BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini akan dijelaskan latar belakang program Keluarga Berencana (KB) dengan menggunakan metode IUD, rumusan masalah yang timbul, tujuan umum dan tujuan khusus penelitian yang dilakukan, kerangka konsep yang menggambarkan faktor-faktor yang menyebabkan sedikitnya penggunaan IUD, pernyataan penelitian, definisi konsep dan definisi operasional yang digunakan, serta manfaat dari penelitian.
1.1 Latar Belakang Program keluarga berencana mempunyai paradigma baru dengan mengubah visi dan misi mengenai Keluarga Berencana Nasional. Sesuai dengan UU Nomor 10 tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera, amanat GBHN 1999, UU No.22 tahun 1999, UU No.25 tahun 1999 tentang Propenas, membawa perubahan pada visi dan misi Program KB Nasional. Visi KB itu sendiri yaitu “Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera” menjadi Visi baru, yaitu “Keluarga Berkualitas 2015” suatu keluarga yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak ideal, berwawasan kedepan, bertanggung jawab, harmonis dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa (Noerdin, 2002). Misi terbaru dari program keluarga berencana untuk mencapai visi tersebut adalah memberdayakan masyarakat untuk membangun keluarga kecil yang berkualitas,
menggalang kemitraan
dalam
peningkatan
kesejahteraan,
1
kemandirian dan ketahanan keluarga, meningkatkan kualitas pelayanan KB dan kesehatan reproduksi, meningkatkan promosi, perlindungan dan upaya mewujudkan hak-hak reproduksi, meningkatkan upaya pemberdayaan perempuan untuk mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender melalui program KB, dan mempersiapkan SDM berkualitas sejak pembuahan dalam kandungan sampai lanjut usia serta menyediakan data dan informasi keluarga berskala mikro untuk pengelolan pembangunan, khususnya menyangkut upaya pemberdayaan keluarga miskin (Noerdin, 2002). Perubahan paradigma tersebut dimaksudkan untuk membangun kesadaran semua unsur dalam keluarga yang terdiri dari suami, istri, anak, dan orang tua bisa ikut ber-KB (Syarief, 2007). Program kegiatan KB dapat dimulai dengan memberikan penyuluhan kepada orang tua agar tidak khawatir dengan pemakaian alat kontrasepsi dan pada usia remaja diberikan pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi. Kontribusi program KB Nasional tersebut dapat dilihat pada pelaksananaan program Making Pregnancy Saver (MPS). Salah satu strategi program MPS di Indonesia tahun 2001-2010 ini adalah bahwa setiap kehamilan merupakan kehamilan yang diinginkan (Saifuddin, 2003). Indonesia merupakan salah satu negara yang berkembang di dunia. Hal ini dapat dilihat dari jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 218,868,791 jiwa pada tahun 2005 (statistics Indonesia, 2010). Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI), angka kematian ibu (AKI) di Indonesia telah berhasil diturunkan dari angka 307 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2002/2003 menjadi 270 pada tahun 2004, 262 pada tahun
2
2005, dan 248 pada tahun 2007. Akan tetapi bila dilihat dari angka target Millennium Development Goals (MDG’s) yakni 102 angka kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup, maka AKI saat ini masih belum memenuhi target atau perlu diturunkan (SDKI, 2007). Pertambahan penduduk ini sangat berdampak bagi pembangunan dan kesejahteraan penduduk. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya jumlah kelahiran dibandingkan dengan jumlah kematian. Salah satu program pemerintah untuk menurunkan angka kematian ibu dan menekan laju bertambahnya jumlah kelahiran yaitu melalui program Keluarga Berencana (KB). Keluarga Berencana (KB) merupakan suatu cara yang efektif untuk mencegah mortalitas ibu dan anak karena dapat menolong pasangan suami istri menghindari kehamilan resiko tinggi, menurunkan resiko kematian ibu melalui pencegahan kehamilan, penundaan usia kehamilan serta menjarangkan kehamilan dengan sasaran utama adalah pasangan usia subur (PUS). KB merupakan upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui batas usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera. Dengan adanya program KB tersebut, data kependudukan dunia menunjukkan dari 55 persen jumlah kelahiran, menurun menjadi 5 persen (Badan Kordinasi Keluarga Berencana, 2008). Banyak wanita yang mengalami kesulitan dalam menentukan pilihan jenis kontrasepsi. Hal ini tidak hanya karena terbatasnya metode yang tersedia, tetapi juga oleh ketidaktahuan tentang persyaratan dan keamanan metode kontrasepsi tersebut. Berbagai faktor yang harus dipertimbangkan termasuk
3
