BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pertumbuhan dan perkembangan anak dipengaruhi oleh masukan nutrisi, kekebalan tubuh, sinar matahari, lingkungan yang bersih, latihan jasmani dan keadaan kesehatan. Bagi pertumbuhan bayi yang penting adalah pemberian makanan yang berkualitas maupun kuantitasnya agar dapat tumbuh dan berkembang secara optimal dan baik. Makanan yang baik bagi bayi baru lahir sampai usia 6 bulan adalah ASI, tetapi pada kenyataanya pemberian ASI eksklusif banyak terdapat kendala (Pudjiadi, 2000). Tubuh anak membutuhkan zat gizi yang sesuai untuk tumbuh dan berkembang dengan baik. Asupan zat gizi yang baik dapat diupayakan dengan memberikan ASI eksklusif sampai umur 6 bulan (Roesli, 2000). Setelah itu, periode pemberian makanan pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI). MP-ASI adalah makanan tambahan selain ASI yang diberikan pada bayi sampai usia 24 bulan, sehingga MP-ASI diberikan tepat waktunya, karena pada usia tersebut merupakan waktu yang sangat rawan terjadi malnutrisi (Muchtadi, 2002). Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan yang terbaik bagi bayi,terutama pada bulan-bulan pertama hidupnya. ASI mengandung semua zat gizi untuk membangun dan penyediaan energi yang diperlukan (Pudjiadi, 2000). ASI juga mempunyai nilai yang paling tinggi dibandingkan dengan
1
2
makanan bayi yang dibuat manusia ataupun susu hewan, seperti susu sapi, susu kerbau, dan lain-lainnya. Air Susu Ibu sangat menguntungkan ditinjau dari berbagai segi, baik dari segi gizi, kesehatan, ekonomi, maupun sosiopsikologis. Bayi yang tidak dapat cukup ASI akan terganggu pertumbuhan dan kesehatannya (Muchtadi, 2002). Bayi yang mendapatkan ASI paling sedikit 4 bulan, lebih sedikit mengalami kematian semasa bayi dan lebih sedikit mengalami sakit seperti infeksi, diare serta alergi pernafasan, karena ASI tersebut mengandung immunoglobulin yang resisten terhadap kuman patogen. Selain itu, ASI juga meningkatkan kesehatan bayi sepanjang hidupnya. Bukti eksperimental menyimpulkan bahwa air susu ibu adalah gizi terbaik untuk bayi. Bayi tidak memerlukan air tambahan atau susu formula, selama ibu mengikuti prisnsip demand feeding yaitu menyusui sesering dan selama yang bayi inginkan (Wilda, 2006). Pemberian minuman tambahan (susu formula, air glukosa, dll) hanya akan mengurangi nafsu minum si bayi, dan juga dapat berakibat berkurangnya suplai ASI kecuali ada justifikasi medis dari dokter untuk pemberian minuman tambahan. Bayi-bayi yang mendapat tambahan makanan pada umur yang dini, mempunyai osmolitas plasma yang lebih tinggi daripada bayi-bayi yang 100% mendapat air susu ibu dan karena itu mudah mendapat hiperosmolitas dehidrasi. Negara maju di Eropa ataupun Amerika, dianjurkan pemberian makanan tambahan mulai umur 4-6 bulan. Makanan padat telah dianggap
3
sebagai penyebab kegemukan pada bayi-bayi jika diberikan terlalu dini (Widodo, 2006). Kecenderungan ibu-ibu lebih pendek periode memberikan ASI-nya sering di jumpai di negara sedang berkembang, dan selanjutnya menggunakan makanan tambahan pengganti ASI. Penghentian menyusui di Indonesia didasarkan pada alasan-alasan antara lain hamil lagi, anak cukup umur mendapat makanan biasa, payudara sakit, air susu tidak keluar, lingkungan sosial budaya, ibu bekerja, pengaruh iklan makanan pengganti ASI, dan sebagainya. Kurangnya pemberian ASI oleh ibu dipengaruhi oleh perilaku dalam memberikan ASI secara eksklusif, dimana perilaku seseorang terhadap objek kesehatan, ada atau tidaknya dukungan masyarakat, informasi yang didapat serta situasi