BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Askariasis merupakan salah satu infeksi parasit usus yang paling sering terjadi serta ditemukan di seluruh dunia.Penyakit askariasis disebabkan oleh cacing Ascaris suum Goeze yang menyerang ternak, terutama pada babi muda (Soulsby, 1982). Prevalensi penyebaran Ascaris suum Goeze di wilayah Bali khususnya cukup tinggi, dimana sudah mencapai angka 60% untuk babi yang berumur 1-2 bulan sedangkan pada induk babi yang berumur 1-2 tahun telah mencapai angka 55% sehingga perlu dilakukan tindakan pengendalian yang tepat terhadap infeksi askariasis pada babi (Yasa et al., 2010). Dampak yang ditimbulkan dari infeksi parasit seperti cacing bagi ternak babi diantaranya terjadinya diare pada babi, gastritis, peritonitis akibat infeksi, anoreksia, penurunan
berat
badan,
kekurusan
bahkan
pada
kasus
berat
dapatmengakibatkan kematian (Soulsby, 1982). Selain itu, dapat juga menyebabkan kerugian ekonomi bagi peternak babi seperti penurunan hasil produksi akibat terhambatnya pertumbuhan ternak serta bertambahnya biaya yang dikeluarkan untuk pengobatan ternak yang terinfeksi penyakit (Suryastini et al., 2012). Upaya pengendalian askariasis pada babi telah dilakukan terutama dengan menggunakan antelmintik. World Health Organization (WHO) merekomendasikan 4 antelmintik yang digunakan untuk mengatasi infeksi akibat Soil Transmitted Helminths yaitu mebendazole, albendazole,
1
2
levamisole dan pirantel pamoat. Kebanyakan antelmintik yang telah digunakan untuk menanggulangi kejadian askariasis hanya dapat membunuh cacing Ascaris suumGoeze dewasa atau hanya bersifat vermisidal, dan tidak bersifat ovisidal (Ardana dkk., 2011). Albendazol merupakan salah satu antelmintik modern yang bersifat vermisidal, larvasidal, dan ovisidal, namun harganya sangat mahal sehingga tidak terjangkau oleh peternak di pedesaan (Ardana dkk.,2012). Pemberian albendazole tidak direkomendasikan untuk babi betina selama 45 hari pertama kehamilan, karena memiliki efek teratogenik ketika diberikan pada awal kehamilan (Rahayu, 2012). Pemakaian albendazole yang digunakan secara terus menerusmudah menimbulkan resistensi dan berdampak negatif bagi kesehatan manusia terutama yang memakan daging ternak (Ardana dkk., 2012). Maka dari itu, pengobatan dengan menggunakan obat tradisional perlu dimanfaatkan sebagai obat alternatif untuk pengobatan askariasis.Selain itu obat tradisional juga murah, mudah diperoleh dan memiliki efek samping relatif lebih kecil apabila digunakan secara tepat. Beberapa tanaman yang telah digunakan secara empiris untuk mengatasi askariasis adalah daun pare (Momordica charantia L.) (Tjokropranoto, 2011), daun papaya (Carica papaya L.)(Ardana dan Damriyasa, 2012), putri malu (Mimosa pudica L.)(Syahid, 2009) dan daun lamtoro (Leucaena leucocephala (Lam.) de Wit) (Amanullah, 2008). Tanaman lamtoro (Leucaena leucocephala (Lam.) de Wit) telah lama digunakan sebagai obat tradisional.Bagian daun dari tanaman ini mempunyai
3
