BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Corporate social responsibility (CSR) dewasa ini telah menjadi suatu hal yang sangat penting dan telah pula diimplementasikan oleh banyak perusahaan dalam berbagai bentuk kegiatan. Pelaksanaan CSR memainkan peranan yang cukup penting bagi keberlanjutan suatu perusahaan. Urgensi CSR ini tidak hanya milik perusahaan tetapi, para stakeholder dalam hal ini adalah masyarakat lingkar tambang menjadi aktor lain yang juga memiliki kepentingan terhadap CSR. Kegiatan perusahaan, terutama perusahaan yang bergerak dalam bidang ekstraksi sumber daya alam telah berdampak bagi berbagai elemen dalam kehidupan masyarakat lingkar tambang. Oleh karena itu, perusahaan haruslah menanggapi berbagai isu yang beredar dalam masyarakat dengan pengimplementasian CSRnya. Dalam konteks Sulawesi Selatan, pengimplementasian program CSR sudah dapat dikatakan berjalan dengan baik, dintinjau dari penilaian PROPER. PROPER sebagai kategorisasi perusahaan menurut pengimplementasian CSR, mengelompokkan perusahaan ke dalam beberapa kategori1 (Budi Untung 2009). Beberapa perusahaan yang mendapat penilaian PROPER peringkat biru di
1
PROPER mengkategorikan perusahaan ke dalam empat peringkat pelaksanaan CSR. Peringkat Hijau diberikan kepada perusahaan yang sudah menempatkan CSR pada strategi inti dan jantung bisnisnya, CSR dianggap tidak hanya sebagai suatu keharusan, tetapi kebutuhan (modal sosial). Peringkat Biru dalam kategori ini perusahaan telah menilai praktik CSR akan membawa dampak positif terhadap usahanya karena merupakan investasi, bukan biaya. Peringkat Merah, perusahaan yang mendapat peringkat merah adalah perusahaan peringkat hitam yang memulai menerapkan CSR. CSR masih dipandang sebagai komponen biaya yang mengurangi keuntungan perusahaan. Peringkat terakhir adalah Peringkat Hitam yang diberikan kepada persusahaan yang kegiatannya degeneratif, mengutamakan kepentingan bisnis, dan tidak menaruh perhatian pada aspek lingkungan dan sosial di sekelilingnya.
1
Sulawesi Selatan adalah PT. Semen Bosowa, PT. VALE Indonesia Tbk, PT. Semen Tonasa, PT. Sermani Steel dan beberapa perusahaan yang lain (Data BLHD Provinsi Sulawesi Selatan). Ditinjau dari peringkat penilaian proper pada yang ada, pada periode ini, PT. Semen Tonasa dapat sejajar dengan perusahaan lain dalam pengimplementasian program CSRnya. Tetapi, sepanjang 2011 dan 2012 PT. Semen Tonasa mulai sering menuai aksi demonstrasi dari masyarakat lingkar tambang, hal ini dapat dijadikan suatu indikator bahwa ada yang keliru dalam pengimplementasian program CSR, bahwa dalam periode ini perusahaan mengalami kegagalan dalam mengimplementasikan program CSRnya dengan baik. Kerugian finansial yang harus ditanggung perusahaan akibat “abai” mengimplementasikan program CSRnya semakin menegaskan mengenai urgensi CSR baik bagi shareholders maupun untuk stakeholders. Oleh karena itu, guna menjamin keberlanjutan suatu perusahaan, CSR menjadi hal yang mutlak harus dilakukan oleh perusahaan. Di sisi lain, CSR juga menjadi hal yang sangat penting bagi masyarakat lingkar tambang, terutama dalam kaitannya dengan pemenuhan human security masyarakat lingkar tambang. Urgensi mengenai CSR ini dapat dilihat dalam kerangka landasan legal dan moral. Disahkannya undang-undang No. 40 tahun 20072 (Fajar: 2010: 1) yang salah satu pasalnya mengatur mengenai tanggung jawab perusahaan untuk melaksanakan CSR merupakan landasan legal yang mengharuskan suatu perusahaan untuk melaksanakan CSR. Sedangkan kerusakan lingkungan, 2
Pasal 1 angka 3 Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas menyebutkan “Tanggung jawab sosial dan Lingkungan dalah komitmen perusahaan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi perseroan sendiri, komunitas setempat, maupun masyarakat pada umumnya.”
2
hilangnya mata pencaharian warga, penyakit yang diderita warga akibat kegiatan perusahaan, serta hilangnya hak ulayat tentunya menjadi landasan moral bagi pengimplementasian setiap program CSR perusahaan.
Kerangka legal dan moral itulah yang kemudian menjadi landasan bagi PT. Semen Tonasa sebagai salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang ekstraksi sumber daya alam untuk mengimplementasikan berbagai kegiatan CSR. Beberapa program CSR sebagai bentuk perhatian perusahaan kepada masyarakat diantaranya adalah dengan pemberian beasiswa, promosi kesehatan, pengadaan air bersih, penanaman pohon, bantuan terhadap korban bencana, serta pembangunan jalan dan jembatan (Annual Report 2012). Tetapi dalam prakteknya, masih ada berbagai permasalahan yang belum tertangani dengan baik yakni masalah lingkungan, berupa pencemaran udara dan air, rusaknya lahan persawahan warga yang berdampak pada pemenuhan kebutuhan ekonomi warga serta masalah kesehatan warga akibat tercemarnya udara dan air. Perusahaan sendiri mengklaim telah mengimplementasikan berbagai kegiatan CSR dengan menggelontorkan sejumlah dana, di tahun 2012 misalnya perusahaan mengalokasikan dana sebesar Rp. 20,2 milliar (Annual Report 2012) yang digunakan untuk mendanai berbagai kegiatan CSR seperti yang telah disebutkan sebelumnya. Kondisi riil di lapangan menunjukkan kenyataan yang berbeda, penggelontoran sejumlah dana tidak memberikan pengaruh signifikan bagi kehidupan warga, bahkan sebagian warga mengklaim tidak pernah mendapatkan perhatian dari pihak perusahaan padahal lokasi tempat tinggalnya adalah desa terdekat dan terdampak dari kegiatan ekstraksi perusahaan.
