1
BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Pembangunan di Indonesia khususnya pembangunan di bidang industri
dan sektor transportasi berjalan sangat cepat. Perkembangan di bidang industri dan transportasi yang pesat dewasa ini ternyata membawa dampak bagi kehidupan manusia, baik dampak yang bersifat positif maupun dampak yang bersifat negatif. Dampak yang bersiat positif memang diharapkan oleh manusia dalam rangka meningkatkan kualitas dan kenyamanan hidup. Transportasi sangat penting dalam menunjang aktivitas masyarakat dan turut menentukan perkembangan suatu wilayah. Dengan adanya transportasi yang lancar maka distribusi barang dan jasa juga akan semakin mudah. Namun, dampak yang bersifat negatif, harus dapat diatasi sebaik-baiknya karena dapat menurunkan kualitas dan kenyamanan hidup. Tingkat pencemaran udara di kota Medan pun semakin mengkhawatirkan (Wardhana,2004). Khusus di daerah perkotaan, sektor transportasi merupakan kontribusi terbesar polusi udara. Hal ini disebabkan karena meningkatnya jumlah kendaraan bermotor setiap tahunnya yang sebanding dengan meningkatnya emisi gas buang kendaraan bermotor. Dampak negatif dari masalah sistem transportasi ini adalah tingginya kadar polutan akibat emisi (pelepasan) dari asap kendaraan bermotor. Hal ini menjadi permasalahan yang penting untuk diatasi. Hampir 80% konsumsi bahan bakar di bumi dihabiskan untuk keperluan transportasi darat ( Yuliastuti, 2008).
1
2
Tingginya pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor di kota-kota besar di Indonesia tidak dapat dihindarkan yaitu berkisar 8–12 % pertahun. Pertumbuhan ini didominasi oleh kendaraan bermotor roda dua (72%). Kendaraan lain yang pertumbuhannya meningkat yaitu mobil penumpang (15%) dan mobil barang (9%). Jumlah kendaraan bermotor di Sumut mengalami kenaikan 11,28% pada Desember 2010 hingga November 2011. Dari jumlah itu sepeda motor adalah penyumbang angka terbesar. Selain itu, mobil penumpang naik 18.941 unit, yakni dari 324.984 unit menjadi 353.925 unit (Dispenda Sumut, 2011). Hasil uji emisi yang dilakukan oleh Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pemberantasan Penyakit (BTKL & PP) Medan pada tahun 2008 menunjukkan bahwa 12% kendaraan berbahan bakar bensin dan 54, 22% kendaraan berbahan bakar diesel tidak memenuhi baku mutu emisi. Sedangkan pada tahun 2010 terdapat 28,22% kendaraan berbahan bakar bensin dan 53,33% kendaraan berbahan bakar diesel yang tidak lulus uji emisi (Faisal, 2010). Emisi gas buang tiap-tiap kendaraan bermotor tidak sama satu dengan yang lainnya. Perbedaan komposisi kandungan senyawa kimia gas buang kendaraan bermotor tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti jenis bahan bakar yang digunakan, kondisi mengemudi, jenis mesin (tahun pembuatan dan tipe), alat pengendali emisi bahan bakar, suhu operasi, dan berbagai faktor lainnya (Bachtiar, 2004) Cara mengemudi dan merawat kendaraan bermotor memiliki dampak langsung terhadap konsumsi bahan bakar dan emisi karbon yang dihasilkannya. Diperkirakan rata-rata penghematan bahan bakar dan penurunan tingkat emisi
3
berada pada kisaran 10% sampai 15%. Potensi penghematan bahan bakar secara individual bahkan sampai 25% (Girsang, 2002). Keadaan ini diperparah lagi apabila kendaraan bermotor tersebut tidak melakukan pemeriksaan emisi dan perawatan secara rutin. Usaha pengendalian pencemaran udara akibat dari adanya gas buang kendaraan bermotor merupakan bagian dari pengendalian pencemaran udara pada sistem transportasi. Dalam hal ini kendaraan bermotor merupakan produsen yang menghasilkan pencemar udara terbanyak hampir di seluruh kota-kota besar didunia, dimana pola perjalanan kendaraan bermotor, tipe mesin dan kondisi jalan yang dilalui setiap kilometernya memberikan pengaruh yang besar terhadap pembuangan hasil pembakaran pada mesin kendaraan bermotor (Otok, 2007). Berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 5 tahun 2006 tentang Ambang Batas Emisi Kendaraan Bermotor, ditetapkan untuk kendaraan dengan kategori roda empat atau lebih yang menggunakan bahan bakar premium dengan tahun pembuatan dibawah 2007 adalah 4,5 % untuk CO dan 1200 ppm untuk HC. Sementara untuk tahun pembuatan diatas 2007 ambang batasnya 1,5 % untuk CO dan 200 ppm untuk HC. Untuk kendaraan berbahan bakar diesel (solar) dengan GVW dibawah 3,5 ton dan tahun pembuatan dibawah 2010 opasitas HSU 40% dan untuk untuk tahun pembuatan diatas 2010 opasitas HSU 70% . Sementara untuk kendaraan berbahan bakar diesel (solar) dengan GVW diatas 3,5 ton dengan tahun pembuatan dibawah atau sama dengan 2010 opasitas HSU 70% dan untuk tahun pembuatan diatas 2010 opasitas HSU 50%.
4
1.2.
Perumusan Masalah Bertambahnya jumlah pencemar udara sumber kendaraan bermotor, yang
mengakibatkan meningkatnya emisi gas buang kendaraan bermotor sebagai pencemar udara. Salah satu usaha yang bisa dilakukan untuk mengontrol tingginya pencemaran udara tersebut yaitu dengan melakukan uji emisi kendaraan bermotor. Maka, perlu diketahui hubungan kapasitas mesin dan tahun pembuatan serta perawatan kendaraan bermotor dengan emisi gas buang kendaraan bermotor di kota Medan Tahun 2012. 1.2.
Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan kapasitas mesin dan tahun pembuatan serta perawatan kendaraan bermotor dengan emisi gas buang kendaraan bermotor roda empat di Kota Medan Tahun 2012 1.3.2. Tujuan Khusus 1.
Untuk mengetahui hubungan jenis kendaraan bermotor roda empat dengan emisi gas buang kendaraan bermotor di kota Medan Tahun 2012.
2.
Untuk mengetahui hubungan kapasitas mesin kendaraan bermotor roda empat dengan emisi gas buang kendaraan bermotor di Kota Medan Tahun 2012.
3.
Untuk mengetahui hubungan tahun pembuatan kendaraan bermotor roda empat dengan emisi gas buang kendaraan bermotor di Kota Medan Tahun 2012.
4.
Untuk mengetahui hubungan perawatan kendaraan bermotor roda empat dengan emisi gas buang kendaraan bermotor di Kota Medan Tahun 2012
5
1.4.
Manfaat Penelitian
1.
Bermanfaat sebagai dasar informasi kepada masyarakat khususnya pengguna kendaraan bermotor dalam mengurangi emisi kendaraan bermotor di Kota Medan.
2.
Sebagai masukan dan informasi bagi lintas seperti Dinas Kesehatan dan Badan Lingkungan Hidup agar melakukan intervensi kepada masyarakat yang berkaitan dengan emisi gas buang kendaraan bermotor dan dampaknya bagi lingkungan dan kesehatan masyarakat
3.
Sebagai bahan masukan dalam hal pemikiran, evaluasi, dan referensi untuk membuat kebijakan bagi pemerintah untuk menangani pengendalian pencemaran udara melaui pengendalian emisi gas buang kendaraan bermotor