1
BAB I PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG MASALAH Dalam kehidupan sehari-hari, sebagai makhluk zoon politicon atau makhluk
yang selalu hidup bermasyarakat, manusia memerlukan alat untuk berinteraksi, yaitu bahasa. Menurut Al-Galāyaini (1992:13), bahasa adalah lafal–lafal yang digunakan oleh suatu kaum untuk menyampaikan maksud-maksud mereka. Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat diperlukan bagi manusia untuk tujuan saling memahami. Pemahaman terhadap bahasa akan menghasilkan suatu kesepakatan yang diperlukan di antara manusia. Kesepakatan tersebut merupakan bentuk interaksi manusia yang akan mengantarkannya untuk hidup saling berdampingan, walaupun satu sama lain memiliki sifat yang berbeda. Salah satu bahasa yang digunakan untuk berinteraksi dan berkomunikasi di dunia ini adalah bahasa Arab. Bahasa Arab sebagai alat untuk menyampaikan maksud dan tujuan penuturnya memiliki suatu kajian yang membahas tentang makna atau arti, yaitu semantik. Semantik adalah cabang linguistik yang membahas makna atau arti (Verhaar, 2010:13). Salah satu yang yang dikaji dalam semantik adalah idiom. Kridalakasana (2008) menyebutkan makna idiom adalah konstruksi unsur-unsur yang saling memilih, masing-masing anggota mempunyai makna yang ada hanya karena bersama yang lain; atau konstruksi yang maknanya tidak sama dengan masing-masing unsur
2
pembentuknya. Contoh idiom dalam bahasa Arab adalah kata hawāiyyun, kata
hawāiyyun berasal dari kata hawā dan ya’ nisbah. Adapun kata hawa> bermakna ‘udara’. Dua unsur tersebut setelah bergabung berubah makna dan membentuk idiom yang bermakna ‘pengecut’ (Al-Munawwir, 1997:157). Selain itu, idiom dalam bahasa Arab juga terdapat pada konstruksi verba berpreposisi, contoh yabh}as\u ‘an yang bermakna ‘mencari’, ‘mengkaji’, dan yabh}as\u fi> yang bermakna ‘membahas’ (Imamuddin dan Nashiroh, 2013:160). Penggunaan idiom sangat banyak dijumpai pada teks-teks Arab, salah satunya pada objek material penulis, yaitu novel Yauma Qutila az-Za‘i<m karya Naji>b Mah{fu>z{. Dalam novel ini, konstruksi yang paling banyak digunakan adalah konstruksi idiomatik verba berpreposisi. Diketahui bahwa preposisi sebagai unsur pembentuk idiom verba berpreposisi sangat menentukan makna. Sebagai contoh, dalam bahasa Arab makna gabungan kata bah}as\a ‘an (hasil penggabungan verba
bah}as\a dengan preposisi ‘an ) berbeda dengan makna bah}as\a fi> (hasil penggabungan verba bah}as\a dengan preposisi fi>. Idiom pertama bermakna ‘mencari’, sedangkan yang kedua bermakna ‘membahas’ (Imamuddin dan Nashiroh, 2013:70). Berdasarkan contoh di atas, dapat diketahui bahwa preposisi yang berkonstruksi dengan verba bah}as\a menjadi penentu makna. Oleh karena itu, penulis menganggap penting memahami preposisi yang berkonstruksi dengan verba pada teks-teks Arab. Hal inilah yang membuat penulis tertarik untuk menjadikan idiom verba berpreposisi sebagai objek penilitian.
3
1.2
RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan yang akan
dibahas dalam penilitian ini adalah : 1. Berapa jumlah struktur idiomatik verba berpreposisi dalam objek material ? 2. Apakah konstruksi idiomatik verba berpreposisi dalam objek material idiom penuh atau sebagian ?
