BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Salah satu indikator pertumbuhan ekonomi suatu Negara di lihat dari perkembangan pasar keuangannya, termasuk pasar uang, pasar saham, dan pasar komoditi. Demikian juga dengan Indonesia, perkembangan kemajuan dalam bentuk kinerja ekonomi tercermin dalam kinerja perusahaanperusahaan.
Bursa
Efek
Indonesia
merupakan
pasar
modal
yang
mencerminkan perkembangan perekonomian dalam investasi non sektor riil, selain perkembangan investasi langsung. Perubahan nilai tukar merupakan salah satu sumber ketidakpastian makroekonomi yang mempengaruhi perusahaan. Kerugian dan kebangkrutan banyak perusahaan dalam beberapa dekade salah satunya disebabkan oleh ketidakprofesionalan manajemen dalam mengelola risiko ini. Dengan adanya globalisasi, pasar semakin terbuka terhadap perdagangan dan teknologi, sehingga jumlah perusahaan yang terpengaruh secara langsung dan tidak langsung dengan nilai tukar semakin meningkat. Indonesia merupakan Negara yang menganut rezim devisa bebas dan nilai tukar mengambang (floating) sejak bulan agustus 1998 dimana perubahan kurs mata uang rupiah terhadap hard currencies berdasarkan keadaan pasar. Demikian pula terjadi akibat banyaknya utang luar negeri khususnya sektor swasta yang sangat besar berjangka waktu antara 6 bulan sampai 1 tahun
1
sehingga berkurangnya kepercayaan pihak investor. Foreign exchange rate exposure merupakan dampak perubahan nilai tukar pada perusahaan. Klasifikasi industri, kondisi persaingan, persentase perdagangan luar negeri dan kapitalisasi pasar merupakan faktor ekonomi yang penting dalam menentukan ukuran exposure terhadap earning dan harga saham. Menurut Bodnar dan Martson dalam Ainul Fitri (2008), perubahan nilai tukar dapat mempengaruhi perusahaan melalui berbagai cara seperti perusahaan berproduksi di dalam negeri untuk kebutuhan penjualan domestik dan luar negeri (ekspor) dan perusahaan berproduksi dengan menggunakan bahan baku impor. Dalam literatur ada tiga jenis eksposur yang disebabkan oleh perubahaan nilai tukar yakni economic, translation, dan transaction. Transaction dan translation exposure dijelaskan dalam perhitungan akuntansi yang didefinisikan dengan nilai buku dari asset dan liabilities yang dinominasikan dalam mata uang asing. Sedangkan economic exposure merupakan sensitifitas nilai perusahaan tehadap perubahan nilai tukar. Pada tingkat corporate, perubahan nilai tukar mempengaruhi nilai perusahaan karena future cashflow perusahaan akan berubah seiring dengan fluktuasi nilai tukar. Dengan kata lain, perubahan nilai tukar menjadi implikasi penting bagi pengambilan keputusan financial dan profitabilitas perusahaan. Nilai tukar suatu Negara ditentukan dari nilai satu unit mata uang Negara yang satu terhadap mata uang Negara lain. Apabila kondisi ekonomi suatu Negara berubah maka nilai tukarnya pun akan berubah secara substansial. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor fundamental seperti perbedaan tingkat
2
inflasi, suku bunga, permintaan dan penawaran aset dari dua Negara yang mata uangnya ditentukan oleh nilai kursnya. Resiko nilai tukar merupakan perubahan yang tidak diharapkan pada nilai tukar tersebut. Selain faktor nilai tukar (exchange rate), indikator keberhasilan ekonomi makro adalah indeks harga saham gabungan (IHSG) Setiap bank sentral ingin mempertahankan nilai tukar rata-ratanya pada tingkat yang dianggap ideal bagi kebijakan ekonomi pemerintah. Hal ini penting, karena nilai tukar memiliki dampak yang besar terhadap tingkat ekspor dan impor, yang pada gilirannya akan mempengaruhi tingkat lapangan kerja domestik. Membaiknya kinerja pasar modal merupakan barometer bagi sehatnya perekonomian yang akan menimbulkan kegairahan investor untuk kembali berinvestasi. Timbulnya anggapan bahwa fluktuasi yang besar pada nilai tukar sebagai faktor utama yang mampu menjelaskan fluktuasi yang besar pada pasar modal. Hal ini menunjukkan bahwa fluktuasi yang terlalu besar di pasar modal Indonesia pada saat krisis ekonomi bukan disebabkan oleh faktor fundamental semata. Faktor fundamental sering dipakai sebagai salah satu faktor yang dipergunakan dalam menganalisis harga saham. Masuknya investor asing ke pasar modal Indonesia sebagai akibat dari diversifikasi internasional portofolio, sehingga investasi mereka telah menyebabkan pasar modal Indonesia bergairah. Investor asing yang melakukan diversifikasi portofolio investasi akan mengharapkan return atas investasinya dalam dua hal yaitu saham dan valas. Kepastian dalam berbisinis menjadi faktor utama
3
karena investor sangat menginginkan adanya suatu kepastian. Sistem nilai tukar tetap (pegged) diversifikasi internasional memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan sistem nilai tukar mengambang. Atau menguatnya nilai tukar rupiah akan bisa memberikan keuntungan, sehingga jika nilai tukar rupiah melemah maka investor asing ini akan mengharapkan return yang besar dari saham sebagai kompensasi kerugian mereka atas valas. Pendekatan portofolio menyatakan bahwa harga saham diharapkan akan mempengaruhi nilai tukar dalam bentuk korelasi negatif. Peningkatan yang terus-menerus terjadi pada harga saham akan membantu terdorongnya mata uang domestik pada pasar domestik. Kebijakan pemerintah dengan mendorong masyarakat untuk menabung di bank bisa membawa manfaat pada turunnya inflasi, karena uang beredar berkurang yang disebabkan daya tarik suku bunga yang tinggi. Tingkat inflasi diluar negeri dibanding dengan tingkat inflasi di Negara asal, memiliki banyak implikasi bagi keputusan keuangan multinasional. Tingkat inflasi relatif akan sangat mempengaruhi biaya produksi masa depan di negara asal dan di luar negeri. Setiap Negara menginginkan suatu perekonomian yang tumbuh dan terus berkembang. Pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari berbagai faktor secara makro antara lain : kinerja ekspor yang terus meningkat, investasi yang semakin besar dilihat dari kepercayaan investor terhadap iklim ekonomi Negara yang baik, perluasan kesempatan kerja dimana berkurangnya jumlah pengangguran karena Negara memiliki banyak lapangan pekerjaan dan faktor-faktor makro tersebut sangat rentan