status kesehatan, efek samping potensial, konsekuensi kegagalan atau kehamilan yang tidak diinginkan, keluarga yang direncanakan, persetujuan suami, dan norma budaya yang ada. Tidak ada satupun metode kontrasepsi yang aman dan efektif bagi semua klien, karena masing-masing mempunyai kesesuaian dan kecocokan individual bagi klien (Saiffudin, 2003). Rencana Pembangunan Jangka Menengah tahun 2004-2009 memiliki salah satu strategi dalam program KB itu sendiri yaitu meningkatnya jumlah penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) seperti Intra Uterine Device (IUD), implant atau susuk dan sterilisasi. Metode IUD merupakan jenis alat kontrasepsi yang aman digunakan dalam jangka panjang dan sifatnya non hormonal sehingga aman jika digunakan. Kontrasepsi Jangka Panjang khususnya metode IUD dipengaruhi oleh beberapa faktor misalnya faktor tingkat pengetahuan, persepsi rasa aman, persepsi biaya, nilai terhadap KB tersebut, informasi yang diperoleh, dan kualitas pelayanannya. Hal ini yang membuat angka penggunaan KB IUD sedikit karena pada umumnya Pasangan Usia Subur (PUS) yang telah menjadi akseptor KB lebih banyak menggunakan pil, suntik dan kondom. Namun pada akhir-akhir ini akseptor lebih dianjurkan untuk menggunakan program Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP), yaitu alat kontrasepsi spiral (IUD), susuk (Implant) dan jenis kontrasepsi menetap (kontap) seperti Vasektomi dan Tubektomi. Metode ini lebih ditekankan karena MKJP dianggap lebih efektif dan lebih mantap dibandingkan dengan alat kontrasepsi pil, kondom maupun suntikan (BKKBN, 2008).
4
Keuntungan menggunakan IUD yaitu pemasangannya hanya memerlukan sekali pemasangan untuk jangka waktu yang lama. Biaya relatif murah, aman karena tidak mempunyai pengaruh sistemik yang beredar ke seluruh tubuh. Apabila pengguna IUD masih dalam tahap menyusui, tidak memengaruhi produksi ASI serta kesuburan cepat kembali setelah dilepas. Jumlah peserta KB aktif di Indonesia sampai dengan akhir 2004 adalah sebanyak 27,6 juta peserta, dan dalam tiga bulan pertama tahun 2005 ( Januari –Maret 2005) diperoleh tambahan peserta KB baru sebanyak 1,5 juta peserta. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2002-2003 menunjukkan bahwa tingkat prevalensi keikutsertaan ber-KB dari seluruh pasangan usia subur sekitar 60,3 persen (BKKBN, 2009). Target akseptor baru yang harus dicapai serta realisasinya di kota Tangerang pada tahun 2009 untuk penggunaan IUD mencapai 3,651 peserta, suntik sebanyak 10,260 peserta, dan kondom sebanyak 3,038 peserta. Data yang diperoleh dari Puskesmas Binong, Kecamatan Curug, Tangerang mengenai peserta KB yang menggunakan IUD pada bulan Januari sampai November sebanyak 52 peserta, jenis pil sebanyak 172 peserta, jenis suntik sebanyak orang 675 peserta. Sedangkan untuk jenis implant, vasektomi dan tubektomi di Puskesmas Binong, tidak tersedia pelayanan tersebut. Data yang ada di puskesmas, angka penggunaan KB IUD di daerah Kampung Binong sangat sedikit. Peneliti hanya meneliti pada RT002/RW02, hal ini dikarenakan jumlah pasangan usia subur di dalam satu RT tersebut lebih banyak dibandingkan dengan di RT lain disekitarnya. Di RT002/RW02 ini merupakan daerah yang paling banyak ibu yang menggunakan KB pil dan
5
suntik dibandingkan dengan RT lain yang masih dalam binaan Posyandu Melati III. Maka dari itu peneliti tertarik untuk meneliti tentang metode kontrasepsi jenis IUD. Pengambilan data awal dilakukan dengan mewawancari atau menanyakan langsung kepada ibu-ibu yang berkunjung di Puskesmas Binong mengenai sejauh mana pengetahuan mereka dan pandangan mereka tentang metode kontrasepsi IUD tersebut. Dan dari hasil interview yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa mereka kurang mengerti tentang metode kontrasepsi IUD itu sendiri dan persepsi mereka mengenai biaya menggunakan IUD mahal dan takut untuk menggunakannya karena harus memasukkan benda asing ke dalam vagina. Maka dapat disimpulkan sampai saat ini banyak masyarakat terutama ibu-ibu tersebut masih menganggap efek samping dan stigma-stigma yang kurang tepat mengenai metode kontrasepsi IUD. Dari data yang diperoleh dari Puskesmas Binong, menjelaskan bahwa dari bagian Program KB belum pernah memberikan penyuluhan atau promosi kesehatan kepada ibu-ibu mengenai KB dan metode kontrasepi itu sendiri. Dari data diatas, sudah membuktikan bahwa penggunaan IUD masih sangat rendah dibandingkan dengan jenis suntik dan pil. Hal ini disebabkan karena beberapa faktor seperti tingkat pengetahuan, biaya, rasa aman, nilai terhadap IUD, informasi, dan kualitas terhadap pelayanan KB.