1.3
TUJUAN PENELITIAN Sesuai dengan rumusan masalah, maka tujuan penilitian ini adalah
mendeskripsikan : 1. Jumlah struktur idiomatik verba berpreposisi dalam objek material 2. Idiom penuh dan sebagian dari konstruksi idiomatik verba berpreposisi dalam objek material
1.4
TINJAUAN PUSTAKA Idiom dalam bahasa Arab menjadi salah satu objek penilitian dewasa ini,
dikarenakan banyaknya teks-teks Arab yang menggunakan konstruksi idiomatik. Karena itulah beberapa penulis tertarik menjadikan idiom sebagai objek penilitiannya. Berikut ini, akan dipaparkan beberapa penilitian yang berkaitan dengan konstruksi
idiomatik
dengan
tujuan
menghindari
adanya
plagiasi
dan
4
ketumpangtindihan dalam penilitian ini. Adapun beberapa penilitian tersebut sebagai berikut. Sebuah skripsi yang ditulis oleh Toharuddin (1993) Konstruksi VerbaPreposisi: Suatu Bentuk Idiom dalam Bahasa Arab. Toharuddin membahas pengaruh preposisi terhadap verba dan variasi makna verba-preposisi. Verba bahasa Arab yang disertai preposisi dapat membentuk idiom. Selain itu, verba intransitif yang disertai preposisi dapat berubah menjadi verba transitif dan secara gramatikal verba mempunyai ketergantungan terhadap peran preposisi. Nurcholiso (2008) dalam tesis Idiom dalam Bahasa Arab: Kajian Sintaksis dan Semantik. Penulis membahas unsur-unsur pembentuk idiom, tipe-tipe idiom dan bentuk-bentuk idiom dalam bahasa Arab. Berdasarkan kategori unsur pembentuknya, idiom dibagi menjadi dua, yaitu idiom dengan kategori unsur pembentuk yang sama dan idiom dengan kategori unsur yang berbeda. Idiom dengan kategori unsur yang sama dapat berupa kata benda, kata kerja, dan kata bilangan. Adapun idiom dengan kategori unsur yang berbeda terdapat bermacam-macam bentuk yang berbeda. Berdasarkan keeratan antarunsurnya, idiom dibagi menjadi idiom penuh dan sebagian. Idiom dalam bahasa Arab dapat berupa kata ulang, dual, frase, baik endosentik maupun eksontrik, klausa, dan kalimat. Miftahul Jannah Diniy (2010) dengan judul Idiom Berkonstruksi Unsur Pokok “Qa>ma” dan “H}arf Jarr” dalam majalah Deutschland 4/2006: Analisis Semantik membahas tentang bentuk dan makna idiom berkonstruksi unsur pokok “qa>ma” dan
5
“h}arf jarr”. Ia menyimpulkan bahwa fi‘il “qa>ma” dalam bahasa Arab hanya dapat berkonstruksi dengan tiga h}arf jarr yaitu h}arf jarr ba, h}arf jarr ‘ala>, dan h}arf jarr fi> untuk membentuk suatu idiom. Selain itu, penggantian h}arf jarr pada suatu idiom yang berkonstruksi unsur pokok “qa>ma” dan “h}arf jarr” dengan h}arf jarr lain mengakibatkan kalimat tidak berterima secara makna, karena makna kalimat berubah. Akan tetapi, kalimat tetap berterima secara gramatikal. Adapun pelesapan h}arf jarr pada idiom yang berkonstruksi unsur pokok qa>ma dan h}arf jarr mengakibatkan makna kalimat kembali ke makna aslinya dan h}arf jarr merupakan bagian inti dari idiom yang berkonstruksi unsur pokok qa>ma dan h}arf jarr. Dengan demikian, berdasarkan tinjauan kepustakaan yang dilakukan penulis, dapat diketahui bahwa penelitian tentang struktur idiomatik verba berpreposisi dalam novel Yauma Qutila az-Za’i<m karya Naji>b Mah}fu>z { belum pernah dilakukan oleh mahasiswa Jurusan Sastra Asia Barat, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada sehingga masih ada ruang bagi penulis untuk meniliti objek ini.
