1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Strategi meningkatkan motivasi belajar siswa menjadi masalah tersendiri bagi para penyelenggara pendidikan, karena terdapat banyak faktor baik internal maupun eksternal yang mempengaruhi motivasi belajar siswa. Motivasi belajar yang tinggi berkorelasi dengan hasil belajar siswa yang baik seperti prestasi yang tinggi, aktif di kelas dan lainnya, sehingga berbagai upaya dilakukan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa di sekolah. Jika motivasi belajar siswa dapat ditingkatkan, maka diharapkan prestasi belajar siswa juga akan meningkat. Melalui visi misi sekolah maka hal itu bisa di usahakan, adapun yang menjadi visi misi Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Ciparay antara lain :
1. Visi : Menjadikan MAN Ciparay sebagai salah satu lembaga yang disenangi dan dicintai masyarakat. 2. Misi : Menyelenggarakan pendidikan yang berorientasi pada mutu lulusan baik secara keilmuan, maupun secara moral dan sosial sehingga mampu menyiapkan dan mengembangkan sumberdaya insani yang unggul dibidang Iptek dan Imtaq.
Menurut Wakil Kepala Madrasah (Wakamad) Bidang Akademik Drs, Dedih suryadi beliau mengatakan, untuk mencapai visi misi MAN Ciparay salah satu targetnya adalah, siswa harus lulus 100% Ujian Nasional dan Ujian Madrasah
2
dengan nilai rata-rata tiap mata pelajaran UN/UM di atas 7,0 dan salah satunya adalah materi bahasa inggris. Pelajaran ini menjadi penting, karena bahasa inggris adalah bahasa yang dijadikan bahasa formal untuk interaksi antar bangsa didunia serta mengingat sumber ilmu pengetahuan pun banyak yang menggunakan literatur bahasa inggris, karenanya dengan memahami dan menguasai materi bahasa inggris, siswa diharapkan bisa mengembangkan pengetahuan yang dimiliki untuk kepentingannya dimasa yang akan datang, baik yang bergelut di bidang teknologi, budaya, pendidikan ataupun wisata serta lainnya. Setelah dilakukan wawancara dan memberikan questionare sebagai studi pendahuluan terhadap siswa kelas XII, mereka mengatakan ketika mengikuti pelajaran di kelas lebih memilih melakukan aktivitas sendiri (SMS-an, ngobrol, bercanda, dan lainya) ketika guru menerangkan, nyontek ketika ujian, tidak aktif bertanya atau berdiskusi dikelas, bahkan mereka lebih memilih bolos, seperti nongkrong di kafe, main Play Station ataupun memilih tiduran di Unit Kesehatan Siswa (UKS) padahal mereka tidak sakit. Hal ini dilakukan bukan karena siswa mempunyai masalah dengan cara mengajar guru, tetapi mereka menganggap materi bahasa inggris di sekolah tidak terlalu penting bila dibandingkan dengan materi agama seperti fikih, aqidah, hadits dan lainnya. Selain itu juga mereka mengatakan, setelah pulang sekolah hanya melewatkan hari dengan bermain seperti main game dan lainnya. Tugas-tugas bahasa inggris yang diberikan tidak segera dikerjakan, mereka mengerjakannya ketika telah memasuki batas waktu pengumpulan tugas dan hanya belajar pada waktu menghadapi ujian saja, semua ini tentunya berdampak pada prestasi mata
3
pelajaran inggris mereka dikelas, dibuktikan dengan nilai bahasa inggris mereka di raport yang menunjukan angka rata-rata dibawah enam. Berdasarkan data yang diperoleh, maka beberapa guru dan alumni MAN Ciparay serta masukan dari sebagian siswa, maka pada tahun 2006 tepatnya bulan september, dibentuklah kegiatan ekstra kurikuler ESB (english smart behaviour), yakni salah satu kegiatan ekstrakuler yang fokus pada pengembangan kemampuan siswa terhadap mata pelajaran bahasa inggris, sebagai pendukung dari kurikulum sekolah yang sudah ada yakni Kurikulum Tingkat Satuan Pendikan (KTSP). Ekstrakurikuler ESB berusaha memunculkan motivasi belajar siswa, khususnya pada mata pelajaran bahasa inggris dengan harapan bisa mengugah partisipasi siswa agar terlibat lebih aktif dalam pelajaran bahasa inggris. Kegiatan ESB sendiri diselenggarakan dan disesuaikan dengan kebutuhan sekolah, diantaranya; 1.
Memberikan tambahan materi pelajaran bahasa inggris yang berhubungan dengan aplikasi
dan sering muncul di UAN ataupun SPMB serta
memprioritaskan pemberian materi tanpa banyak memberikan tugas dirumah. 2.
Mengadakan perlombaan–perlombaan yang bisa mengembangkan potensi yang ada dalam diri siswa, seperti perlomban musik akustik, pidato, puisi, karya tulis berbahasa inggris di lingkungan sekolah.
3.
Diskusi-diskusi tentang kesulitan-kesulitan siswa dalam memahami bahasa inggris serta solusinya.
4.
Siswa diwajibkan berkomunikasi dengan menggunakan bahasa inggris
4
dilingkungan sekretariat dan bagi mereka yang melanggarnya akan dikenakan sanksi berupa bayar denda sejumlah uang yang telah di tentukan berdasarkan kesepakatan pengurus dan anggota sebelumnya, 5.
Siswa dianjurkan observasi dan melakukan percakapan langsung dengan orang asing yang ada di lingkungannya ataupun ketika melakukan wisata pada saat liburan sekolah, dengan tujuan untuk melatih kemampuan bahasa inggris siswa, khususnya dalam melakukan Conversation. Kegiatan ekstrakrikuler ESB dilingkungan MAN Ciparay dimaksudkan
pula untuk mendorong para anggotanya dalam berkompetisi mencapai prestasi akademik, khususnya pada mata pelajaran bahasa inggris serta dalam perkembangannya berusaha merubah cara pandang siswa terhadap materi bahasa inggris, seperti memberikan pengarahan tentang prospek bahasa inggris dimasa depan, dengan harapan agar para anggotanya tertarik sehingga berusaha untuk menguasai materi bahasa inggris baik dikelas maupun di luar kelas serta memunculkan skill para siswa yang sudah didapatkan sebelumnya dikelas. Menurut salah seorang guru bahasa inggris sekaligus pembina ekstra kurikuler ESB, Drs. Dedih Suryadi bahwa siswanya yang mendapatkan kegiatan ekstrakukrikuler ESB terlihat lebih aktif dan berprestasi di kelas bahasa inggris dibandingkan dengan mereka yang tidak mendapatkan kegiatan ekstrakukrikuler ESB. Berdasarkan fenomena diatas maka, peneliti merasa tertarik untuk mengetahui adakah pengaruh ekstrakurikuler ESB tehadap motivasi belajar siswa MAN Ciparay Kabupaten Bandung pada mata pelajaran bahasa inggris.
5
B. Indentifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini 1. Adakah pengaruh kegiatan ekstrakurikuler ESB terhadap motivasi belajar bahasa ingris siswa kelas XII MAN Ciparay tahun ajaran 2008/2009. 2. Adakah perbedaan motivasi belajar bahasa inggris antara siswa yang yang mendapatkan kegiatan ekstrakurikuler ESB dengan siswa yang tidak mendapatkan kegiatan ekstrakurikuler ESB.
C. Maksud dan Tujuan Penelitian 1. Maksud dari penelitian ini adalah untuk melihat perbedaan motivasi belajar bahasa inggris antara siswa kelas XII MAN Ciparay yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler ESB dan yang tidak mengikuti kegiatan ekstrakurikuler ESB. 2. Tujuannya adalah untuk memperoleh data dan informasi di lapangan, tentang
pengaruh ekstrakurikuler ESB terhadap motivasi belajar
bahasa inggris siswa Kelas XII MAN Ciparay.
D. Kegunaan Penelitian Kegunaan Teoritis dari penelitian ini diharapkan bisa memberikan sumbangsih untuk kemajuan ilmu pendidikan, khususnya dalam bidang psikologi. Sedangkan kegunaan praktisnya adalah diharapkan dapat berguna dan
6
memberikan masukan untuk penyelenggara pendidikan, khususnya Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Ciparay Kabupaten Bandung, dalam melaksanakan Kegiatan Ekstra kurikuler ESB dilingkungan sekolahnya.