3
Menjadi menarik untuk membicarakan lebih lanjut bahwa disaat perusahaan yang lain telah mampu mengimplementasikan program CSRnya dengan baik terbukti dengan berbagai penghargaan yang diterimanya serta harmonisnya hubungan perusahaan dengan masyarakat. PT. VALE Indonesia Tbk misalnya yang merupakan salah satu perusahaan tambang nickel dengan wilayah konservasi yang sangat luas telah berhasil meraih berbagai penghargaan terkait pengimplementasian CSRnya (Profile PT. VALE Indonesia Tbk). PT. Semen Bosowa mampu menjalin hubungan yang baik dengan masyarakat lingkar tambang sehingga protes warga yang mungkin ada tidak muncul ke permukaan yang dapat merusak citra perusahaan dan mengakibatkan kerugian dari sisi finansial bagi perusahaan seperti yang dialami PT. Semen Tonasa. PT. Semen Tonasa sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) memperlihatkan kecenderungan yang berbeda, PT. Semen Tonasa justru harus berhadapan dengan berbagai aksi demo warga akibat berbagai permasalahan yang dihadapi warga sebagai dampak dari aktivitas produksi perusahaan. Aksi demo yang dilakukan warga sepanjang tahun 2011 dan 2012 dilakukan di beberapa daerah3, dalam aksi yang didominasi oleh ibu-ibu rumah tangga ini tuntutan yang diajukan selalu sama yakni kompensasi atas hujan debu dan lahan persawahan warga yang tidak bisa dimanfaatkan lagi. Aksi demo ini mengindikasikan bahwa CSR yang dilaksankan oleh PT. Semen Tonasa tidak mampu memenuhi kebutuhan masyarakat. Kegiatan produksi yang dilakukan oleh 3
22 Juni 2011, demo solidaritas masyarakat Pangkep yang berdomisili di Makassar dan aktifis LSM yaitu HLC (Hijau Lestari Celebes) 18 Oktober 2012, demo dilakukan di Kampung Biringkassi bulu-bulu dan Jollo, Desa Bulu Cindea, Kec. Bungoro November 2012 di Desa Biring Ere Kecamatan Bungoro 5 Desember 2012 warga kampung Biringkassi , Desa Bowong Cindea, Kec. Bungoro yang melakukan demonstrasi
4
perusahaan telah mengakibatkan warga kehilangan lahan persawahan (Daniel 2011) yang menjadi mata pencaharian utama mereka, serta puluhan warga yang menderita penyakit infeksi paru-paru atas (ISPA) akibat hujan debu dan penyakit kulit sebagai akibat dari tercemarnya sungai oleh limbah pabrik (Antara News 2012). Berbagai program CSR pada dasarnya telah diimplementasikan oleh perusahaan dalam rangka upaya menyelesaikan permasalahan yang ada di dalam masyarakat terkait dampak dari kegiatan ekstraksi perusahaan. Di antara berbagai program tersebut sebut saja pengobatan massal terkait masalah kesehatan warga, program kemitraan berupa bantuan dana yang diberikan perusahaan bagi usaha kecil serta berbagai program pelatihan kerja, dan di bidang lingkungan perusahaan telah melakukan berbagai upaya penghijauan dan penggunaan bahan bakar alternativ dalam rangka pengurangan emisi gas CO2 dan pencemaran air akibat penggunaan batu bara sebagai bahan bakar. Berbagai permasalahan terkait human security warga ini belum mampu diselesaikan dengan baik oleh pihak perusahan. Berbagai upaya pun dilakukan oleh perusahaan untuk bisa mengimplementasikan program CSR dengan lebih baik. Salah satu cara yang ditempuh adalah dengan pembentukan departemen baru yang mengurusi masalah CSR. Di bawah Departemen CSR dan Umum program CSR pun diimplementasikan perusahaan, dengan besarnya dukungan dana dan adanya departemen khusus untuk menangani CSR maka idealnya program CSR yang diimplementasikan oleh perusahaan harus lebih mampu untuk memenuhi kebutuhan warga. Perusahaan menjadi lebih mempertimbangkan kepentingan stakeholdersnya, terutama masyarakat lingkar tambang.
5
B. Rumusan Masalah Mengacu pada pemaparan sebelumnya maka pertanyaan penelitian yang diajukan dalam penelitian ini adalah mengapa PT. Semen Tonasa mengalami kegagalan dalam mengimplementasikan program CSRnya terkait bidang ekonomi, lingkungan dan kesehatan? C. Literature Review Semakin pesatnya arus perekonomian global, membuat kebutuhan ekonomi masyarakat semakin melaju guna memenuhi kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat dan tanpa batas. Sejalan dengan hal itu, maka adalah hal yang wajar ketika negara berkembang seperti Indonesia yang kaya akan sumber daya alam memaksimalkan upaya pemenuhan kebutuhan ekonominya dengan melakukan kegiatan pertambangan untuk mengeruk kekayaan alam di perut bumi agar dapat dimanfaatkan dan dinikmati oleh masyarakat luas. Tetapi, semakin besarnya usaha pertambangan sejalan dengan semakin luas pula wilayah yang digunakan dan berbanding lurus dengan besaran dampak yang dibawanya bagi kehidupan masyarakat lingkar tambang, baik itu dampak yang sifatnya positif maupun negatif. Oleh karena itu, CSR semakin menarik perhatian berbagai kalangan sebagai salah satu cara yang dapat ditempuh untuk membuat kegiatan ekstraksi dan kebutuhan masyarakat setempat akan lingkungan yang tidak tercemar dapat berjalan beriringan. Berbagai fenomena sosial yang terjadi di tengah-tengah masyarakat seperti kemiskinan, kerusakan lingkungan dan masalah kesehatan seringkali menjadi benih konflik antara perusahaan dan masyarakat sekitar perusahaan. Fenomena ini dapat diatasi dengan pengimplementasian program CSR, perusahaan harus 6
bertanggung jawab atas setiap permasalahan yang ditimbulkan sebagai akibat dari kegiatan ekstraksi perusahaan. Program CSR ini diimplementasikan oleh perusahaan dalam berbagai bentuk program.
Perusahaan
sudah
seharusnya
memberikan
perhatian
terhadap
stakeholdersnya, terutama terhadap masyarakat lingkar tambang yang terkena dampak langsung dari kegiatan perusahaan. Perusahaan tidak lagi hanya bertanggung jawab kepada pemegang saham untuk meningkatkan nilai perusahaan dengan menghasilkan keuntungan yang sebesar-besarnya, tetapi perusahaan harus memberikan perhatian pula pada lingkungan dan masyarakat sekitar. Hal ini menjadi penting bagi keberlanjutan perusahaan itu sendiri, kegiatan CSR yang baik akan menambah nilai lebih yang dimiliki perusahaan. CSR menjadi suatu konsep yang menarik minat banyak orang untuk melakukan penelitian dan mengetahui secara lebih mendalam mengenai hal tersebut. Beberapa penelitian terkait CSR berusaha melihat CSR dalam sisi yang berbeda. Rahmat Riadi (2007)4 meneliti dampak CSR dalam bidang ekonomi, dalam penelitiannya dipaparkan bahwa perusahaan terbukti tidak mampu meningkatkan taraf perekonomian masyarakat lingkar tambang. Perusahaan telah memberikan perhatian terhadap masalah ekonomi yang dihadapi masyarakat tetapi berdasarkan standart yang dikeluarkan oleh MDG dan World Bank masyarakat masih termasuk ke dalam golongan masyarakat miskin dengan penghasilan kurang dari $1 per hari versi MDG dan kurang dari $2 perhari versi 4
Rahmat Riadi, Corporate Social Responsibility PT. Newmont Nusa Tenggara terhadap Pengentasan Kemiskinan Lingkar Tambang di Sumbawa Barat NTT, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
7
World Bank. Kegagalan ini disebabkan oleh tidak adanya pemantauan dan pengawasan yang dilakukan perusahaan terhadap bantuan yang diberikan. Terjadi perbedaan pandangan antara perusahaan dan masyarakat mengenai CSR. Perusahaan menilai CSR sebatas besaran dana yang dikeluarkan dan banyaknya infrastruktur yang telah dibangun, sedangkan masyarakat melihat bahwa CSR haruslah
memberi
perubahan
dalam
kemampuan
mereka
memenuhi
kebutuhannya. Penelitian lain terkait CSR adalah terkait dampak implementasi CSR PT. Semen Tonasa terhadap pembangunan di Kabupaten Pangkep (Murniati 2012)5. Dikatakan bahwa dari tahun ke tahun pelaksanaan CSR oleh PT. Semen Tonasa terus mengalami perkembangan. Pelaksanaan yang awalnya cenderung kurang transparan saat ini masih terus dibenahi. Dalam penelitian ini dipaparkan bahwa program CSR yang dijalankan terbagi dalam dua kategori program yakni kemitraan dan bina lingkungan yang telah memberi dampak positif bagi pembangunan di Kabupaten Pangkep. Hal yang paling nampak adalah pembangunan fisik berupa jalan dan jembatan serta perbaikan drainase dan kali bersih. PT. Semen Tonasa juga memberikan perhatian pada masalah pendidikan, perhatian ini tertuang dalam pemberian beasiswa kepada masyarakat yang kurang mampu. Penelitian ini menunjukkan bahwa pengimplementasian program CSR oleh PT. Semen Tonasa telah membawa dampak positif bagi pembangunan infrastruktur.
