1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara geologis Indonesia merupakan negara kepulauan yang berada di dalam lingkungan geodinamik yang sangat aktif, yaitu pada batas-batas pertemuan berbagai lempeng tektonik aktif, antara lain Lempeng Indo Australia, Lempeng Samudra Pasifik, dan Lempeng Eurasia. Gerakan lempeng tektonik tersebut mengakibatkan terjadinya berbagai jenis proses geodinamik seperti gempabumi, tsunami, letusan gunung api, gerakan tanah dan banjir bandang, yang sebenarnya merupakan peristiwa alam yang terjadi secara periodik dalam kurun waktu ratusan, ribuan, bahkan jutaan tahun, sejak sebelum kehidupan manusia di bumi. Apabila berbagai proses geodinamik tersebut terjadi dalam kurun waktu dan dalam lingkungan kehidupan manusia, sehingga berisiko mengakibatkan kerugian social, psikologi dan ekonomi, maka ancaman proses geodinamik ini dikategorikan sebagai bahaya geologi, dan apabila telah terjadi proses geodinamik yang menimbulkan kerugian sosial ekonomi secara nyata, maka proses geodinamik tersebut disebut sebagai bencana geologi (Karnawati, 2010). Sebagian besar wilayah yang rentan gerakan massa tanah di Indonesia merupakan wilayah perbukitan atau pegunungan dengan mata pencaharian pertanian dan fakta lapangan menunjukan bahwa lebih dari 70% kejadian longsorlahan di Indonesia adalah akibat dipicu oleh hujan (Karnawati, 2006). Longsorlahan (landslide) merupakan pergerakan massa batuan dan/atau tanah secara gravitasional yang dapat terjadi secara perlahan maupun tiba-tiba. Dimensi
2
longsorlahan sangat bervariasi, berkisar dari beberapa meter hingga ribuan kilo meter. Longsorlahan dapat terjadi secara alami maupun dipicu oleh aktivitas manusia. Bencana longsorlahan distribusinya hampir merata di seluruh Indonesia yang secara umum menempati intensitas kejadian paling banyak serta dapat terjadi secara bersamaan dengan bencana alam geologi lainnya seperti gempabumi dan letusan gunung api (Sadisun, 2008). Kabupaten Gunungkidul merupakan daerah dengan ancaman bencana longsorlahan yang tersebar di beberapa kecamatan. Beberapa kecamatan di Kabupaten Gunugkidul merupakan daerah yang mempunyai tingkat kerawanan cukup tinggi terhadap longsorlahan. Berdasarkan data hasil penelitian Mardiatno et al, 2001), 18 kecamatan yang ada di wilayah Kabupaten Gunugkidul adalah wilayah yang mempunyai tingkat kerawanan sangat rendah, rendah, sedang, tinggi dan
sangat
tinggi
terhadap
kejadian
longsorlahan.
Tingkat
kerawanan
longsorlahan di Kabupaten Gunungkidul tercantum dalam Tabel 1.1. Tabel 1.1 Klasifikasi tingkat kerawanan longsorlahan masing-masing kecamatan di Kabupaten Gunungkidul No Tingkat Kerawanan Kecamatan Kerawanan sangat rendah Wonosari 1 Kerawanan rendah Wonosari, Girisubo, Rongkop, Semanu, 2 Karangmojo dan Playen. Kerawanan sedang Panggang, Paliyan, Saptosari, Purwosari, 3 Tanjungsari, Tepus, Girisubo, Rongkop, Semanu, Ponjong, Karangmojo, Playen, Patuk, Nglipar, Ngawen, Semin. Kerawanan tinggi Patuk, Gedangsari, Nglipar, Ngawen. 4 Kerawanan sangat tinggi Gedangsari. 5 Sumber : Mardiatno et al, 2001 Salah satu bencana longsorlahan yang sering terjadi adalah di Kecamatan Nglipar Kabupaten Gunungkidul. Selama Tahun 2012-2013 terdapat 3 desa di
3
Kecamatan Nglipar yang mengalami bencana longsorlahan yaitu di Desa Kedungpoh, Pilangrejo dan Pengkol. Akibat bencana tersebut 37 rumah rusak, 3 orang mengalami luka ringan dan 1 orang luka berat dengan perkiraan kerugian mencapai Rp. 236.500.000,00 (Badan Penanggulangan Bencana Kabupaten Gunungkidul, 2013). Kejadian bencana terbesar terjadi di Dusun Kedokploso, Desa Pengkol pada hari Jum’at 14 Juni 2013 pukul 16.30. Bencana tersebut menyebabkan satu orang luka-luka, 204 orang mengungsi, jalan desa sepanjang 100 m tertutup material longsoran atau banjir bandang dan kurang lebih 3 ha lahan hutan dan pertanian rusak berat. Secara spasial lokasi penelitian pada daerah rawan bencana longsorlahan di Kecamatan Nglipar, Kabupaten Gunungkidul dapat diamati pada Gambar 1.1.
