BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Industri otomotif adalah sektor industri yang berkembang di Indonesia. Dalam 5 tahun terakhir (2009 – 2013) pertumbuhan penjualan kendaraan bermotor mampu mencapai angka 58 % untuk kendaraan roda empat. Pada tahun 2009 penjualan kendaraan roda empat selama satu tahun masih berada pada angka 484.000 unit kendaraan, sedangkan pada tahun 2012 penjualannya telah mencapai 1.116.000 unit kendaraan.
Pertumbuhan penjualan kendaraan bermotor akan
berpengaruh langsung pada berkembangnya industri komponen otomotif. Hal ini dapat dilihat pada grafik laju penjualan kendaraan bermotor di Indonesia pada Gambar 1.1 berikut ini.
Gambar 1.1 : Penjualan Kendaraan Bermotor dan Omset Industri Penjualan Kendaraan Roda 4
Komponen 1,116
1000
80
65
77
70
894
60
765
500
Omset Industri Komponen Nasional
(Triliun Rupiah)
( Ribu Unit )
.
484
42
.
40 20
0
0
2009
2010
2011
2012
2009
2010
2011
2012
sumber : Gaikindo (2013)
Dengan peluang pertumbuhan yang positif ini menjadikan industri komponen otomotif sebagai industri yang menarik dan potensial. Omset industri
1
komponen kendaraan bermotor pada tahun 2009 hanya mencapai 42 trilyun rupiah, meningkat tajam sebesar 54% pada tahun 2010 menjadi 65 trilyun rupiah. Pada tahun 2011 angka ini naik tipis menjadi 70 trilyun rupiah, dan terakhir pada tahun 2012 meningkat sebesar 10% menjadi 77 trilyun rupiah. Menurut Hadi Surjadipraja, ketua GIAMM (Gabungan Industri Alat-alat Mobil dan Motor) dalam Investor Daily (2012): “Pada 2015 produksi mobil di Indonesia diproyeksikan menembus angka 1,5 juta unit, dan pada 2014 mencapai 1,2 juta unit.” Artinya pada tahun 2014, jumlah kendaraan roda 4 diproyeksikan naik sebesar 8%. Hal ini tentunya akan diikuti juga dengan naiknya omset dari industri komponen otomotif nasional. Omset yang dihasilkan dari industri komponen otomotif selama satu tahun, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1.1, merupakan hasil gabungan dari penjualan berbagai jenis komponen dalam kendaraan bermotor.
Komponen-
komponen ini terdiri dari berbagai macam bahan, seperti karet olahan, produk berbasis plastik, aluminium cor, dan produk berbasis baja dengan segala variasinya. Salah satu produk baja yang utama dalam komponen otomotif adalah dalam bentuk pipa.
Pipa baja dihasilkan dari lembaran baja yang dibentuk
melingkar dan dilas sehingga berbentuk silinder panjang.
Pada kendaraan
bermotor, pipa baja antara lain dipakai untuk rangka mesin, peredam kejut (shock absorber), knalpot, kemudi, dan berbagai jenis produk lainnya. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 1.2.
2
Gambar 1.2 Produk Potongan Pipa Baja Pada Kendaraan
Rangka Mesin
Knalpot
Shock Absorber
Sumber : www.tyt-steelpipe.com (2013)
Di Indonesia lebih dari separuh pipa baja untuk keperluan otomotif telah dapat dipenuhi oleh produsen lokal, sesuai dengan fluktuasi order produksi. Namun selebihnya, yaitu sekitar 45% dari pengadaan pipa otomotif di Indonesia masih harus impor dari luar negeri, antara lain Cina, India, dan Thailand. Hal ini dikarenakan keterbatasan kapasitas produksi dan kondisi kualitas dari produksi dalam negeri yang masih belum mampu memenuhi kebutuhan dari penjualan kendaraan bermotor yang terus meningkat. Dari 55% kebutuhan pipa untuk kendaraan bermotor yang diproduksi oleh produsen dalam negeri, yaitu kira-kira setara dengan 181.000 ton, ada 3 perusahaan besar yang menjadi produsen utama pipa baja tersebut, disamping masih ada banyak perusahaan-perusahaan berskala menengah yang ikut menyumbangkan produknya dalam memenuhi kebutuhan otomotif nasional.
3
Ketiga perusahaan tersebut yaitu PT. INP dengan kapasitas produksinya yang mampu memenuhi sekitar 9 % kebutuhan pipa baja, PT. SPII yang hasil produksi pipanya mengambil bagian kurang lebih 10 % dari market share, dan PT. SP yang mampu memenuhi 6 % produksi pipa baja otomotif di Indonesia, atau sekitar 20.000 ton pipa baja/tahun (lihat Gambar 1.3). Jumlah ini menjadi potensi dan ruang bagi UMKM untuk menjadi subkontraktornya.