yang memungkinkan ibu mengambil keputusan untuk memberikan MP-ASI secepatnya atau tidak yang berdampak pada perilaku pemberian MPASI (Notoatmodjo, 2003). Selain itu dipengaruhi oleh faktor sosial budaya (ibu bekerja, meniru teman, ketinggalan zaman bila tidak menyusui, faktor psikologi (takut kehilangan daya tarik, tekanan batin), fisik ibu, kurangnya petugas kesehatan memberikan penyuluhan serta gencarnya promosi susu formula. Selain itu kecenderungan ibu tidak memberikan ASI eksklusif dikarenakan masih kurangnya pengetahuan ibu terhadap manfaat ASI pada anaknya, dimana sering dijumpai kebiasaan yang bertentangan dalam pemberian ASI (Arifin, 2008). Berdasarkan Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2005, menyebutkan bahwa kurang lebih 40% bayi usia kurang dari dua bulan sudah
4
diberi MP-ASI. Disebutkan juga bahwa bayi usia 0-2 bulan mulai diberikan makanan pendamping cair (21,25%), makanan lunak/lembek (20,1%), dan makanan padat (13,7%). Pada bayi 3-5 bulan yang mulai diberi makanan pendamping cair (60,2%), lumat atau lembek (66,25%), dan padat (45,5%). Dari beberapa penelitian dinyatakan bahwa keadaan kurang gizi pada bayi dan anak disebabkan karena kebiasaan pemberian MP-ASI yang tidak tepat dan ketidaktahuan ibu tentang manfaat dan cara pemberian MP-ASI yang benar sehingga berpengaruh terhadap pemberian MP-ASI (Depkes RI, 2006). Hasil penelitian Nuraeni (2002) di desa Waru Jaya Kecamatan Parung Kabupaten Bogor, ditemukan masih rendahnya tingkat pemberian ASI eksklusif dan pemberian MP-ASI yang terlalu dini pada bayi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik umur ibu sebagian besar > 25-35 (50%), berpendidikan rendah (58,62%), responden berpendapatan rendah (68,10%). Secara umum pengetahuan responden tentang ASI cukup baik (52,59%) begitu juga pengetahuan responden tentang MP-ASI cukup baik (60,34%). Sikap responden negatif terhadap pemberian ASI (50,86%) dan sikap negatif terhadap pemberian MP-ASI (66,38%). Secara umum dukungan keluarga adalah negatif terhadap pemberian ASI dan MP-ASI (55,17%). Kadangkadang petugas kesehatan memberikan pendidikan kesehatan di pelayanan kesehatan atau di posyandu tentang ASI (66,38%) dan MP ASI sebesar 56,90%. Perilaku responden secara umum kurang baik dalam memberikan ASI (53,45%) dan perilaku kurang baik dalam memberikan MP-ASI sebesar 54,31%.
5
Berdasarkan hasil observasi tanggal 13 April 2010 diketahui jumlah ibu yang mempunyai bayi 0-4 bulan pada bulan Maret sebanyak 27 orang di Puskesmas Gubug Kabupaten Grobogan, dimana hasil wawancara dengan 10 orang ibu yang memiliki bayi usia 0-4 bulan, sebanyak 7 orang (70%) telah memberikan MPASI secara dini sebelum usia 4 bulan dan 3 orang (30%) tidak memberikan MPASI secara dini. Pemberian MPASI sebelum usia 4 bulan dapat terjadi karena masih adanya anggapan ibu tentang makanan ASI tidak mencukupi kebutuhan bayi sehingga susu formula dan makanan padat menjadi alternatif dalam pemberian makanan, selain itu pengetahuan ibu yang kurang tentang manfaat ASI. Pekerjaan ibu yang harus kembali bekerja sehingga bayi terpaksa secepatnya diberi MPASI, anak yang sering rewel, membuat ibu-ibu yang memiliki bayi beranggapan bahwa anaknya tidak merasa cukup hanya dengan diberi ASI saja, sehingga MPASI menjadi pengantinya. Berdasarkan permasalahan diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul “Faktor-Faktor Yang Berhubungan
Dengan Praktik Ibu Dalam Memberikan Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MPASI) Pada Bayi
Usia 0-4 Bulan Di Desa Gubug Kecamatan Gubug
Kabupaten Grobogan.”