1.5
LANDASAN TEORI Menurut Al-Khulli (1982:125), idiom dalam bahasa Arab adalah
تعبري اصطالحي
yaitu:
تعبري خيتلف معناه عن املعىن الكلي ألجزائه Ta‘bi>run yakhtalifu ma‘na>hu ‘an al-ma‘na al-kulli li ajza>ihi. ‘Ekspresi yang maknanya secara keseluruhan berbeda dengan makna masing-masing unsurnya’.
6
Makna kata yang terbentuk menjadi sebuah idiom tidak berkaitan lagi dengan makna leksikal unsur-unsurnya maupun makna gramatikalnya. Oleh karena itu, bentuk-bentuk idiom disebut juga sebagai satuan-satuan leksikal tersendiri yang juga merupakan makna leksikal dari satuan tersebut (Chaer, 2009:74). Misalnya dalam bahasa Arab qa>ma wa qa‘ada yang memiliki makna asal ‘berdiri dan duduk’, sedangkan makna idiomatiknya adalah ‘gelisah’ (Imamuddin dan Nashiroh, 2013:272). Makna satuan kata tersebut tidak lagi sesuai dengan unsur pembentuknya, yaitu qa>ma yang bermakna ‘berdiri’, dan qa‘ada yang bermakna ‘duduk’. Pada data tersebut, verba qa>ma yang berkonstruksi dengan verba qa‘ada membentuk sebuah idiom dan memiliki makna baru, yaitu ‘gelisah’. (Imamuddin dan Nashiroh, 2013:272). Idiom dalam suatu bahasa berupa satuan-satuan bahasa (bisa berupa kata, frase, maupun kalimat) yang maknanya tidak dapat diramalkan dari makna leksikal unsurunsurnya maupun makna gramatikal satuan-satuan tersebut. Umpamanya, menurut kaidah gramatikal kata-kata ketakutan, kesedihan, keberanian, dan kebimbangan memiliki makna hal yang disebut bentuk dasarnya. Tetapi kata kemaluan tidak memiliki makna seperti itu. Begitu juga frase rumah kayu bermakna ‘rumah yang terbuat dari kayu’, tetapi frase rumah batu selain bermakna gramatikal ‘rumah yang terbuat dari kayu’, juga memiliki makna lain yaitu ‘pegadaian’ atau ‘rumah gadai’. Contoh lain frase menjual sepeda bermakna si pembeli menerima sepeda dan si penjual menerima uang; frase menjual rumah bermakna ‘si pembeli menerima rumah
7
dari si penjual menerima uang’; tetapi konstruksi menjual gigi bukan bermakna ‘si pembeli menerima gigi dan si penjual menerima uang’; melainkan bermakna ‘tertawa keras-keras’(Chaer, 2009:74). Dalam bahasa Arab, idiom salah satunya terdapat pada konstruksi verba berpreposisi. Adapun contoh idiom verba berpreposisi yang terdapat dalam kamus idiom Arab-Indonesia pola aktif karangan Imamuddin dan Nashiroh tahun 2013 adalah sebagai berikut. a. Idiom verba
انطلقت من
انطلقت الشعوب من عقاهلا ىف هذا القرأن تنشداحلرية واألمن والرخاء ىف بالدهم
Int}alaqat asy-syu‘u>bu min ‘iqa>liha> fi haza> al-qur’ani tansyudu al-hurriyyata wa al-amna wa ar-rakha>’a fi> bila>dihim. ‘Bangsa-bangsa telah merdeka di abad ini, mereka menuntut kebebasan, keamanan dan kebebasan di negeri-negeri mereka’ (Imamuddin dan Nashiroh, 2013:62) Idiom verba
جرد من
جرد اجلندي من رتبته Jarrada al-jundiyya min rutbatihi ‘Dia memecat tentara itu dari kepangkatannya’ (Imamuddin dan Nashiroh, 2013:104) b. Idiom verba
اضطر إىل
اضطره الفقر إىل سؤال الناس
Id}t}arrahu al-faqru ila> sua>li an-na>si ‘Kemiskinan memaksanya untuk meminta-minta lain’(Imamuddin dan Nashiroh, 2013:35)
kepada
orang
8
Idiom verba
انصرف إىل
انصرفت األم بعد وفات زوجها إىل تربية أوالدها ورعايتهم Ins}arafat al-ummu ba‘da wafa>ti zaujiha> ila> tarbiyyati aula>diha> wa ri‘a>yatihim. ‘Ibu itu mencurahkan perhatiannya pada pendidikan anak-anaknya setelah suaminya meninggal’ (Imamuddin dan Nashiroh, 2013:61).