Gambar 1.3 Potensi Market Share Industri Pipa Baja Otomotif Industri Pipa Baja Otomotif (330.000 ton/year) Komponen Impor
Produsen Lokal Lain
20% 45% 6% 9% Industri Komponen Otomotif 2012 (omset 77 triliun rupiah)
PT. SP
10% PT. INP
PT. SPII
75% Proses Cutting Inhouse ( 15.000 ton) CV Rama Engineering (5%)
Sumber : www.spindo.com , data kapasitas PT. SP (2013) unpublished 1.2 Isu Sentral Pada kondisi industri yang berkembang dan dengan tingkat persaingan yang tinggi, masing-masing perusahaan berusaha untuk menurunkan biaya
4
produksi dengan cara melakukan efisiensi. Beberapa perusahaan menata kembali proses produksinya untuk mencapai biaya yang rendah terutama biaya sumber daya manusia.
Peraturan Daerah tahun 2012 mengenai Upah Minimum
Kotamadya/Kabupaten di provinsi DKI Jakarta dan Jawa Barat mensyaratkan perusahaan-perusahaan pada wilayah tersebut untuk memberikan kenaikan upah bagi karyawannya pada awal tahun 2013 agar sesuai standar yang baru. Jika dihitung kenaikannya sekitar 20%. Hal tersebut memberikan dampak bagi industri manufaktur, termasuk perusahaan otomotif. Banyak perusahaan otomotif yang menyikapinya dengan melakukan perampingan struktur organisasi dan melakukan manufacturing outsourcing process pada tahapan produksi, yang bukan merupakan proses utama (core process). Hal ini bertujuan untuk menurunkan biaya overhead perusahaan. Di sisi lain ternyata hal tersebut memberikan peluang bagi industri kecil dan menengah otomotif (UKM) untuk tumbuh dan berkembang. UKM-UKM dan perusahaan baru ini mendapatkan order pekerjaan dari perusahaan besar untuk melakukan beberapa proses produksi yang sebelumnya dilakukan di dalam.
Bahkan beberapa perusahaan besar tersebut
bersedia
asetnya
untuk
meminjamkan
untuk
menunjang
manufacturing
outsourcing process ini. Sebagai karyawan yang telah lama bekerja pada perusahaan otomotif dan menangani pengelolaan perusahaan pemasok, penulis memahami kebutuhan beberapa perusahaan pemasok untuk melakukan manufacturing outsourcing process pada proses permesinan, terutama bagi perusahaan yang memproduksi pipa baja.
Hal ini disebabkan untuk memproduksi pipa baja kemudian
5
memotongnya sesuai kebutuhan, dibutuhkan mesin skala besar dan karyawan yang cukup banyak, sehingga ketika muncul peraturan pemerintah mengenai kenaikan UMK akan sangat berpengaruh pada biaya produksi.
Sedangkan
perusahaan kecil dapat menyiasati hal itu dengan menggunakan mesin yang lebih sederhana dan biaya sumber daya manusia yang lebih rendah. Atas dasar itulah, menjadi rencana penulis untuk mendirikan sebuah unit bisnis yang bergerak di bidang jasa permesinan (machining) bagi perusahaan besar di bidang otomotif. Proses permesinan merupakan proses manufaktur dimana objek dibentuk dengan cara membuang atau meghilangkan sebagian material dari benda kerjanya. Yang tergolong proses permesinan yang banyak dilakukan adalah : proses bubut / turning, proses menyekrap / shaping dan planing, proses pembuatan lubang / drilling, proses mengefreis milling, proses menggerinda /grinding, proses menggergaji / sawing, dan proses memperbesar lubang / boring (Diktat Lab Sistem Manufaktur Universitas Brawijaya, 2005).
Jadi yang digolongkan ke
dalam proses ini adalah aktifitas memotong, melobangi
atau mengurangi
ketebalan benda kerja dari logam dengan menggunakan mesin agar mencapai bentuk yang diinginkan. Contoh dan macam dari proses permesinan dapat dilihat pada Gambar 1.4. Sedangkan untuk produsen pipa baja, proses permesinan yang paling banyak dibutuhkan proses pemotongan dan pengurangan ketebalan ujung potongan.
