BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Dalam kerangka kehidupan ekonomi, aktivitas produksi merupakan elemen penting yang sangat menentukan bagi pemenuhan kebutuhan hidup manusia. Bahkan barangkali tak salah bila kemudian ia menjadi urat nadi dalam semua level kegiatan ekonomi. Sebab tanpa diawali proses produksi, kegiatan konsumsi, distribusi ataupun perdagangan barang dan jasa tidak akan pernah ada. Secara umum, produksi merupakan proses untuk menghasilkan suatu barang dan jasa atau proses peningkatan utility (nilai) suatu benda. Dalam istilah ekonomi, produksi merupakan suatu siklus kegiatan-kegiatan ekonomi untuk menghasilkan barang atau jasa tertentu dengan memanfaatkan faktor-faktor produksi dalam jangka waktu tertentu.1 Namun seiring dengan laju pergerakan zaman yang terus berjalan menuju titik kompleksitasnya, semakin tampak di hadapan mata bagaimana tuntutan kehidupan telah mendorong hampir seluruh umat manusia, khususnya para pelaku kegiatan ekonomi, untuk terus bergelut secara lebih ekstrim dalam upaya memenuhi kebutuhan hidupnya. Dari sini kemudian muncul sebuah anomi sosial yang mengakibatkan berubahnya cara pandang manusia dalam melihat, memahami dan menjalankan orientasi hidupnya.
1
Said Sa’ad Marthon, Ekonomi Islam di Tengah Krisis Ekonomi Global, (Jakarta: Zikrul Hakim, 2004), 43.
2
Kenyataan tersebut seolah telah menjadi sesuatu yang menjamur dalam semua dimensi kehidupan, tak terkecuali dalam kehidupan ekonomi. Maka tidaklah mengherankan bila kemudian banyak terjadi eksploitasi besar-besaran dimana-mana. Para pelaku ekonomi tidak saja bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, namun mereka juga telah berani mengabaikan nilai etika-religius dalam menjalankan kegiatan ekonominya. Dalam aktivitas produksi misalnya, di sana yang terjadi tidak hanya upaya untuk mengadakan penyediaan barang-barang konsumsi, akan tetapi terkadang kecenderungan mengeruk keuntungan (profit) sebanyak-banyaknya telah menafikan nilai kemanusiaan serta mengabaikan dampak sosial (social impact) yang harus dialami oleh pihak-pihak tertentu. Dengan demikian, untuk menetralisir terjadinya pergeseran orientasi dalam aktivitas produksi tersebut, maka dibutuhkan adanya satu kerangka konsepsional yang mungkin dapat mengembalikan mekanisme kegiatan produksi pada fungsi sosialnya. Untuk itu, mungkin tak salah bila kita mencoba menelaah kembali bagaimana pandangan ekonomi Islam dalam merumuskan konsep produksinya. Bila dalam literatur konvensional, teori produksi ditujukan untuk memberikan pemahaman tentang perilaku produsen dalam memaksimalkan keuntungannya maupun mengoptimalkan efisiensi produksinya, maka dalam ekonomi Islam tidak hanya demikian, akan tetapi adanya penekanan untuk memperhatikan kemungkinan munculnya dampak sosial-spiritual menjadi ciri khas yang cukup ekstrim untuk membedakan keduanya. Di samping hal
3
tersebut, ekonomi Islam juga menekankan adanya pemeliharaan nilai-nilai shari’ah dalam menentukan struktur permodalan dan struktur keluaran sehingga aktivitas produksi yang dilakukan tidak bergeser dari fungsi sosial yang sebenarnya.2 Konsep Islam mengenai produksi memiliki basis yang amat luas. Tuhan telah menciptakan manusia dan mengetahui hakikat manusia itu yang menyukai kekayaan dengan keinginan untuk mengakumulasi, memiliki, serta menikmatinya.3 Al-Qur’an Surat Āli ’Imrān (3) ayat 14 menyatakan:
Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak4 dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).5
Keinginan manusia untuk memiliki kekayaan selain keturunan, memang sangat alami. Manusia menyukai emas, perak, dan sumber-sumber kekayaan lainnya untuk memenuhi keinginannya yang tak kenal habis. Karenanya ia berjuang untuk mendapatkan dan memperoleh kekayaan sebanyak yang ia dapat. Islam tidak melarang manusia mencari harta. Bahkan 2
Adiwarman A. Karim, Ekonomi Mikro Islam (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2012), 101. Muhammad Sharif Chaudhry, Sistem Ekonomi Islam, Prinsip Dasar (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), 47. 4 Yang dimaksud dengan binatang ternak di sini ialah binatang-binatang yang termasuk jenis unta, lembu, kambing dan biri-biri. 5 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya (Surabaya: Al-Hidayah, 2002), 77. 3
4
kita diberitahu oleh al-Qur’an bahwa segala sesuatu di dunia ini diciptakan untuk digunakan oleh manusia.6 Dalam al-Qur’an Surat Lukmān (31) ayat 20 disebutkan bahwa:
Tidakkah kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk (kepentingan)mu apa yang di langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan batin. dan di antara manusia ada yang membantah tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu pengetahuan atau petunjuk dan tanpa kitab yang memberi penerangan. 7 Dalam memandang arti penting produksi untuk kelangsungan hidup manusia, al-Qur’an mengijinkan manusia mencari kehidupan dengan cara melakukan perdagangan. Bahkan di hari Jum’at yang umumnya dipandang sebagai hari besar Islam, kaum Muslimin tidak juga dicegah dari melakukan kegiatan ekonomi. Sebaliknya mereka dianjurkan untuk memulai lagi kegiatan ekonomi mereka selesai shalat Jum’at. Al-Qur’an menyatakan hal itu dalam Surat al-Jumū’ah (62) ayat 10:
Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung. 8 6
Chaudhry, Sistem Ekonomi Islam, Prinsip Dasar, 48-49. Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, 655. 8 Ibid, 933. 7
5
Tujuan dari produksi dalam Islam adalah untuk menciptakan maṣlaḥah yang optimum bagi manusia secara keseluruhan. Dengan maṣlaḥah yang optimum ini, maka akan dicapai falāh yang merupakan tujuan akhir dari kegiatan ekonomi sekaligus tujuan hidup manusia. Falāh itu sendiri adalah kemuliaan hidup di dunia dan akhirat yang akan memberikan kebahagiaan hakiki bagi manusia. Dengan memahami alur tujuan kegiatan produksi ini, maka dapat diambil suatu substansi bahwa karakter penting bagi produksi dalam perspektif ekonomi Islam adalah perhatiannya terhadap kemuliaan harkat kemanusiaan, yaitu mengangkat kualitas dan derajat hidup serta kualitas kemuliaan dari manusia. Kemuliaan harkat kemanusiaan harus mendapat perhatian besar dan utama dalam keseluruhan aktifitas produksi. Segala aktivitas yang bertentangan dengan pemuliaan harkat kemanusiaan dapat dikatakan bertentangan dengan ajaran Islam.9 Berangkat dari fakta tersebut di atas, akan menjadi satu kajian yang menarik bila kemudian kita mencoba untuk menelaah lebih dalam lagi tentang sistem produksi dalam ekonomi Islam. Dari sini diharapkan akan lahir pemahaman bahwa ternyata yang menjadi orientasi utama dalam sistem produksi Islam bukanlah sekedar mengeruk keuntungan (profit) belaka yang hanya mengedepankan ego oportunis-materialistis, akan tetapi adanya pemeliharaan terhadap nilai etika-religius yang justru menjadi bagian terpenting yang tak boleh diabaikan.