7
BAB II TINJAUAN TEORETIS A. Ekstra kurikuler ESB (English Smart Behaviour) 1. Definisi ekstra kurikuler ESB (English Smart Behaviour) Kegiatan
ekstra
kurikuler
ESB
merupakan
salah
satu
kegiatan
ekstrakurikuler yang di selenggarakan di sekolah MAN Ciparay Kabupaten Bandung. Pada awalnya ESB adalah sebuah metoda belajar bahasa inggris yang di desain oleh mahasiswa Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan (FKIP) bahasa Inggris English Departement Sociate Asocition (EDSA) Universitas Islam Nusantara (UNINUS) untuk membantu mahasiswa dalam memahami dan menguasai ilmu bahasa inggris, kemudian dalam perkembangannya dicobalah metode tersebut yang di modifikasi dalam bentuk kegiatan ekstra kurikuler dan coba diterapkan pada semua siswa MAN Ciparay. Kegiatan ekstrakurikuler ESB dimaksudkan untuk lebih mengembangkan potensi siswa dalam mengembangkan kemampuan bahasa inggris yang sebelumnya sudah didapat di kelas dengan harapan, siswa akan lebih memahami lagi materi bahasa inggris dan termotivasi untuk berprestasi dan merupakan seperangkat pengalaman belajar yang memiliki nilai-nilai manfaat untuk mengarahkan cara berfikir siswa dan berusaha mengajak para anggotanya untuk berpartisipasi dengan maksud untuk lebih aktif baik dikelas maupun di lingkungan ESB dalam usaha untuk memahami mata pelajaran bahasa inggris baik secara teoritis maupun aplikasi.
8
Adapun kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh ESB antara lain; 1. Memberikan tambahan materi pelajaran yang essensial, yakni materi pelajaran yang berhubungan dengan aplikasi dan sering muncul di UAN ataupun SPMB serta memprioritaskan pemberian materi tanpa membebani anggotanya dengan banyak memberikan tugas-tugas rumah seperti, siswa diberikan materi – materi yang berhubungan dengan manfaat praktis dari sebuah materi, seperti sub materi conversation. Di dalam sub materi ini siswa diajarkan bagaimana berkomunikasi yang baik dan sesuai dengan aturan yang berlaku yakni Grammar, kemudian siswa juga diberikan materi-materi yang di prediksaikan akan muncul pada soal-soal UAN maupun SPMB berupa try out dan Quiz. 2. Mengadakan perlombaan – perlombaan yang bisa mengembangkan potensi yang ada dalam diri siswa, seperti perlomban musik akustik, pidato, puisi, karya tulis berbahasa inggris di lingkungan sekolah. Hal ini diakukan dengan tujuan antara lain : a. Siswa mendapatkan materi bahasa inggris dalam dimensi yang berbeda, yakni siswa berusaha memahami bahasa inggris melalui hobi mereka yang berbeda-beda. b. Memunculkan nuansa kompetisi, dengan begitu para siswa diharapkan mampu mengexpresikan potensi bahasa inggris yang ada dalam dirinya 3. Diskusi tentang kesulitan-kesulitan siswa dalam memahami bahasa inggris serta solusinya. Disini siswa diberikan penyuluhan dan pengarahan tentang prospek bahasa inggris untuk masa depan mereka, siswa diajak sharing dengan tutor atupun teman-temannya dengan tujuan agar siswa lebih terbuka
9
atau bersemangat untuk mempelajari materi bahasa inggris lebih dalam lagi, baik dilingkungan sekolah maupun diluar sekolah. 4. Siswa diwajibkan berkomunikasi dengan menggunakan bahasa inggris dilingkungan sekretariat ESB dan bagi mereka yang melanggarnya akan dikenakan sanksi berupa bayar denda sejumlah uang yang telah di tentukan berdasarkan kesepakatan pengurus dan anggota sebelumnya, hal ini dilakukan dengan tujuan, siswa harus banyak menghapal perbendaharaan kata semaksimal mungkin, baik dirumah, tempat bermain maupun sekolah dengan begitu siswa diharapkan dapat berfikir kreatif
serta percaya diri untuk
menyebutkan setiap perbendaharaan kata yang telah dihapalnya. 5. Siswa dianjurkan untuk observasi dan melakukan percakapan langsung dengan orang asing yang ada di lingkungannya ataupun ketika melakukan wisata pada saat liburan sekolah, dengan tujuan : a. untuk mengaplikasikan kemampuan bahasa inggris siswa serta mendapatkan pengalaman baru yang dapat memotivasinya untuk lebih menggali materi bahasa inggris agar lebih baik lagi dari sebelumnya . b. Melatih kemampuan Conversation siswa, baik kepercayaan dirinya dalam mengucapkan bahasa inggris maupun kualitas grammer dan listening nya.
B. Motivasi Belajar 1. Pengertian Motivasi Belajar Menurut Gagne & Berliner (1979 : 367) motivasi belajar adalah dorongan yang terdapat dalam diri siswa untuk mengarahkan aktivitasnya pada kegiatan belajar. Menurut Dr. Dimyanti, Drs. Mudjiono, (2002:119) Motivasi Belajar,
10
merupakan kegiatan sehari-hari bagi siswa sekolah. Kegiatan belajar di atas ada yang dilakukan di sekolah, di rumah, di tempat lain seperti museum, perpustakaan, kebun binatang, sawah, sungai dan hutan. Menurut Winkel (1996 : 65) dalam bukunya Psikologi Pengajaran mengatakan bahwa : ”Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak psikis di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar itu demi mencapai suatu tujuan”. Sardiman (2008: 75) menjelaskan bahwa dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai. Beliau juga menambahkan peranan motivasi belajar adalah dalam hal penumbuhan gairah, merasa senang dan semangat untuk belajar dan siswa yang memiliki motivasi kuat, akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar. Motivasi belajar pada siswa itu sangat penting, karena motivasi dapat menjadi sebuah alat untuk mencapai prestasi yang lebih baik dalam tujuan pendidikan. Sebagai sebuah alat, motivasi menjadi salah satu faktor yang menentukan apakah siswa akan mencapai pengetahuan, pengertian, atau keterampilan. Dari definisi beberapa ahli diatas dapat disimpulkan bahwa : Motivasi belajar merupakan dorongan atau penggerak yang terdapat pada diri siswa untuk mengarahkan aktivitasnya pada aktivitas belajar sehingga dapat
11
memberikan arah yang jelas bagi siswa untuk mencapai tujuannya didalam belajar. Gagne dan Berliner (1984:374) menjelaskan bahwa dalam bidang pendidikan, motivasi merupakan suatu konsep yang berkaitan dengan faktorfaktor lain yang berpengaruh dalam memberikan dorongan dan arah pada tingkah laku belajar. Faktor tersebut antara lain: a. Minat Dengan minat yang tinggi seseorang dapat memusatkan perhatiannya terhadap stimulus yang diminatinya. Orang yang berminat terhadap perlajaran maka memberikan perhatian yang tinggi terhadap pelajaran tersebut. Biasanya orang yang berminat terhadap suatu pelajaran maka hasil yang dicapai akan lebih baik. b. Kebutuhan Kebutuhan yang, terdapat dalam diri seseorang memberikan dorongan pada dirinya untuk melakukan suatu aktivitas yang akan dapat memenuhi kebutuhan tersebut. c. Nilai Nilai
merupakan
orientasi
terhadap
tujuan
penting
yang
telah
dipertimbangkan dan ditetapkan dalam hidup seseorang. Nilai yang dimiliki oleh seseorang berpengaruh terhadap motivasi seseorang untuk bertingkah laku.