Selain
pembangunan
infrastruktur
5
perusahaan
juga
telah
Sitti Murniati Muhtar, Strategi Komunikasi Dalam Pelaksanaan Program Corporate Social Responsibility (CSR) oleh Humas PT. Semen Tonasa Terhadap Komunitas Lokal di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin, Makassar
8
memberikan perhatian pada masalah pendidikan dengan pemberian beasiswa. Penelitian ini sama sekali tidak memberikan perhatian pada aspek lain yang terkait langsung dengan kehidupan keseharian masyarakat yang terkena dampak dari kegiatan ekstraksi perusahaan seperti aspek ekonomi, lingkungan, dan kesehatan. Alasan yang mengemuka dibalik kegagalan pengimplementasian CSR berdasarkan
penelitian
sebelumnya
adalah
perusahaan
dalam
mengimplementasikan CSR kurang melakukan pemantauan dan pengawasan perusahaan terhadap bantuan yang diberikan. Perusahaan yang hanya memandang kegiatan CSR dalam besaran dana mengakibatkan program CSR yang dijalankan tidak membawa pengaruh positif bagi kehidupan masyarakat lingkar tambang. Paradigma yang seperi ini membuat CSR yang tadinya akan menguatkan modal sosial perusahaan malah menjadi sarana perusahaan untuk menghamburhamburkan uang Berdasarkan beberapa penelitian sebelumnya, nampak bahwa CSR yang diimplementasian perusahaan tidak mampu membawa pengaruh signifikan bagi perbaikan human security warga. Berbeda dnegan penelitian sebelumnya, penelitian ini berangkat dengan asumsi bahwa kegagalan perusahaan dalam mengimplementasikan program CSR yang dapat membawa pengaruh positif bagi human security warga adalah dikarenakan perusahaan memandang CSR sebatas pada tataran normatif untuk memenuhi kewajiban, perusahaan menjalankan CSR sebatas motif hukum. Dalam kerangka ini kemudian pengimplementasian CSR tidak akan banyak melibatkan masyarakat dalam program yang dijalankan. Kurangnya kemitraan yang dibangun antara perusahaan dengan masyarakat atau
9
LSM lokal/organisasi yang ada di masyarakat dalam proses pengimplementasian CSR sehingga berpengaruh pada dampak program yang dijalankan tersebut terhadap
masyarakat.
Masyarakat
masih
kurang
dilibatkan
dalam
pengimplementasian CSR, keterlibatan masyarakat hanya dapat dilihat pada saat program diimplementasikan, dalam hal ini masyarakat hanya sekedar menjadi penerima program yang telah dirumuskan perusahaan. Beberapa perusahaan menilai kefektifan dari setiap program adalah dengan banyaknya dana yang dikeluarkan maupun jumlah bangunan fisik yang dimiliki. Perusahaan melaksanakan CSR sekedar untuk mematuhi peraturan hukum yang berlaku. Penelitian ini akan di fokuskan pada dampak CSR terhadap human security masyarakat lingkar tambang terkait tiga aspek kehidupan masyarakat yang terganggu akibat kegiatan ekstraksi perusahaan, yakni aspek kesehatan, lingkungan dan ekonomi. Perusahaan tidak seharusnya memandang CSR sebatas aturan hukum semata. Perusahaan dituntut untuk dapat mencari solusi guna menyelesaikan permasalahan yang terjadi di dalam masyarakat terkait kegiatan ekstraksi yang dilakukannya. Hal ini tentunya sejalan dengan ide dasar CSR, sebagai cara perusahaan untuk bertanggung jawab atas setiap dampak negatif yang dikibatkannya terhadap masyarakat. D. Kerangka Teoritis Kajian ini akan menganalisis mengenai mengapa PT. Semen Tonasa mengalami kegagalan dalam mengimplementasikan program CSRnya sehingga PT. Semen Tonasa seringkali
menuai aksi demo masyarakat setempat. Oleh
karena itu, untuk menjawab pertanyaan penelitian yang telah diajukan sebelumnya maka akan digunakan beberapa konsep yang relevan yakni konsep mengenai
10
corporate social responsibility (CSR), partisipasi masyarakat, dan human security. Seiring perkembangan zaman telah terjadi perubahan paradigma dalam dunia bisnis. Perusahaan yang pada awalnya hanya fokus pada bagaimana cara yang dapat ditempuh perusahaan untuk dapat memperoleh keuntungan sebesarbesarnya (single bottom line), mulai memberikan perhatian lebih terhadap hal lain yang terkait dengan keberlanjutan perusahaan, yakni pada masalah lingkungan dan masalah sosial yang tentunya terkena dampak dari kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan (triple bottom lines). John Elkington dalam bukunya yang berjudul “Cannibal With Forks, The Tripple Bottom Lines of Twentieth Century Business” memberikan penekanan pada konsep tripple bottom lines dengan memperhatikan konsep 3 P (Profit, People, Planet). Profit merupakan kesesuaian antara kegiatan usaha yang dijalankan dengan keuntungan yang diraih dan untuk kepentingan shareholder. Pople adalah tanggung jawab yang dimiliki oleh setiap perusahaan terhadap karyawan, keluarga karyawan, maupun masyarakat luas (pihak eksternal) yang berada di lingkungan perusahaan, yang terakhir adalah planet dimana planet merupakan tanggung jawab untuk menjaga kelestarian alam dan lingkungan. Sehingga dengan demikian, kepedulian yang dimiliki oleh perusahaan untuk menyisihkan sebagian keuntungannya (profit) bagi kepentingan pembangunan manusia (people) dan lingkungan (planet) dengan tujuan keberlanjutan perusahaan. Konsep tripple bottom lines ini kemudian direalisasikan oleh entitas bisnis dalam konsep corporate social responsibility (CSR). Konsep CSR merupakan konsep yang pertama kali diperkenalkan oleh Howard R. Bowen dalam bukunya yang berjudul “Social Responsibilities of Businessman” yang diterbitkan pada
11
tahun 1953. Konsep ini terus menarik perhatian masyarakat internasional dan kemudian berbagai konferensi internasional pun dihelat untuk membahas mengenai konsep ini.