4
dengan perubahan kurs, dimana perubahan kurs dapat merubah target dan kebijakan ekonomi suatu Negara. Beberapa studi empiris telah banyak dilakukan untuk menganalisa pengaruh perubahan nilai tukar terhadap profitabilitas dan nilai perusahaan (economic exposure). Ainul fitri (2008) meneliti tentang pengaruh nilai tukar terhadap profitabilitas dan return saham menyatakan bahwa variabel nilai tukar berpengaruh signifikan terhadap perubahan return pada perusahaan eksportir sedangkan pada perusahaan non eksportir hanya variable kurs Dollar AS yang signifikan mempengaruhi perubahan return. Mata uang yang berpengaruh signifikan terhadap perubahan net income pada perusahaan eksportir adalah dollar AS dan Yen. Sedangkan pada perusahaan non eksportir mata uang yang berpengaruh signifikan terhadap perubahan net income adalah Euro dan Yen. Sementara itu, hubungan antara suku bunga (interest rate) dengan return saham terdapat perbedaan hasil antara lain temuan pengaruh signifikan dari suku bunga terhadap harga saham sebagaimana yang ditemukan Suyanto (2007) yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh negatif antara suku bunga dan harga saham. Hal tersebut didukung pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Utami dan Rahayu (dalam Suyanto, 2007) yang menemukan secara empiris pengaruh suku bunga terhadap harga saham selama masa krisis di Indonesia. Akan tetapi Mok (dalam Suyanto, 2007) sendiri dengan menggunakan model analisis Arima tidak menemukan hubungan yang signifikan antara kedua variabel ini. Suku bunga yang rendah akan
5
menyebabkan biaya peminjaman yang lebih rendah. Suku bunga yang rendah akan merangsang investasi dan aktivitas ekonomi yang akan menyebabkan harga saham meningkat. Selanjutnya penelitian tentang hubungan antara inflasi dengan return saham seperti yang dilakukan Utami dan Rahayu (2003) membuktikan secara empiris pengaruh inflasi terhadap harga saham, semakin tinggi tingkat inflasi semakin rendah return saham. Penelitian tersebut juga dilakukan oleh adams et al (dalam Suyanto, 2007) yang menemukan secara signifikan pengaruh negatif inflasi terhadap return saham. Inflasi yang tinggi bagi perusahaan manufaktur akan menurunkan profitabilitas perusahaan, sehingga return saham pun dapat terpengaruh. Akan tetapi Hermawan (2011) sendiri dengan menggunakan teknik analisis regresi linear berganda (Multiple Regression Analysis) dengan persamaan kuadrat terkecil (Ordinary Least Square) membuktikan bahwa laju inflasi tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap IHSG. Mengingat pentingnya dampak fluktuasi nilai tukar, suku bunga dan inflasi terhadap perusahaan mendorong penulis untuk menganalisa “ Pengaruh Nilai Tukar Uang, Suku Bunga dan Inflasi Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur Yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia “.
6
B. Perumusan Masalah Sesuai dengan apa yang dipaparkan dalam latar belakang yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Apakah terdapat pengaruh nilai tukar terhadap return saham pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia. 2. Apakah terdapat pengaruh suku bunga terhadap return saham pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia. 3. Apakah terdapat pengaruh inflasi terhadap return saham pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia. 4. Apakah secara simultan terdapat pengaruh nilai tukar, suku bunga, dan inflasi terhadap return saham perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia.
7
C. Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk menganalisis pengaruh nilai tukar terhadap return saham pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia. 2. Untuk menganalisis pengaruh suku bunga terhadap return saham pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia. 3. Untuk menganalisis pengaruh inflasi terhadap return saham pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia.
D. Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan yang diperoleh dari penelitian ini adalah : 1. Sebagai bahan studi dan tambahan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa fakultas ekonomi yang ingin melakukan penelitian selanjutnya. 2. Sebagai masukan bagi kalangan akademis dan peneliti yang tertarik untuk membahas topik yang sama. 3. Memberi gambaran bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam perusahaan seperti manajer keuangan mengenai bagaimana dampak dari perubahan nilai tukar, suku bunga, dan inflasi, sehingga dapat meminimalkan dan mengelola resiko tersebut. 4. Bagi investor dapat memperkirakan tingkat pengembalian yang diharapkan dengan adanya perubahan nilai tukar, tingkat suku bunga dan inflasi.
8