4
Gambar 1.1 Lokasi penelitian pada daerah rawan bencana longsorlahan di Kecamatan Nglipar, Kabupaten Gunungkidul (tanpa skala) Sumber: Badan Penanggulangan Bencana (BPBD) Kabupaten Gunungkidul, 2013
5
Perkembangan suatu wilayah akan meningkatkan kebutuhan lahan sebagai tempat tinggal dan beraktivitas ekonomi, adapun ketersediaan lahan yang ada jelas tidak mengalami perkembangan. Oleh sebab itu, penduduk terpaksa menempati lokasi yang tidak layak huni seperti di daerah perbukitan dan lereng pegunungan. Aktivitas masyarakat tersebut menyebabkan tingkat kerawanan bencana menjadi semakin meningkat, apabila lahan dieksploitasi secara berlebihan tanpa memperhatikan daya dukung lingkungan. Ketersediaan informasi yang lengkap dan akurat mengenai pengendalian pemanfaatan lahan di kawasan rawan longsorlahan beserta peraturan yang dapat dijadikan dasar dalam setiap aktivitas pengembangan merupakan hal yang sangat diperlukan demi mencegah, meminimalkan korban jiwa dan dampak ekonomi yang ditimbulkan oleh bencana alam longsorlahan, serta lebih jauh sebagai masukan bagi penyusunan tata ruang dalam suatu kawasan rawan bencana longsorlahan. Selama ini pemetaan dan kajian daerah rawan bencana longsorlahan di Kabupaten Gunungkidul hanya didasarkan pada kelas kemiringan lereng, sedangkan risiko terhadap bencana hanya didasarkan pada data penggunaan lahan. Padahal variabel dalam analisis risiko bencana meliputi banyak aspek yang terkait dengan bahaya, kerentanan dan kapasitas masyarakat di daerah rawan bencana. Berdasarkan data kejadian longsorlahan, persebaran daerah rawan longsorlahan dan kerugian akibat bencana longsorlahan di Kecamatan Nglipar, Kabupaten Gunungkidul seperti yang diuraikan di atas, maka penelitian ini secara lebih detail menganalisis potensi bahaya atau ancaman, tingkat kerentanan dan kapasitas masyarakat terhadap bahaya longsorlahan kategori tinggi sebagai dasar penilaian
6
tingkat risiko longsorlahan serta menganalisis upaya mitigasi bencana longsorlahan di Kecamatan Nglipar Kabupaten Gunungkidul. 1.2 Identifikasi Masalah 1. Sebanyak 18 kecamatan yang ada di Kabupaten Gunungkidul merupakan daerah rawan bencana longsorlahan dengan berbagai klas kerawanan mulai dari sangat rendah, rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi. 2. Pada tahun 2013, kejadian longsorlahan terjadi di 3 desa di Kecamatan Nglipar, Kabupaten Gunungkidul yakni Desa Kedungpoh, Pilangrejo dan Pengkol yang telah menyebabkan kerusakan permukiman serta mengancam keselamatan warga. 3. Pemanfaatan lahan dan kebijakan penataan ruang yang tidak tepat di daerah rawan bencana longsorlahan akan meningkatkan potensi bencana. 4. Upaya pengkajian tingkat kerentanan, tingkat kapasitas, tingkat risiko bencana, pemanfaatan lahan di daerah rawan bencana longsorlahan dan kegiatan mitigasi bencana diperlukan untuk meminimalkan kerugian akibat bencana. 1.3 Rumusan Masalah Menilik permasalahan di atas, maka dapat dirumuskan pertanyaan penelitia sebagai berikut. 1. Bagaimana tingkat bahaya bencana longsorlahan pada daerah rawan bencana longsorlahan di Kecamtan Nglipar, Kabupaten Gunungkidul? 2. Bagaimana tingkat kerentanan dan kapasitas masyarakat lokal pada daerah bahaya bencana longsorlahan kategori tinggi di Kecamtan Nglipar, Kabupaten Gunungkidul?