KTT Bumi (Earth Summit) tahun 1992 di Rio de Janeiro menegaskan konsep sustainable development yang didasarkan pada perlindungan sosial, ekonomi, dan lingkungan. Dalam konferensi World Summit on Sustainable Development (WSSD) di Yohannesburg Afrika Selatan tahun 2002 para pemimpin bangsa mencapai kata sepakat terkait konsep social responsibility yang kemudian berjalan beriringan dengan konsep sebelumnya yaitu economic and environment sustainability. Berbagai definisi mengenai CSR terus mengalami perkembangan. Ada beberapa ahli yang kemudian memberikan definisinya mengenai CSR. Warhust (Kartini: 2013: 2) menyatakan CSR sebagai “ the key to operationalizing the strategic role of business in contributing toward this sustainable development process, so that business is able to engage in and contribute to society as a corporate citizen”. Warhust memberikan penekanan bahwa implementasi CSR merupakan cara yang ditempuh oleh entitas bisnis dalam upaya mewujudkan pembangunan berkelanjutan sehingga perusahaan dapat memberikan kontribusi yang besar pada para stakeholdersnya. Stephen P. Robbins dan Marry Cutler (Kartini: 2013: 10 ) membagi perkembangan CSR ke dalam empat tahap. Tahap ke empat menggambarkan suatu kondisi dimana perusahaan tdiak hanya mengembangkan tanggung jawabnya terhadap masyarakat lokal. Tetapi bentuk tanggung jawab itu
12
juga mencakup masyarakat dalam artian luas. Dengan memberikan kontribusi atau bertanggung jawab terhadap masyarakat maka dengan demikian perusahaan akan memiliki hubungan yang harmonis dengan semua stakeholdersnya dan berkontribusi sebagai corporate citizenship. Hal ini tentunya menjadi cita-cita yang tinggi dari pengimplementasian program CSR, bahwa CSR akan berkontribusi pada semua stakeholder perusahaan. Tetapi, tidak dapat dipungkuri bahwa perusahaan kadang abai terhadap kepentingan masyarakat lingkar tambang yang paling dekat dengan perusahaan. Porsi perhatian yang diberikan perusahaan terhadap masyarakat lingkar tambang lebih kecil dibandingkan perhatian terhadap stakeholders yang lain. Milton Friedman, merupakan tokoh yang memberikan kritik mengenai tanggung jawab perusahaan yang lain selain tanggung jawab ekonomi, memberi penegasan mengenai tanggung jawab sosial korporasi, bahwa satu-satunya tanggung jawab korporasi adalah menciptakan maksimalisasi laba bagi shareholder. Kegiatan CSR hanya sebatas pada apa yang telah diamanatkan dalam aturan hukum dan perundang-undangan. Paradigma Friedman mengenai CSR masih sebatas untuk memenuhi kewajiban dan peraturan yang berlaku. Implikasi dari cara pandang ini adalah program CSR yang dilakukan tidak berdasarkan pada konsep dan prinsip CSR sehingga seringkali kegiatan CSR yang dilakukan tidak membawa pengaruh yang signifikan ataupun belum cukup mampu untuk menyelesaikan permasalahan yang ada. Cara pandang inilah yang mengakibatkan masih banyaknya permasalahan yang terjadi terkait masalah lingkungan ataupun masalah HAM yang tidak
13
tertangani. Tidak tertanganinya permasalahan ini dapat membuat hubungan para stakeholder utamanya masyarakat lingkar tambang dengan perusahaan tidak terjalin dengan baik. Hubungan antara masyarakat dan perusahaan akan berpengaruh pada sustainability perusahaan itu sendiri. Lawrence, Weber and Post (Kartini: 2013: 2) menyatakan bahwa: “CSR means that a corporation should be held accountable for any of its actions that affect people, their community, and their environtment” Pendapat ini menyatakan bhawa operasionalisasi perusahaan harus dilaksanakan secara akuntabel terkait tindakannya yang akan membawa dampak bagi masyarakat yang ada di sekitar lingkungan operasionalnya. Perusahaan dalam hal ini kemudian mengembangkan tanggung jawabnya terhadap stakeholdernya dalam lingkungan spesifik atau tertentu (Kartini: 2013: 13). Lingkungan spesifik ini adalah masyarakat lokal yang terkena dampak langsung dari kegiatan operasional yang dilakukan perusahaan, yakni masyarakat yang bersentuhan langsung dengan perusahaan atau pabrik perusahaan. Pemaknaan CSR oleh Lawrence, Weber and Post ini adalah pemaknaan CSR yang sejalan dengan CSR yang dimaksud dalam penelitian ini. Bahwa CSR adalah bentuk tanggung jawab perusahaan akan setiap dampak yang ditimbulkannya terhadap masyarakat lingkar tambang karena mereka adalah pihak yang paling terdampak dari kegiatan ekstraksi perusahaan. Tidak dapat dipungkiri bahwa selain masyarakat lingkar tambang, perusahaan juga harus bertanggung jawab terhadap stakeholders yang lain tetapi yang utama dan paling urgent untuk mendapat perhatian dan merasakan tanggung jawab dari perusahaan adalah masyarakat lingkar tambang. Dengan asumsi bahwa masyarakat lingkar tambang
14
telah terkena dampak negatif dari kegiatan ekstraksi yang dilakukan perusahaan yang mengganggu human security masyarakat. Dalam hal ini, berdasarkan intensitas protes yang dilakukan warga sepanjang tahun 2011 dan 2012 nampaknya perusahaan telah gagal dalam melaksanakan tanggung jawabnya. Keberhasilan atau kegagalan suatu program tentunya ditunjukkan dengan kesesuaian antara tujuan yang telah dirumuskan di awal dengan hasil yang dicapai di lapangan. Untuk melakukan penilaian keberhasilan perlu dilakukan kegiatan evaluasi apakah capaian output, outcome, dan impact dapat mengatasi masalah yang ada di masyarakat yang ingin dipecahkan. Dwi Kartini (2013: 54) memaparkan mengenai indikator kinerja kunci dalam implementasi CSR. Beberapa indikator yang sering digunakan dalam pengukuran keberhasilan CSR; 1. Leadership (kepemimpinan) i.
Mendapatkan dukungan dari top management perusahaan
ii.
Terdapat kesadaran filantropik dari pimpinan yang menjadi dasar pelaksanaan program
2. Proporsi bantuan CSR dirancang bukan semata-mata pada kisaran anggaran saja, melainkan juga pada tingkatan serapan maksimal, artinya apakah arealnya luas, maka anggarannya harus lebih besar. Jadi tidak dapat dijadikan tolak ukur, apabila anggaran yang besar pasti menghasilkan program yang bagus. 3. Transparansi dan akuntabilitas i.