c. Idiom verba
كف عن
كف األوالد عن اللعب Kaffa al-awla>du ‘an al-la‘bi ‘Anak-anak itu tak mau bermain’ (Imamuddin dan Nashiroh, 2013:293) Idiom verba عن
غاب
لكثرة انشغايل غاب عين أن اذهب لوداع صديقي Li kas\rati insyiga>li> ga>ba ‘anni> an az\haba li wada>‘i s}adi>qi> ‘Karena aku sibuk, aku lupa pergi mengantar kawanku’ (Imamuddin dan Nashiroh, 2013:252) d. Idiom verba
اعرتض على
اعرتض األب على فعل ابنه I‘tarad}a al-abu ‘ala> fi‘li ibnihi ‘Ayah itu tak menerima dan tak setuju dengan perbuatan anaknya’ (Imamuddin dan Nashiroh, 2013:40) Idiom verba
اصر على
اصر اجليش على القتال As}arra al-jaisyu ‘ala> al-qita>li ‘Pasukan itu bertekad bulat untuk berperang’(Imamuddin dan Nashiroh, 2013:34)
9
e. Idiom verba
غرق يف
غرق الشخص ىف مصائبه بصرب وثبات Gariqa asy-syakhs}u fi> mas}a>ibihi bis}abrin wa s\aba>tin ‘Orang itu menghadapi berbagai musibah teguh’(Imamuddin dan Nashiroh, 2013:253) Idiom verba
dengan
sabar
dan
سقط يف
كان إذا غضب سقط ىف كالمه دون أن يقصد إىل ذالك Ka>na iz\a> ghad}iba saqat}a fi> kala>mihi du>na an yaqs{uda ila> z\a>lika ‘Ketika marah dia salah berbicara dan tak jelas arahnya’ (Imamuddin dan Nashiroh, 2013:180)
f. Idiom verba
أحاط ب
أحاط اجليش باملدينة بعد هجوم عنيف هلا Ah}a>t}a al-jaisyu bi al-madi>nati ba‘da huju>min ‘ani>fin laha> ‘Pasukan mengepung kota itu dari berbagai arah setelah serangan sengit terhadapnya’ (Imamuddin dan Nashiroh, 2013:10) Idiom verba
رمى ب
رمى الطالب بكراسته Rama at}-t}a>libu bikurra>satihi ‘Mahasiswa itu melemparkan buku tulisnya’ (Imamuddin dan Nashiroh, 2013:168) g. Idiom verba
دعا ل
كل أم تدعو ألوالدها بالنجا
Kullu ummin tad‘u liaula>diha> bi an-naja>h}i ‘Setiap ibu mendo’akan anak-anaknya agar berhasil’(Imamuddin dan Nashiroh, 2013:142)
10
Idiom verba
خطر ل
خطر للطالب خاطر بعد انتهاء اإلختبارات Khat}ara li at}-t}a>libi kha>t}irun ba‘da intiha>i al-ikhtiba>ra>ti Terbesit hal baru dihati mahasiswa itu setelah ujiannya selesai’(Imamuddin dan Nashiroh, 2013:134)
Ditinjau dari bentuknya, idiom terbagi dua, yaitu idiom penuh dan idiom sebagian. Menurut Chaer (2009:75), idiom penuh adalah idiom yang unsur-unsurnya secara keseluruhan sudah merupakan satu kesatuan dengan satu makna seperti membanting tulang, menjual gigi, dan meja hijau yang masing-masing bermakna ‘bekerja keras’, ‘tertawa keras-keras’, dan ‘pengadilan’. Adapun contoh idiom penuh dalam bahasa Arab yang terdapat dalam kamus idiom Arab-Indonesia pola aktif karangan Imamuddin dan Nashiroh tahun 2013 adalah sebagai berikut.
