BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pembukaan UUD 1945 dijelaskan bahwa salah satu tujuan dari pembentukan Negara RI adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini tentunya menuntut adanya penyelenggaraan dan pengembangan pendidikan yang dapat menjamin perkembangan dan kelangsungan pendidikan bangsa Indonesia. Untuk menjamin perkembangan dan kelangsungan proses pembelajaran, maka seorang guru dituntut mampu menyajikan materi secara baik dan efektif. Seiring dengan perkembangan zaman, kurikulum pendidikan terus diubah, dikembangkan dan diperbaiki dengan maksud agar produk atau hasil pendidikan lebih memenuhi tuntutan perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kurikulum 1994 yang berbasis isi dikembangkan menjadi kurikulum 2004 yang berbasis kompetensi. Perubahan kurikulum itu juga menyebabkan perubahan pendidikan dan pembelajaran Fisika di sekolah. Kurikulum 2004 menuntut pembelajaran yang lebih menekankan pada ketercapaian indikator dari suatu standar kompetensi yang harus dicapai oleh siswa. Salah satu standar kompetensi tersebut adalah standar kompetensi bahan kajian sains, yang meliputi kajian ilmiah dan pemahaman konsep serta penerapannya. Selanjutnya kurikulum 2004 dikembangkan menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 yang menitik beratkan pada aktifitas siswa dan Standar Kompetensi Kelulusan (SKL). Dalam setiap kegiatan pembelajaran seorang guru tentunya mempunyai keinginan dan harapan agar siswa dapat memperoleh hasil belajar yang sebaik-
1
2
baiknya sesuai dengan tujuan pembelajaran yang dibuat. Namun dalam kenyataannya tidak semua siswa dapat mencapai hasil belajar sesuai dengan yang diharapkan tersebut. Berdasarkan kurikulum yang berlaku pada jenjang SMP (Sekolah Menengah Pertama) saat ini yaitu KTSP, maka tujuan pembelajaran fisika adalah tidak hanya sekedar memberikan konsep teori pengetahuan saja, tetapi lebih dari itu supaya siswa mampu mengaplikasikan konsep fisika dalam kehidupan keseharian. Artinya pembelajaran IPA Fisika lebih menekankan siswa agar memiliki kompetensi terampil mengaplikasikan konsep fisika dengan memberikan banyak latihan atau praktik, hal ini dilakukan agar pembelajaran dapat tercapai dengan baik. Berkaitan dengan proses pembelajaran fisika di MTs Miftahul Huda Kedokanbunder Indramayu, diperoleh informasi dari guru mata pelajaran fisika, bahwa nilai yang diperoleh siswa kelas VII pada KD. 3.4. Materi Kalor, didapatkan siswa yang nilainya mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) adalah tujuh siswa dari 25 siswa (ketuntasan klasikalnya 28%) dengan KKM sebesar 65. Nilai rata-rata sebesar 42,96, mengindikasikan bahwa nilai rataratanya siswa masih rendah. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilaksanakan peneliti yakni dilaksanakan tes pemahaman konsep siswa dengan jumlah lima soal pada materi kalor (lampiran D.2) didapatkan nilai rata-rata sebesar 38,40, mengindikasikan bahwa nilai rata-rata pemahaman konsep siswa masih rendah, sedangkan siswa yang nilainya mencapai KKM dua siswa (ketuntasan klasikal sebesar 8%).
3
Pemahaman merupakan salah satu aspek dalam ranah kognitif dari kegiatan belajar mengajar. Aspek pemahaman ini sangat penting, hal ini disebabkan bila siswa melakukan proses belajar mengajar, maka pertama kali yang akan dicapai dari tujuan belajar adalah memahami apa yang dipelajari. Misalnya, siswa harus mampu menjelaskan konsep-konsep dari hukum-hukum fisika dalam bentuk rumusan ke dalam bentuk kalimat. Selain itu juga, salah satu yang mempengaruhi kemampuan siswa dalam memahami suatu pemahaman konsep diperlukan suatu metode atau model pembelajaran. Pada saat melaksanakan pembelajaran guru belum menerapkan strategi pembelajaran yang bervariasi. Pembelajaran yang diterapkan oleh guru didominasi dengan ceramah dan guru kurang merangsang pemikiran siswa, sehingga mengakibatkan semangat belajar siswa menjadi rendah. Rendahnya semangat belajar siswa mempengaruhi daya pemahaman siswa dalam belajar. Fakta lain penyebab rendahnya pemahaman siswa yaitu rendahnya motivasi siswa dalam belajar fisika. Rendahnya motivasi siswa terhadap pelajaran fisika menurut observasi awal disebabkan oleh beberapa faktor yaitu: a) Guru hanya menggunakan ceramah saja sehingga siswa tidak aktif dalam pembelajaran (karena guru berlatar belakang S-1 jurusan PAI, sarana dan prasarana kurang memadai). b) Guru kurang memberikan variasi dalam pembelajaran. c) Siswa kurang siap dalam menerima materi (masih rendahnya pemahaman konsep siswa dalam pembelajaran, kemampuan siswa atau kompetensi awal siswa untuk mengikuti pembelajaran di SMP kurang memadai, terutama