12
d. Sikap Sikap merupakan penilaian senang atau tidak senang terhadap suatu objek. Orang yang memiliki Sikap positif terhadap pelajaran akan merasa senang dan termotivasi melakukan sesuatu yang berhubungan dengan pelajaran tersebut. e. Aspirasi Aspirasi seseorang adalah harapan atau keinginan untuk berpartisipasi. Aspirasi dapat memberikan energi dan mengarahkan tingkah laku pada suatu tujuan tertentu. f. Insentif Insentif adalah satuan tujuan tertentu yang dapat memotivasi seseorang untuk belajar. Dengan adanya insentif, orang akan termotivasi untuk berprestasi. Insentif dapat berupa pujian, hadiah, perhatian, uang atau kebebasan. 2. Bentuk – Bentuk Motivasi Belajar Gagne & Berliner (1979 : 372) mengatakan bahwa, motivasi belajar dapat dibedakan menjadi dua bentuk, antara lain : a. Motivasi instrinsik Motivasi Instrinsik adalah kegiatan belajar yang dimulai dan diteruskan berdasarkan penghayatan siswa dan dorongan yang secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar. Motivasi instrinsik adalah motivasi yang ada di dalam diri individu, dalam hal ini pujian, hadiah, atau sejenisnya tidak diperlukan karena tidak akan menyebabkan peserta didik bekerja atau belajar untuk mendapat pujian
13
atau hadiah tersebut. Dengan kata lain motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Sebagai contoh seseorang yang senang membaca, tidak usah ada yang menyuruh atau mendorongnya, ia sudah rajin mencari buku-buku untuk dibacanya. Kemudian kalau dilihat dari segi tujuan kegiatan yang dilakukannya (misalnya kegiatan belajar), maka yang dimaksud dengan motivasi intrinsik ini adalah ingin mencapai tujuan yang terkandung di dalam perbuatan belajar itu sendiri. Sebagai contoh konkrit, seorang siswa itu melakukan belajar, karena betul-betul ingin mendapat pengetahuan, nilai atau keterampilan agar dapat berubah tingkah lakunya secara konstruktif, tidak karena tujuan yang lain-lain. Itulah sebabnya motivasi intrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang di dalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan suatu dorongan dari dalam diri dan secara mutlak berkait dengan aktivitas belajarnya. Seperti tadi dicontohkan bahwa seorang belajar, memang benar-benar ingin mengetahui segala sesuatunya, bukan karena ingin pujian atau ganjaran. b. Motivasi Ekstrinsik Motivasi Ekstrinsik adalah aktivitas belajar yang dimulai dan diteruskan berdasarkan kebutuhan dan dorongan yang tidak secara mutlak berkaitan dengan akivitas belajar itu sendiri. Motivasi ekstrinsik dapat juga diartikan sebagai motivasi yang disebabkan oleh faktor-faktor dari luar situasi belajar seperti, nilai, ijazah, hadiah, medali, tingkatan, dan persaingan. Sedangkan yang bersifat negatif adalah sindiran tajam, cemoohan dan hukuman. Motivasi ekstrinsik tetap
14
diperlukan disekolah, sebab pengajaran di sekolah tidak semuanya menarik minat perserta didik atau sesuai dengan kebutuhannya. Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar. Sebagai contoh, seseorang belajar karena tahu besok paginya akan ujian dengan harapan akan mendapatkan nilai baik, sehingga akan dipuji oleh pacarnya, atau temannya. Jadi yang penting bukan karena belajar ingin mengetahui sesuatu, tetapi ingin mendapatkan nilai yang baik, atau agar mendapat hadiah. Jadi kalau dilihat dari segi tujuan kegiatan yang dilakukannya, tidak secara langsung bergantung dengan esensi apa yang dilakukannya itu. Oleh karena itu motivasi ekstrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang didalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan dari luar yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar Dengan demikian, motivasi belajar dapat berasal dari diri pribadi siswa itu sendiri (motivasi intrinsik/motivasi internal) atau berasal dari luar diri pribadi siswa (motivasi ekstrinsik/motivasi eksternal). Kedua jenis motivasi ini jalinmenjalin atau kait mengait menjadi satu membentuk satu sistem motivasi yang menggerakkan siswa untuk belajar. 3. Fungsi Motivasi Belajar Dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin melakukan aktifitas belajar. Gagne dan Berliner (1984) mengungkapkan, tanpa adanya perhatian tidak mungkin terjadi belajar. Jadi, seseorang siswa yang menaruh minat terhadap materi pelajaran, biasanya perhatiannya akan lebih intensif dan kemudian timbul
15
motivasi dalam dirinya untuk mempelajari materi pelajaran tersebut. Di sini, motivasi belajar dapat didefinisikan sebagai usaha-usaha seseorang (siswa) untuk menyediakan segala daya (kondisi-kondisi) untuk belajar sehingga ia mau atau ingin melakukan proses pembelajaran. Dengan adanya motivasi yang tumbuh kuat dalam diri siswa maka selama ia menjadi pelajar selama itu pula membutuhkan motivasi belajar guna keberhasilan proses pembelajarannya. Dalam hal ini, Sardiman (2000: 84) menjelaskan fungsi motivasi belajar sebagai berikut : a. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi, motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan. b. Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya. c.
Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus
dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan
menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. 4. Hubungan Motivasi belajar dengan Prestasi Akademik Anak dengan motivasi belajar tinggi, umumnya akan memiliki prestasi belajar yang baik. Sebaliknya, rendahnya motivasi belajar akan membuat prestasi anak menurun. Sebab, motivasi akan mendorong anak berusaha sekuat tenaga untuk mencapai tujuan belajar. Ia juga akan belajar dengan sungguh-sungguh
16
tanpa dipaksa. Prestasi secara umum adalah siswa yang mampu belajar, mengatasi masalah pengelolaan emosional, sosialisasi, dan kemandirian. Menurut Gagne & Berliner (1979 : 379) siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : a. Memiliki teman dalam bekerja atau belajar b. Tekun dalam melaksananakn tugas c. Mempergunakan waktu sebaik mungkin d. Menyenangi umpan balik terhadap tugas yang dilakukan e.
Mengutamakan keberhasilan Orang yang memiliki motivasi belajar yang tinggi, menunjukkan
keinginan dan usaha yang lebih tinggi dalam meraih prestasi. Sebaliknya orang yang memiliki motivasi belajar rendah menunjukkan keinginan dan usaha yang lebih rendah dalam meraih prestasi. Dengan kata lain, arti melebihi atau mengungguli prestasi orang lain mempunyai makna berusaha sebaik-baiknya melalui suatu kegiatan untuk mencapai tujuan yang diinginkan sesuai dengan standar keberhasilan yang telah di tetapkan. Pada dasarnya setiap siswa dalam proses belajarnya menginginkan sebuah prestasi, apakah itu berupa mendapat rangking dikelas, menguasai materi yang diterima secara penuh, ataupun lainnya. Semua itu diawali dengan motivasi belajar siswa terhadap setiap materi, dalam hal ini adalah bahasa inggris. Dengan kata lain, seseorang yang memiliki motivasi belajar tinggi akan menciptakan prestasi agar kualitas dari usahanya dapat di tentukan. Hal ini senada dengan pernyataan dari Hermans (dalam Wingkel, 1978 : 97) yang mengatakan bahwa
17
siswa yang memiliki rasa tanggung jawab besar dan berhasrat berprestasi baik, menunjukan ciri-ciri sebagai berikut: a.
Kecenderungan
mengerjakan
tugas-tugas
belajar
yang
menantang, namun tidak berada diatas taraf kemampuannya. b.
Keinginan untuk bekerja dan berusaha sendiri, serta menemukan penyelesaian masalah sendiri, tanpa disuapi terus menerus oleh guru.
c.
Keinginan kuat untuk maju dan mencari taraf keberhasilan yang sedikit diatas taraf yang telah tercapai semuanya.
d.
Orientasi pada masa depan dan kegiatan belajar dipandang sebagai jalan menuju ke realisasi cita-cita.
e.
Pemilihan teman kerja atas dasar kemampuan teman itu untuk menyelesaikan tugas belajar bersama, bukan atas dasar rasa simpati atau perasaaan senang terhadap teman itu.
f.
Keuletan dalam belajar biarpun menghadapi rintangan.
Dari pernyataan para ahli di atas, dapat dijelaskan bahwa siswa yang mempunyai motivasi belajar yang tinggi, akan berusaha mengarahkan dirinya untuk menentukan hasil tindakannya sendiri dalam suatu situasi prestasi yang bisa di capai oleh dirinya sendiri, dengan kata lain prestasi yang ingin dicapainya tidak di dasarkan pada keberuntungan semata, kesempatan yang ada, atau pada kemampuan orang lain.
18
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Anak dengan motivasi belajar tinggi, umumnya akan memiliki prestasi belajar yang baik. Sebaliknya, rendahnya motivasi akan membuat prestasi anak menurun. Sebab, motivasi merupakan perubahan tenaga di dalam diri seseorang yang ditandai dengan adanya dorongan afektif dan reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan. Motivasi akan mendorong anak berusaha sekuat tenaga untuk mencapai tujuan belajar. Ia juga akan belajar dengan sungguh-sungguh tanpa dipaksa.