امسك الثور من قرنيه حني كشف الرئيس احنرافات بعض كبار املسؤولني ىف الدولة Amsaka as\-s\auru min qarnaihi h}i>na kasyafa ar-ra’i>su inh}ira>fa>ti ba‘d}i kiba>ri almas’u>li>na fi> ad-daulah. ‘Dia menghadapi situasi sulit dengan berani ketika presiden mengungkapkan penyelewengan beberapa pejabat negara’ (Imamuddin dan Nashiroh, 2013:55). Idiom Amsaka as\-s\auru min qarnaihi memiliki makna leksikal, “memegang kedua tanduk lembu jantan. Makna tersebut tidak dapat digunakan dalam kalimat di atas, karena merupakan idiom yang kehilangan makna dari unsur-unsur kata yang membentuknya. Idiom tersebut mengandung makna ‘menghadapi situasi sulit dengan berani’ (Imamuddin dan Nashiroh, 2013:55).
11
مل حيقق طموحاته رغم أنه كان يسمح اجلوخ لرؤساته كثريا Lam yuh}aqqiq t}umu>h}a>tihi ragma annahu ka>na yasmah}u al-ju>kha li ru’usa>tihi kas\i>ran. ‘Dia tak mencapai keinginannya meskipun sering mencari muka kepada para pimpi nannya’ (Imamuddin dan Nashiroh, 2013:328). Idiom masah}a al-ju>kha memiliki makna leksikal ‘menghapus tenun wol’. Dalam kalimat di atas, makna leksikal tersebut tidak dapat dimengerti. Gabungan kata di atas mengandung makna idiom yang ke semua unsur kata yang membentuknya sudah kehilangan makna leksikalnya. Oleh karena itu, idiom di atas termasuk idiom penuh yang bermakna ‘mencari muka’ (Imamuddin dan Nashiroh, 2013:328). Adapun yang dimaksud dengan idiom sebagian adalah idiom yang salah unsurnya masih memiliki makna leksikalnya sendiri, seperti daftar hitam yang berarti ‘daftar yang berisi nama-nama orang yang dicurigasi/dianggap bersalah’, koran kuning yang berarti ‘koran yang sering sekali membuat sensasi’, dan menunjukkan gigi yang berarti ‘menunjukkan kekuasaan’. Kata daftar, koran, dan menunjukkan pada idiom-idiom tersebut masih memiliki makna leksikal; yaitu ‘daftar’, ‘koran’, dan ‘menunjukkan’ yang bermakna idiomatikal hanyalah kata-kata hitam, kuning, dan gigi dari idiom-idiom tersebut (Chaer, 2009:75). Adapun contoh idiom sebagian dalam bahasa Arab yang terdapat dalam kamus idiom Arab-Indonesia pola aktif karangan Imamuddin dan Nashiroh tahun 2013 adalah sebagai berikut.
التصاحبه والتقرتب منه هو رجل ذئب La> tus}a>hi} bhu wa la> taqtarib minhu huwa rajulun z\i’bun ‘Jangan bergaul dan jangan mendekat padanya, ia laki-laki penghianat’(Imamuddin dan Nashiroh, 2013:147).
12
Idiom rajulun z\i’bun secara leksikal bermakna ‘lelaki serigala’. Idiom tersebut merupakan idiom sebagian karena salah satu unsur kata yang membentuknya masih memiliki makna leksikal, yaitu rajulun yang bermakna seorang lelaki. Adapun kata
z\i’bun sudah kehilangan makna leksikalnya, karena makna idiomatik yang dimaksud dalam kalimat di atas adalah ‘lelaki penghianat’ (Imamuddin dan Nashiroh, 2013:147).
