BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Merokok
merupakan
sebuah
kebiasaan
yang
dapat
memberikan
kenikmatan bagi si perokok, namun dilain pihak dapat menimbulkan dampak buruk baik bagi perokok itu sendiri maupun orang-orang sekitarnya. Pada awalnya kebanyakan orang menghisap tembakau dengan menggunakan pipa. Masyarakat Timur (Eastern Societes) menggunakan air untuk mengurangi asap tembakau sebelum diiinhalasi. Tembakau yang dikunyah (chewing tobacca) merupakan salah satu cara komsumsi yang dilakukan. Pada tahun 1840-an barulah kenal rokok, tetapi belum mempunyai dampak dalam pemasaran tembakau. Mendekati tahun 1881 baru terjadi produksi rokok secara besar-besaran dengan bantuan mesin. Pada beberapa dekade muncul bukti-bukti kuat bahwa penggunaan tembakau berhubungan dengan beberapa penyakit (Soetjiningsih, 2004). Smoking or
Health, The choice is Yours (Merokok atau Kesehatan,
anda pilih sendiri), slogan ini diperingati di seluruh negara anggota WHO, akibat buruk merokok, seperti timbulnya sakit jantung, sakit lambung, sakit batuk, salesma, dan kanker paru-paru. Berbagai macam penyakit jantung dan penyakit pernafasan yang di pacu oleh asap rokok. Dari hasil penelitian oleh State Mutual Life Insurance Co, yaitu sebuah perusahaan asuransi di Amerika Serikat disimpulkan bahwa angka kematian pada perokok 2-4 kali lebih
1
2
Tinggi
jika
dibandingkan
dengan
orang
yang
tidak
merokok
(Waluyo & Iriyanto, 2007). Nikotin dan ter tembakau merupakan sejenis cairan kental yang dikandung rokok menjadi penyebab utama terjadinya kanker paru-paru dan penyakit jantung. Apabila perokok mengisap asap rokoknya dalam-dalam maka “ter” akan mengedap dalam bagian paru-paru, juga akan masuk ke dalam darah. Ter akan menyebabkan perubahan pada selaput lendir atau permukaan sel paru-patu, lidah, tenggorokan, dan bibir. Perubahan tersebut lambat laun pada sebagian orang akan mengakibatkan kanker. Nikotin dapat menaikkan denyut jantung, meningggikan volume jantung setiap denyutan serta menyempitkan pembuluh darah. Nikotin rokok sangat berbahaya, menjadi racun dan membuat perokok ketagihan. Segera mencapai otak setelah hisapan pertama. Kemudian dalam waktu 20-30 menit nikotin
tersebut
menjalar
ke
organ-organ
tubuh
lainnya
(Waluyo & Iriyanto, 2007). Angka kejadian pada remaja – remaja di Amerika Serikat pada tahun 2000 melebihi 25 % dari angka kejadian merokok pada orang dewasa, dan dikatakan terdapat peningkatan sekitar 50 % dari tahun 1988. Lebih dari 80 % perokok mulai sebelum umur 18 tahun serta diperkirakan sekitar 3000 remaja mulai merokok setiap hari. Sebuah penelitian di Amerika Serikat mendapatkan bahwa Pada semua etnis kecuali orang Amerika keturunan Afrika, angka kejadian merokok pada remaja lebih tinggi dari pada angka kejadian merokok pada dewasa. Di Indonesia sampai saat ini belum ada data tentang merokok pada remaja (Soetjdiningsih, 2005 ).