4
dalam hal berhitung (matematika) dan kelancaran membaca, siswa mengandalkan informasi dari guru saja (teacher oriented). d) Siswa kurang terlibat aktif dalam proses pembelajaran kelas, (jarang bertanya dan jarang mengerjakan tugas rumah). Hasil analisis menurut Cahryanti, penyebab rendahnya pemahaman siswa dalam pembelajaran fisika dapat dijabarkan seperti pada Gambar 1.1 di bawah ini (Cahryanti D,2006 : 2). Pemahaman Siswa Rendah Motivasi dan Kemampuan Berinkuiri Rendah
Variasi strategi Pembelajaran
Siswa kurang siap dalam menerima
Guru hanya ceramah
Siswa tidak dilibatkan secara aktif dalam pembelajaran
Gambar 1.1 Pohon Masalah (Cahryanti D,2006)
Analisis pada pohon masalah di atas menunjukkan bahwa kurangnya variasi dalam pembelajaran, kurangnya guru memotivasi siswa, guru hanya ceramah, siswa kurang siap dalam menerima materi, serta siswa tidak dilibatkan secara aktif dalam pembelajaran, merupakan akar masalah rendahnya pemahaman siswa dalam mempelajari fisika. Kurangnya variasi dalam pembelajaran disebabkan karena guru kurang dapat memilih strategi dan metode yang dapat meningkatkan pemahaman siswa dalam pembelajaran fisika, oleh karena itu perlu disusun pohon sasaran seperti pada Gambar 1.2 di bawah ini.
5
Pemahaman Siswa Meningkat
Motivasi dan Kemampuan Berinkuairi Meningkat
Terwujudnya guru menggunakan strategi yang menarik siswa
Terwujudnya kesiapan siswa dalam menerima materi
Terwujudnya guru tidak hanya ceramah saja
Terwujudnya guru untuk melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran
Gambar 1.2. Pohon Sasaran (Cahryanti D,2006 )
Pada pohon sasaran tersebut dapat dilihat bahwa pembelajaran yang menarik dan melibatkan peran aktif siswa, dapat meningkatkan motivasi dan kemampuan siswa dalam berinkuiri. Sehingga pemahaman siswa dalam pembelajaran meningkat pula. Hal tersebut akan menyebabkan tercapai sasaran pembelajaran. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan keberhasilan belajar siswa adalah melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division). Pembelajaran kooperatif tipe STAD dicirikan oleh suatu struktur tugas, tujuan, dan penghargaan kooperatif. Siswa kerjasama dalam situasi semangat pembelajaran kooperatif, seperti membutuhkan kerjasama untuk mencapai tujuan bersama dan mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugas. Siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Secara tidak langsung pembelajaran ini akan memberikan dampak yang positif terhadap siswa yang rendah hasil belajarnya karena dapat meningkatkan hubungan antar teman, penerimaan terhadap teman sekelas yang lemah dalam bidang akademik dan dapat meningkatkan motivasi (Trianto, 2007:41).
6
Permasalahan pada pohon masalah memerlukan upaya penyelesaian. Untuk meningkatkan minat siswa dan keaktifan siswa dalam bertanya. diperlukan suatu strategi yang tepat. Salah satu strategi yang dapat menumbuhkan minat dan keaktifan siswa dalam pembelajaran tersebut yaitu model pembelajaran kooperatif tipe STAD, STAD merupakan metode pembelajaran yang dilakukan masih dekat kaitannya dengan pembelajaran konversional dan merupakan metode mengajar yang sangat sesuai pada materi-materi tertentu dalam mata pelajaran fisika. Melalui kegiatan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, memberikan seluasluasnya kepada setiap siswa untuk melakukan keterampilan proses, juga dapat meningkatkan motivasi dan pemahaman siswa terhadap materi Fisika. Maka penelitian yang dilakukan pada penelitian ini dituangkan dalam judul: ”Upaya Peningkatan Pemahaman Konsep Fisika Siswa melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD”.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah yang diajukan adalah: 1. Bagaimana peningkatan pemahaman konsep fisika siswa kelas VII MTs Miftahul Huda Kedokanbunder Kabupaten Indramayu setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada pokok bahasan gerak? 2. Bagaimana rata-rata peningkatan pemahaman konsep tiap aspek setelah diterapkan pembelajaran model kooperatif tipe STAD pada pokok bahasan gerak?
7
C. Batasan Masalah Supaya ruang lingkup masalah yang akan diteliti tidak terlalu luas maka perlu adanya pembatasan masalah, sebagai berikut: 1. Aspek pemahaman konsep yang dilihat meliputi aspek translasi, interpretasi, dan ekstrapolasi. 2. Model yang digunakan dalam penelitian ini berupa model kooperatif tipe STAD yang mencakup komponen utama yaitu presentasi kelas, tim, kuis, skor kemajuan individual, dan rekognisi tim. 3. Peningkatan Pemahaman konsep fisika ditentukan melalui perhitungan nilai rata-rata tes akhir pembelajaran (posttest), dan ditentukan juga ketuntasan belajar secara klasikal.