نال اإلبن الوحيد حصة األسد من تركة أبيه Na>la al-ibnu al-wah}i>du h}is}s}ata al-asadi min tarikati abi>hi ‘Anak laki-laki tunggal itu memperoleh bagian terbesar dari peninggalan ayahnya’ (Imamuddin dan Nashiroh, 2013:121). Idiom h}is}s}atu al-asadi memiliki arti leksikal ‘bagian singa’. Dalam kalimat idiom di atas terdapat kata yang masih memiliki makna unsur pembentuknya, yaitu
h}is}s}atu yang bermakna ‘bagian’ sehingga idiom ini disebut dengan idiom sebagian. Adapun kata al-asadu sudah kehilangan makna leksikalnya karena makna idiomatik yang dimaksud adalah ‘bagian terbesar’ (Imamuddin dan Nashiroh, 2013:121). Berdasarkan penjelasan di atas, maka teori yang digunakan penulis adalah (1) teori al-Khulli dalam mencari struktur idiomatik verba berpreposisi (2) teori Chaer dalam menentukan idiom penuh dan idiom sebagian.
1.6
METODE PENILITIAN Ada tiga tahapan strategis dalam penelitian bahasa, yaitu tahap penyediaan data,
tahap analisis data, dan tahap penyajian hasil analisis data (Sudaryanto, 1993:5).
13
Tahap pertama, yaitu tahap penyediaan data atau pengumpulan data. Pada tahap ini digunakan metode simak atau metode observasi (Tri Mastoyo, 2007:43). Metode simak atau metode observasi adalah penjaringan data dengan menyimak penggunaan bahasa. Metode ini diwujudkan lewat dua teknik, yaitu teknik dasar dan teknik lanjutan. Teknik dasar yang digunakan adalah teknik sadap, yaitu teknik penyediaan data dengan menyadap penggunaan bahasa seseorang atau beberapa orang. Penggunaan bahasa yang disadap dapat berbentuk lisan dan tulisan. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data dari sumber tertulis, yaitu kalimat yang mengandung idiom verba berpreposisi dalam novel Yauma Qutila az-Za‘i>m karya Naji>b Mah}fu>z. Adapun teknik lanjutannya berupa teknik catat. Dalam menentukan data, pertama kali peneliti mencatat semua verba berpreposisi yang ada dalam objek material, kemudian dilakukan pengecekan verba berpreposisi idiomatik yang mengacu pada kamus Idiom Arab-Indonesia Pola Aktif karangan Basuni Imamuddin dan Nashiroh Ishaq tahun 2013 dan kamus Al-Munawwir 1997. Setelah semua data terkumpul, langkah selanjutnya adalah mengklasifikasikan data sesuai dengan preposisinya dan mencatatnya pada kartu data. Kartu data yang digunakan untuk mencatat data tersebut dapat berupa HVS, manila, bufalo, atau yang lain dengan ukuran yang sesuai dengan satuan kebahasaan yang akan dicatat pada kartu data (Tri Mastoyo, 2007:45). Adapun kartu data yang digunakan penulis adalah HVS. Selanjutnya, dari masing-masing kelompok data yang telah diklasifikasikan tersebut
14