3
Indonesia menempati urutan ke 5 negara pengkonsumsi rokok terbanyak, WHO memprediksikan bahwa tahun 2020, penyakit yang disebabkan oleh rokok akan mengakibatkan kematian sekitar 8,4 juta jiwa di dunia dan setengah dari kematian
tersebut berasal dari Asia. Departemen Kesehatan Indonesia
menyatakan sebanyak 10 % atau sekitar 200.000 jiwa dari total kematian di Indonesia disebabkan oleh rokok (Wardhana, 2004). Remaja adalah generasi penerus bangsa, untuk itu suatu negara perlu mempersiapkan generasi muda secara fisik dan psikis dengan baik. Secara fisik perkembangan remaja dari segi kesehatan perlu mendapatkan perhatian yang cukup signifikan dari semua pihak (Sarida, 2005). Menurut Ali.M (2010) Salah satu karakteristik umum perkembangan remaja adalah memiliki rasa ingin tahu yang tinggi (high curiosity). Karena didorong oleh rasa ingin tahu yang tinggi, remaja cenderung ingin bertualang, menjelajah segala sesuatu, dan mencoba segala sesuatu yang belum pernah dialaminya. Selain itu, didorong juga oleh keinginan seperti orang dewasa menyebabkan remaja ingin mencoba melakukan apa yang sering dilakukan oleh orang dewasa. Akibatnya, tidak jarang secara sembunyi-sembunyi, remaja pria mencoba merokok karena sering melihat orang dewasa melakukannya. Seolaholah dalam hati kecilnya berkata bahwa remaja ingin membuktikan kalau sebenarnya dirinya mampu berbuat seperti yang dilakukan orang dewasa. Oleh karena itu yang amat penting bagi remaja adalah memberikan bimbingan agar rasa ingin tahunya yang tinggi dapat terarah kepada kegiatankegiatan yang positif, kreatif dan produktif. Namun pada kenyataannya yang
4
terjadi adalah para remaja melakukan kegiatan yang mengarah ke arah negatif seperti kebiasaan merokok (Sarida, 2005). Menurut Soetjiningsih (2004), faktor – faktor lingkungan yang berkaitan dengan penggunaan tembakau antara lain orang tua, saudara kandung maupun teman sebaya yang merokok, terpapar reklame tembakau, artis pada reklame tembakau di media. Orang tua memegang peranan terpenting. Dari remaja yang merokok, didapatkan 75 % salah satu atau kedua orang tuanya merokok. Sebuah studi Kohort pada anak – anak SMU mendapatkan bahwa prediktor yang bermakna dalam peralihan dari merokok secara teratur adalah orang tua merokok dan konflik keluarga. Iklan rokok diyakini telah memberi pengaruh yang tingginya terhadap meningkatnya jumlah perokok muda di Indonesia umumnya dan di Aceh khususnya. Selain itu orang tua yang terbiasa merokok juga salah satu penyebab ramainya remaja menjadi pecandu rokok (Reynolds, 1999). SMA Negeri 5 Banda Aceh adalah salah satu SMA yang ada di Kota Banda Aceh. Berdasarkan hasil wawancara langsung yang penulis lakukan dengan pihak sekolah dalam hal ini guru BP (Bimbingan dan Penyuluhan), jumlah siswa laki-laki
kelas
1-2
berjumlah
253
orang.
Guru
BP
tersebut
juga
menjelaskan bahwa salah satu aturan dan tata tertib disekolah tersebut adalah melarang siswa merokok, dan aturan tersebut juga sudah berulangkali diingatkan kepada seluruh siswa, namun tetap ada siswa yang merokok diluar jam belajar. Keadaan tersebut sulit dipantau karena mereka merokok diluar lingkungan sekolah.
5
Dari hasil observasi yang peneliti lakukan di sekolah tersebut, peneliti melihat bahwa ada siswa yang merokok diluar kegiatan sekolah, misalnya saat sebelum masuk lingkungan sekolah, setelah keluar sekolah, bahkan ada secara sembunyi-sembunyi merokok saat jam istirahat.
Hasil data awal yang peneliti dapatkan dari wawancara dan observasi kepada 10 siswa yang merokok, terdapat 4 diantara siswa tersebut merokok karena ikut-ikutan teman, dan juga terpengaruh oleh orang tua dikarenakan orang tuanya sering merokok didepan mereka, 6 diantaranya terpengaruh oleh iklan rokok, mereka menyukai iklan tentang rokok, termasuk iklan rokok di spanduk atau papan reklame, meskipun iklan nya tidak bersuara, padahal mereka juga mengatakan bahwa mereka sudah pernah membaca kerugian dari merokok di media massa, namun mereka tetap juga beranggapan bahwa dengan adanya iklan tersebut dan mengikuti arah tujuan iklan tersebut maka mereka merasa “gaul”, merasa menjadi lelaki sejati, dan memiliki banyak teman.
Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk meneliti faktorfaktor yang berhubungan dengan Status Merokok Siswa SMA Negeri 5 Banda Aceh, Kecamatan Syiah Kuala, Banda Aceh Tahun 2013.
B.
Perumusan Permasalahan Perumusan masalah pada penelitian ini adalah Faktor-faktor apa saja yang
mempengaruhi perilaku merokok pada siswa SMA Negeri 5 Banda Aceh. Kec. Syiah Kuala tahun 2013 ?
6
C.
Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Tujuan umum penelitian
ini
adalah untuk
mengetahui
Faktor-faktor yang Berhubungan Perilaku Merokok pada Siswa SMA Negeri 5 Banda Aceh Kec. Syiah Kuala Tahun 2013. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui hubungan orang tua terhadap Status merokok pada siswa SMA Negeri 5 Banda Aceh b. Untuk mengetahui hubungan teman sebaya terhadap status merokok pada siswa SMA Negeri 5 Banda Aceh c. Untuk mengetahui hubungan Iklan terhadap status merokok pada siswa SMA Negeri 5 Banda Aceh D.
Manfaat penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Untuk Institusi : Sebagai bahan masukan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan mengenai status merokok pada siswa.
2. Bagi Tempat Penelitian Diharapkan dengan adanya informasi dan data yang di peroleh peneliti sehingga dapat meningkatkan pengetahuan siswa tentang kesadaran untuk tidak merokok.
7
3. Untuk Peneliti : Sebagai bahan kajian untuk menambah pengetahuan mengenai pengaruh orang tua, teman sebaya, dan iklan terhadap status merokok pada siswa.
8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Perilaku Merokok pada siswa 1. Perilaku Perilaku adalah hasil atau resultan antara stimulus (faktor Internal) dalam subjek atau orang yang berperilaku tersebut. Dengan perkataan lain, perilaku seseorang atau subjec dipengaruhi atau ditentukan oleh faktorfaktor baik dari dalam maupun dari luar subjek. Faktor yang menetukan atau membentuk perilaku ini disebut determinan (Notoadmodjo, 2005). Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makluk hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut
pandang
biologis
semua
makluk
hidup
mulai
dari
tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu berperilaku karena
mereka
mempunyai
aktivitas
masing-masing.
Sehingga yang dimaksud dengan perilaku manusia, pada hakikatnya adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antar lain:
berjalan, berbicara, menangis,
tertawa,
membaca,
bekerja,
kuliah,
menulis,
dan
sebagainya.
Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan perilaku adalah (manusia) adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia,
9
baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoadmojdo, 2003). Faktor penentu atau determinan perilaku manusia sulit untuk dibatasi karena perilaku merupakan resultansi dari bergabai faktor, baik internal maupun eksternal (lingkungan). Pada garis besarnya perilaku manusia dapat dilihat dari tiga aspek, yakni aspek fisik psikis, dan sosial. Akan tetapi dari tiga aspek tersebut sulit untuk ditarik garis yang tegas dalam mempengaruhi perilaku manusia. Secara lebih terinci perilaku manusia sebenarnya merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan, seperti pengetahuan, keinginan, kehendak, minat,
motivasi, persepsi,
sikap, dan sebagainya (Notoadmojdo, 2003). Berangkat dari analisis penyebab masalah kesehatan, Green membedakan adanya dua determinan masalah kesehatan tersebut, yakni behavioral factors ( faktor perilaku), dan non behavioral factor atau faktor non-perilaku, selanjutnya, green mengalisis, bahwa faktor perilaku sendiri ditentukan oleh 3 faktor utama, yaitu : 1.
Faktor-faktor predisposisi (disposing faktors), yaitu faktor-faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang, antara lain pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai, tradisi, dan sebagainya.
2.
Faktor-faktor pemungkin (enabling factor), adalah factor-faktor yang memungkinkan atau memfasilitasi perilaku atau tindakan.
10
3.
Faktor-faktor Penguat (reinforcing factors), adalah faktor-faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku. Kadang-kadag, meskipun seseorang tahu dan mampu untuk berperilaku sehat , tetapi tidak melakukannya (Notoadmojdo, 2005).