B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka permasalahan yang diteliti adalah faktor-faktor apa sajakah yang berhubungan dengan praktik ibu dalam memberikan Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MPASI) Pada Bayi Usia 04 Bulan Di Desa Gubug Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan?
6
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan praktik ibu dalam pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MPASI) pada anak usia 0-4 bulan di desa Gubug Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan. 2. Tujuan Khusus a. Mendeskripsikan pengetahuan ibu dalam memberikan makanan pendamping ASI b. Mendeskripsikan dukungan keluarga dalam memberikan makanan pendamping ASI c. Mendeskripsikan praktik ibu dalam memberikan MPASI pada bayi usia 0-4 bulan di desa Gubug Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan. d. Menganalisis hubungan pengetahuan dengan praktik memberikan MPASI pada bayi usia 0-4 bulan di desa Gubug Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan. e. Menganalisis
hubungan
dukungan
keluarga
dengan
praktik
memberikan MPASI pada bayi usia 0-4 bulan di desa Gubug Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan.
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Pendidikan Kebidanan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi institusi pendidikan dalam pengembangan kurikulum terutama terkait
7
dengan mata ajar Kebidanan komunitas dalam hal ini tentang praktik ibu memberikan MPASI pada bayi usia 0-4 bulan di desa Gubug Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan. 2. Bagi Ibu Hasil penelitian ini diharapkan memberikan informasi pada ibu tentang manfaat ASI serta sebagai bahan masukan bagi ibu yang mempunyai bayi usia 0-4 bulan khususnya dalam memberikan MPASI pada bayi usia 0-4 bulan.
E. Ruang Lingkup Ilmu Penelitian ini dilakukan dalam bidang Kebidanan komunitas yang menitikberatkan pada praktik dalam memberikan MPASI pada anak usia 0-4 bulan.
F. Keaslian Penelitian Penelitian tentang makanan pendamping ASI telah banyak dilakukan, sejauh ini peneliti belum menemukan penelitian yang khusus membahas tentang faktor-faktor yang mempengaruhi ibu dalam memberikan makanan pendaping ASI (MPASI).
8
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian No 1.
Nama Peneliti Murni ningsih (2007)
Judul
Desain
Hubungan tingkat kunjungan ke pelayanan kesehatan masyarakat dengan pemberian makanan tambahan pada usia dini di Desa Kemuningsari Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan
Deskriptif analitik
p value Variabel 0,001 independent : (< 0,05). tingkat kunjungan ke pelayanan kesehatan masyarakat Variabel dependent: Pemberian makanan tambahan pada usia dini
Korelasi
Variabel Independent: Tingkat pengetahuan tentang MPASI Variabel Dependent : pertumbuhan balita Variabel Independent: Pemberian MPASI Variabel Dependent : pertumbuhan balita
2.
Rohma wati, D (2007)
Hubungan tingkat pengetahuan tentang MPASI dengan Pertumbuhan Balita di Desa Bugel Kecamatan Kedung Kabupaten Jepara
3
Leni Indrawa ti (2007)
Hubungan Pemberian Survey analitik MPASI dengan pertumbuhan balita di Desa Sragi Kecanatan ragi Kabupaten Pekalongan
Variabel
Hasil
p value 0,024. (< 0,05).
p value 0,004. (< 0,05).