1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pengembangan sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu isue dalam menghadapi era globalisasi, baik persiapan jangka pendek sesuai AFTA 2003 maupun persiapan jangka panjang sesuai dengan kesepakatan pasar bebas 2020. Untuk itu, dalam menghadapi tantangan global tersebut dirasa perlu dibangun suatu kondisi yang dapat mewujudkan SDM yang memiliki budaya, pendidikan, yang bermutu sesuai tantangan kerja, memiliki kecerdasan mental dan emosional, berkompetensi khusus yang mampu meningkatkan produktifitas dan efisiensi, bersikap mental dan berwawasan (Wiratno, 2008). Menurut (Hurlock, (1980), pemilihan dan persiapan diri untuk menjalankan suatu pekerjaan atau karir merupakan tugas perkembangan yang penting dimasa remaja, sebab karir atau pekerjaan seseorang menentukan berbagai hal dalam kehidupan. Masa remaja adalah masa memilih, hal ini terlihat dari salah satu tugas perkembangan remaja yaitu memilih dan mempersiapkan diri untuk menjalankan suatu pekerjaan. Maka remaja harus memilih bidang pekerjaan yang akan ditekuni, jenis pekerjaan yang akan ditekuni menyebabkan remaja harus menyelesaikan pendidikannya sampai taraf yang dibutuhkan oleh bidang pekerjaan yang diinginkan. Sedangkan pada usia sekitar 17 tahun remaja menyadari
1 Hubungan Antara Locus…, Erfin Aditya Saputra, Fakultas Psikologi UMP, 2014
2
bahwa mereka bertanggung jawab dalam perencanaan karirnya. Menurut Seligman (dalam Wijaya, 2007) di masa remaja perkembangan karir berjalan seiring dengan bertambahnya usia dan mengalami dinamika yang penting pada masa sekolah menengah.. pada akhir masa remaja, minat pada karir seringkali menjadi sumber pikiran. Seperti diterangkan oleh Hurlock, (1980) bahwa pada saat tersebut remaja belajar membedakan antara pilihan pekerjaan yang disukai dengan pekerjaan yang dicita-citakan. Hurlock (1980) menyatakan bahwa remaja yang lebih tua lebih memikirkan apa yang akan dilakukan dan apa yang mampu dilakukan. Semakin mereka mendengar dan membicarakan berbagai jenis pekerjaan, semakin ia kurang yakin mengenai apa yang akan dilakukan. Remaja juga memikirkan cara untuk memperoleh pekerjaan yang diinginkan. Besarnya minat remaja terhadap pendidikan sangat dipengaruhi oleh minat mereka terhadap pekerjaan. Kalau remaja mengharapkan pekerjaan yang menuntut pendidikan yang tinggi maka pendidikan akan dianggap sebagai batu loncatan (Hurlock, (1980). Pilihan karir dan langkah-langkah pendidikan yang tepat akan mengantar seseorang menjadi individu yang mempunyai daya saing dalam bursa kerja. (Zulkaida, 2007). Salah satu institusi sekolah yang mempersiapkan siswanya untuk mampu terjun langsung ke dunia kerja setelah lulus adalah SMK. Kematangan karir bagi siswa SMK sangatlah penting, karena salah satu permasalahan yang dialami siswa SMK setelah menyelesaikan studinya adalah
Hubungan Antara Locus…, Erfin Aditya Saputra, Fakultas Psikologi UMP, 2014
3
menyangkut pemilihan karir dan pekerjaan. Kualitas pemilihan karir ditentukan oleh tingkat kematangan karir yang dimiliki individu , Oleh karena itu kematangan karir sangat dibutuhkan oleh siswa agar mereka dapat memilih dan mempersiapkan diri memasuki karir dengan baik. Brown & Brooks (dalam Wijaya, 2007) mendefinisikan kematangan karir sebagai kesiapan kognitif dan afektif dari individu untuk mengatasi tugastugas perkembangan yang dihadapkan kepadanya, karena perkembangan biologis dan sosialnya serta harapan-harapan dari orang-orang dalam masyarakat yang telah mencapai tahapan perkembangan tersebut. Untuk dapat memilih dan merencanakan karir yang tepat, dibutuhkan