2. Perilaku Merokok Perilaku merokok adalah sesuatu yang sangat fenomenal, meskipun sudah diketahui tampak negatif yang disebabkan oleh rokok, tapi jumlah perokok bukannya menurun malah semakin meningkat. Berdasrkan Pengertian diatas maka dapat di ambil suatu kesimpulan bahwa perilaku merokok adalah suatu aktivitas membakar dan menghisap tembakau kemudian engeluarkan asapnya yang dapat terhisap oleh orang disekitarnya, baik meggunakan rokok maupun pipa. Perilaku merokok dilihat dari berbagai sudut pandang sangat merugikan,
baik
untuk
diri
sendiri
maupun
orang
disekelilingnya.Dilihat dari kesehatan, pengaruh bahan-bahan kimia yang
terkandung
di
dalam
rokok
seperti
nikotin,
Co
(karbonmonoksida) dan tar akan memacu kerja dari susunan saraf pusat dan susunan saraf simpatis sehingga mengakibatkan tekanan darah
meningkat
dan
detak
jantung
bertambah
cepat
(Poerwadarminta, 2007). Agen
sosialisasi
perilaku
merokok
pada
remaja
dapat
merupakan orang tua, maupun teman sebaya. Dengan merujuk konsep transmisi perilaku, bahwa pada dasarnya perilaku dapat ditransmisikan
11
melalui transmisi vertikal dan horizontal. Transmisi vertikal dapat dilakukan oleh orang tua dan tranmisi horizontal dilakukan oleh teman sebaya dan iklan. Dalam hal ini remaja di sekolah merupakan subjek layanan profesi bimbingan dan konseling yang harus segera di beri bantuan. Kendati pun perilaku merokok pada remaja dlatarbelakangi lingkungan dan kepribadian, tetapi fokus bantuan konseling yang memandirikan adalah membantu individu untuk memiliki kepribadian sehat dan interdependen terhadap lingkungan (Poerwadarminta, 2007). Jumlah perokok berkurang tajam di sejumlah negara yang secara intensif melancarkan kampanye antirokok, misalnya inggris dan norwegia. Sebaliknya jumlah perokok di Afrika meningkat dua kali lipat dibandingkan dengan jumlah di tahun 1970. Menurut perkiraan WHO, sepertiga penduduk dunia di atas usia 15 tahun suka merokok, ini bearti 1,2 miliar orang. Jerman memilki perokok yang palinng banyak adalah perokok kaum muda dibandingkan dengan negara lain di eropa. Diantara remaja putra yang yang berusia 15 tahun, 21 % diantaranya suka merokok (Barnard, 2002). 3. Merokok Merokok adalah Kebiasaan yang aneh. Sudah beberapa dasawarsa diketahui bahwa merokok menyebabakan konsekuensi yang serius. Merokok adalah faktor resiko yang paling berbahaya, yang bisa menimbulkan (Barnard, 2002).
masalah
pada
jantung
dan
peredaran
darah
12
Merokok adalah membakar tembakau yang kemudian dihisap asapnya, baik menggunakan rokok maupun menggunakan pipa. Merokok merupakan overt behavior dimana perokok menghisap gulungan tembakau. Lebih jauh lagi Poerwadarminta dalam Keumala (2007) mendefenisikan merokok sebagai menghisap rokok, dan rokok didefenisikan sebagai gulungan tembakau yang berbalut daun nipah atau kertas. Sebagai overt behavior merokok merupakan perilaku yang dapat terlihat karena ketika merokok individu melakukan suatu kegiatan nampak yaitu menghisap asap rokok yang dibakar ke dalam tubuh (http://www.perilakumerokokremaja.com). Konsentrasi gas CO di suatu ruang akan naik apabila di ruang itu ada yang merokok. Orang yang merokok akan mengeluarkan asap rokok yang mengandung gas CO dengan konsentrasi lebih dari 20.000 ppm yang kemudian menjadi encer, sekitar 4000-500 ppm selama dihisap. Konsentrasi gas CO yang tinggi didalam didalam asap rokok menyebabakan kandungan COHb dalam darah orang yang merokok jadi
meningkat.