9
Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI) UII Yogyakarta kerjasama dengan Bank Indonesia, Ekonomi Islam (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2012), 264
6
Demikianlah bangunan logika yang melatarbelakangi proyek kajian ilmiah ini. Ingin kami tegaskan bahwa apa yang kami lakukan di sini merupakan satu upaya untuk menyelami kedalaman khazanah ilmu pengetahuan, sekaligus sebagai refleksi dari gairah intelektual seorang pelajar yang takkan pernah berhenti untuk terus melakukan pengembaraan intelektual demi meraih tatanan kehidupan yang dipenuhi dengan cahaya ilmu pengetahuan. B. Identifikasi dan Fokus Masalah Dari pembahasan latar belakang sebagaimana di atas, dapat diidentifikasi masalah dan kemudian ditentukan fokusnya sebagai berikut: 1. Identifikasi Masalah Permasalahan yang dapat diidentifikasi dalam latar belakang sebagai berikut: a. Sebuah produk menjadi berharga atau bernilai bukan semata karena adanya berbagai atribut fisik dari produk tersebut, tetapi juga karena adanya nilai (velue) yang dipandang berharga oleh konsumen. b. Kegiatan produksi membutuhkan berbagai jenis sumber daya ekonomi yang lazim disebut input atau faktor produksi. Input dapat berupa manusia atau nonmanusia. c. Karakter penting produksi dalam ekonomi Islam adalah perhatiannya terhadap kemuliaan harkat kemanusiaan yaitu mengangkat kualitas dan derajat hidup serta kualitas kemanusiaan.
7
d. Konsep produksi yang sesuai dengan nilai Islam adalah konsep teknologi berproduksi konstan, dalam arti bahwa teknologi yang digunakan adalah teknologi yang memanfaatkan sumber daya manusia sedemikian rupa sehingga manusia tersebut mampu meningkatkan harkat kemanusiaannya. 2. Fokus Masalah Dari identifikasi masalah dapat ditentukan fokus masalah penelitian sebagai berikut: a. Konstruksi sistem produksi dalam ekonomi Islam b. Prinsip equilibrium antara nilai materialisme dan spiritualisme sistem produksi dalam ekonomi Islam C. Rumusan Masalah Berangkat dari latar belakang masalah yang telah kami paparkan di atas, maka masalah yang menjadi pusat perhatian utama dari kajian ini kami rumuskan kedalam bentuk pertanyaan berikut: 1. Bagaimana konstruksi sistem produksi dalam ekonomi Islam ? 2. Bagaimana prinsip equilibrium antara nilai materialisme dan spiritualisme sistem produksi dalam ekonomi Islam ? D. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang kami sajikan di atas, maka tujuan dari dilaksanakannya studi ini adalah:
8
1. Untuk mengetahui dan memberikan gambaran tentang konstruksi sistem produksi dalam ekonomi Islam. 2. Untuk memberikan gambaran yang jelas serta mendalam tentang prinsip equilibrium antara nilai materialisme dan spiritualisme sistem produksi dalam ekonomi Islam. E. Kegunaan Hasil Penelitian Untuk semakin menegaskan bahwa kebenaran sebuah karya ilmiah tidak hanya berada pada tataran ide, melainkan juga harus bisa memberikan warna pencerahan pada tataran realitas, maka kami berharap semoga hasil dari kajian ini dapat memberikan nilai kegunaan yang kami proyeksikan sebagaimana berikut: 1. Secara umum dapat memberikan informasi ilmiah yang luas dan mendalam tentang sistem produksi dalam ekonomi Islam sehingga dapat memperluas cakrawala ilmu pengetahuan para pembaca. 2. Secara khusus dapat memberikan sumbangsih pada khazanah keilmuan di bidang ekonomi sehingga dapat dijadikan rujukan dan bahan konsumsi intelektual bagi para kaum pelajar yang senantiasa setia melakukan pengembaraan intelektual demi mencapai pencerahan dalam dunia yang penuh dengan cahaya ilmu pengetahuan. 3. Lebih dari apa yang kami sebutkan di atas, kami berharap semoga hasil dari kajian ini bisa menjadi sumber inspirasi bagi para praktisi ekonomi, lebih-lebih juga para kaum produsen dalam menentukan arah kebijakan