kematangan karir, yaitu meliputi pengetahuan akan diri, pengetahuan tentang pekerjaan, kemampuan memilih pekerjaan, dan kemampuan merencanakan langkah-langkah menuju karir yang diharapkan. Meskipun SMK diharapkan bisa menghasilkan lulusan siap kerja, tetapi pada kenyataannya pengangguran terbuka dari lulusan SMK masih cukup banyak. Berdasarkan data Biro Pusat Statistik (BPS) pada Agustus 2012 jumlah pengangguran terbuka menurut Pendidikan tertinggi yang ditamatkan antara lain a) Tidak / belum pernah sekolah sebanyak 82.411 orang, b) belum / tidak tamat SD sebanyak 503.379, c) SD sebanyak 1.449.508 orang, d) SLTP sebanyak 1.701.294 orang, e) SLTA Umum sebanyak 1.832.109 orang, f) SLTA Kejuruan 1.041.265 orang, g) diploma I, II, III / Akademi sebanyak 196.780, h) Universitas sebanyak 438.210 orang. Total pengangguran terbuka pada Agustus
Hubungan Antara Locus…, Erfin Aditya Saputra, Fakultas Psikologi UMP, 2014
4
2012 sebanyak 7.244.956 orang. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa pengangguran terbuka terbanyak berasal dari lulusan SLTA Umum, peringkat kedua dari lulusan SLTP, peringkat ketiga dari lulusan SD, kemudian peringkat keempat disusul dari kelulusan SLTA Kejuruan. (www.bps.go.id.Agustus 2012). Syah, M (2003). Menyebutkan bahwa perkembangan remaja ialah proses perubahan
kualitatif
yang
mengacu
pada
mutu
fungsi
organ-organ
jasmaniah,perkembangan penyempurnaan fungsi psikologis. sehingga remaja akan lebih memahami dirinya dan merencanakan pekerjaannya dimasa depan yang sesuai dengan sifat-sifat kepribadian yang baik. Hal tersebut berarti bahwa remaja akan merencanakan pekerjaannya dimasa depan dengan melihat kesesuaian antara kemampuan dirinya dengan pekerjaan yang nantinya akan ditekuni. Rotter (dalam Ayudiati, 2010) Pemahaman akan sifat-sifat yang ada pada diri remaja dilakukan remaja melalui evaluasi terhadap dirinya sendiri. Evaluasi diri merupakan gambaran keyakinan diri. Julian Rotter pada tahun 1966, beliau merupakan seorang ahli dibidang Social Theory Learning (Teori Pembelajaran Sosial). “Generalized belief that a person can or can not control his own destiny”, atau keyakinan individu terhadap mampu tidaknya mengontrol nasib (destiny) itu sendiri disebut dengan locus of control. Menurut Seligman (dalam Wijaya, 2007), Seseorang dengan keyakinan bahwa nasib dan kejadian-kejadian dalam hidupnya berada dibawah kontrol dirinya, dikatakan bahwa seorang tersebut memiliki internal locus of control,
Hubungan Antara Locus…, Erfin Aditya Saputra, Fakultas Psikologi UMP, 2014
5
sedangkan seseorang yang memiliki keyakinan bahwa nasib dan kejadiankejadian dalam hidupnya ditentukan oleh lingkungannya, maka seseorang tersebut dikatakan memiliki external locus of control. menyatakan bahwa kematangan karir dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya: educational level, race ethnicity, locus of control, social economy status, work salience, gender. Berdasarkan keterangan yang dihimpun dari Guru Bimbingan dan Konseling siswa kelas XI SMK Wiworotomo Purwokerto diperoleh keterangan bahwa siswa kelas XI SMK Wiworotomo Purwokerto terdiri dari 4 jurusan yaitu Teknik Instalasi Tenaga Listrik dengan jumlah siswa sebanyak 81 siswa, Teknik Permesinan dengan jumlah siswa sebanyak 165 siswa, Teknik Kendaraan Ringan dengan jumlah siswa sebanyak 194 siswa dan Teknik Suzuki Motor dengan jumlah siswa sebanyak 41 siswa. Berdasarkan hasil studi pendahuluan dengan metode wawancara pada siswa kelas XI SMK Wiworotomo pada tanggal 15 Mei 2013 diperoleh keterangan bahwa 12 siswa (5 siswa dari jurusan Teknik Permesinan dan 7 siswa dari jurusan Teknik Listrik) memiliki cita-cita ingin menjadi pegawai PT. KAI dan Pegawai PLN. Mereka memutuskan mengambil jurusan tersebut karena ada pandangan pekerjaan tersebut merupakan pekerjaan yang tetap dengan status pegawai BUMN, tentunya bergaji besar. Mereka memutuskan mengambil jurusan tersebut karena bercita-cita ingin memiliki pekerjaan seperti orang tua dan om nya yang bekerja di PT. KAI dan PLN. Selain itu, orangtua