diambil beberapa data yang dianggap dapat mewakili untuk dijadikan contoh analisis data. Adapun tahap kedua, yaitu tahap analisis data. Pada tahap ini digunakan metode agih (Sudaryanto, 1993:15). Metode agih adalah metode analisis data yang alat penentunya ada di dalam dan merupakan bagian dari bahasa yang diteliti (Sudaryanto, 1993:15). Metode ini diterapkan dengan dua teknik, yaitu teknik dasar dan teknik lanjutan. Teknik dasar yang digunakan dalam penilitian ini adalah teknik bagi unsur langsung (BUL), yaitu teknik analisis data dengan cara membagi suatu konstruksi menjadi beberapa bagian atau unsur yang dipandang sebagian atau unsur yang langsung membentuk konstruksi yang dimaksud (Sudaryanto, 1993:31). Adapun teknik lanjutannya berupa teknik ganti. Teknik ganti dilakukan dengan mengganti satuan kebahasaan atau unsur tertentu dari suatu konstruksi dengan satuan kebahasaan yang lain di luar konstruksi yang bersangkutan. Tujuannya adalah untuk mengetahui kadar kesamaan kelas atau kategori satuan kebahasaan terganti dengan satuan kebahasaan penggantinya (Sudaryanto, 1993:48). Dalam teknik penggantian ini, preposisi yang menjadi pembentuk konstruksi idiom verba preposisi diganti dengan preposisi yang lain. Apabila penggantian tersebut tidak menimbulkan perubahan makna idiom, maka satuan kebahasaan terganti dan penggantinya mempunyai kadar kelas yang sama. Namun, apabila penggantian tersebut menimbulkan makna baru, maka satuan kebahasaan yang terganti dan penggantinya mempunyai kadar kelas yang berbeda. Pada tahap ini juga, penulis membuktikan bahwa konstruksi verba berpreposisi yang ditemukan idiomatik dengan cara
15
melakukan pengecekan makna idiom pada konstruksi idiomatik verba berpreposisi terganti dengan menggunakan kamus Al-Munawwir tahun 1997 dan kamus ArabIndonesia pola aktif karangan Imamuddin dan Nashiroh tahun 2013. Apabila konstruksi verba berpreposisi pengganti tersebut tidak mengubah makna atau memiliki makna lain, maka verba berpreposisi terganti idiomatik. Akan tetapi, jika konstruksi verba berpreposisi pengganti tersebut tidak memiliki makna lain, maka verba berpreposisi pengganti tidak idiomatik. Dari hal ini ditentukan verba-verba dengan preposisi yang membentuk idiom. Adapun tahap selanjutnya, yaitu menentukan idiom penuh dan sebagian dari struktur idiomatik verba berpreposisi. Adapun tahap terakhir, yaitu tahap penyajian data. Penyajian data yang baik adalah teknik penyajian yang dapat mengungkap: (1) hasil jerih payah analisis dan (2) nilai keterbacaan yang tinggi. (1) terkait dengan apa yang ditemukan oleh sang peneliti, yang (2) terkait dengan bagaimana strategi dan cara sang peneliti menyampaikan temuannya (Sudaryanto,1993:156). Pada tahap ini, penyajian data disajikan secara informal, yaitu penyajian hasil analisis data dengan menggunakan kata-kata biasa (Sudaryanto, 1993:145). Dalam penyajian ini, rumus-rumus atau kaidah-kaidah disampaikan dengan menggunakan kata-kata biasa, kata-kata yang apabila dibaca dengan serta merta dapat langsung dipahami (Tri Mastoyo, 2007:71).
16
1.7 SISTEMATIKA PENULISAN Hasil laporan ini disajikan dalam empat bagian yang dimuat dalam bab I, bab II, bab III dan bab IV. Bab I terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, sistematika penulisan, pedoman transliterasi, bab II memuat preposisi-preposisi pembentuk idiom pada struktur verba berpreposisi, bab III memuat idiom penuh dan idiom sebagian, dan terakhir adalah bab IV yang memuat kesimpulan.