6
Gambar 1.4 Contoh-contoh Proses Permesinan
proses pembuatan lubang
proses pemotongan pipa Sumber : www.mdaprecision.com (2013)
Usaha yang akan didirikan ini diberi nama CV Rama Engineering. Pemberian nama tersebut untuk mempemudah perkembangan usaha karena nama tersebut diambil dari nama perusahaan milik salah satu rekanan yang sudah berdiri, yakni CV Rama Utama, yang bergerak di bidang penyediaan komponen permesinan. Tujuan pemberian nama tersebut meminjam brand name CV Rama Utama, karena perusahaan tersebut telah menjadi pemasok pada beberapa perusahaan yang akan dijadikan target pemasaran. Konsep dari usaha permesinan ini adalah menjadi penyedia jasa proses permesinan dengan harga kompetitif dan kualitas yang terjamin.
Pada awal
pendirian, CV Rama Engineering akan melayani jasa pemotongan pipa, khususnya untuk produsen pipa baja, PT SP. Selanjutnya CV Rama Engineering akan melayani proses permesinan dengan produk-produk yang lebih komplek. PT SP dipilih karena telah lama menjalin hubungan dan menjadi konsumen dari CV Rama Utama.
7
Dari Gambar 1.3 dapat diketahui bahwa saat ini 25% proses pemotongan pipa baja dari PT SP dilakukan oleh supplier PT. SP, dan sisanya saat ini masih dilakukan inhouse. Proses pemotongan inhouse ini akan di lakukan
outsourcing
juga oleh PT. SP karena menurut kebijakan dari direksi, proses pemotongan bukan merupakan core business dari PT. SP. Potensi omset yang bisa didapat dari proses tersebut kurang lebih sekitar 540 juta rupiah. Dengan kapasitas produksi terpasang dari CV Rama Engineering saat ini, potensi bisnis yang akan diraih adalah sebesar 5% produksi. Dan ke depannya masih ada peluang bisnis sebesar 8,1 miliar rupiah yang dapat dikerjakan. 1.3 Tujuan Studi Studi mengenai Perencanaan Bisnis Fabrikasi Sub Komponen Otomotif ini mempunyai tujuan antara lain : 1. Membuat perencanaan pendirian dari sebuah perusahaan 2. Menilai kelayakan pendirian usaha permesinan 1.4 Metode Studi Metode yang digunakan dalam Perencanaan Bisnis Fabrikasi Sub Komponen Otomotif ini adalah studi kasus dengan menggunakan metode deskriptif analitik dengan sumber data yang digunakan adalah data sekunder. Tool yang dipakai untuk menganalisa antara lain The Five Forces of Competition Model Michael Porter , analisis SWOT, dan lima elemen strategi Hambrick.
8
1.5 Visi dan Misi Perusahaan Visi
: Menjadikan CV Rama Enginering sebagai usaha permesinan yang sehat
dan menguntungkan. Misi
: Memberikan produk/jasa yang berkualitas dan mempunyai harga yang
kompetitif sehingga konsumen menjadi loyal terhadap CV Rama Engineering. Tujuan yang akan dicapai : Usaha permesinan ini ditargetkan telah dapat berjalan dengan baik dan dapat memberikan keuntungan sehingga dapat mencapai pay back period kurang dari tiga tahun. 1.6 Model Bisnis Perusahaan Sebelum memulai pendirian perusahaan, rancangan terhadap bagaimana perusahaan akan beroperasi adalah suatu hal yang penting.
Rancangan
operasional perusahaan dapat dituangkan dalam sebuah bagan model bisnis. Pada gambar 1.5 ditunjukkan rencana model bisnis dari CV Rama Engineering.
