BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah Sakit adalah Institusi yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna, yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat (Undang-undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit). Rumah sakit merupakan suatu sistem pelayanan kesehatan yang mengutamakan upaya penyembuhan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif) yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan upaya peningkatan (promotif), pencegahan (preventif) serta melaksanakan upaya rujukan. Salah satu bentuk pelayanan di rumah sakit adalah pelayanan keperawatan (Kusnanto, 2007). Menurut Bina Diknakes (2010) bahwa Pelayanan keperawatan merupakan kegiatan yang selalu ada selama 24 jam di rumah sakit dan salah satu unit integral dalam suatu rumah sakit adalah Instalasi Gawat Darurat (IGD). IGD sebagai ujung tombak dalam pelayanan keperawatan di rumah sakit. Memiliki jam operasional selama 24 jam dengan fungsi untuk menerima, menstabilkan dan mengatur pasien yang menunjukkan gejala bervariasi dan gawat darurat. Disamping itu pula IGD menyediakan sarana untuk penatalaksanaan pasien dalam keadaan bencana dari suatu daerah yang memerlukan pemeriksaan medis segera. Apabila hal ini tidak dilakukan akan berkibat fatal bagi penderita. Dalam proses pelayanan kesehatan di rumah sakit, tim perawat di ruang IGD merupakan garda terdepan dalam pemberian pelayanan atau asuhan keperawatan
dan harus bersiaga secara terus-menerus terhadap kondisi pasien di rumah sakit (Sari, 2012). Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten Buleleng merupakan rumah sakit pusat rujukan di wilayah Bali Utara dan sekitarnya. Hal ini terlihat dari jumlah kunjungan di ruang gawat darurat ± 50 pasien perhari atau sekitar 1.500 pasien di setiap bulannya. Kunjungan pasien di IGD menunjukkan kenaikan yang signifikan di setiap tahunnya. Menurut data Rekam Medis RSUD Kabupaten Buleleng dari bulan Januari-Desember 2013 sebanyak 15.253 penderita
dan
bulan Januari-September 2014 sebanyak 19.869 penderita. Pelayanan kepada pasien di IGD terdiri dari tenaga medis (dokter dan perawat) serta tenaga non medis (pramuhusada). Jumlah tenaga perawat di Instalasi Gawat Darurat adalah sebanyak 24 orang (perawat paste pagi 5 orang dan perawat pelaksana 19 orang). Tugas perawat di IGD RSUD Kabupaten Buleleng antara lain: menyeleksi pasien yang datang ke IGD sesuai triage, melakukan asuhan keperawatan untuk pasien gawat darurat (memasang oksigen, memasang infus, pemeriksaan tanda-tanda vital, EKG, melakukan injeksi, pemberian obat perawatan luka, melakukan heckting (jahitan) pada bagian kulit, nebulizer, dan lain-lain), melakukan asuhan keperawatan non gawat darurat, melengkapi pencatatan dan pelaporan perawat setiap hari, membuat surat rujukan, menyiapkan pasien untuk pemeriksaan dokter, memelihara dan menyiapkan alat medis agar siap pakai, melaksanakan transportasi pasien ke ruangan rawat inap, memasukkan data pasien ke billing,
membuat rencana asuhan keperawatan (menentukan
diagnosa keperawatan, tindakan dan evaluasi keperawatan), melaksanakan tugas
rujukan dan sebagai tim ambulansi, mengecek pengisian kelengkapan blangko pasien, Visum Et Repertum dan keracunan, melakukan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) dan melengkapi
blanko perjanjian Informed Concent,
melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan. Dengan kompleksitas kerja yang demikian, maka perawat yang bertugas di IGD dituntut untuk memiliki kemampuan lebih jika dibandingkan dengan perawat yang melayani pasien di unit yang lain. Sehingga untuk bekerja di IGD membutuhkan kecekatan, ketrampilan, dan kesiagaan setiap saat (Syaer, 2011). Beban kerja yang diberikan kepada perawat yang bertugas di IGD sangatlah fluktuatif, hal ini dikarenakan sangat tergantung dari seberapa serius perawatan medis yang harus dilakukan kepada pasien. Disamping itu beban kerja seorang perawat menjadi lebih terasa berat dan berlebih karena waktu kerja (shift) yang panjang, waktu istirahat yang kurang, harapan pimpinan rumah sakit untuk selalu memberikan pelayanan yang terbaik, tuntutan keluarga terhadap keselamatan pasien, karakteristik pasien yang berbeda-beda dan sebagainya. Perawat IGD juga harus selalu bersiaga untuk menerima dan merawat pasien sebanyak apapun dan separah apapun kondisinya (Kusmiati, 2008). Hasil penelitian Direktorat Keputusan Departemen Kesehatan Republik Indonesia bekerjasama dengan World Health Organization (WHO) tahun 2010, menyatakan bahwa perawat-perawat yang bekerja di rumah sakit di Asia Tenggara termasuk Indonesia memiliki beban kerja berlebih akibat dibebani tugas-tugas non keperawatan.