1.8 PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN Transliterasi huruf Arab-Latin yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari buku pedoman transliterasi Arab-Latin yang diterbitkan berdasarkan keputusan bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI no: 158 Th 1987 dan n: 0543b/U/1987. 1. Konsonan Fonem kosonan bahasa Arab yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf. Dalam transliterasi ini, sebagian dilambangkan dengan huruf, sebagian dengan tanda, dan sebagian dilambangkan dengan huruf dan tanda sekaligus. Di bawah ini daftar huruf Arab dan trasliterasinya dengan huruf latin: No
Huruf
Nama
Huruf Latin
1
ا
Alif
Tidak dilambangkan
2
ب
Ba
B
3
ت
Ta’
T
17
4
ث
Sa
Ṡ
5
ج
Jim
J
A
Ḥ
6 7
خ
Kha
Kh
8
د
Dal
D
9
ذ
Zal
Ż
10
ر
Ra
R
11
ز
Zai
Z
12
س
Sin
S
13
ش
Syin
Sy
14
ص
Sad
Ṣ
15
ض
Ad
Ḍ
16
ط
Ta
Ṭ
17
ﻈ
Za
Ẓ
18
ع
Ain
‘
19
غ
Gain
G
20
ف
Fa
F
21
ق
Qaf
Q
22
ك
Kaf
K
23
ل
Lam
L
24
م
Mim
M
25
ن
Nun
N
26
و
Wau
W
27
ه
Ha
H
18
28
ء
Hamzah
`
29
ي
Ya
Y
2. Vokal Vokal tunggal
Diftong
Vokal panjang
Tanda
Huruf latin
Tanda dan huruf
Gabungan huruf
Harakat dan huruf
Huruf dan tanda
-َ-
A
-َي-
Ai
-َا-
Ā
-َ-
I
-َو-
Au
-َي-
Ī
-َ-
U
-َو-
Ū
Contoh:
كت ب
/kataba /
كْيف
/kaifa /
قال
/qa>la /
3. Ta> ` Marbu>t}ah
Ta>
marbu>t}ah hidup atau mendapat harakat fath{ah, kasrah, atau d}ammah
transliterasinya adalah /t/, sedangkan ta> ` marbu>t}ah mati atau mendapat harakat
sukun transliterasinya adalah /h/.
19
Contoh:
املنورة المدينة َّ
/al-Madīnah al-Munawwarah / /al-Madīnatul-Munawwarah/
4. Syaddah
Syaddah atau tasydi>d dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan sebuah tanda syaddah atau tasydi>d. Dalam transliterasinya, tanda syaddah itu dilambangkan dengan huruf yang sama dengan huruf yang diberi tanda syaddah tersebut. Contoh:
ربنا
/ rabbana> /
5. Kata Sandang Kata sandang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf al. kata sandang tersebut dibedakan menjadi kata sandang yang diikuti h}uru>f syamsiyyah dan
h}uru>f qamariyyah. Kata sandang yang diikuti h}uru>f syamsiyyah adalah kata sandang yang ditransliterasikan sesuai dengan bunyinya, yaitu /l/ diganti dengan huruf yang sama dengan huruf yang langsung mengikuti kata sandang tersebut, sedangkan kata sandang yang diikuti h}uru>f qamariyyah adalah kata sandang yang ditransliterasikan sesuai dengan aturan yang digariskan di depan dan sesuai dengan bunyinya. Kata sandang ditulis terpisah dari kata yang mengikuti dan dihubungkan dengan tanda simpang (-).
20
Contoh:
الرجل َّ القلم
/ ar-rajulu / / al-qalamu /
6. Hamzah Hamzah yang ditransliterasikan dengan apostrof hanya berlaku untuk hamzah yang terletak di tengah dan belakang. Hamzah yang terletak di depan tidak dilambangkan dengan apostrof karena dalam tulisan Arab berupa Alif. Contoh:
ش ْيء
/ syai `un /
7. Penulisan kata Pada dasarnya, setiap kata ditulis terpisah, tetapi untuk kata-kata tertentu yang penulisannya dalam huruf Arab sudah lazim dirangkaikan dengan kata lain karena ada huruf atau harakat yang dihilangkan, maka transliterasinya dirangkaikan dengan kata lain yang mengikutinya, contoh:
وإ َّن اهلل هلو خري الرازق ْني / Wa innalla>ha lahuwa khair ar-ra>ziqi>n / atau dengan / Wa innalla>ha lahuwa khairur-ra>ziqi>n /
21
8. Huruf Kapital Meskipun dalam sistem tulisan Arab tidak dikenal huruf kapital, tetapi dalam transliterasinya
huruf
kapital
digunakan
dengan
ketentuan
Ejaan
Disempurnakan (EYD). Contoh:
وما ُم َّمد إالَّ رس ْول:
/Wa ma> Muh}ammadun illa> rasu>l /
Yang