Gambar 1.5 Rencana Model Bisnis CV Rama Engineering KEY PARTNERSHIP
PT SP dan produsen pipa sebagai penyedia material Kepala desa TelajungKab.Bekasi
KEY ACTIVITIES
Pemotongan pipa baja KEY RESOURCES
Pipa baja 3m ukuran 11mm-52mm
COST STREAM
Tempat, mesin, karyawan, tools, listrik, transportasi
VALUE PROPOSITION
Jasa proses permesinan dengan kualitas baik dan harga yang rendah
CUSTOMER RELATIONSHIP
Made to order CHANNEL
Daily request Daily delivery
CUSTOMER SEGMENT
1.PT SP 2.Produsen pipa wilayah Jkt-Bekasi
REVENUE STREAM
Ongkos jasa permesinan pipa baja
9
Dengan Value Proposition berupa jasa proses permesinan pipa baja dengan kualitas yang baik dan harga yang rendah, CV Rama Engineering akan memenuhi kebutuhan PT. SP pada tahap awal berdiri, dan produsen pipa secara luas, melalui permintaan made to order. Revenue yang diterima adalah ongkos jasa permesinan dari konsumen. Material yang utama dipakai adalah pipa baja yang dipasok oleh konsumen. Sedangkan biaya yang harus ditanggung antara lain biaya sewa tempat, investasi mesin, gaji karyawan, listrik, dan transportasi. Pihak yang perlu diajak kerjasama dalam aktifitas produksi adalah kepala daerah setempat yang dilakukan untuk menjaga stabilitas keamanan usaha. Model bisnis dari CV Rama Engineering akan dijabarkan pada Bab IV. Sedangkan untuk menjaga kontinuitas bisnis dengn konsumen, maka diperlukan adanya kontrak kerja. Sesuai dengan life time dari rata-rata model kendaraan, kontrak antara CV Rama Engineering dengan konsumen ditetapkan selama 2 tahun. 1.7 Lokasi dan Fasilitas Lokasi yang strategis dapat menentukan keberhasilan sebuah usaha. CV Rama Engineering akan didirikan pada sebuah ruko di daerah Setu, Bekasi dengan bangunan seluas 200 meter persegi yang disewa dari Bapak Adurmin Dhrayandi. Lokasi ruko tersebut terletak di Desa Telajung RT.08 RW.02 No.44, berdekatan dengan kawasan industri, ± 3 km di sebelah barat kawasan MM 2100. Pemilihan lokasi tersebut didasarkan pada tempat yang sewanya tergolong murah, karena di luar kawasan industri, namun masih dekat dengan konsumen, yang dalam hal ini adalah perusahaan-perusahaan yang berlokasi di kawasan
10
industri MM 2100 dan kawasan industri sekitarnya. Walaupun di luar kawasan industri, namun lokasi yang dipilih untuk usaha ini tidak terlalu dekat dengan kawasan hunian, karena dikhawatirkan akan mengganggu kenyamanan warga sekitar. 1.8 Prospek Keuangan Modal yang diperlukan pada awal pendirian perusahaan untuk mendirikan CV Rama Engineering adalah sebesar Rp. 258.300.000. Modal investasi yang dibutuhkan untuk mendirikan usaha permesinan ini diperoleh dari modal pribadi yang ditanamkan oleh Gharba Rahmadi dan Ramadhan. Tabel 1.1 Perhitungan Modal Awal Pendirian Item Biaya
Besar Biaya ( Rp.)
Investasi Fixed Asset - Mesin 4 unit
120.000.000
- Sewa tempat 1 tahun
12.000.000
- Peralatan pendukung produksi - Pemasangan daya listrik & utility - Peralatan kantor
2.000.000 15.000.000 4.000.000
- Kendaraan operasional - Perizinan
10.000.000 3.000.000 166.000.000
Biaya Pra Operasi - Gaji Tenaga Kerja
(3 bulan)
23.100.000
- Listrik
(3 bulan)
4.000.000
- Machine tools
(1 bulan)
6.000.000
- Consumable parts
(1 bulan)
2.000.000
- Biaya operasional lain (3 bulan)
1.000.000
Total
258.300.000
11
Hasil yang diperoleh dari ongkos jasa permesinan secara perencanaan dapat dilihat pada Tabel 1.2.
Dari sini dapat disimpulkan bahwa dari tahun
pertama beroperasi perusahaan ditargetkan mendapatkan net income positif.
Tabel 1.2 Proyeksi Nilai Penjualan dan Nilai Pendapatan Selama 4 Tahun Tahun
Total Sales
Net Income
2014
Rp.
486.000.000
Rp.
31.500.000
2015
Rp.
729.000.000
Rp.
84.420.000
2016
Rp.
972.000.000
Rp.
179.575.200
2017
Rp. 1.458.000.000
Rp.
284.825.520
Dari Tabel 1.2 di atas dapat dilihat bahwa pada akhir tahun pertama perusahaan mendapati net income yang kecil, yakni Rp. 31.500.000 dikarenakan belum tertutupnya biaya investasi dan waktu kerja efektif yang diasumsikan masih 2 shift dengan target order sebesar 202.500 unit produk per bulan. Namun pada tahun ke tiga beroperasi, perusahaan mendapatkan net income positif yang naik, sebesar Rp. 84.420.000. Waktu kerja efektif menjadi 3 shift dengan target order sebesar 303.750 unit produk per bulan. Pada tahun ketiga ditargetkan dilakukan investasi penambahan mesin sebanyak 2 unit dengan target order sebanyak 405.000 unit produk per bulan sehingga biaya investasi dapat tertutupi dan net income pada akhir tahun sebesar Rp. 179.575.200. Sedangkan secara evaluasi investasi,
NPV yang didapatkan positif,
sehingga layak untuk direalisasikan, dengan IRR sebesar 29,5% dan pay back period atas modal yang disetor selama 2 tahun 10 bulan. Perhitungan ini akan dibahas pada Bab VI.
12