aktivitas sebagai vermisidal. Kandungan tanin (Oliveira et al., 2011), flavonoid, saponin (Amanullah, 2008) dan triterpenoid pada daun lamtoro diduga mempunyai aktivitas sebagai vermisidal (Widiyati, 2006). Golongan tanin merupakan senyawa fenolik yang cenderung larut dalam air dan pelarut polar (Harborne, 1996). Flavonoid memiliki ikatan dengan gugus gula sehingga bersifat polar (Markham, 1988). Saponin merupakan glikosida triterpen yang memiliki sifat cenderung polar karena ikatan glikosidanya (Harborne, 1996) sedangkan senyawa triterpenoid memiliki struktur siklik berupa alkohol yang menyebabkan senyawa ini bersifat semipolar (Titis dkk., 2013). Seluruh golongan senyawa tersebut dapat ditemukan dalam ekstrak uji dikarenakan pelarut etanol memiliki indeks polaritas sebesar 5,2 dan pelarut etanol dalam ekstraksi dapat meningkatkan permeabilitas dinding sel simplisia sehingga proses ekstraksi menjadi lebih efisien dalam menarik komponen polar hingga semipolar (Siedel, 2008). Hasil penelitian menunjukkan bahwa infusa daun lamtoro (Leucaena leucocephala (Lam.) de Wit) memiliki aktivitas vermisidal pada cacing gelang ayam (Ascaridia galli) secara in vitrowalaupun khasiatnya masih dibawah obat piperazin sitrat 0,5% v/v. Hal ini ditunjukkan dari hasil analisis probit diperoleh harga LC100 dan LT100 dari infusa daun lamtoro (Leucaenaleucocephala (Lam.) de Wit) yaitu 41,755gram/100ml dan 28,448 jam (Amanullah, 2008). Berdasarkan uraian di atas, maka penulis ingin mengembangkan uji aktivitas
vermisidal
ekstrak
etanol
daun
lamtoro
(Leucaena
4
leucocephala(Lam.) de Wit) terhadap cacing gelang babi (Ascaris suum Goeze), daun lamtoro yang digunakan diambil dari kawasan Bukit Jimbaran, Bali. Selain itu penulis juga ingin mengetahui konsentrasi ekstrak etanol daun lamtoro yang memiliki aktivitas vermisidal dan mengetahui durasi waktu yang dibutuhkan oleh ekstrak tersebut untuk menimbulkan aktivitas.
1.2 Rumusan Masalah 1.2.1. Apakah ekstrak etanol daun lamtoro (Leucaena leucocephala (Lam.) de Wit) memiliki aktivitas vermisidal terhadap cacing gelang babi (Ascaris suum Goeze) secara in vitro? 1.2.2. Berapakah konsentrasi ekstrak etanol daun lamtoro (Leucaena leucocephala (Lam.) de Wit) yang dibutuhkan untuk dapat menyebabkan kematian sebanyak 100% terhadap cacing gelang babi (Ascaris suum Goeze)? 1.2.3. Berapakah waktu yang dibutuhkan ekstrak etanol daun lamtoro (Leucaena leucocephala (Lam.) de Wit) untuk dapat menyebabkan kematian sebanyak 100% terhadap cacing gelang babi (Ascaris suum Goeze). 1.3 Tujuan penelitian 1.3.1 Untuk mengetahui aktivitas vermisidal ekstrak etanol daun lamtoro (Leucaena leucocephala (Lam.) de Wit) pada cacing gelang babi (Ascaris sum Goeze) secara in vitro.
5
1.3.2 Untuk mengetahui konsentrasi ekstrak etanol daun lamtoro (Leucaena leucocephala (Lam.) de Wit) yang dibutuhkan untuk dapat menyebabkan kematian sebanyak 100% terhadap cacing gelang babi (Ascaris suum Goeze). 1.3.3 Untuk mengetahui waktu yang dibutuhkan ekstrak etanol daun lamtoro (Leucaena leucocephala (Lam.) de Wit) untuk dapat menyebabkan kematian sebanyak 100% terhadap cacing gelang babi (Ascaris suum Goeze).
1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi penulis, penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman penulis dalam menyusun karya ilmiah dengan baik dan benar terutama mengenai uji aktivitas vermisidal ekstrak etanol daun lamtoro (Leucaena leucocephala (Lam.) de Wit) pada cacing gelang babi (Ascaris suum Goeze) secara in vitro. 1.4.2 Bagi pembaca, penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan pembaca khususnya peternak babi mengenai tanaman yang berkhasiat sebagai antelmintik yang dapat mengatasi askariasis pada babi. 1.4.3 Bagi industri, penelitian ini dapat menjadi acuan bagi farmasi veteriner dalam membuat suatu produk antelmintik dari daun lamtoro (Leucaena leucocephala (Lam.) de Wit.