Terdapat laporan tahunan
15
ii.
Mempunyai mekanisme audit sosial dan finansial dimana audit sosial terkait dengan pengujian sejauh mana program-program CSR telah dapat ditujukan secara benar sesuai kebutuhan masyarakat, perusahaan mendapatkan umpan balik dari masyarakat secara benar dengan melakukan interview dengan para penerima manfaat.
4. Cakupan wilayah (coverage area) Terdapat identifikasi penerima manfaat secara tertib dan rasional berdasarkan skala prioritas yang telah ditentukan. 5. Perencanaan dan mekanisme monitoring dan evaluasi i.
Dalam perencanaan perlu ada jaminan
untuk
melibatkan
multistakeholder pada setiap siklus pelaksanaan proyek. ii.
Terdapat kesadaran untuk memperhatikan aspek-aspek lokalitas (local wisdom), pada saat perencanaan ada kontribusi, pemahaman dan penerimaan terhadap budaya lokal yang ada.
iii.
Terdapat blue-print policy yang menjadi dasar pelaksanaan program.
6. Pelibatan stakeholder (stakeholders enggagement) i.
Terdapat mekanisme koordinasi reguler dengan stakeholders, utamanya masyarakat.
ii.
Terdapat mekanisme yang menjamin partisipasi masyarakat untuk dapat terlibat dalam siklus proyek
7. Keberlanjutan (sustainability) i.
Terjadi alih peran dari korporat ke masyarakat
16
Tumbuhnya rasa memiliki program dan hasil program pada diri
ii.
masyarakat, sehingga masyarakat dapat ikut andil dalam menjaga dan memelihara program dengan baik iii.
Adanya pilihan partner program yang bisa menjamin bahwa tanpa keikutsertaan perusahaan, program tetap bisa dijalankan sampai selesai dengan partner tersebut
8. Hasil nyata (outcome) Terdapat dokumentasi hasil yang menunjukkan berkurangnya
i.
angka kesakitan dan kematian (dalam bidang kesehatan) atau berkurangnya angka buta huruf dan meningkatnya kemampuan SDM (dalam bidang pendidikan) atau parameter lainnya sesuai bidang CSR yang dipilih oleh perusahaan. ii.
Terjadi perubahan pola pikir masyarakat
iii.
Memberikan dampak ekonomi masyarakat yang dinamis
iv.
Terjadi penguatan komunitas (community empowerment)
PT. Semen Tonasa sendiri telah merumuskan tujuan dari program CSR yang diimplementasikannya seperti yang tertuang dalam Annual Report 2012. Kegiatan program CSR yang diimplementasikan di bawah Departemen CSR dan Umum dikenal dengan Program Sehat Tonasa, Cerdas Tonasa, Bina Mitra Tonasa, dan Desa Mandiri Tonasa yang sasaran strategis yang ingin dicapai adalah: 1. Meningkatkan kesehatan dan mempromosikan budaya hidup sehat bagi masyarakat lingkar dan karyawan PT. Semen Tonasa. 2. Meningkatkan kualitas pendidikan yang berkesinambungan dan memberikan manfaat bersama.
17
3. Kemitraan dalam menjalankan program ekonomi yang berorientasi pada kemandirian masyarakat. 4. Pengelolaan kawasan desa lingkar untuk mengurangi dampak operasi, kelestarian lingkungan, dan dukungan energi. Berdasarkan indikator-indikator tersebut akan memudahkan untuk melihat apakah program yang dijalankan sudah sesuai dengan hasil yang diharapkan. CSR sebagai salah satu upaya pemberdayaan masyarakat pada akhirnya akan membawa pengaruh bagi kesejahteraan masyarakat yang menjadi beneficiaries. Keberhasilan program CSR yang membawa perubahan positif bagi tingkat kesejahteraan masyarakat lingkar tambang, mensyaratkan adanya perpaduan kepentingan dari shareholders dan stakehorlders. Proses pengimplementasian program CSR menjadi bagian penting dalam rangkaian implementasi program. Ada beberapa langkah yang dapat ditempuh dan dijadikan panduan dalam perumusan program CSR (Suharto: 2009: 115): 1. Engagement. Pendekatan awal kepada masyarakat agar terjalin komunikasi dan relasi yang baik. Tahapan ini juga dapat berupa sosialisasi mengenai rencana pengembangan program CSR. Tujuan dari engagement ini adalah terbangunnya pemahaman, penerimaan, dan kepercayaan masyarakat yang akan dijadikan sasaran dari program CSR. 2. Assessment. Identifikasi masalah dan kebutuhan masyarakat yang akan dijadikan dasar dalam merumuskan program. Tahapan ini bisa dilakukan bukan hanya berdasarkan needs-based approach (aspirasi masyarakat), melainkan pula berpijak pada rights-based approach
18
(konvensi internasional atau standar normatif hak-hak sosial masyarakat). 3. Plan of action. Merumuskan rencana aksi. Program yang akan diterapkan
sebaiknya
memperhatikan
aspirasi
masyarakat
(stakeholders) disatu pihak dan misi perusahaan di pihak lain. 4. Action and facilitation. Menerapkan program yang telah disepakatai bersama. Program bisa dilakukan secara mandiri oleh masyarakat atau organisasi lokal. Namun bisa pula difasilitasi oleh LSM dan pihak perusahaan. 5. Evaluation and termination or reformation. Menilai sejauh mana keberhasilan pelaksanaan program CSR di lapangan. Bila berdasarkan evaluasi, program akan diakhiri (termination) maka perlu adanya semacam pengakhiran kontrak dan exit strategy antara pihak-pihak yang terlibat. Misalnya, melalui TOT CSR melalui capacity building terhadap masyarakat lokal (stakeholders) yang akan melanjutkan program CSR secara mandiri. Bila ternyata program CSR akan dilanjutkan (reformation), maka perlu dirumuskan lessons learned bagi pengembangan program CSR berikutnya. Kesepakatan yang baru dapat
saja
dirumuskan
sepanjang
memang
diperlukan
bagi
keberhasislan program. Kegagalan program CSR untuk memenuhi kebutuhan human security masyarakat dapat disebabkan oleh kurangnya kemitraan antara perusahaan dengan LSM lokal/organisasi dalam masyarakat dalam artian perusahaan tidak menjalankan langkah-langkah yang tepat dalam merumuskan program CSR.