Keaadaan
ini
sudah
barang
tentu
sangat
membahayakan kesehatan orang yang merokok. Orang yang merokok dalam waktu yang cukup lama (perokok berat) konsentrasi COHb dalam darahnya sekitar 6,9 %. Hal ini yang menyebabkan perokok berat mudah terkena serangan jantung (Wardhana, 2004). Merokok sebagai gangguan obsesif kompulsif. Orang yang mengalami gangguan ini memilki obsesi atau kompulsi yang menetap.
13
Obsesi adalah pikiran, ide atau citra yang terus menerus berulang secara tidak terkendali dan mendominasi kesadaran seseorang. Kompulis adalah dorongan untuk melakukan tindakan strereotip dengan tujuan umumnya tidak realistik yaitu menghilangkan situasi yang menimbulkan ketakutan. Upaya untuk menolak kompulsi menimbulkan ketegangan yang sangat besar sehingga individu biasanya menyerah dan melakukannya (Wardhana, 2004). Cara kerja Nikotin, nikotin adalah suatu senyawa amin tertier bercincin piridin dan pirolidin, bersifat alkalis lemah sehingga mudah larut dalam air maupun lemak. Menurut Benowitz, pada pH fisiologis, 31 % nikotin tidak mengalami ionisasi dan mampu menembus membran sel. Asap rokok sigaret sedikit asam sehingga tidak mudah menembus selaput lendir rongga mulut. Selain melalui paru dan selaput lendir mulut, nikotin juga dapat diserap melalui saluran cerna dan permukaan kulit (Joewana MD Satya , 2004). Nikotin terdapat dalam tetesan tar asap rokok sigaret yang dihisap ke dalam saluran napas dan paru. Penyerapan nikotin dari paru ke dalam darah berlangsung cepat sehingga dalam delapan detik sudah sampai ke otak. Kadar nikotin dalam jaringan otak menurun dalam waktu 20-30 menit karena nikotin diedarkan keseluruh badan. Penyerapan nikotin melalui lambung berlangsung lambat akibat pH lambung yang asam, tetapi penyerapan di usus lebih cepat karena pH lebih alkalis. Walaupun demikian, pada pengguanaan tembakau yang
14
di kunyah, hanya 30 % nikotin yang sampai ke hati. Dalam keadaan normal, 80-90 % nikotin di metabolisasi di hati, paru dan ginjal dengan paruh waktu mendekati mendekati dua jam. Nikotin dan metebolitnya, kecuali
kotinin,
cepat
dieksresi
melalui
ginjal
(Joewana MD Satya , 2004). 4. Masa Remaja Masa remaja bisa jadi masa dimana individu mengkomsumsi rokok. Usia pertama kali merokok umumnya berkisar antara usia 11-13 tahun da mereka pada umumnya merokok sebelum usia 18 tahun. Usia tersebut dapat dikategorikan termasuk dalam rentangan masa remaja. Lebih jauh lagi data WHO mempertegas bahwa remaja memiliki kecenderungan yang tinggi untuk merokok, data WHO menunjukkan bahwa dari seluruh jumlah perokok yang ada di dunia sebanyak 30% adalah kaum remaja, oleh karenanya, remaja sangat rentan sekali mengalami masalah psikososial, yakni masalah psikis atau kejiawaan yang
timbul
sebagai
akibat
terjadinya
perubahan
sosial
(Poerwadarminta, 2007). Masa remaja merupakan sebuah periode dalam kehidupan manusia yang batasannya usia maupun peranannya seringkali tidak terlalu jelas. Puberitas yang dahulu dianggap sebagai tanda awal keremajaannya ternyata tidak lagi valid sebagai patokan atau batasan untuk mengkatagorikan remaja sebab usia puberitas yang dahulu terjadi pada akhir usia belasan (15-18) kini terjadi pada awal belasan
15
bahkan sebelum usia 11 tahun. Seorang
anak berusia 10 tahun
mungkin saja sudah (atau sedang) mengalami puberitas namun tidak bearti ia sudah bisa dikatakan sebagai remaja dan sudah siap menghadapi dunia orang dewasa, meski di saat yang sama ia juga bukan anak-anak lagi. Berbeda dengan balita yang perkembangannya dengan jelas dapat diukur, remaja hampir tidak memilki pola perkembagan yang pasti. Dalam perkembangannya sering sekali mereka menjadi bingung karena kadang-kadang diperlakukan sebagai anak-anak tetapi di lain waktu mereka di tuntut untuk bersikap mandiri dan dewasa (Nurwahid, 2008). B.