C. Motivasi belajar dalam persfektif islam Prof. Dr. Achmad mubarok MA mengatakan, bahwa belajar merupakan perintah utama dari agama Islam, tercermin pada ayat yang pertama kali turun surat al 'Alaq ayat 1- 5. ù&tø%$# ÉΟó™$$Î/ y7În/u‘ “Ï%©!$# t,n=y{ ∩⊇∪ t,n=y{ z≈|¡ΣM}$# ôÏΒ @,n=tã ∩⊄∪ ù&tø%$# y7š/u‘uρ ãΠtø.F{$# ∩⊂∪ “Ï%©!$# zΟ¯=tæ ÉΟn=s)ø9$$Î/ ∩⊆∪ zΟ¯=tæ z≈|¡ΣM}$# $tΒ óΟs9 ÷Λs>÷ètƒ ∩∈∪
artinya: Bacalah dengan nama tuhanmu yang telah menciptakan, yakni telah menciptakan manusia dari segumpal darah, Bacalah dengan nama tuhanmu yang Maha Pemurah, yang telah mengajarkan dengan pena, yakni telah mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya. Dari ayat di atas dijelaskan bahwa, belajar adalah tugas manusia di bumi yang diperintahkan oleh Allah pertamakali, hal ini memicu manusia untuk bersungguh-sungguh mencari ilmu sampai akhir ajalnya. Selain untuk mencari ilmu pengetahuan, belajar juga mempunyai hikmah yang lain, yakni orang yang
19
berilmu sangat dihargai dalam Islam. Apresiasi Islam terhadap ilmu bukan hanya terkandung dalam ajaran tetapi juga terbukti dalam sejarah, terutama sejarah klasik Islam. Dalam al Qur'an disebutkan bahwa orang mu'min yang berilmu dilebihkan derajatnya (Q/58:11). $pκš‰r'¯≈tƒ tÏ%©!$# (#þθãΖtΒ#u #sŒÎ) Ÿ≅ŠÏ% öΝä3s9 (#θßs¡¡xs? †Îû ħÎ=≈yfyϑø9$# (#θßs|¡øù$$sù Ëx|¡øtƒ ª!$# öΝä3s9 ( #sŒÎ)uρ Ÿ≅ŠÏ% (#ρâ“à±Σ$# (#ρâ“à±Σ$$sù Æìsùötƒ ª!$# tÏ%©!$# (#θãΖtΒ#u öΝä3ΖÏΒ tÏ%©!$#uρ (#θè?ρé& zΟù=Ïèø9$# ;M≈y_u‘yŠ 4 ª!$#uρ $yϑÎ/ tβθè=yϑ÷ès? ×)Î7yz ∩⊇⊇∪ artinya : “Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapanglapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”.
Dari ayat diatas dijelaskan bahwa Allah akan meninggikan derajat orang-orang berilmu karena usaha dan pengetahuan yang dimilikinya, tentu saja hal ini juga bisa menjadi motivasi bagi manusia untuk terus belajar apa saja yang mengandung kemashlahatan bagi dirinya, agamanya dan lingkungannya.
D. Kerangka Pemikiran Motivasi belajar siswa sangat penting dimiliki oleh siswa, karena motivasi belajar merupakan energi dalam diri yang mendorong siswa untuk belajar serta
20
memberikan arah bagi aktivitas belajar siswa. Dengan kata lain, motivasi belajar akan berkorelasi dengan pencapaian prestasi siswa disekolah. Berdasarkan hasil wawancara dan questionare dengan beberapa siswa dan guru, diperoleh gambaran mengenai proses belajar bahasa inggris, 7 dari 10 siswa MAN Ciparay mengatakan kurang tertarik dengan mata pelajaran bahasa inggris, mereka menambahkan bahwa materi bahasa inggris bukanlah prioritas utama bila dibandingkan dengan materi agama seperti, aqidah, fikih, hadits dan lainnya, sehingga menyebabkan siswa terlihat tidak belajar dengan sungguh-sungguh. Hal ini terlihat dari banyaknya siswa yang mempelihatkan cara belajar yang kurang baik ketika mengikuti pelajaran bahasa inggris di kelas, seperti melakukan aktivitas sendiri ketika guru menerangkan (SMS-an, ngobrol, bercanda, dan lainnya), nyontek ketika ujian, tidak mampu menjawab ketika guru bertanya tentang materi yang telah diajarkan, tidak terlibat aktif dikelas mengenai materi yang diberikan, dan saat masuk jam pelajaran bahasa inggris, mereka lebih memilih bolos, seperti nongkrong di kafe, main Play Station ataupun memilih tiduran di Unit Kesehatan Siswa (UKS) padahal mereka tidak sakit. Setelah pulang sekolah siswa hanya melewatkan hari dengan bermain seperti main game, hanya belajar pada waktu menghadapi ujian saja, tugas-tugas yang diberikan tidak segera dikerjakan, mereka hanya mengerjakannya ketika telah memasuki batas waktu pengumpulan tugas saja dan semua ini tentunya berdampak pada prestasi mata pelajaran inggris mereka dikelas, dibuktikan dengan nilai bahasa inggris mereka di raport yang menunjukan angka rata-rata dibawah enam. Dengan kata lain, motivasi belajar sebagian besar siswa MAN
21
Ciparay terhadap mata pelajaran bahasa inggris dikhawatirkan tidak sesuai dengan apa yang menjadi target dari MAN Ciparay yaitu, siswa harus lulus 100% Ujian Nasional dan Ujian Madrasah, dengan nilai rata-rata tiap mata pelajaran UN/UM di atas 7.0, dan mata pelajaran bahasa inggris adalah salah satunya. Menanggapi fenomena seperti itu, pada tahun 2006 tepatnya bulan september,
dibentuklah
kegiatan ekstra kurikuler ESB (English Smart
Behaviour), yakni salah satu kegiatan ekstrakuler yang fokus pada pengembangan kemampuan mata pelajaran bahasa inggris siswa, sebagai pendukung dari kurikulum sekolah yang sudah ada dengan tujuan memberikan tambahan materi bahasa inggris diluar jam pelajaran sekolah, dengan beberapa kegiatan dan agenda yang disesuaikan dengan bakat dan minat siswa dengan harapan, siswa akan tertatarik untuk menguasai materi bahasa inggris di kelas dan mendorong siswa untuk berprestasi baik disekolah maupun diluar sekolah. Menurut Gagne & Berliner (1979 : 379), siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi mempunyai ciri-ciri antara lain, memiliki teman dalam bekerja atau belajar, tekun dalam melaksananakan tugas, mempergunakan waktu sebaik mungkin, menyenangi umpan balik terhadap tugas yang dilakukan serta mengutamakan keberhasilan. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa, siswa MAN Ciparay yang menaruh minat terhadap materi pelajaran bahasa inggris di kelas, biasanya perhatiannya akan lebih intensif dan kemudian timbul motivasi dalam dirinya untuk belajar serta mempelajari materi pelajaran bahasa inggris. Untuk lebih jelasnya akan ditunjukan dengan skema pemikiran dibawah ini :
22
Bagan. 2.1 Skema Kerangka Berfikir
Pengelompokan Siswa EG
CG Tanpa treatment (tidak mengikuti kegiatan ekstrakurikuler ESB)
Treatment berupa Kegiatan ESB
- Pengetahuan tentang bahasa inggris
- Pengetahuan tentang bahasa inggris
bertambah - Pemahaman bahasa inggris meningkat - Terbuka wawasan tentang prospek bahasa inggris
kurang - Pemahaman bahasa inggris kurang - wawasan tentang prospek bahasa inggris kurang
MOTIVASI BELAJAR TINGGI • • • • •
Memilih teman dalam bekerja atau belajar Tekun dalam melaksanakan tugas Mempergunakan waktu sebaik mungkin Menyenangi umpan balik terhadap tugas yang dilakukan Mengutamakan keberhasilan
Ekstrakurikuler ESB berpengaruh terhadap Motivasi Belajar Siswa Kls XII MAN Ciparay
MOTIVASI BELAJAR RENDAH • • • • •
Tidak memilih teman dalam bekerja atau belajar Malas dalam melaksanankan tugas Menyia-nyiakan waktu yang ada Tidak menyenangi umpan balik terhadap tugas yang dilakukan Tidak mengutamakan keberhasilan
Ekstrakurikuler ESB tidak berpengaruh terhadap Motivasi Belajar Siswa Kls XII MAN Ciparay
E. Hipotesis Penelitian Hipotesis yang diturunkan dari uraian diatas adalah, adanya pengaruh dari kegiatan ekstrakurikuler ESB (English Smart Behaviour) terhadap motivasi belajar bahasa inggris siswa MAN Ciparay Kelas XII tahun ajaran 2008/2009.
23
BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi eksperimen. Metode eksperimen adalah salah satu bentuk dari eksperimental design yang dalam pelaksanaannya tidak semua extraneous variables bisa di kontrol secara ketat seperti, alat, subjek, ruangan. Adapun kontrol yang terjadi hanya berupa kompromi-kompromi yang dilakukan oleh peneliti dikarenakan keterbatasan yang dihadapi peneliti dilapangan. Frangkel (1990:242), mengatakan
”Quasi-experimental design do not
include the use of random assignment. Researchers who employ these design realy instead on other techniques to control (or at least reduce) threats to internal validity. Artinya adalah bahwa, quasi experimental tidak menugaskan adanya random. Para peneliti menggunakan desain ini daripada tekhnik lain dalam mengontrol treatment pada validitas internal. Dalam penelitian ini, rancangan yang akan digunakan adalah "Cohort Design" karena peneliti akan mengidentifikasi pengaruh suatu perlakuan dalam suatu situasi, dimana kondisi perlakuan berdampak pada satu komunitas. Metode Uji Statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis komparatif. Pada rancangan ini akan dibandingkan dua kelompok percobaan yaitu kelompok eksperimen (EG) yaitu siswa kelas XII MAN Ciparay tahun ajaran 2008/2009 dan
24
kelompok kontrol (CG) yaitu siswa kelas XII MAN Ciparay tahun ajaran 2006/2007. Adapun rancangannya adalah sebagai berikut : Tabel. 3.1 COHORT DESIGN
(Cook & Campbel, 1979)
Kelompok
Pre test respon Treatment Post test respon
CG
Cohort A
EG
Cohort B
Y1 X
Y2
Keterangan : CG : Siswa MAN 1 Ciparay Kelas XII Tahun Ajaran 2006/2007 EG : Siswa MAN 1 Ciparay Kelas XII Tahun Ajaran 2008/2009. X
: Perlakuan (treatment) berupa kegiatan ekstrakurikuler ESB ( English smart behaviour )
Y1
: yang tidak mengikuti kegiatan ekstrakurikuler ESB.