1.2 Rumusan Masalah Data menunjukkan perbandingan angka yang sangat signifikan antara jumlah peserta KB jenis suntik dan pil dengan jumlah peserta KB IUD di 6
Puskesmas Binong, Tangerang. Salah satunya di RT002/RW02 yang merupakan daerah binaan puskesmas Binong yang angka pasangan usia subur di dalam satu RT lebih banyak dibandingkan dengan di RT lain. Oleh karena itu rumusan masalah ini ialah menggambarkan faktor tingkat pengetahuan, persepsi biaya dan persepsi rasa aman pada ibu di RT 002/RW02 tersebut.
1.3 Tujuan Tujuan umum dari penelitian ini adalah menggambarkan tingkat pengetahuan dan persepsi ibu tentang metode kontrasepsi IUD di RT 002/ RW 02 Kampung Binong, Tangerang. Tujuan khusus penelitian ini adalah 1. Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan ibu tentang pemilihan metode kontrasepsi IUD di RT002/RW02 Kampung Binong, Tangerang. 2. Mengetahui gambaran persepsi biaya metode kontrasepsi IUD di RT 002/RW02 Kampung Binong, Tangerang. 3. Mengetahui gambaran persepsi rasa aman penggunaan metode kontrasepsi IUD di RT 002/RW02 Kampung Binong, Tangerang.
1.4 Kerangka Konsep Faktor-faktor yang memengaruhi pemilihan akseptor dalam metode kontrasepsi IUD yaitu faktor pengetahuan mengenai KB IUD, persepsi biaya , rasa aman terhadap KB IUD, persepsi nilai tentang IUD, informasi mengenai KB IUD, kualitas pelayanan KB itu sendiri.
7
Faktor yang Memengaruhi Tingkat Pengetahuan: Tingkat Pengetahuan: - Tinggi - Sedang - Rendah -
Pengetahuan Pemahaman
Penerapan Analisis Sintesis Evaluasi
Persepsi biaya
Faktor yang memengaruhi pemilihan akseptor IUD
Persepsi rasa aman Nilai terhadap KB IUD Informasi Kualitas pelayanan KB
Persepsi biaya : - Mahal - Sedang - Murah Persepsi rasa aman : - Aman - Cukup - Kurang aman
Keterangan: = variabel yang diteliti = variabel yang tidak diteliti Gambar 1.1 Faktor yang memengaruhi pemilihan IUD (Modifikasi dari Imbarwati, 2009).
Berdasarkan kerangka konsep diatas, ada 6 faktor yang dapat memengaruhi ibu dalam pemilihan jenis akseptor IUD yaitu tingkat pengetahuan, persepsi biaya terhadap metode kontrasepsi IUD, persepsi rasa aman terhadap metode kontrasepsi IUD, nilai terhadap IUD, informasi, dan kualitas pelayanan KB itu sendiri. Akan tetapi dalam hal ini, penelitian ini hanya membatasi mengenai gambaran faktor pengetahuan ibu, biaya, dan rasa aman terhadap penggunaan IUD tersebut.