9
ekonominya khususnya di bidang produksi, sehingga dunia ekonomi kita menjadi lebih baik serta sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan. F. Tinjauan Pustaka Secara fungsional, kajian ini merupakan suatu kegiatan yang bertipe eksploratori-interpretatif, yaitu suatu kegiatan penelitian yang didalamnya aktivitas penjelajahan data yang ditindak lanjuti dengan memunculkan kesimpulan-kesimpulan interpretatif menjadi sesuatu yang sangat dominan. Hal yang demikian ini merupakan ciri dari kegiatan penelitian yang fungsi utamanya adalah memunculkan teori atau konsep baru yang sebelumnya tak pernah ada dalam rangka meramaikan khazanah ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, sumber pustaka yang secara langsung menggambarkan tentang objek kajian ini sangatlah minim. Sehingga fokus pelaksanaan kajian ini adalah dengan mengoptimalkan beberapa literatur yang baik secara langsung maupun tidak langsung dapat dijadikan landasan argumentatif untuk kemudian menarik benang penafsiran yang sesuai dengan objek kajian ini. Adapun bebarapa literatur yang sangat mendukung terhadap terlaksananya kajian ini adalah: 1. Iḥya’ ‘Ulūm al-Dīn. Kitab karya Abū Hamīd al-Ghazālī ini secara umum menyuguhkan kajian-kajian fiqhiyah yang diwarnai dengan nuansa tasawwuf. Namun demikian, pada satu bagian, terutama di bagian juz II dari karya monumetalnya ini, kita dapat melihat bagaimana peta pemikiran ekonomi al-Ghazālī yang tersaji dalam kitab Mu’āmalah. Pada bagian ini, al-Ghazālī memberikan perhatian yang cukup besar ketika menggambarkan
10
berbagai macam aktivitas produksi dalam sebuah masyarakat, termasuk hirarki dan karakteristiknya. Ia mengklasifikasi aktivitas produksi menurut kepentingan sosialnya serta menitikberatkan perlunya kerja sama dan koordinasi. Fokus utamanya adalah tentang jenis aktivitas yang sesuai dengan dasar-dasar etos Islam. 2. Ekonomi Islam (Di Tengah Krisis Global). Dalam buku karya Dr. Said Sa’ad Marthon ini dijelaskan sekilas tentang bagaimana sistem produksi dalam ekonomi Islam. Penulis menegaskan bahwa dalam menjalankan aktivitas
produksinya,
seorang
produsen
tidak
boleh
sekedar
memperhatikan kuantitas profit yang akan dihasilkan. Namun lebih dari itu, ia juga harus berupaya menjaga kelestarian nilai-nilai shari’ah sehingga kemungkinan terjadinya eksploitasi sebisa mungkin dapat dihindari. Di samping hal tersebut, penting juga memperhatikan munculnya dampak sosial (social impact) sebagai akibat dari proses produksi yang dilakukan. 10 Dengan demikian menjadi satu keniscayaan bagi seorang produsen untuk menjaga
pola
keseimbangan
antara
kepentingan
pribadi
dengan
kesejahteraan umum. 3. Ekonomi Mikro Islam, karya Adiwarman A. Karim. Berangkat dari konsep al-Ghazālī tentang sistem produksi Islam, penulis menegaskan bahwa aktivitas produksi merupakan kewajiban sosial (fard al-kifāyah) bagi para pelaku ekonomi. Jika sekelompok orang sudah berkecimpung dalam produksi barang-barang tersebut dalam jumlah yang sudah mencukupi
10
Marthon, Ekonomi Islam di Tengah Krisis Ekonomi Global, 44.