Y2
: mengikuti kegiatan ekstrakurikuler ESB. Adapun teknis skema design-nya adalah, siswa yang tidak mengikuti
kegiatan ekstrakurikuler ESB (tidak mendapat treatment) menjadi sample dan masuk dalam kelompok CG (control group) dan siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler ESB (mendapat treatment) menjadi sample dan dimasukan ke dalam kelompok EG ( experiment group). Kemudian kedua kelompok ini akan diberikan questionare untuk melihat motivasi belajar bahasa inggris siswa serta mengetahui apakah terdapat perbedaan motivasi belajar bahasa inggris antara kelompok EG dari kelompok CG atau tidak.
25
B. Variabel Penelitian Sutrisno Hadi (yang dikutif Arikunto 2006:10), mendefinisikan variabel sebagai gejala yang bervariasi. Gejala adalah objek penelitian, sehingga variabel adalah objek penelitian yang bervariasi. 1. Independent Variable (IV) Dalam penelitian ini yang menjadi IV adalah " kegiatan ekstrakurikuler ESB ( English Smart Behaviour) ". 2. Dependent Variable (DV) Dalam penelitian ini yang menjadi DV adalah ” Motivasi belajar ”. 3. Relevant Variable Relevant variable ini dapat berupa : a. Controlled Variable Controlled variable dibagi menjadi : 1.
Faktor Internal a. Usia dan Pendidikan Subjek dipilih yakni kelas XII MAN Ciparay Kabupaten Bandung
yang mempunyai nilai raport mata pelajaran bahasa inggris rata-rata dibawah enam pada semester 1. 2.
Faktor Eksternal a. Situasi ruangan b. Ruangan dipilih dengan situasi yang tidak bising, penyinaran (lighting).
26
3.
Alat Ukur Alat ukur yang digunakan pada dua kelompok adalah sama, yaitu
alat ukur motivasi belajar berdasarkan 5 aspek siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi dari Gagne & Berliner. b. Uncontrolled Variable Uncontrolled variable dalam penelitia ini antara lain : 1) Motivasi subjek Motivasi selain bersifat individual juga dipengaruhi oleh faktor lain. misalnya kebutuhan yang juga berbeda pada setiap individu dan sulit dikontrol. 2) Maturation Proses belajar yang terjadi pada kurun waktu tertentu dapat mempengaruhi prestasi belajar seseorang, sehingga sulit untuk dikontrol. 3) Kesehatan Kesehatan akan mempengaruhi proses belajar baik itu kesehatan jasmani maupun rohani. 4) Kecemasan Subjek memiliki tingkat kecemasan yang berbeda-beda. Demikian pula, hal-hal yang dapat menimbulkan kecemasan untuk setiap subjek berbeda pula, sehingga sulit untuk dikontrol.
27
C. Definisi Konseptual dan Operasional 1. Definisi Konseptual Untuk memperoleh data yang relevan dengan hipotesisi penelitian, maka perlu dilakukan pengukuran terhadap variabel yang telah di definisikan secara konseptual, adapun definisi konseptualnya adalah : a. Ekstrakurikuler ESB (Englis Smart Behaviour) adalah salah satu kegiatan ekstrakurikuler yang di selenggarakan di sekolah MAN Ciparay. b. Motivasi belajar menurut Gagne & Berliner (1979 : 367) adalah, dorongan yang terdapat dalam dari siswa untuk mengarahkan aktivitasnya pada aktivitas belajar. 2. Definisi Operasional Definisi Operasional adalah suatu definisi yang memberikan penjelasan atas suatu variabel dalam bentuk yang dapat diukur. Ronny Kountur (2003 : 65). a. Ekstrakurikuler ESB adalah merupakan kegiatan - kegiatan yang dilakukan oleh siswa diluar jam sekolah sebagai materi tambahan untuk mendukung materi belajar yang sebelumnya pernah didapatkan dikelas. b. Motivasi Belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah berupa skor total yang diperoleh dari Alat Ukur motivasi belajar. Semakin tinggi skor yang diperoleh berarti semakin tinggi motivasi belajarnya, dan semakin rendah skor yang diperoleh berarti semakin rendah motivasi belajarnya.
28
D. Subjek Penelitian Dalam penelitian ini,
subjek yang akan diambil adalah siswa MAN
Ciparay Kabupaten Bandung. 1. Karakteristik subjek Penelitian Adapun karekteristik subjek dari populasi penelitian ini adalah semua siswa kelas XII MAN Ciparay Tahun Ajaran 2006/2007 (angkatan yang tidak mengikuti kegiatan ekstrakurikuler ESB) dan Tahun Ajaran 2008/2009 (angkatan yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler ESB). 2. Populasi Adapun dalam penelitian ini yang dijadikan sebagai populasinya adalah seluruh siswa kelas XII MAN Ciparay tahun ajaran 2006/ 2007 dan 2008/2009, sebanyak 70 orang dan karena jumlah populasi (N) = 70, maka berdasarkan pernyataan Suharsimi Arikunto (1998:112) yaitu: "Untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10-15% atau 2025% atau lebih". Atau juga tergantung setidak-tidaknya dari : 1.
Kemampuan penelitian dilihat dari segi waktu dan keuangan.
2.
Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subyek, karena hal ini menyangkut banyak sedikitnya data.
3.
Besar kecilnya resiko yang ditanggung peneliti.
29
Berdasarkan pernyataan di atas maka dalam penelitian ini, subjek dijadikan populasi sasaran. Adapun rinciannya akan disajikan dalam bentuk tabel dibawah ini :
Tabel. 3.2 Rincian jumlah populasi
NO
Kelas
1
XII Tahun Ajaran 2006/2007
2
Jumlah Siswa
Nilai Raport Bahasa Inggris Dibawah enam Pada Semester 1
150
35
169
35
XII Tahun Ajaran 2008/2009
Total
70 Sumber : Madrasah Aliyah Negeri Ciparay Kabupaten Bandung
E.
Metoda dan Alat Ukur Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah dari alat ukur
motivasi belajar berupa quesioner, yaitu berupa daftar pertanyaan atau pernyataan berdasarkan aspek-aspek yang terkait untuk memperoleh data. Adapun dalam penelitian ini yang digunakan adalah melalui quesioner. Alat ukur ini dinamakan alat ukur motivasi belajar, yang digunakan sebagaimana fungsinya untuk mengukur motivasi belajar. Untuk mengukur motivasi belajar, peneliti menggunakan skala yang dirancang berdasarkan aspek-aspek motivasi belajar yang telah dimodifikasi oleh peneliti dari penelitian Ulfah Handayani yang
30
bersumber dari pernyataan Gagne & Berliner (1979). Skala tersebut dirancang untuk mendapatkan 5 aspek dari motivasi belajar. Kelima aspek dari motivasi belajar tersebut diturunkan dalam bentuk item-item. Adapun kisi-kisi skala motivasi belajar sebagai berikut :
31
Tabel. 3.3 Kisi-kisi Skala Motivasi Belajar
Variabel
Karakteristik
Memilih teman dalam belajar
M O T I V A S I B E L A J A R
Tekun dalam mengerjakan tugas
Menggunakn waktu sebaik mungkin
Menyenangi umpan balik terhadap tugas yang dilakukan
Mengutama kan keberhasilan
Total
Indikator
Item (+)
Item (-)
- Memilih teman dalam mengerjakan tugas/PR bahasa inggris - Memilih teman untuk belajar bahasa inggris bersama
7, 31,
19, 20, 24
7
1, 2, 38
21, 22, 36,
6
3, 9, 11,
6, 17, 27,
11
12, 32
28, 30, 39
8, 10,
26, 23, 35,
34
18
4, 5, 13,
15,16, 29,
14,
25, 40
- Kecendrungan untuk melengkapi atau mengerjakan tugas bahasa inggris - Senang memecahkan masalah dalam pelajaran bahasa inggris - Mengerjakan aktivitas yang berhubungan dengan pelajaran bahasa inggris diluar jam pelajaran sekolah - Mengatur waktu belajar bahasa inggris - Mau menerima kritikan - Mau menerima saran
- Membuat target dalam meraih prestasi bahasa inggris - Belajar bahasa inggris dengan tekun dan sering untuk mendapatkan prestasi yang tinggi
Jumlah
37, 33
7
9
40
32
Skala motivasi belajar ini terdiri dari beberapa pernyataan yang didesain berdasarkan model likert, yakni subjek diminta memberikan tanda Cheklist ( ) pada salahsatu kolom yang ada. Untuk setiap item yang positif, skor item bergerak dari angka 5 sampai 1, dengan kriteria sebagai berikut : -
Skor 5 untuk jawabab sangat sering
-
Skor 4 untuk jawaban sering
-
Skor 3 untuk jawaban Kadang-kadang
-
Skor 2 untuk jawaban jarang
-
Skor 1 untuk jawaban tidak pernah Adapun untuk item negatif, skor item bergerak dari angka 1 sampai 5, dengan kriteria sebagai berikut :
-
Skor 1 untuk jawabab sangat sering
-
Skor 2 untuk jawaban sering
-
Skor 3 untuk jawaban Kadang-kadang
-
Skor 4 untuk jawaban jarang
-
Skor 5 untuk jawaban tidak pernah Skor total ini selanjutnya digunakan dalam perhitungan statistik untuk
melihat korelasi antara variabel pertama dan variabel kedua. Tingginya motivasi belajar siswa nantinya akan dinyatakan oleh jumlah skor seluruh pernyataan dari 5 aspek yang di ukur. Skor yang tinggi menunjukan motivasi belajar siswa yang tinggi dan sebaliknya untuk skor yang kecil menunjukan motivasi belajar siswa yang rendah dengan kata lain, ada tidaknya pengaruh dari ekstrakurikuler ESB akan terlihat dari tinggi rendahnya motivasi belajar bahasa inggris siswa.