19
Langkah-langkah perumusan CSR sesuai pemaparan Suharto secara jelas menyebutkan mengenai pentingnya kerjasama kedua pihak, yakni perusahaan dan masyarakat dalam mensukseskan program CSR. Dalam langkah-langkah yang dipaparkan terdapat penegasan mengenai pentingnya peran masyarakat lokal. Pelibatan masyarakat lokal dalam tahapan pengimplementasian CSR merupakan suatu hal yang penting, tetapi tentunya tidak mudah untuk melibatkan semua masyarakat secara bersamaan oleh karena itu LSM lokal/ organisasi yang ada di dalam masyarakat ataupun elit lokal, dapat menjadi representasi masyarakat dalam proses pengimplementasian CSR. Komunikasi antara perusahaan dan masyarakat dapat dilakukan dalam forum desa yang dibentuk, forum desa ini beranggotakan perwakilan dari masyarakat. Perwakilan masyarakat inilah yang merumuskan apa yang menjadi kebutuhan masyarakat di desa. Forum desa ini didampingi oleh Community Development Organizer (CDO) yang berasal dari perusahaan dan dari pihal luar atau dari LSM sebagai Local Commite Officer (LCO). Forum yang ada memiliki dua fungsi, pertama, menjadi stimulus bagi masyarakat lingkar untuk berpartisipasi dan kedua, forum yang ada dapat pula menjadi sarana aspirasi masyarakat. Berdasarkan pemaparan sebelumnya mengenai urgensitas partisipasi masyarakat maka masyarakat harus diberikan kebebasan dan kemampuan untuk memaparkan aspirasi berupa gagasannya mengenai program. Masyarakat harus dapat berpartisipasi aktif terkait program yang akan diimplementasikan. Partisipasi sendiri oleh Nasdian (2006) dikatakan sebagai sebuah proses aktif, inisiatif diambil oleh warga komunitas sendiri, dengan menggunakan sarana
20
dan proses (lembaga) dimana mereka dapat menegaskan kontrol secara efektif. Titik tolak partisipasi adalah memutuskan, bertindak, kemudian merefleksikan tindakan tersebut sebagai subjek yang sadar. Partisipasi harus menciptakan peran serta
yang
maksimal
dengan
tujuan
agar
masyarakat
atau
yang
merepresentasikannya dapat dilibatkan secara aktif dalam setiap proses dan kegiatan. Isbandi menyatakan partisipasi masyarakat sebagai keikutsertaan masyarakat dalam proses pengidentifikasian masalah dan potensi yang ada di masyarakat, pemilihan dan pengambilan keputusan tentang alternatif solusi untuk menangani masalah, pelaksanaan upaya mengatasi masalah, dan keterlibatan masyarakat dalam proses mengevaluasi perubahan yang terjadi. Mikkelsen dalam bukunya banyak memaparkan mengenai partisipasi. Partisipasi kemudian dibagi dalam enam pengertian (menurut FAO, 1989b, dalam Mikkelsen: 2011: 58) yaitu: 1. Partisipasi adalah kontribusi sukarela dari masyarakat kepada proyek tanpa ikut serta dalam pengambilan keputusan; 2. Partisipasi adalah “pemekaan” (membuat peka) pihak masyarakat untuk meningkatkan kemauan menerima dan kemampuan untuk menanggapi proyek-proyek pembangunan; 3. Partisipasi adalah keterlibatan sukarela oleh masyarakat dalam perubahan yang ditentukannya sendiri; 4. Partisipasi adalah suatu proses yang aktif, yang mengandung arti bahwa orang atau kelompok yang terkait, mengambil inisiatif dan menggunakan kebebasannya untuk melakukan hal itu;
21
5. Partisipasi adalah pemantapan dialog antara masyarakat setempat dengan para staf yang melakukan persiapan, pelaksanaan, monitoring proyek, agar supaya memperoleh informasi mengenai konteks lokal, dan dampakdampak sosial; 6. Partisipasi adalah keterlibatan masyarakat dalam pembangunan diri, kehidupan, dan lingkungan mereka. Terkait pendapat para ahli mengenai partisipasi masyarakat maka dapat dikatakan bahwa partisipasi masyarakat adalah inklusifitas masyarakat baik yang direpresentasikan ataupun keseluruhan masyarakat ke dalam suatu program yang berkaitan dengan hajat hidupnya, dimana dalam hal tersebut masyarakat turut memainkan peranan dalam berbagai proses atau tahapan, dimulai dari tahap perencanaan, implementasi program, monitoring, dan evaluasi program. Asumsi dasar pentingnya partisipasi masyarakat, dibedakan menjadi dua oleh Mikkelsen (Sacafirmansyah: 2009) yaitu: 1. Asumsi normatif, masyarakat lokal harus memperoleh proyek dan program pembangunan yang mereka tentukan sendiri 2. Asumsi deduktif (yang mendasari asumsi normatif) masyarakat lokal adalah yang paling tahu apa yang menjadi masalah dan kebutuhannya, dan mereka memiliki hak untuk menyatakan pikirannya. Masyarakat yang dilibatkan dalam suatu program tentunya akan lebih mempercayai program tersebut, bahwa program yang diimplementasikan akan mampu membawa perubahan positif bagi kehidupan mereka. Pelibatan
22
masyarakat dalam berbagai tahapan program juga dapat menumbuhkan rasa memiliki dalam diri masyarakat. Masyarakat yang merasa memiliki program tentu akan berupaya maksimal untuk dapat mensukseskan program tersebut karena merasa bahwa mereka adalah bagian dari program tersebut dan akan ikut bertanggung jawab atas setiap hal, baik itu keberhasilan maupun kegagalan dari program yang diimplementasikan. Partisipasi menyumbangkan
sebagai ide
sebuah
maupun
bentuk
tenaga
yang
keikutsertaan dimilikinya
masyarakat
dalam
rangka
mensukseskan suatu program terdiri atas beberapa bentuk. Beberapa bentuk partisipasi yang ada kemudian dapat dikelompokkan kedalam dua kelompok besar yaitu partisipasi yang berbentuk nyata dan partisipasi yang abstrak. Bentuk partisipasi yang nyata misalnya uang, harta benda, tenaga dan keterampilan sedangkan bentuk partisipasi yang tidak nyata adalah partisipasi buah pikiran, partisipasi sosial, pengambilan keputusan dan partisipasi representative. Partisipasi uang adalah bentuk partisipasi untuk memperlancar usahausaha bagi pencapaian kebutuhan masyarakat yang memerlukan bantuan Partisipasi harta benda adalah partisipasi dalam bentuk menyumbang harta benda, biasanya berupa alat-alat kerja atau perkakas. Partisipasi tenaga adalah partisipasi yang diberikan dalam bentuk tenaga untuk pelaksanaan usaha-usaha yang dapat menunjang keberhasilan suatu program. Sedangkan partisipasi keterampilan, yaitu memberikan dorongan melalui keterampilan yang dimilikinya kepada anggota masyarakat lain yang membutuhkannya. Dengan maksud agar orang tersebut dapat melakukan kegiatan yang dapat meningkatkan kesejahteraan sosialnya (Sacafirmansyah 2009).