Hubungan Antara Locus…, Erfin Aditya Saputra, Fakultas Psikologi UMP, 2014
6
juga mengarahkan mereka untuk bekerja di perusahaan tersebut, alasan orangtua mengarahkan anak-anaknya bekerja di perusahaan tersebut karena pekerjaan sebagai karyawan BUMN merupakan pekerjaan tetap dengan gaji yang cukup besar, dan dapat membangun karir yang baik walaupun terus dituntut oleh banyak kompetensi. Mereka menyebutkan kegiatan diluar jam sekolah diantaranya nongkrong dengan teman-teman, kadang-kadang nongkrong di bengkel sambil memodifikasi motornya. Hasil wawancara dengan 5 siswa dari jurusan Teknik Suzuki Motor pada 16 mei 2013 menyebutkan bahwa mereka memilih jurusan tersebut karena minat yang besar pada otomotif. Mereka ingin bekerja di bengkel-bengkel Suzuki, posisi yang mereka cita-cita antara lain Kepala bengkel Suzuki, Supervisor, dan Kepala produksi di pabrik perakitan Suzuki. Mereka memiliki keyakinan dalam diri bahwa di setiap usaha keras pasti akan membuahkan hasil yang diinginkan, menjalani dengan ulet dan tekun semua proses pembelajaran dan praktek kerja industri yang diselenggarakan oleh sekolah. Menurut pandangan mereka bekerja di Suzuki merupakan pekerjaan yang menjanjikan, selain bergaji besar juga banyak bonusnya, selain itu mereka juga bisa membangun jenjang karir, sehingga bisa untuk persiapan hari tua. Kegiatan diluar jam sekolah diantaranya futsal dan praktek kerja industri di suzuki istana motor. (Aji, 2008). Siswa dalam usahanya untuk mencapai karir yang diinginkan sering mengalami hambatan, sehingga diperlukan usaha dari siswa
Hubungan Antara Locus…, Erfin Aditya Saputra, Fakultas Psikologi UMP, 2014
7
untuk mengatasi hambatan tersebut. Tingkat usaha siswa untuk mengatasi hambatan dalam mencapai karir yang diinginkan dipengaruhi oleh locus of control internal. Locus of control merupakan keyakinan individu dalam memandang faktor penyebab keberhasilan maupun kegagalan yang dialami, termasuk hadiah dan hukuman yang diterimanya. Perbedaan locus of control pada seseorang ternyata dapat menimbulkan perbedaan pada aspek-aspek kepribadian yang lain. Remaja yang memiliki locus of control internal memiliki keyakinan bahwa dirinya dapat mengatur dan mengarahkan hidupnya serta bertanggungjawab terhadap pencapaian penguat apapun yang diterimanya. Remaja yang memiliki locus of control eksternal memiliki keyakinan bahwa pengendali dari segala aspek dalam kehidupannya dan penguat yang diterimanya adalah keberuntungan, nasib, atau orang lain di luar dirinya. Pilihan karir dan langkah-langkah pendidikan dan pelatihan yang tepat akan mengantar seseorang menjadi individu yang mempunyai daya saing dalam dunia kerja. Sebaliknya rendahnya kesiapan dalam pemilihan karir dan usahausaha untuk mencapai karir yang diinginkan dapat menyebabkan kesalahan dalam keputusan karir termasuk kesalahan dalam menentukan pilihan pendidikan lanjutan.Seseorang yang mempunyai penilaian negative terhadap dirinya dalam melakukan pemilihan karir akan kehilangan minat dan usaha untuk melakukan pengenalan diri dan pekerjaan, dan mengalami kesulitan jika menghadapi masalah dalam pemilihan karir. Hal tersebut akan berakibat pada rendahnya kematangan karir (Zulkaida, 2007).