33
F. Analisis Item Validitas dan Reliabilitas Alat ukur 1. Analisis Item Pada dasarnya pengujian masing-masing item adalah untuk melakukan seleksi item. Prosedur seleksi item ini akan menghasilkan korelasi item-total. Koefisien korelasi bergerak dari 0 sampai dengan 1.00 dengan tanda positif atau negatif. Bila item semakin mendekati 1.00 maka item semakin baik. Sebaliknya jika semakin mendekati 0 atau negatif maka item berindikasi tidak baik. Sebagai kriteria pemilihan item berdasarkan korelasi item total biasanya digunakan batasan ≥ 0.30. semua item yang mencapai koefisien korelasi minimal 0.30 daya pembedanya dianggap memuaskan. Item yang memiliki koefisien kurang dari 0.30 dapat diinterpretasikan memiliki daya diskriminasi rendah (Azwar, 2003). Seleksi item-item dalam penelitian ini untuk skala motivasi belajar digunakan rumus Rank Spearman. (1) Rumus 1
∑ x + ∑Y − ∑ d 2 ∑X ∑y 2
rs =
2
2
2
2
Rumus 3.1. Rank Spearman untuk yang berangka sama
(2)
Rumus 2
rs =
1 − 6∑ N
3
N i =1
di
2
− N
Rumus 3.2. Rank Spearman
Adapun penggunaan rumus tersebut menggunakan prosedur sebagai berikut: a) Berilah ranking observasi-observasi pada variabel X mulai 1 hingga N, juga observasi-observasi pada variabel Y mulai 1 hingga N
34
b) Daftarkan N subjek itu. Beri setiap subjek ranking pada variabel X dan rankingnya pada variabel Y disebelah nama subjek. c) Tentukan harga di untuk setiap subjek dengan mengurangkan ranking Y pada ranking X. kuadratkan harga-harga itu dan jumlahkan hasilnya untuk ke-N kasus untuk mendapatkan jumlahnya d) Bila subjek merupakan sampel random dan populasi tertentu, kita dapat menguji apakah harga observasi harus memberikan petunjuk adanya asosiasi antara variabel X dan Y dalam populasinya.
2. Validitas Alat Ukur Pengujian analisis alat ukur diuji dengan construct validity. Validitas konstruk adalah tipe validitas yang menunjukkan sejauh mana tes mengungkapkan suatu konstruk teoritik yang hendak diukurnya. Nilai koefisien yang diperoleh merupakan hasil perhitungan korelasi antar skor total setiap subvariabel. Uji yang digunakan adalah uji Rank Spearman (1) (2) (3), yang didapat dari komputerisasi program SPSS (Statistical Packages for Social Sciences) versi 12 for Windows. Untuk menguji signifikansi nilai korelasi (rs) antara skor total dimensi dengan skor total seluruh dimensi digunakan Tabel P dari Siegel. Untuk N ≤ 30 dengan α = 0.05, kriterianya adalah nilai rs ≥ rs tabel. Adapun rincian koefisien tiap aspek dalam alat ukur ini dibandingkan dengan klasifikasi Guilford (Guilford J.P.1956:145) sebagai berikut:
35
Tabel. 3.4 Standar Guilford
< 0,20
Derajat validitas hampir tidak ada
0,20 -< 0,40
Derajat validitas rendah
0,40 - < 0,70
Derajat validitas sedang
0,70 -< 0,90
Derajat validitas tinggi
0,90- < 1,00
Derajat validitas tinggi sekali
1,00
Derajat validitas sempurna
3. Reliabilitas Alat Ukur Uji reliabilitas pada penelitian ini dilakukan pada kumpulan item-item terpilih dengan menggunakan formula Alpha Cronbach, hal ini dilakaukan karena instrumen ini digunakan untuk menguji alat ukur yang pilihan itemnya lebih dari satu (Friedenberg. 1995 : 197). Penggunaan atau pemilihan koefisien Alpha Cronbach ini berdasarkan atas pertimbangan bahwa formula ini akan menghasilkan estimasi yang lebih cermat atau konservatif untuk konsistensi internal suatu tes, karena membandingkan antara kemampuan subjek kepada setiap item dengan kemampuan pada keseluruhan item (Friedenberg. 1995 : 200).
36
Dalam aplikasinya, reliabilitas dinyatakan dalam koefisien reliabilitas yang angkanya berada dalam rentang dari 0 sampai dengan 1.00. semakin tinggi koefisien reliabilitas mendekati angka 1.00 berarti semakin tinggi reliabilitasnya. Sebaliknya koefisien semakin rendah mendekati angka 0 berarti semakin rendah reliabilitas (Azwar, 2005).
G. Hipotesis Statistik Ho : U1 = U2 : Kegiatan ekstrakurikuler ESB tidak berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa kelas XII Tahun Ajaran 2008/2009 MAN Ciparay. H1 : U1 ≠ U2
: Kegiatan ekstrakurikuler ESB berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa kelas XII Tahun Ajaran 2008/2009 MAN Ciparay.
H. Analisis Statistik Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh
ekstrakurikuler ESB
terhadap motivasi berprestasi siswa MAN Ciparay. Oleh karena itu diperlukan analisis dari pengumpulan data yang diperoleh nanti. Dalam penelitian ini menggunakan Statistik uji yang digunakan untuk menguji apakah dua kelompok independen telah ditarik dari populasi yang sama dengan menggunakan Uji statistik dari U Mann – Whitney, dengan formula:
37
U 1 = n1n2 +
n1 (n1 − 1) − R1 2
U 2 = n1 n 2 +
n 2 (n 2 − 1) − R2 2
Rumus. 3.4 U man – Whitney
dengan alasan, data berskala ukur ordinal (dalam ranking), dua kelompok berasal dari populasi independen dan Ingin melihat perbedaan dua kelompok sampel. b. Uji statistik Prosedur pemakaian tes U Mann Whitney 1). Pemberian ranking Skor dari kedua kelompok (kelompok eksperimen dan kelompok kontrol) digabungkan, kemudian diberi ranking dengan aturan:
Ranking diurut dari skor terkecil hingga skor terbesar, Jika terdapat skor yang sama, maka cara pemberian rankingnya adalah dengan menjumlahkan ranking yang diberikan pada setiap skor yang sama dan kemudian membaginya sesuai dengan jumlah skor yang sama tersebut.
Setelah semua skor diberi ranking, maka skor-skor tersebut dibagi dua kembali sesuai dengan kelompok asalnya (kelompok eksperimen dan kelompok kontrol).
2). Menentukan nilai U hitung dengan menggunakan rumus U 1 = n1 n 2 +
n1 (n1 + 1) − R1 2
U 2 = n1 n 2 +
n 2 (n 2 + 1) − R2 2
3). Menentukan nilai U tabel Nilai U tabel disesuaikan dengan jumlah sampel dan taraf signifikansi
38
4). Membandingkan U hitung dengan U tabel Nilai U hitung yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan U tabel 5). Dari data mentah kemudian dimasukkan kedalam bentuk ranking 6). Data-data tersebut kemudian dimasukkan ke dalam formula:
U 1 = n1 n 2 +
n1 (n1 + 1) − R1 2
Keterangan: n1 = Ukuran sampel kelompok eksperimen n2 = Ukuran sampel kelompok kontrol R1 = Total ranking kelompok eksperimen R2 = Total ranking kelompok kontrol
U hitung yang digunakan adalah U terkecil.