23
Partisipasi buah pikiran lebih merupakan partisipasi berupa sumbangan ide, pendapat atau buah pikiran konstruktif, baik untuk menyusun program maupun
untuk
memperlancar
pelaksanaan
program
dan
juga
untuk
mewujudkannya dengan memberikan pengalaman dan pengetahuan guna mengembangkan kegiatan yang diikutinya. Partisipasi sosial diberikan oleh partisipan sebagai tanda paguyuban. Misalnya arisan, menghadiri kematian, dan lainnya dan dapat juga sumbangan perhatian atau tanda kedekatan dalam rangka memotivasi orang lain untuk berpartisipasi. Pada partisipasi dalam proses pengambilan keputusan, masyarakat terlibat dalam setiap diskusi/forum dalam rangka untuk mengambil keputusan yang terkait dengan kepentingan bersama. Sedangkan
partisipasi
representatif
dilakukan
dengan
cara
memberikan
kepercayaan/mandat kepada wakilnya yang duduk dalam organisasi atau panitia (Sacafirmansyah 2009). Dalam rangka mensukseskan program CSR yang dimplementasikan oleh perusahaan maka berbagai bentuk partisipasi masyarakat yang ada perlu hadir dalam setiap proses
pengimplementasian
program.
Besarnya
partisipasi
masyarakat atau yang merepresentasikannya dalam tahapan pengimplementasian CSR tentunya memainkan peran penting. Melalui mekanisme representase ini, dapat dilakukan need assesment dimana masyarakat luas dapat dilibatkan dengan metode survey dan observasi, pendampingan masyarakat, dan terlibat dalam tahapan perencanaan hingga evaluasi, sehingga program CSR yang dijalankan nantinya mendapat dukungan semua pihak dan pada akhirnya akan mampu
24
mengcover kebutuhan masyarakat. Selain itu, tujuan yang ingin dicapai dari adanya partisipasi adalah meningkatnya kemampuan (pemberdayaan) setiap orang yang terlibat baik langsung maupun tidak langsung dalam sebuah program pembangunan dengan cara melibatkan mereka dalam pengambilan keputusan dan kegiatan-kegiatan selanjutnya dan untuk jangka yang lebih panjang. Tujuan dari partisipasi ini tentunya sejalan dengan nafas yang dimiliki oleh CSR. Kecenderungan yang terjadi di lapangan, PT. Semen Tonasa selama ini belum melibatkan pihak diluar perusahaan dalam hal ini LSM lokal ataupun masyarakat secara luas dalam pengimplementasian program CSRnya. Masyarakat cenderung hanya menerima tanpa diajak berdiskusi tentang hal-hal yang penting guna mendukung program CSR yang diimplementasikan. Di sisi lain tidak dapat dipungkiri bahwa hambatan mungkin akan tetap ditemui dalam proses pengimplementasian program tetapi, dengan adanya sinergitas kekuatan dalam kemitraan yang kuat antara perusahaan dan LSM lokal/organisasi masyarakat sebagai representase masyarakat maka hambatan yang mungkin ditemui akan dapat diatasi. PT. Semen Tonasa yang selama ini mengimplementasikan CSR tanpa melibatkan masyarakat kecuali dalam tahap pengimplementasian kerap kali menuai aksi protes masyarakat terkait dampak negatif yang dibawa oleh kegiatan operasinya. Aksi demo pada dasarnya merupakan kegiatan protes yang dilakukan secara massal oleh warga karena mereka merasa ada ketidaksesuaian antara apa yang seharusnya dan apa yang terjadi. Demo yang kerap dilakukan warga mengindikasikan bahwa pengimplementasian program CSR yang dilakukan oleh perusahaan belum mampu menyelesaikan permasalahan warga akibat kegiatan
25
eksplorasi perusahaan.
Penelitian yang akan dilakukan dengan fokus masalah terkait dengan human security masyarakat lingkar tambang yang paling besar mendapatkan pengaruh sebagai akibat kegiatan ekplorasi perusahaan yakni kesehatan, ekonomi, dan lingkungan. Kegiatan pertambangan oleh perusahaan dapat membawa dampak negatif bagi ketiga aspek tersebut yang apabila tidak ditangani dengan baik maka dapat menjadi pemicu terjadinya konflik yang merugikan kedua belah pihak. Oleh karena itu, setiap kegiatan CSR yang dilakukan harus membawa pengaruh positif bagi pemenuhan ketiga aspek human security tersebut. Human security menurut Barbara Von Tigerstrom adalah suatu bentuk konsep perluasan keamanan. Keamanan yang pada mulanya hanya berorientasi pada keutuhan suatu negara kemudian mengalami pergerseran pada perlindungan dan jaminan keamanan individu. Aman tidak hanya berarti tidak adanya konflik tetapi aman berarti tersedianya segala sesuatu yang berkaitan dengan kehidupan manusia. Konsep human security menyisakan beberapa perdebatan konseptual di dalamnya. Masih terdapat perbedaan terkait konsep human security yakni UNDP dan Pendekatan Kanada. Dalam UNDP dinyatakan bahwa human security adalah freedom from fear and freedom from want dan mencakup tujuh elemen penting dalam kehidupan manusia. Berbeda dengan konsep human security oleh UNDP, Pendekatan Kanada melontarkan kritiknya terhadap human security menurut UNDP, pendekatan Kanada mengatakan bahwa UNDP hanya mengaitkan human security dengan dampak negatif pembangunan. Agenda Kanada terkait human
26
security adalah pelarangan penyebaran ranjau, pembentukan International Criminal Court, HAM, hukum humaniter internasional, proliferasi senjata ringan dan kecil, tentara anak-anak, dan tenaga kerja anak-anak. Penelitian ini akan melandaskan diri pada konsep human security yang ditawarkan oleh UNDP yang melihat human securiy dalam beberapa elemen kehidupan masyarakat. Konsep human security yang ditawarkan oleh UNDP terkait beberapa elemen yang terkandung di dalamnya sangat relevan jika dipergunakan untuk melihat kondisi masyarakat di wilayah pertambangan. Human security berdasarkan United Nation Development Program (UNDP) Human Development Report 1994 menjelaskan bahwa human security adalah permasalahan mengenai kelangsungan hidup manusia. Aspek kemanaan adalah faktor yang mendapat penekanan dalam human security. Kemananan dalam hal ini tidak lagi hanya membahas mengenai perang dan damai tetapi hal lain seperti kelaparan, wabah penyakit, dan pencemaran lingkungan merupakan masalah-masalah yang mendapat perhatian lebih besar. Terdapat tujuh kategori dalam human security, diantaranya ( Tadjbakhsh and Chenoy 2007: 128): 1. Economic security : bebas dari kemiskinan, yang menjadi ancamannya adalah pengangguran, pendapatan yang rendah. 2. Food security : bebas dari kelaparan, dimana terdapat akses untuk makanan pokok. Ancamannya adalah kurangnya distribusi dan rendahnya kemampuan untuk membeli. 3. Health security : Perlindungan dari wabah penyakit, mendapatkan akses untuk perawatan kesehatan. Ancamannya infeksi penyakit sebagai akibat
27
