jiwa ( BKKBN, 2015). Sedangkan di Kabupaten Surakarta tahun 2015 jumlah akseptor IUD baru 10.198 jiwa (Data DKK Surakarta). Selama 20 tahun terakhir penggunaan IUD menurun dari 13% pada SDKI 1991 dan saat ini sebesar 4% persen (SDKI, 2012). Tahun 2014 terdapat 225 kasus efek samping dan komplikasi berat pada pemakaian kontrasepsi dengan jumlah 131 kasus atau 58,22% ditemukan pada pemakaian kontrasepsi IUD, hal tersebut dapat dipakai sebagai tolak ukur kualitas pelayanan KB dilapangan (BKKBN,2014).
1
2
Efek samping yang dapat menimbulkan komplikasi pemakaian IUD diantaranya keputihan yang bisa disebabkan oleh reaksi pemasangan IUD (Irianto, 2014). Peran bidan sesuai dengan kewenangan diperlukan dalam memberikan asuhan kebidanan dengan akseptor IUD dengan keputihan agar peningkatan angka kejadian komplikasi karena pemasangan IUD dapat dicegah (Permenkes/1464/MENKES/PER/X/2010) Berdasarkan survey BKKBN pada tahun 2014 menurut tempat pelayanan, peserta KB baru paling banyak menggunakan klinik KB milik pemerintah yaitu sebanyak 374.229 peserta atau 63,91% (BKKBN, 2014). Puskesmas Gajahan merupakan klinik pelayanan KB milik pemerintah, mencatat jumlah akseptor KB tahun 2015 berjumlah 2.877 jiwa dengan jumlah akseptor IUD berjumlah 641 jiwa atau 22,28 % (Data Puskesmas Gajahan). Akseptor IUD di Puskesmas Gajahan merupakan jumlah akseptor paling banyak kedua setelah akseptor suntik maka kemungkinan banyak pula akseptor IUD yang mengalami efek samping dan bisa menyebabkan komplikasi bila tidak dapat penanganan yang tepat. Berdasarkan data dan latar belakang tersebut, penulis tertarik memilih judul ”Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana Ny. A P2A0 Akseptor IUD dengan Keputihan di Puskesmas Gajahan ”. Studi kasus serupa pernah dilakukan oleh Oktavia (2013) mahasiswi D III Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta dengan Judul ”Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana Ny. S P1A0 akseptor IUD dengan keputihan di Puskesmas Grogol Sukoharjo”. Perbedaan studi kasus ini dengan studi
3
kasus
oleh
Oktavia,
yaitu
mengenai
tempat,
waktu,
subyek
dan
penatalaksanaannya, sehingga studi kasus ini mendapat hasil yang berbeda. A. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan masalah yaitu ”Bagaimana Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana Pada Ny. A P2A0 Akseptor IUD dengan Keputihan di Puskesmas Gajahan?” B. Tujuan 1. Tujuan Umum Untuk
mempelajari
pengetahuan
dan
memahami
tentang
pelaksanaan Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana Pada Ny. A P2A0 Akseptor IUD dengan Keputihan menurut manajemen Varney. 2. Tujuan Khusus Mahasiswa dapat mempelajari dan memahami penerapan (7 langkah Varney) pada kasus Ny.A P2A0 akseptor IUD dengan keputihan di Puskesmas Gajahan, meliputi : a. Mengumpulkan data dasar secara subyektif dan obyektif pada kasus Ny.A P2A0 akseptor IUD dengan keputihan di Puskesmas Gajahan Surakarta. b. Melakukan interpretasi data pasien untuk kasus Ny.A P2A0 akseptor IUD dengan keputihan di Puskesmas Gajahan Surakarta. c. Menetapkan diagnosis potensial dan antisipasi yang harus dilakukan bidan dari kasus Ny.A P2A0 akseptor IUD dengan keputihan di Puskesmas Gajahan Surakarta.
4
d. Menetapkan kebutuhan atau tindakan segera untuk konsultasi, kolaborasi, merujuk kasus Ny.A P2A0 akseptor IUD dengan keputihan di Puskesmas Gajahan Surakarta. e. Menetapkan rencana asuhan kebidanan untuk kasus Ny.A P2A0 akseptor IUD dengan keputihan di Puskesmas Gajahan Surakarta. f. Menetapkan pelaksanaan tindakan untuk kasus Ny.A P2A0 akseptor IUD dengan keputihan di Puskesmas Gajahan Surakarta. g. Menetapkan evaluasi asuhan yang diberikan dan memperbaiki tindakan yang dipandang perlu untuk kasus Ny.A P2A0 akseptor IUD dengan keputihan di Puskesmas Gajahan Surakarta. h. Mengidentifikasi kesenjangan teori dan praktek pada kasus Ny.A P2A0 akseptor IUD dengan keputihan di Puskesmas Gajahan Surakarta. 3.
Manfaat Manfaat secara aplikatif untuk institusi, profesi, klien dan masyarakat yaitu : a. Bagi Institusi Hasil studi kasus ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai bahan masukan dan evaluasi dalam penanganan kasus akseptor baru IUD dengan keputihan di Pusksmas Gajahan. b. Bagi Tenaga Kesehatan Dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan mutu pelayanan bidan dalam asuhan kebidanan pada kasus akseptor IUD keputihan.
5
c. Bagi Klien dan Masyarakat Agar pasien maupun masyarakat dapat menambah pengetahuan dengan mengetahui lebih dini tentang efek samping dan komplikasi akseptor IUD dan mendapatkan layanan yang tepat tentang kasus IUD dengan keputihan.