11
kebutuhan masyarakat, maka kewajiban keseluruhan masyarakat sudah terpenuhi. Pada sisi lain, dalam buku tersebut juga dijelaskan bahwa aktivitas produksi Islam haruslah disesuaikan dengan kepentingan sosial dan menitikberatkan perlunya kerja sama dan koordinasi di antara seluruh elemen masyarakat dalam kerangka pemenuhan kebutuhan ekonominya. Namun yang menjadi inti dari konsep sistem produksi yang ditawarkan alGhazālī tersebut adalah bahwa Negara harus bertanggung jawab dalam menjaga keseimbangan pemenuhan kebutuhan barang-barang pokok bagi masyarakat.11 4. Konsep Ekonomi Islam (Suatu Pengantar), karya Heri Sudarsono. Dalam bukunya ini penulis memberikan sebuah ketegasan bahwa dalam melakukan aktivitas produksi seorang pengusaha muslim terikat oleh beberapa aspek nilai, diantaranya: Pertama; berproduksi merupakan ibadah bagi seorang muslim, karena hal tersebut dapat dipandang sebagai manifestasi dari rasa syukur terhadap rahmat dan nikmat kreativitas yang Allah anugerahkan. Kedua; seorang muslim harus berupaya semaksimal mungkin untuk mengoptimalkan segala faktor produksi yang jumlahnya tidak terbatas. Ketiga; seorang muslim harus senantiasa konsisten dengan ketentuan shari’ah dalam menjalankan aktivitas produksinya. Keempat; tujuan berproduksi bukan semata-semata untuk meraih keuntungan, tetapi juga menekankan pada upaya memberikan pelayanan kepada masyarakat
11
Karim, Ekonomi Mikro Islam, 102
12
luas. Kelima; dalam menjalankan aktivitas produksinya, seorang muslim harus menghindari tindakan-tindakan yang dilarang oleh shari’ah. 12 G. Kajian Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian terdahulu yan dilakukan beberapa peneliti antara lain adalah sebagai berikut: 1. Penelitian Muhammad Syaifullah Penelitian yang berjudul Konsep Produksi Dalam Ekonomi Islam Perpektif Ibnu Khaldun yang dilakukan oleh Muhammad Syaifullah (2009) dengan hasil penelitian sebagai berikut: a. Untuk mencapai tarap produksi yang lancar dan maju maka konsepnya yaitu tabiat manusianya itu sendiri karena selaku faktor utama dalam mencapai setiap akumulasi dan modal, kemudian organisasi sosial yaitu kerja sama sosial yang diupayakan oleh manusia agar menjadi lebih dan berlipat ganda, yang terakhir organisasi internasional hal ini didasarkan atas keterampilan penduduknya karena hambatan satusatunya bagi pembangunan adalah tenaga kerja yang kurang terampil. b. Faktor-faktor yang sangat mempengaruhi konsep produksi menurut Ibnu Khaldun adalah bekerja secara riil, kesetia kawanan/group feeling (antar kelompok dengan kelompok lainnya) berdasarkan sunnahtullāh (kerja secara nyata, mengeluarkan keringat, bertransaksi dengan jelas dan ada wujudnya)
12
Heri Sudarsono, Konsep Ekonomi Islam; Suatu Pengantar (Yogyakarta: Ekonisia, 2004), 190192.
13
2. Penelitian M. Dhimas Hidayatullah Penelitian yang berjudul Pengaruh Kualitas Produksi Terhadap Perilaku Konsumen (Studi Kasus di PT. Hafas Putera Situbondo) yang dilakukan oleh M. Dhimas Hidayatullah (2010) dengan hasil penelitian sebagai berikut: a. Konsumen sering dihadapkan pada permasalahan yang timbul dalam pemilihan produk, semisal memilih produk yang berkualitas tetapi mahal, atau produk yang murah tetapi tidak berkualitas. b. Pengusaha harus peka terhadap keinginan konsumen. Keinginan konsumen yang umum adalah memilih produk yang berkualitas tetapi murah. c. Untuk mencapai produk yang berkualitas dengan harga yang terjangkau, harus jeli dengan peluang untuk mewujudkannya. d. Dengan peluang tersebut, optimalisasi produksi dapat dilakukan dengan mengurangi biaya produksi dengan menambah kuantitas pembelian bahan baku untuk mendapatkan potongan harga atau dengan cara mecari celah lain yang dapat mengoptimalkan proses produksi. H. Kerangka Konseptual Produksi, distribusi dan konsumsi sesungguhnya merupakan satu rangkaian kegiatan ekonomi yang tidak bisa dipisahkan. Ketiganya memang saling mempengaruhi, namun harus diakui produksi merupakan titik pangkal dari kegiatan itu. Tidak akan ada distribusi tanpa produksi.