U 2 = n1 n 2 +
n 2 (n 2 + 1) − R2 2
39
I. Prosedur Penelitian a. Tahap Persiapan
Tahap persiapan itu meliputi : 1) Menentukan permasalahan yang akan diteliti dan melakukan studi kepustakaan. 2) Mengajukan usulan penelitian sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti. 3) Memberi batasan pada ruang lingkup permasalahan dan menentukan tujuan serta kegunaan penelitian. 4) Mengurus hal-hal yang berkaitan dengan perijinan kepada pihak sekolah untuk keperluan observasi. 5) Menyiapkan dan Melakukan uji coba pada alat ukur sebagai alat untuk menjaring data. 6) Melakukan evaluasi atas hasil uji coba alat ukur. 7) Membuat kerangka berfikir, asumsi dan sumber-sumber pengetahuan dari pustaka yang telah dikumpulkan. b. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap ini yang dilakukan adalah proses pengambilan data dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1). Mengurus perizinan kepada pihak sekolah untuk keperluan pengambian data. 2). Melakukan pengambilan data
40
c. Tahap Pengolahan Data
Setelah pengambilan data dilakukan tahap berikutnya dari penelitian ini yaitu tahap pengolahan data, meliputi : 1) Mengolah data dengan pengujian statistik untuk menguji hipotesis penelitian. 2) Melakukan analisa serta pembahasan terhadap data yang dikumpulkan didasari oleh kerangka berfikir dan tinjauan teori. 3) Menarik kesimpulan dengan mengajukan saran-saran yang ditujukan pada perubahan dan penyempurnaan laporan penelitian 4) Menyusun
laporan
penelitian
pertanggungjawaban hasil penelitian.
dan
juga
sekaligus
sebagai
41
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini membahas berbagai hasil yang diperoleh dalam penelitian terhadap pengaruh kegiatan ekstrakurikuler ESB (English Smart Behaviour) terhadap motivasi belajar siswa kelas XII tahun ajaran 2008/2009.
Pembahasan akan
dibahas secara kuantitatif yang dilihat dari data statistik yang diperoleh, yang dilihat dari kesesuaian dengan konsep teori serta data-data yang ada di lapangan. Pemaparan hasil penelitian dibagi ke dalam dua bagian pembahasan yaitu pemaparan hasil analisis alat ukur dan dilanjutkan dengan pemaparan hasil analisis data. Meskipun demikian yang menjadi fokus utama dalam Bab ini adalah pemaparan mengenai hasil analisis data, karena di dalamnya dipaparkan mengenai hasil uji hipotesis yang menjadi tujuan utama dilakukannya penelitian ini. Pemaparan analisis alat ukur dilakukan sebagai upaya justifikasi penelitian yaitu dengan membuktikan bahwa alat ukur yang digunakan terdiri dari item-item yang valid secara statistik serta memiliki tingkat validitas dan reliabilitas yang baik. A. Hasil Penelitian 1. Analisis Alat Ukur
a. Analisis Item Sebelum diuji tingkat validitas dan reliabilitasnya, terlebih dahulu alat ukur
motivasi belajar hasil modifikasi dari skripsi Ulfah Handayani, kemudian diuji tingkat daya beda itemnya (item discrimination) sesuai dengan Azwar (2003: 83) bahwa pengujian validitas dan reliabilitas dilakukan terhadap item-item yang sudah terpilih melalui prosedur analisis item.
42
Analisis daya beda item pada alat ukur motivasi belajar. Prosedur seleksi item ini akan menghasilkan korelasi item-total (rxy). Koefisien korelasi bergerak dari 0 sampai dengan 1.00 dengan tanda positif atau negatif. Bila item semakin mendekati 1.00 maka item semakin baik. Sebaliknya jika semakin mendekati 0 atau negatif maka item berindikasi tidak baik. Sebagai kriteria pemilihan item berdasarkan korelasi item total biasanya digunakan batasan rxy ≥ 0.30. Semua item yang mencapai koefisien korelasi minimal 0.30 daya pembedanya dianggap memuaskan. Item yang memiliki koefisien kurang dari 0.30 dapat diinterpretasikan memiliki daya diskriminasi rendah (Azwar, 2003). Seleksi item-item dalam penelitian ini untuk Alat Ukur motivasi belajar yang termasuk skala ordinal, digunakan rumus Rank Spearman. Dari hasil penghitungan dengan menggunakan bantuan program SPSS (Stastistical
Program for Social Science) versi 12 for Windows, diketahui bahwa terdapat 37 item yang valid dan layak dijadikan bagian dari alat ukur dari 40 item yang diuji. Adapun daftar item yang terpakai akan disajikan dalam tabel dibawah ini :
43
Tabel 4.1 Item dengan koefisien korelasi > 0,3 Spearman's rho
VAR00001 VAR00002 VAR00003 VAR00004 VAR00005 VAR00006 VAR00007 VAR00008 VAR00009 VAR00010 VAR00011 VAR00012 VAR00013 VAR00014 VAR00015 VAR00016 VAR00017 VAR00018 VAR00019 VAR00020 VAR00021 VAR00022 VAR00023 VAR00024 VAR00025 VAR00026 VAR00027 VAR00028 VAR00029 VAR00030 VAR00031 VAR00034 VAR00035 VAR00036 VAR00037 VAR00039 VAR00040
Coefficient Coefficient Coefficient Coefficient Coefficient Coefficient Coefficient Coefficient Coefficient Coefficient Coefficient Coefficient Coefficient Coefficient Coefficient Coefficient Coefficient Coefficient Coefficient Coefficient Coefficient Coefficient Coefficient Coefficient Coefficient Coefficient Coefficient Coefficient Coefficient Coefficient Coefficient Coefficient Coefficient Coefficient Coefficient Coefficient Coefficient
0.713396 0.584266 0.612676 0.55197 0.686941 0.53451 0.639675 0.702806 0.521898 0.479752 0.639594 0.664001 0.686075 0.54319 0.649777 0.657378 0.624261 0.712277 0.655593 0.632482 0.675291 0.638428 0.654898 0.581893 0.651614 0.812449 0.536042 0.615995 0.649815 0.670046 0.624261 0.632482 0.675291 0.498707 0.654898 0.348807 0.812449
b. Validitas Validitas dalam penelitian ini digunakan pengujian validitas konstruk, dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan alat ukur dalam mengungkap konstruk teoritis yang akan diukurnya. Tingkat validitas alat ukur dilihat dari
44
koefisien korelasi dari tiap dimensi dengan skor total alat ukur. Sebagai salah satu bukti empiris yang memperlihatkan ada tidaknya keterkaitan antar dimensi, digunakan formula rank Spearman. Adapun rincian koefisien korelasi tiap karakteristik dalam alat ukur ini dibandingkan dengan klasifikasi Guillford (lihat tabel 3.4) adalah sebagai berikut: Tabel 4.2 Koefisien korelasi tiap Karakteristik
Karakteristik
Koefisien korelasi
Memilih teman dalam
Keterangan
0,719
Korelasi sedang
0,629
Korelasi sedang
0,730
Korelasi sedang
0,736
Korelasi sedang
0,656
Korelasi sedang
belajar Tekun dalam mengerjakan tugas Menggunakan
waktu
sebaik mungkin Menyenangi umpan balik trhadap
tugas
yang
dilakukan Mengutamakan keberhasilan Tabel di atas menunjukkan bahwa berdasarkan klasifikasi Guillford (lihat tabel 3.4)
dimensi dalam alat ukur Motivasi belajar memiliki korelasi yang
sedang. Hal ini menunjukkan bahwa alat ukur ini memiliki tingkat validitas yang cukup baik. Berdasarkan konstruknya alat ukur Motivasi Bealajar dianggap mampu mengukur apa yang seharusnya diukur serta mampu mengukur apa yang diinginkan untuk diukur. Dengan kata lain menurut istilah Friedenberg (1995: 252) alat ukur ini dikatakan valid.