dari kurangnya nutrisi dan lingkungan yang tidak aman. Kelompok yang sangat rentan adalah penduduk miskin, perempuan, dan anak-anak. 4. Environtmental security : Lingkungan yang sehat, tersedianya air bersih, udara dan perlindungan dari adanya bahaya polusi lingkungan. Ancamannya adalah degradasi ekosistem, air, tanah, dan udara, bencana alam serta kurangnya peringatan dini. 5. Personal security : bebas dari rasa takut terhadap kekerasan, bentukbentuk kejahatan (pemerkosaan, human trafficking, drugs trafficking, dan lain-lain). Ancamannya adalah negara (penyikasaan), perang, ketegangan antar etnis, industri, tempat kerja dan kecelakaan lalu lintas. 6. Community security : bebas untuk berada di dalam suatu kelompok tertentu. Ancamannya praktek penindasan oleh kelompok tertentu, diantara kelompok (kekersan etnis), dari kelompok mayoritas terhadap minoritas. 7. Political security : bebas untuk menerapkan hak-hak asasi manusia dengan tanggung jawab. Kekerasan terhadap HAM, seperti penindasan oleh Negara merupakan ancaman bagi keamanan politik. Di dalam konsep mengenai human security telah dipaparkan dengan sangat jelas mengenai elemen-elemen apa saja yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Kegiatan ekstraksi oleh perusahaan tentunya akan membawa dampak langsung bagi masyarakat lingkar tambang. Dampak yang dibawa oleh kegiatan ekstraksi perusahaan tentunya tidak hanya dampak positif berupa tersedianya lapangan pekerjaan baru tetapi, berbagai masalah terkait hak kepemilikan dan pengelolaan tanah dan berbagai masalah lain yang bermunculan yang apabila tidak tertangani akan mengganggu human security masyarakat
28
lingkar tambang. Konsep human security dalam penelitian ini ditempatkan sebagai panduan bagi peneliti untuk melihat lebih jauh tanggung jawab perusahaan terhadap masyarakat lingkar tambang. PT. Semen Tonasa dalam hal ini adalah BUMN sebagai representase negara untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kegiatan ekstraksi yang dilakukan oleh perusahaan tambang akan membawa dampak yang akan dirasakan secara langsung oleh masyarakat lingkar tambang. Elemen human security yang terkena dampak dari kegiatan eksplorasi diantaranya adalah lingkungan dimana kegiatan ekplorasi yang dilakukan dapat mengakibatkan degradasi lingkungan. Rusaknya wilayah persawahan warga juga menjadi masalah lingkungan yang harus dicari penyelesaiannya oleh perusahaan. Kerusakan
lahan
persawahan
warga
tentunya
berdampak
bagi
aspek
perekonomian warga yang sebagian besar bermatapencarian sebagai petani. Selain masalah lingkungan dan ekonomi, warga juga harus menghadapi masalah kesehatan, debu akibat peledakan karst (bahan baku semen) mengakibatkan warga terkena penyakit infeksi paru-paru atas (ISPA) dan pencemaran terhadap sungai berakibat penyakit kulit yang diderita oleh warga sekitar. Dalam hal ini, CSR tentunya memainkan peran yang penting untuk upaya pemenuhan human security masyarakat. Keberhasilan suatu perusahaan dalam melaksanakan CSR dapat dinilai dari bagaimana kegiatan yang dilaksanakan oleh perusahaan tersebut mampu membawa pengaruh menuju ke arah yang positif bagi perbaikan kehidupan masyarakat dan bagaimana program itu kemudian membawa pada suatu kondisi terpenuhinya berbagai elemen penting dalam human security masyarakat.
29
E. Argumen Utama Perusahaan ektraksi sumber daya alam merupakan perusahaan yang dampak dari kegiatannya akan sangat dirasakan secara langsung oleh masyarakat, terutama oleh masyarakat lingkar tambang, dampak yang dirasakan secara langsung adalah terkait masalah human security utamanya terkait bidang ekonomi, kesehatan dan lingkungan. CSR kemudian hadir sebagai salah satu upaya yang dilakukan oleh pihak perusahaan guna mengatasi permasalahan yang terjadi di tengah-tengah masyarakat. Tetapi, CSR yang dilakukan oleh perusahaan tambang dalam hal ini adalah CSR oleh PT. Semen Tonasa terlihat belum mampu mengcover kerugian materi maupun non-materi yang harus ditanggung warga sebagai akibat dari kegiatan ekstraksi yang dilakukan oleh perusahaan. Program CSR terkait lingkungan, ekonomi, dan kesehatan telah diimplementasikan oleh perusahaan tetapi dalam perjalanannya berbeda dengan kegiatan CSR dalam hal infrastruktur dan pendidikan berupa pemberian beasiswa yang menuai hasil yang memuaskan, kegiatan CSR terkait tiga bidang ini belum mampu memberikan peubahan yang berarti bagi kehidupan masyarakat lingkar tambang. Kegiatan CSR yang dilakukan oleh PT. Semen Tonasa belum menjadi problem solving atas berbagai permasalahan dalam bidang ekonomi, kesehatan, dan lingkungan yang melingkupi masyarakat lingkar tambang.
Kegagalan ini diasumsikan karena
kurang dibukanya ruang bagi partisipasi masyarakat lingkar tambang. Masyarakat hanya berperan sebagai objek tanpa diajak berdiskusi mengenai masalah yang mereka hadapi terkait dampak negatif kegiatan ekstraksi perusahaan terhadap
30
kehidupan mereka.
F. Metode Penelitian Penelitian yang dilakukan di PT. Semen Tonasa adalah penelitian terkait kegagalan pengimplementasian CSR PT. Semen Tonasa selama rentang waktu 2011 dan 2012. PT. Semen Tonasa dipilih sebagai lokasi peneltian karena PT. Semen Tonasa sepanjang 2011 dan 2012 dinilai telah gagal mengimplementasikan program CSRnya terkait masalah ekonomi, kesehatan, dan lingkungan. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dimana penulisannya dilakukan secara deskriptif analitik. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan melakukan interview dengan beberapa informan yang terdiri dari beberapa informan dalam perusahaan yang terkait dengan pengimplementasian CSR dalam hal ini adalah karyawan perusahaan pada Departemen CSR dan Umum, selain informan yang berasal dari pihak perusahaan, data penelitian ini juga diperoleh dengan melakukan interview dengan tokoh-tokoh masyarakat yang ada di Desa Biring Ere. Sedangkan data sekunder sebagai data yang mendukung data primer dalam konteks penelitian ini diperoleh dari buku maupun jurnal serta informasi lain yang dapat menunjang penelitian ini Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan melakukan deep interview dengan para informan yang berasal dari pihak perusahaan dan masyarakat lingkar tambang. Selain dengan deep interview data juga diperoleh dengan melakukan dokumentasi serta study literature.
31
Sistematika Penulisan Bab II Membahas mengenai kegiatan ekstraksi sumber daya alam oleh PT. Semen Tonasa yang menimbulkan permasalahan human security masyarakat. CSR kemudian menjadi penting sebagai upaya problem solving yang ditawarkan perusahaan. Bab III Menganalisa pengimplementsian CSR oleh PT. Semen Tonasa Bab IV Menganalisa
mengenai
rendahnya
partisipasi
masyarakat
dalam
pengimplementasian CSR oleh PT. Semen Tonasa Bab V Berisi kesimpulan dan rekomendasi dari argumen yang dijelaskan sebelumnya
32