14
Dari sisi pandang konvensional, biasanya produksi dilihat dari tiga hal, yaitu apa yang diproduksi, bagaimana memproduksinya, dan untuk siapa barang/jasa diproduksi. Cara pandang ini untuk memastikan bahwa kagiatan produksi cukup layak untuk mencapai skala ekonomi. Dalam produksi itu terjadi, ekonomi konvensional menempatkan tenaga kerja sebagai salah satu dari empat faktor produksi. Tiga faktor lainnya adalah sumber daya alam, modal dan keahlian. Dalam memandang faktor tenaga kerja inilah terdapat sejumlah perbedaan. Paham ekonomi sosialis misalnya, memang mengakui faktor tenaga kerja merupakan faktor penting. Namun paham ini tidak memberikan pengakuan dan penghargaan terhadap hak milik individu, sehingga faktor tenaga kerja atau manusia menjadi turun derajatnya menjadi sekedar pekerja atau kelas pekerja. Sedangkan paham kapitalis memandang bahwa modal atau kapital sebagai unsur yang terpenting, dan oleh sebab itu para pemilik modal atau para kapitalis menduduki tempat strategis dalam ekonomi kapitalis. Berbeda dalam pandangan Islam. Prinsip dasar ekonomi Islam adalah keyakinan kepada Allah SWT sebagai Rab dari alam semesta. Dengan keyakinan akan peran dan kepemilikan absolut dari Allah, maka konsep produksi di dalam ekonomi Islam tidak semata-mata bermotif maksimalisasi keuntungan dunia, tetapi lebih penting untuk mencapai maksimalisasi keuntungan akhirat tanpa melupakan urusan dunia. Islam sesungguhnya menerima motif-motif berproduksi seperti pola pikir ekonomi konvensional. Hanya bedanya lebih jauh Islam juga
15
menjelaskan nilai-nilai moral disamping utilitas ekonomi. Bahkan sebelum itu Islam menjelaskan mengapa produksi harus dilakukan, dikarenakan manusia adalah khalīfatullāh atau wakil Allah di muka bumi dan berkewajiban untuk memakmurkan bumi dengan jalan beribadah kepada-Nya. Dan dalam pandangan Islam, melakukan kegiatan produksi dipandang sebagai ibadah. Bagi Islam, memproduksi sesuatu bukanlah sekedar untuk dikonsumsi atau dijual ke pasar dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidup. Lebih dari itu, berproduksi memiliki tujuan untuk mencari maṣlaḥah yang sesuai dengan maqāṣid al-sharī’ah dalam rangka mencapai falāh. Hal ini dapat digambarkan dalam skema sebagai berikut: Sumber Daya Alam
Tenaga Kerja Produksi Skill
Proses: Fungsi Produksi
Out put: Barang & Jasa
Profit
Maṣlaḥah Modal Falāh
I. Metode Penelitian Jenis kegiatan kajian ilmiah ini adalah penelitian kualitatif yang jika ditinjau dari sudut sifatnya, maka tipologi penelitian ini masuk dalam kategori penelitian eksplanatoris. Yaitu satu kajian untuk memberikan penjelasan secara gamblang, jelas dan akurat tentang objek kajian ini. Berikut kami
16
paparkan secara singkat dan sederhana beberapa elemen penting yang menjadi rangkaian dalam metode penelitian ini: 1. Sumber data Secara umum sumber data dalam sebuah penelitian terbagi menjadi dua, yakni sumber data primer dan sumber data sekunder. Maka sumber data primer dari kajian ini adalah literature-literatur yang membahas secara eksplisit seputar objek kajian ini. Dan untuk memperkaya data yang kami peroleh serta memperkuat validitasnya, maka kami gunakan juga sumber data sekunder, yaitu sumber-sumber yang secara tidak langsung berkaitan dengan objek kajian ini dan dirasa sangat mendukung. 2. Pendekatan Pendekatan yang kami gunakan dalam menganalisa data yang telah terkumpul adalah pendekatan grounded, dimana dalam pendekatan ini seorang peneliti dapat menarik generalisasi (apa yang diamati secara induktif), teori yang abstrak tentang proses, tindakan atau interaksi berdasarkan pandangan dari partisipan yang diteliti.13 Dipilihnya pendekatan ini karena pada prinsipnya maksud dari kajian ini lebih menekankan pada penemuan konsep dan pengertian dalam rangka mencari kebenaran penelitian secara ilmiah dengan mempelajari secara intensif. Untuk itu dalam rangka menjaga validitas dari hasil penelitian ini, maka kami merasa perlu untuk mengimbanginya dengan melakukan interpretasi logis atas beberapa literatur lainnya yang sekiranya 13
Ismail Nawawi, Metoda Penelitian Kualitatif; Teori dan Aplikasi Interdisipliner Untuk Ilmu Sosial, Ekonomi/Ekonomi Islam, Agama, Manajemen, dan Ilmu Sosial Lainnya (Jakarta: CV. Dwiputra Pustaka Jaya, 2012), 50.