Dampak perilaku Merokok Ogden (2000) membagi dampak perilaku merokok menjadi dua, yaitu : a.
Dampak positif Merokok menimbulkan dampak positif yang sangat sedikit bagi kesehatan, dengan merokok dapat menghasilkan mood pisitif dan dapat membantu individu menghadapi keadaan-keadaan sulit. Graham juga menyebutkan keuntungan merokok (bagi si perokok) yaitu mengurangi ketegangan, membantu konsentrasi, dukungan sosial dan menyenangkan.
b. Dampak negatif Merokok dapat menimbulkan dampak negatif yang sangat berpengaruh bagi kesehatan. Terdapat berbagai jenis penyakit yang
16
dapat ditimbulkan oleh merokok, dimulai dari penyakit di kepala sampai dengan penyakit penyakit kardiovaskular, kanker, saluran pernafasan, meningkatkan tekanan darah, menurunkan fertilitas (kesuburan) dan nafsu seksual, sakit maag, gangguan pembuluh darah, menghambat pengeluaran air seni serta polusi udara dalam ruangan sehingga terjadi iritasi mata, hidung dan tenggorokan. C. Kerugian Kerugian yang ditimbulkan oleh rokok sangat banyak bagi kesehatan. Tapi sayangnya masih saja banyak orang yang tetap memilih untuk menikmatinya, dalam asap rokok terdapat 4000 zat kimia yang berbahaya untuk keseahatan, dua diantaranya adalah nikotin yang bersifat adiktif dan tar yang bersifat karsinogetik. Terpapar asap rokok selama 8 jam sebanding dengan merokok langsung sebanyak 20 batang perhari. Konsekuensi lain dari merokok meningkatnya kejadian infeksi saluran nafas bagian atas, batuk, asma, sinusitis, penyakit kardiovaskular, kanker, menggagu fertilitas, lahir kurang bulan, kematian maupun absen kerja atau sekolah. Anak dan kaum muda yang merokok, pertumbuhan dan perkembangan parunya segera akan terpengaruh oleh asap rokok tersebut (Soetjiningsih, 2004). D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Merokok Menurut Soetjiningsih (2004), faktor – faktor lingkungan yang berkaitan dengan penggunaan tembakau antara lain orang tua, saudara kandung maupun teman sebaya yang merokok, terpapar reklame tembakau, artis pada reklame tembakau di media.
17
a.
Pengaruh Teman sebaya Berbagai fakta mengungkapkan bahwa semakin banyak remaja merokok maka semakin besar kemungkinan teman-temannya adalah perokok juga dan demikian sebaliknya. Dari fakta tersebut ada dua kemungkinan yang terjadi, pertama remaja tadi terpengaruh oleh temantemannya atau bahkan teman-teman remaja tersebut dipengaruhi oleh diri remaja yang akhirnya mereka semua menjadi perokok, diantara remaja perokok terdapat 87 % mempunyai satu atau lebih sahabat yang perokok begitu pula dengan remaja yang non perokok. Bagi seorang anak, persetujuan atau kesesuaian sikap kelompok sabaya adalah sangat penting untuk menjaga status afiliasinya dengan teman-teman, untuk menjaga agar ia tidak di anggap “asing” dan lalu di kucilkan oleh kelompok. Sedangkan ketidaksesuaian dengan sikap orang tua menjadi berkurang pentingnya dan bahkan ketidaksesuaian itu dapat di anggap sebagai suatu bentuk indenpendensi atau kemandirian yang dapat dibanggakan (Azwar, 1995). Menurut soetjiningsih (2004), pada dewasa maupun remaja, merokok secara statistik berhubungan dengan depresi, cemas, dan kelainan psikiatrik lainnya. Anak-anak dengan umur belasan dengan gangguan ini sacara bermakna lebih mungkin memulai merokok dari pada teman sebayanya tanpa gangguan ini. Sebaliknya, anak umur belasan yang merokok lebih mungkin berkembang depresi dari pada
18