45
a. Reliabilitas Setelah diuji tingkat validitasnya, item-item terpilih di atas kemudian diuji tingkat reliabilitasnya dengan menggunakan formula Split Half, yaitu uji reliabilitas dengan memisahkan item genap dan ganjil. Proses pengujian reliabilitas dilakukan dengan menggunakan fasilitas program SPSS versi 12.0. Reliabilitas yang bagus adalah di atas 0,7 (Friedenberg, 1995) reliabilitas dinyatakan oleh koefisien reliabilitas (rxx) yang angkanya berada dalam rentang 0 sampai dengan 1,00. yang digunakan untuk menafsirkan tinggi rendahnya reliabilitas alat ukur dinyatakan oleh koefisien reliabilitas (rxx’) yang angkanya berada pada rentang 0-1,00. Semakin tinggi koefisien reliabilitas mendekati angka 1 berarti semakin tinggi reliabilitas alat ukur (Azwar, 2002). Hasil dari perhitungan reliabilitas alat ukur Motivasi belajar didapatkan sebesar 0,615 dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa alat ukur tersebut
memiliki korelasi yang tinggi dan berarti bahwa skala dianggap reliabel atau memiliki reliabilitas yang baik serta dapat diartikan bahwa alat ukur ini dapat menghasilkan skor yang konsisten jika diujikan pada kelompok yang memiliki karakteristik yang sama atau hampir sama dengan kelompok subjek siswa MAN Ciparay tahun ajaran 2008/2009. 2. Pembahasan a. Uji beda rata-rata Dua Sampel Independen CG dan EG
Uji beda rata-rata dilakukan untuk melihat ada atau tidaknya perbedaan motivasi belajar siswa yang mengikuti ektrakurikuler ESB dan siswa yang tidak mengikuti ekstrakurikuler ESB. Dalam hal ini akan dilihat apakah kegiatan
46
ekstrakurikuler ESB berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa MAN Ciparay kelas XII tahun ajaran 2008/2009. b. Uji U-Mann Whitney
Pengujian ini dilakukan untuk melihat ada atau tidaknya perbedaan antara siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler ESB dan siswa yang tidak mengikuti kegiatan ekstrakurikuler ESB. 1. Hipotesis Ho : U1 = U2 : Kegiatan ekstrakurikuler ESB tidak berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa kelas XII Tahun Ajaran 2008/2009 MAN Ciparay. H1 : U1 > U2 : Kegiatan ekstrakurikuler ESB berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa kelas XII Tahun Ajaran 2008/2009 MAN Ciparay. 2. Pemberian ranking a. Ranking diurut dari skor terkecil hingga skor terbesar b. Buat urutan dari kelompok 1 dan kelompok 2 dari kecil ke besar kemudian hitung:
R1 = Jumlah urutan Kelompok 1 R2 = Jumlah Urutan Kelompok 2
47
Tabel 4.3 Daftar Rangking Kelompok EG dan CG No Respon 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
Data EG 69 74 75 76 83 83 86 86 88 88 88 90 95 95 96 96 96 97 98 98 99 99 99 100 100 101 102 103 105 105 111 113 113 118 118 Jumlah
Rank CG 69 71 71 77 82 83 84 84 84 85 86 87 88 88 89 89 89 90 90 90 91 93 93 93 95 96 96 96 99 100 103 109 112 120 121
EG 1.5 5 6 7 11 11 18 18 23 23 23 30.5 38 38 42.5 42.5 42.5 46 47.5 47.5 50.5 50.5 50.5 54 54 56 57 58.5 60.5 60.5 63 65.5 65.5 67.5 67.5 1402.5
Didapat : R1 1402.5
R2 1082.5
CG 1.5 3.5 3.5 8 9 11 14 14 14 16 18 20 23 23 27 27 27 30.5 30.5 30.5 33 35 35 35 38 42.5 42.5 42.5 50.5 54 58.5 62 64 69 70 1082.5
48
3. Menentukan nilai U hitung dengan menggunakan rumus:
U1 = n1n2 +
n1 (n1 + 1) − R1 2
U 2 = n1n2 +
n2 (n2 + 1) − R2 2
35(36 ) − 1082.5 2 U 2 = 1225 + 630 − 1082.5
35(36 ) − 1402.5 2 U1 = 1225 + 630 − 1402.5 U1 = 35.35 +
U 2 = 35.35 +
U1 = 452.5
U 2 = 772,5
U = 452.5 4. Kemudian mencari Mean dengan rumus:
µU = =
n1.n2 2 35.35 2
= 612.5 Karena ada angka yang bernilai sama, maka : Nilai yang sama 69 71 83 84 86 88 89 90 93 95 96 98 99 100 103 105 113 118 Jumlah
t 2 2 3 3 2 5 3 4 3 3 6 2 4 3 2 2 2 2
(t3-t)/12 0.5 0.5 2 2 0.5 10 2 5 2 2 18 0.5 5 2 0.5 0.5 0.5 0.5 52
49
5. Hitung standar deviasi dengan rumus:
nn
N 3 − N − ΣΤ 12
σ U = 1 2 N ( N − 1)
35 × 35 70 3 − 70 − 52 12
σ U = 70(70 − 1)
1225 342930 − 52 4830 12
σU = σU =
(0.254)(28525.5)
σ U = 7245.48 σ U = 85.12 Maka diperoleh Z hitung: Ζ=
U − µU
σU
452.5 − 612.5 85.12 − 160 Ζ= 85.12 Ζ = −1.88 Ζ=
6. Kriteria Uji Dari hasil perhitungan Zhitung di atas, nilai pυ dapat diketahui dengan melihat Tabel A (Siegel, 1997), yaitu Zhitung = -1,88 dan α = 5% maka diperoleh pυ = 0.0301. Pada penelitian ini pun dilakukan pengujian melalui pogram SPSS (Statistical Packages for Social Sciences versi 12 for Windows) dengan kriteria uji tolak H0 jika pυ < α (satu arah), maka didapatkan: pυ = 0.06 (2 arah) pυ = 0.03
50
Test Statisticsa
Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2-tailed)
EGCG 452.500 1082.500 -1.881 .060
a. Grouping Variable: Kategori
Dengan demikian maka: pυ ≤ α 0.0301 < 0.05
}
H0 ditolak
Hasil pengujian secara statistik maupun SPSS menunjukkan adanya pengaruh yang cukup signifikan dari kegiatan ekstrakurikuler ESB (English Smart Behaviour) terhadap Motivasi Belajar Bahasa Inggris Siswa MAN Ciparay Kelas XII. Hal ini dapat dilihat dari perbedaan hasil skor total alat ukur motivasi belajar antara kelompok control group (CG) dan Eksperimen Group (EG) yang menunjukan bahwa kelompok Ekperimen lebih besar dibandingkan dengan kelompok kontrol adapun lebih jelasnya akan di jelaskan dalam tabel berikut : Tabel.4.1 Skor total Alat ukur Motivasi belajar No
Kelompok
Skor
Keterangan
1
EG
23
Diatas Median
2
CG
24
Dibawah median
Dari keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa kelompok eksperimen (yang mengikuti ekstrakurikuler ESB) mempunyai motivasi belajar bahasa inggris yang tinggi bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (yang tidak mengikuti
51
ekstrakurikuler ESB). Adapun yang menjadi kriteria tinggi rendahya motivasi belajar, peneliti merujuk pada jumlah median hasil skor alat ukur yang diterima sebanyak 37 item. yaitu, 95.
52
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
Bab ini diawali dengan membahas simpulan terhadap uji hipotesis yang diajukan dalam penelitian terhadap pengaruh kegiatan ekstrakurikuler ESB (English Smart Behaviour) Tahun ajaran 2008/2009 ini. Simpulan ini diambil berdasarkan hasil uji statistik terhadap hipotesis yang diajukan, yaitu kegiatan ekstrakurikuler ESB berpengaruh terhadap Motivasi belajar. Bab ini diakhiri dengan beberapa saran yang diajukan oleh peneliti. Secara lengkap pembahasan dalam Bab ini diuraikan sebagai berikut:
A.
Simpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan tentang pengaruh kegiatan ekstrakurikuler ESB (English Smart Behaviour) Tahun ajaran 2008/2009, dapat ditarik simpulan sebagai berikut: Kegiatan ekstrakurikuler ESB (English Smart Behaviour) yang diadakan di lingkungan MAN Ciparay berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa kelas XII tahun ajaran 2008/2009, hal ini terlihat dari hasil skor total alat ukur motivasi belajar kelompok EG (Experiment Group) yang lebih besar daripada kelompok CG (Control group).
B.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dengan memperhatikan keterbatasan-keterbatasan dalam penelitian ini, peneliti mengajukan saran-saran
53
agar dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi pihak-pihak yang memerlukannya sebagai berikut : 1.
Dalam penelitian ini peneliti hanya mengambil sampel siswa dari kelas XII saja dikarenakan keterbatasan peneliti. Untuk mendapatkan gambaran yang lebih komprehensif peneliti menyarankan untuk mengadakan penelitian dengan populasi yang lebih luas dengan sample diambil dari kelas X-XII.
2.
Dalam penelitian lanjutan, sebaiknya peneliti memperhatikan waktu adanya bentuk treatmen agar peneliti tidak di beratkan dengan sample yang sudah tidak ada di tempat penelitian.