7
3. Bagaimana kegiatan mitigasi bencana pada daerah bahaya bencana longsorlahan kategori tinggi di Kecamatan Nglipar, Kabupaten Gunungkidul? 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai beikut. 1. Menganalisis tingkat bahaya bencana longsorlahan pada daerah rawan bencana longsorlahan di Kecamatan Nglipar, Kabupaten Gunungkidul. 2. Menganalisis tingkat kerentanan dan kapasitas masyarakat lokal pada daerah bahaya bencana longsorlahan kategori tinggi di Kecamatan Nglipar, Kabupaten Gunungkidul. 3. Menganalisis tingkat risiko bencana longsorlahan kategori tinggi di Kecamatan Nglipar, Kabupaten Gunungkidul. 4. Menganalisis kegiatan mitigasi bencana pada daerah bahaya bencana longsorlahan kategori tinggi di Kecamatan Nglipar, Kabupaten Gunungkidul. 1.5 Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat sebagai berikut. 1. Manfaat Teoretis a. Menambah referensi pengetahuan berkaitan dengan kajian tingkat risiko masyarakat terhadap bencana longsorlahan. b. Dapat memperkaya kajian ilmu pengetahuan, terutama dalam bidang mitigasi bencana pada daerah rawan bencana longsorlahan. c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi tambahan bagi penelitian sejenis.
8
2. Manfaat Praktis a. Bagi Peneliti menambah wawasan keilmuan dalam permasalahan dan mitigasi bencana longsorlahan. b. Bagi pemerintah dan bagi instansi terkait, memiliki manfaat antara lain 1) Sumbangan pemikiran dalam memahami permasalahan bencana lonngsorlahan. 2) Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai kajian dan pertimbangan dalam menentukan suatu kebijakan yang berhubungan dengan usaha-usaha meningkatkan ketahan masyarakat terhadap bencana longsorlahan. 3) Ketersediaan informasi yang lengkap dan akurat mengenai tingkat risiko di kawasan rawan bencana longsorlahan beserta mitigasi bencana yang dapat dijadikan dasar dalam setiap aktivitas pengembangan.
1.6 Keaslian Penelitian Penelitian dan kajian sebelumnya mengenai longsorlahan telah dilakukan oleh Muis (2012), Suranto (2008), Sare (2009), dan Purnomo (2013). Berbagai penelitian tersebut menekankan penilaian risiko yang didasarakan aspek bahaya longsorlahan,
kerentanan
dan
kapasitas
masyarakat
dalam
menghadapi
longsorlahan, sedangkan aspek manajemen bencana oleh masyarakat dan pemerintah belum ditekankan. Keaslian penelitian ini dapat dibandingkan dengan penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya. Tingkat keaslian dapat dilihat dari materi yang dibahas, tujuan penelitian, lokasi penelitian dan metode yang digunakan sebelumnya. Analisis bahaya dalam penelitian ini didasarkan pada kondisi fisik alami lahan menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum no 22/PRT/M/2007. Analisis tingkat kerentanan dan
9
kapasitas masyarakat menghadapi longsorlahan dilakukan pada sektor rumah tangga untuk selanjutnya dilakukan penilaian dan analisis risiko bencana longsorlahan. Lokasi penelitian yaitu di Kecamatan Nglipar Kabupaten Gunungkidul. Berdasarkan peraturan daerah Kabupaten Gunungkidul nomor 6 tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2010-2030, wilayah tersebut termasuk kawasan hutan lindung (pasal 29 kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahnya) dan termasuk kawasan rawan bencana alam gerakan tanah dan longsorlahan (pasal 32 kawasan rawan gerakan tanah dan longsorlahan). Merujuk pada ketentuan umum peraturan zonasi kawasan lindung (pasal 71) dan peraturan zonasi untuk kawasan rawan bencana alam (pasal 74) bahwa dalam pemanfaatan ruang dan lahan di wilayah tersebut dibatasi serta harus disesuaikan dengan kegiatan mitigasi bencana. Hasil observasi awal menunjukan bahwa wilayah tersebut telah banyak dihuni oleh masyarakat yang sebagian besar memanfaatkan sumberdaya air dan lahan untuk pertanian. Hal tersebut menarik untuk dikaji lebih lanjut sekaligus membedakan dengan penelitian sebelumnya mengenai upaya masyarakat dan pemerintah dalam kegiatan mitigasi bencana pada kawasan lindung dan rawan bencana yang telah diatur dalam peraturan daerah. Adapun penelitian terdahulu yang juga dijadikan telaah dalam penyusunan penelitian tersaji dalam Tabel 1.2.