Berdasarkan Buku Pedoman Kerja Perawat Instalasi Gawat Darurat Di Rumah Sakit (Depkes, 2005), bahwa jenis kegiatan produktif yang dilakukan perawat selama dilakukan observasi yaitu berupa penerimaan pasien baru, pembersihan dan perawatan luka, mobilisasi pasien, nebulizer, memberikan obat, memasang infus, EKG, dan dokumentasi perawatan merupakan tindakan yang diperkenankan dilakukan oleh perawat IGD, sedangkan untuk tindakan heckting, operasi kecil, dan administrasi bukan merupakan tindakan yang diperkenankan dilakukan oleh perawat IGD. Namun pada kenyataannya perawat yang bertugas di IGD RSUD Kabupaten Buleleng disamping mengerjakan tugas keperawatan juga mengerjakan tugas non keperawatan. Hal inilah yang menimbulkan terjadinya kelebihan beban kerja baik fisik maupun non fisik (mental dan emosional) yang kemungkinan dapat menghambat produktivitas dan pemberian asuhan keperawatan kepada pasien. Berdasarkan hasil studi tentang beban kerja di ruang IGD RSUD Buleleng terhadap 10 orang tenaga keperawatan dengan menggunakan metode SWAT (Subjective Worklood Assesment Tehnique) diperoleh bahwa responden memiliki beban kerja tinggi yaitu diatas 60%, dimana kisaran beban kerjanya antara 76,3100%. Hasil prosentase beban kerja inilah yang menunjukkan bahwa perawat yang bertugas di ruang IGD RSUD Buleleng memiliki beban kerja berat yang jika tidak diatasi dengan baik akan berdampak buruk bagi produktivitas perawat tersebut. Menurut Soehartati (2007) bahwa bila seseorang mempunyai beban kerja yang tinggi maka akan mempengaruhi kepuasan kerja. Adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi kepuasan kerja perawat diantaranya adalah komponen upah atau gaji, pekerjaan, pengawasan, promosi karir, kelompok kerja dan kondisi kerja. Kepuasan kerja juga dipengaruhi oleh status profesional, persyaratan tugas, pembayaran, kebijakan organisasi dan otonomi (Eugenia, 2009). Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan melalui wawancara terhadap10 orang perawat yang bertugas di ruang IGD RSUD Buleleng pada 10 item kepuasan kerja dengan 19 pertanyaan antara lain tentang gaji/salary, kondisi kerja, kebijakan perusahaan/instansi, hubungan antar pribadi, supervisi, prestasi, pengakuan pekerjaan, tanggung jawab, serta tentang promosi/pengembangan karir, dari pertanyaan ini diperoleh bahwa sekitar 70%
perawat di ruang IRD RSUD
Buleleng mengatakan kurang puas atau tingkat kepuasan kerja rendah (skor 4055). Sedangkan kepuasan kerja merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi individu dalam bekerja untuk mendapatkan hasil yang optimal. Hal ini mencakup kesesuaian antara kemampuan dan keinginan pekerja dengan kondisi organisasi tempat mereka bekerja yang meliputi : jenis pekerjaan, minat, bakat, penghasilan, insentif. Dan ketika seorang merasakan kepuasan dalam bekerja tentunya ia akan berupaya semaksimal mungkin dengan segenap kemampuan yang dimilikinya untuk menyelesaikan tugas pekerjaannya. Dengan demikian produktivitas dan hasil kerja karyawan akan meningkat secara optimal (Johan, 2006). Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik melakukan penelitian tentang Hubungan Antara Beban Kerja Dengan Kepuasan Kerja Perawat Di Ruang Instalasi Gawat Darurat RSUD Kabupaten Buleleng.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka peneliti tertarik untuk membahas lebih lanjut dengan rumusan masalah sebagai berikut : “Adakah Hubungan Antara Beban Kerja Dengan Kepuasan Kerja Perawat Di Ruang IGD RSUD Kabupaten Buleleng tahun 2014”? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan beban kerja dengan kepuasan kerja perawat di ruang IGD RSUD Kabupaten Buleleng. 1.3.2 Tujuan Khusus Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah : 1. Mengidentifikasi beban kerja perawat di ruang IGD RSUD Kabupaten Buleleng. 2. Mengidentifikasi kepuasan kerja perawat di ruang IGD RSUD Kabupaten Buleleng. 3. Menganalisis hubungan beban kerja dengan kepuasan kerja perawat di ruang IGD RSUD Kabupaten Buleleng. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Praktis Adapun manfaat praktis yang diperoleh dari penelitian ini adalah : Sebagai kontribusi bagi pihak manajemen rumah sakit untuk menyusun suatu kebijakan atau pertimbangan dalam upaya
menciptakan
keseimbangan
beban kerja dengan kepuasan kerja perawat di ruang IGD RSUD Kabupaten Buleleng. 1.4.2 Manfaat teoritis Adapun manfaat teoritis yang diperoleh dari penelitian ini adalah : 1. Dapat menjelaskan kaitan antara beban kerja dengan kepuasan kerja perawat. 2. Diharapkan dapat digunakan sebagai kontribusi pada kajian keilmuan bagi para peneliti selanjutnya terhadap pengembangan literatur beban kerja yang dihubungkan dengan kepuasan kerja. 1.5 Keaslian Penelitian
Berdasarkan studi literatur, penelitian yang berkaitan dengan judul dari penelitian ini adalah: sebagaimana yang ditulis oleh Yuniarti,S.,Wuryaningsih,S,H. dan Setiawan,H., (2012) dengan judul hubungan beban kerja dengan tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan di IGD RSUD Bontang. Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik korelasional dengan metode cross sectional. Populasi penelitiannya adalah perawat pelaksana sejumlah 19 orang dan 30 pasien yang berkunjung di IGD RSUD Bontang dengan teknik systematic random sampling . Pengumpulan data menggunakan kuesioner. Analisis data digunakan uji statistic Corelation Spearman Rho. Hasil penelitian menunjukkan beban kerja perawat di IGD RSUD Bontang sebagian besar (74%) dalam kategori berat.Tingkat kepuasan pasien
dalam menerima pelayanan di IGD RSUD
Bontang sebagian besar (70%) tidak puas. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara beban kerja perawat dengan tingkat kepuasan pasien terhadap
pelayanan keperawatan Instalasi Gawat Darurat yang bersifat negatif. Semakin berat beban kerja semakin rendah tingkat kepuasan pasien, sebaliknya semakin ringan beban kerja semakin tinggi tingkat kepuasan pasien. Adapun Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada variabel terikat yang diteliti yaitu kepuasan pasien, sedangkan pada penelitian ini adalah kepuasan perawat.