Hubungan Antara Locus…, Erfin Aditya Saputra, Fakultas Psikologi UMP, 2014
8
Berdasarkan hasil studi pendahuluan diatas dapat diketahui bahwa, pada siswa kelas XI SMK Wiworotomo Purwokerto memiliki kematangan karir. Bahwa dirinya dapat mengatur dan mengarahkan hidupnya serta bertanggung jawab terhadap pencapaian penguat apapun yang diterimanya. Hal ini dikatakan bahwa siswa memiliki kecenderungan locus of control internal. Siswa yang memiliki kecenderungan locus of control internal, membangun dirinya menjadi pribadi yang kompeten di dunia kerja, namun disisi lain masih terdapat siswa yang memiliki pandangan bahwa orang lain, nasib, peruntungan, dan faktor diluar dirinya yang menentukan keberhasilan dalam hidupnya atau disebut juga kecenderungan locus of control eksternal. Sehingga nampak nyata dalam kehidupan sehari-hari mereka yang tidak suka bekerja keras membangun skills. Dalam usaha meraih cita-citanya tidak menunjukkan perilaku yang pekerja keras dan disiplin. Bahkan kegiatan mereka pun tidak terarah, tidak mengasah skills, karena kegiatan diluar jam sekolah diisi dengan bermain-main. Menurut Zulkaida (2007), Siswa yang mempunyai locus of control internal, ketika dihadapkan pada pemilihan karir, maka ia akan melakukan usaha untuk mengenali diri, mencari tahu tentang pekerjaan dan langkah-langkah pendidikan serta berusaha mengatasi masalah berkaitan dengan pemilihan karir. Siswa dengan locus of control internal cenderung menganggap bahwa ketrampilan (skill), kemampuan (ability), dan usaha (efforts) lebih menentukan pencapaian dalam hidup mereka, termasuk pencapaian karirnya. Siswa akan mengembangkan usahanya untuk meningkatkan ketrampilan kerja dan
Hubungan Antara Locus…, Erfin Aditya Saputra, Fakultas Psikologi UMP, 2014
9
kemampuan akademik yang mereka miliki dalam rangka meraih karir yang mereka inginkan, serta berusaha mengatasi hambatan yang mereka hadapi dalam rangka pencapaian karir. Kemampuan akademik dan ketrampilan kerja yang tinggi akan membuat siswa membentuk aspirasi karir yang mantap. Aspirasi karir yang mantap, akan membuat individu lebih serius dalam mencari informasi mengenai karir dan menyesuaikan antara kemampuan dan minat yang dimiliki dengan pemahaman mengenai karir, sehingga akhirnya mampu membuat keputusan karir yang tepat. Kesesuaian antara kemampuan dengan karir yang diinginkan merupakan salah satu karakteristik kematangan karir yang positif. Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk menguji secara empiris tentang hubungan antara locus of control dengan kematangan karir pada siswa kelas XI di SMK Wiworotomo Purwokerto Tahun Ajaran 2013/2014.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan paparan latar belakang diatas, penulis mengemukakan rumusan masalah yaitu apakah ada hubungan antara locus of control dengan kematangan karir pada siswa kelas XI di SMK Wiworotomo Purwokerto, tahun ajaran 2013/2014? C. Tujuan Penelitian
Hubungan Antara Locus…, Erfin Aditya Saputra, Fakultas Psikologi UMP, 2014
10
Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara locus of control dengan kematangan karir pada siswa kelas XI di SMK Wiworotomo Purwokerto, tahun ajaran 2013/2014? D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Dari hasil penelitian yang dilakukan diharapkan memberikan wawasan baru dan memberikan sumbangan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang psikologi pendidikan. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat praktis, antara lain : a. Kepada siswa agar belajar mengetahui kematangan karirnya dan informasi mengenai karir sehingga dapat mengembangkan diri sesuai kemampuan. b. Kepada pihak sekolah, khususnya guru bimbingan karir
untuk
memberikan pengetahuan dan informasi mengenai karir dan locus of control kepada peserta didiknya,menggunakan cara bimbingan konseling atau extra kulikuler pada siswa kelas XI SMK Wiworotomo Purwokerto Tahun ajaran 2013/2014.
Hubungan Antara Locus…, Erfin Aditya Saputra, Fakultas Psikologi UMP, 2014