10
Tabel 1.2 Keaslian penelitian No Peneliti Tahun Judul 2008 Kajian Pemanfaatan 1 Joko Purwoko Lahan Suranto Pada Daerah Rawan (Tesis) Bencana Tanah Longsor di Gununglurah, Cilongok, Banyumas.
2
Maria Yasinta Wonge Sare (Tesis)
2009
Tingkat Kerentanan dan Kapasitas Masyarakat Lokal Terhadap Bencana Tanah Longsor di Kecamatan Kokap, Kulon Progo
3
Baroro Mahardini Muis (Tesis)
2012
4
Nugroho 2013 Hari Purnomo (Disertasi)
Tingkat Risiko Bencana Longsorlahan Berdasarkan Aspek Kerentanan dan Kapasitas Masyarakat Di DAS Tinalah, Kabupaten Kulonprogo, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Risiko Bencana Longsorlahan Pada Lahan Pertanian di Wilayah Kompleks Gunungapi Strato Kuarter Arjuno Jawa Timur
5
Amin 2015 Nurohmah (Tesis)
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah mengkaji pemanfaatan lahan pada daerah rawan bencana tanah longsor di Gununglurah, Cilongok, Banyumas.
Menganalisis pola spasial tingkat kerawanan bencana longsor, mengidentifikasi elemen risiko (penduduk, permukiman dan jalan), menentukan tingkat kerentanan serta menilai kapasitas masyarakat Mengetahui pola kerawanan, kerentanan dan tingkat kapasitas masyarakat terhadap longsorlahan.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji risiko secara menyeluruh meliputi bahaya, kerentanan, dan kapasitas yang dibatasi pada lahan pertanian tanaman semusim dan masyarakat petani yang mengusahakannya dalam menghadapi longsorlahan
Kajian Risiko dan 1. Mitigasi Bencana Longsorlahan di Kecamatan Nglipar, Kabupaten Gunungkidul, Provinsi Daerah 2. IstimewaYogyakarta
3.
4.
Mengetahui tingkat bahaya longsorlahan menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 22/PRT/M/2007 Mengetahui tingkat kerentanan dan kapasitas yang ada pada masyarakat di daerah bahaya kategori tinggi (sektor rumah tangga) Menilai tingkat risikobencana longsorlahan di lokasi penelitian. Menganalisis kegiatan mitigasi yang dilakukan masyarakat dan pemerintah dalam penanggulangan bencana longsorlahan di Kecamatan Nglipar, Kabupaten Gunungkidul
Metode Penelitian Pendekatan teori untuk melakukan analisis secara analogi berdasarkan data sekunder dan primer kemudian diolah dan dianalisis secara deskriptif kualitatif. Mengintegrasikan metode survei lapangan dan penginderaan jauh
Hasil Tingkat kapasitas dan kerentanan masyarakat berdasarkan pemanfaatan lahan pada daerah rawan bencana tanah longsor.
Parcipatory GIS (P-GIS) pada tingkatan skala lokal yaitu pendekatan sektor rumah tangga.
Tingkat risiko penduduk berdasarkan aspek kerentanan dan kapasitas
Penelitian suvei, pengujian hipotesis dengan statistik parametrik dan non parametrik, serta analisis keruangan
Peta tingkat bahaya longsorlahan, kerentan dan kapasitas masyarakat skala 1:75.000 serta model konseptual risiko bencana pada lahan pertanian tanaman semusim di wilayah gunungapi strato 1. Peta bahaya longsorlahan skala 1:65.000 2. Penilaian risiko bencana longsorlahan 3. Peta Tingkat Kerentanan, Peta Tingkat Kapasitas, dan Peta Sebaran Risiko skala 1:65.000 4. Kegiatan mitigasi yang dilakukan masyarakat dan pemerintah dalam penanggulangan bencana longsorlahan di Kecamatan Nglipar, Kabupaten Gunungkidul
Metode yang digunakan adalah survei dengan tujuan utama mendeskripsikan uraian mengenai gejala yang dikaji berdasarkan pada indikator yang dijadikan dasar. Analisis data dilakukan dengan pembobotan dan skoring serta in-depth interview dilakukan untuk mengungkap proses mitigasi bencana longsorlahan di Kecamatan Nglipar, Kabupaten Gunungkidul
Sumber: Muis (2012), Suranto (2008), Sare (2009), dan Purnomo (2013)
Peta kerentanan, Peta tingkat persepsi dan kapasitas masyarakat terhadap bencana longsorlahan