17
mendukung terhadap keabsahan hipotesis yang kami ambil, untuk kemudian kami pastikan sebagai sebuah konklusi yang secara ilmiah layak untuk ditetapkan. 3. Teknik pengumpulan data Mengingat kegiatan penelitian ini merupakan kajian kepustakaan, maka untuk memperolah data yang komplit dan memadai penulis memfokuskan diri pada penelaahan buku-buku yang berkaitan dengan objek kajian secara intensif. 4. Teknik Analisa Data Data yang terkumpul dalam kajian ini akan dianalisis dengan metode Content analysis, yaitu suatu pola pengkajian teks murni yang secara langsung berkaitan dengan objek penelitian ini. Kemudian dalam pelaksanaannya, ada tiga hal yang menjadi pusat perhatian kami, pertama, objektivitas; kedua, pendekatan sistematis dan generalisasi; ketiga, analisis dilandaskan pada aturan yang telah dirumuskan secara eksplisit Analisa dengan menggunakan metode content analisis ini sering kali disebut juga dengan "analisis isi", yaitu melakukan penelitian terhadap makna yang terkandung dalam literatur primer. Berdasarkan isi yang terkandung dalam literatur itu, maka dilakukan pengelompokan dan kemudian disusun secara logis.14
14
Ibid, 105.
18
5. Validasi Data Untuk memeriksa keabsahan data penelitian ini dilakukan dengan pelbagai kegiatan yaitu: (a) melakukan triangulation (memverifikasi temuan dengan berbagai sumber informasi), (b) melakukan peer debriefing, (pemeriksaan data melalui sejawat dengan melakukan diskusi, memberikan masukan dan kritik dalam proses penelitian), (c) melakukan member check (pengecekan terhadap hasil-hasil yang diperoleh guna perbaikan dan tambahan dengan kemungkinan kekeliruan atau kesalahan dalam memberikan data yang dibutuhkan) dan (d) melakukan audit trial (komunikasi dengan pembimbing atau pakar lain dalam bidangnya).15 J. Sistematika Pembahasan Dalam bagian pembahasan hasil penelitian ini, peneliti merencanakan membaginya kedalam bab-bab yang masing-masing bab memiliki hubungan logis dan saling berkaitan, yaitu: Bab Pertama merupakan pendahuluan dari tesis yang memaparkan sistematika metodologis rancangan penelitian dan bagaimana penelitian ini dijalankan. Pada bab ini berisi latar belakang masalah, identifikasi dan fokus penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan hasil penelitian, tinjauan pustaka, kajian penelitian terdahulu, kerangka konseptual, metode penelitian, dan sistematika pembahasan. Bab Kedua merupakan kajian umum tentang ekonomi Islam yang akan memaparkan tentang teori ekonomi Islam, di mana di dalamnya akan 15
Ibid, 182-183.
19
dijelaskan secara spesifik mengenai sekilas tentang ekonomi Islam, prinsip ekonomi Islam, dan ekonomi Islam sebagai madzhab. Bab Ketiga merupakan bagian yang secara lugas memaparkan data yang berkenaan dengan objek kajian ini, yang di dalamnya dibahas tentang bagaimana sistem produksi dalam ekonomi Islam. Hal ini meliputi hakikat dan motifasi produksi, faktor-faktor produksi, serta operasionalisasi sistem produksi Islam. Bab Keempat berisi hasil penelitian berikut analisanya, yang akan membahas tentang konstruksi sistem produksi dalam ekonomi Islam dan prinsip equilibrium antara nilai materialisme dan spritualisme.. Bab Kelima adalah penutup yang berisi kesimpulan dan saran-saran yang didasarkan pada hasil penelitian.