8
Banyak wanita sulit untuk menentukkan pilihan kontrasepsi, tidak hanya karena terbatasnya jumlah metode yang tersedia tetapi juga karena metodemetode tertentu mungkin tidak dapat diterima sehubungan dengan kebijakan nasional KB, kesehatan individual dan biaya untuk memperoleh kontrasepsi. IUD merupakan salah satu jenis alat kontrasepsi non hormonal dan termasuk alat kontrasepsi jangka panjang yang ideal dalam upaya menjarangkan kehamilan. Menurut Bloom tahun 1908 dalam buku Notoadmojo 2003, pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indera manusia yaitu indera penglihatan, penciuman, pendengaran, rasa, dan raba yang akan menghasilkan pengetahuan. Pengetahuan atau pembelajaran yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai 6 (enam) tingkatan yaitu: pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehension), aplikasi (application), analisa (analysis), sintesis (syntesis), dan tingkatan yang terakhir yaitu evaluasi (evaluation) (Notoadmojo, 2005). Tahu (know) merupakan tingkatan yang paling rendah pada domain kognitif (Bastable, 2003). Tahu yaitu mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, yang termasuk dalam tingkat tahu ini ialah mengingat kembali terhadap suatu yang spesifik atau khusus dari seluruh bahan yang dipelajari atau ransangan yang telah diterima sehingga tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling bawah. Pemahaman diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
9
Tingkatan aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi riil (sebenarnya) sebagai aplikasi atau penggunaan prinsip-prinsip atau metode-metode. Tingkatan pengetahuan yang keempat yaitu analisis dimana adanya suatu kemampuan untuk menjabarkan atau membedakan dan mampu menghubungkan suatu objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih di dalam satu struktur yang masih ada kaitannya. Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Domain kognitif yang terakhir ialah evaluasi yang berkaitan dengan pertimbangan atau peniaian terhadap suatu materi atau objek. Tingkatan evaluasi ini merupakan tingkatan yang paling atas dan kompleks pada domain kognitif (Bastable, 2003). Pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Persepsi menurut Potter & Perry tahun 2005 adalah citra mental seseorang atau konsep unsur-unsur dalam lingkungan, termasuk informasi yang diperoleh melalui indera. Proses persepsi, terdapat tiga komponen utama yaitu seleksi. Seleksi adalah proses penyaringan oleh indra terhadap rangsangan dari luar, intensitas dan jenisnya dapat banyak atau sedikit.
1.5 Pertanyaan Penelitian Pertanyaan penelitian ini adalah bagaimana gambaran faktor pengetahuan dan persepsi ibu memilih KB IUD di RT 002/ RW 02 Kampung Binong, Tangerang? Tabel 1.1 Definisi Konseptual dan Definisi Operasional
10
Variabel
Definisi Konseptual fakta
Definisi Operasional
Faktor
suatu
atau
Tingkatan
kemampuan
pengetahuan
kondisi dengan cara
seseorang
dalam
- Subvariabel:
mengetahui
menjawab
pertanyaan
- - Pengetahuan
dengan baik apa yang
berdasarkan
informasi,
- - Pemahaman
didapat
pengalaman atau melalui
sesuatu
seperti
pengalaman, informasi,
pelatihan dan
pelatihan.
dapat
Skala Ordinal
Hasil Ukur - Tinggi=912. - Sedang = 58
- Rendah = > 4
dilihat
melalui kuesioner. Skala penilaian
kuesioner
berupa
skala
Guttmen
dengan
2
alternatif
jawaban yaitu Benar (B) atau Salah (S). Faktor
persepsi
biaya KB IUD
pandangan responden
Suatu penilaian terhadap
mengenai harga atau
jumlah
pengeluaran
untuk
yang
harus
dikeluarkan
untuk
mendapatkan
pelayanan KB IUD.
nominal
Ordinal
harga
- Murah= 1216
mendapatkan
pelayanan
KB
- Sedang, 711
IUD
dengan melalui kuesioner. - mahal = >4
Skala penilaian berupa skala Likert 4 alternatif yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS).
Faktor rasa aman
persepsi
pandangan responden
Rasa
tentang
nyaman
cara
takut
dan
tidak
menggunakan KB IUD.
kelemahan dan efek
Dapat
samping
yang
kuesioner
dari
penilaian
penggunaan KB IUD.
skala
dilihat dan
melalui
- cukup 5-8
model
menggunakan
likert dengan 4
alternatif
- aman = 9-12
apabila
pemasangan,
ditimbulkan
Ordinal
yaitu
Sangat
-kurang aman >4
Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat
Tidak
Setuju
(STS).
11
1.6 Manfaat Penelitian 1. Manfaat bagi peneliti Manfaat bagi peneliti untuk mengaplikasikan mata kuliah riset ke dalam bentuk penelitian mandiri yang akan dijadikan penulisan tugas akhir. Dalam melakukan penelitian ini, peneliti juga mendapatkan pengetahuan, pengajaran serta wawasan yang baru mengenai persepsi ibu terhadap penggunaan alat kontrasepsi IUD.
2. Manfaat bagi masyarakat Penelitian ini berguna untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan masyarakat mengenai pentingnya pelaksanaan program Keluarga Berencana (KB). Penelitian ini bertujuan untuk memberikan pendidikan kesehatan pada masyarakat terutama ibu mengenai persepsi penggunaan IUD. Penelitian ini juga bermanfaat supaya masyarakat mengetahui mengenai program KB IUD, dan membuka persepsi masyarakat mengenai program KB IUD.
3.
Bagi Puskesmas Penelitian ini bermanfaat bagi Puskesmas untuk menggalakkan kembali program Keluarga Berencana dengan memberikan penyuluhan kepada ibu-ibu di Kampung Binong terutama pada pasangan usia subur (PUS).
12