D. Cara Pemecahan Masalah Untuk mengatasi masalah di atas maka peneliti mencoba menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada proses belajar mengajar. Kegiatan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dibagi menjadi tiga tahap yaitu: 1. Langkah persiapan Persiapan ini penting, sebab dengan persiapan yang matang kelemahankelemahan atau kegagalan yang akan muncul dapat diperkecil. Persiapan untuk pelaksanaan pembelajaran model pembelajaran kooperatif tipe STAD antara lain: a. Mengkaji silabus, mempersiapkan RPP berikut LKS dan mengembangkan perangkat pembelajaran. b. Persiapan mengatur pengelompokan berdasarkan prestasi siswa yang beragam.
8
2. Langkah pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD a. Mengatur tempat duduk siswa berdasarkan kelompok yang direncanakan. b. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah dibuat. c. Observer mengamati pelaksanaan pembelajaran. 3. Tindak lanjut model pembelajaran kooperatif tipe STAD Setelah model pembelajaran kooperatif tipe STAD dilakukan, kegiatan selanjutnya antara lain adalah: a. Mendiskusikan
masalah-masalah
yang
ditemukan
selama
kegiatan
pembelajaran. b. Siswa diberi tes dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan belajar yang telah dicapainya, hasil tes digunakan sebagai nilai perkembangan individu dan disumbangkan sebagai nilai kelompok. c. Memberikan penghargaan kelompok.
E. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah
1. Untuk mengetahui peningkatan pemahaman pada siswa kelas VII MTs Miftahul Huda Kedokanbunder setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD. 2. Untuk Mengetahui rata-rata peningkatan pemahaman konsep tiap aspek setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
9
F. Manfaat Penelitian Hasil dari pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini akan memberikan manfaat yang berarti seperti di bawah ini: 1. Bagi Siswa a. Siswa menjadi aktif dalam mencari informasi sendiri tanpa dibantu oleh guru. b. Siswa aktif bertanya dan menyampaikan pendapat dalam pembelajaran. c. Siswa saling bekerjasama antara kelompok. 2. Bagi Guru a. Sebagai motivasi untuk lebih meningkatkan ketrampilan memilih strategi pembelajaran yang bervariasi dan dapat memperbaiki sistem pembelajaran, sehingga dapat memberikan pelayanan yang lebih baik kepada siswa. b. Menambah wawasan guru dalam menggunakan strategi dan metode yang cocok pada pembelajaran fisika. 3. Bagi Sekolah Memberikan sumbangan yang baik untuk sekolah, dalam rangka perbaikan proses pembelajaran; Sehingga dapat meningkatkan pemahaman dan potensi belajar siswa.
G. Variabel Penelitian 1. Variabel bebas
: Model pembelajaran kooperatif tipe STAD
2. Variabel terikat
: Pemahaman konsep
10
H. Definisi Operasional Agar tidak terjadi perbedaan persepsi mengenai definisi operasional dari variabel yang digunakan dalam penelitian ini, maka variabel penelitian yang dimaksud dijelaskan sebagai berikut: 1. STAD singkatan dari Student Teams Achievement Division. STAD merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Robert Slavin, dalam STAD siswa dikelompokkan dalam tim belajar yang beranggotakan empat sampai lima orang yang terdiri kelompok campur menurut tingkat kerja, jenis kelamin, suku dan ras, yang melibatkan pengakuan tim dan tanggungjawab kelompok untuk pembelajaran individu anggota. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD ini didasarkan pada langkah-langkah kooperatif yang terdiri atas enam langkah atau fase, yaitu (1) Fase 1 : Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa. (2) Fase 2 : Menyajikan dan menyampaikan informasi. (3) Fase 3 : Mengorganisasikan siswa dalam kelompok-kelompok belajar. (4) Fase 4 : Membimbing kelompok bekerja dan belajar. (5) Fase 5 : Evaluasi. (6) Fase 6 : Memberikan penghargaan. (Trianto, 2009:71). Untuk memantau keterlaksanaan model kooperatif STAD dalam pembelajaran dilakukan observasi terhadap kegiatan guru dan siswa dengan panduan lembar observasi keterlaksanaan model. 2. Pemahaman konsep Menurut Bloom (Rustaman, 2001:46) adalah kemampuan menangkap arti dari informasi yang diterima. Pemahaman meliputi tiga aspek, yaitu
translasi,
interpretasi,
dan
ekstrapolasi.
Adanya
peningkatan
11
pemahaman konsep ini diukur dengan menggunakan post-test. Tes yang diberikan berbentuk tes objektif jenis pilihan ganda.
I. Indikator Keberhasilan Penelitian Siswa dikatakan meningkat pemahaman konsepnya ditinjau dari Peningkatan nilai pemahaman konsep siswa dilihat berdasarkan nilai rata-rata tes prestasi yang dilakukan pada tiap siklus dan ketercapaiannya terhadap KKM (sebesar 65). Dalam penelitian ini diharapkan 70% dari jumlah siswa nilainya mencapai KKM.