bukan perokok, menandakan adanya mata rantai / hubungan kausal dan kepekaan. b. Pengaruh Orang Tua Pada masa anak-anak dan remaja, orang tua biasanya menjadi figur yang paling penting bagi anak. Interaksi antara orang tua dan anak merupakan determinan utama sikap si anak. Sikap orang tua dan sikap anak cenderung untuk selalu sama sepanjang hidup. Namun, biasanya apabila dibandingkan dengan pengaruh teman sebaya maka pengaruh sikap orang tua jarang menang. Hal itu terutama benar pada anak-anak remaja di sekolah menengah dan perguruan tinggi. Seorang anak yang biasanya belum begitu kritis mengenai sesuatu hal, akan cenderung mangambil sikap yang serupa dengan sikap orang tuanya dikarenakan adanya proses imitasi atau peniruan terhadap model yag dianggapnya penting, yakni orang tuanya sendiri. Akan tetapi, apabila terjadi pertentangan antara sikap orang tua dan sikap teman-teman sebaya dalam kelompok anak tersebut, maka anak akan cenderung untuk mengambil sikap kelompok (Azwar 1995). c. Pengaruh iklan Walaupun pengaruh media massa tidaklah sebesar pengaruh interaksi individual secara langsung, namun dalam proses pembentukan dan perubahan sikap, peranan media massa tidak kecil artinya. Karena itulah, salah satu bentuk informasi sugesti dalam media massa, yaitu
19
iklan selalu di manfaatkan dalam dunia usaha guna meningkatkan penjualan atau memperkenalkan suatu produk
baru. Dalam hal ini,
informasi dalam iklan selalu berisi segi positif mengenai produk sehingga dapat menimbulkan pengaruh afektif yang positif pula. Memang sebenarnya iklan merupakan suatu bentuk strategi persuasi dan strategi pembentukan sikap positif terhadap barang yang ditawarkan yang menjadi objek sikap konsumen (Azwar 1995). Reklame tembakau diperkirakan mempunyai pengaruh yang lebih kuat dari pada pengaruh orang tua atau teman sebaya, mungkin karena mempengaruhi persepsi remaja terhadap penampilan dan manfaat merokok. Memulai menggunakan tembakau lebih erat hubungannya dengan faktor-faktor lingkungan, sedangkan peningkatan dari merokok pertama kekecanduan rokok tampaknya dipengaruhi oleh faktor personal dan farmakologik (Soetjiningsih, 2004).
20
BAB III KERANGKA KONSEP PENELITIAN A. Kerangka Konsep Menurut Soetjiningsih (2004) dan Azwar (1995) Faktor lingkungan yang berkaitan dengan penggunaan tembakau antara lain orang tua, saudara kandung maupun teman sebaya yang merokok, terpapar reklame tembakau, artis pada reklame tembakau di media. Orang tua memegang peranan yang sangat penting. Berdasarkan landasan teori maka dapat dibuat kerangka konsep penelitian sebagai berikut :
Variabel Independen
Variabel Dependen
Teman Sebaya
Status merokok pada siswa Orang Tua
Wakt u Iklan Penayangan Wakt u Penayangan
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian
21
B. Defenisi Operasional
Tabel 3.1 Defenisi Operasional
No
Variabel
Defenisi Operasional
Cara Ukur
Alat Ukur
Hasil Ukur
Kuesioner
Merokok
Skala Ukur
Variabel Dependen 1
Status Merokok pada Siswa
Suatu Kebiasaan merokok yang dapat memberi kenikmatan bagi si pelaku
Membagikan Kuesioner,
Ordinal
Tidak Merokok
Merokok bila siswa menjawab Ya
Tidak Merokok bila siswa menjawab Tidak Variabel Independem 1
Teman Sebaya
Teman seharihari yang umurnya sebaya dan mempunyai kebiasaan merokok yang mempengaruhi teman lainnya ke pilaku merokok
Membagikan kuesiner,
Positif bila x ≥ ̅
Negatif bila x< ̅
Kuesioner
Positif Negatif
Ordinal
22
2
3
Orang Tua
Iklan
Orang tua (ayah) yaitu orang yang di tuakan dalam keluarga yang mempunyai kebiasaan merokok, dan vigur yang selalu jadi panutan bagi anak-anaknya.
Menyebarkan kuesiner,
Kuesiner
Positif
Ordinal
Negatif
Positif bila x ≥ ̅
Negatif bila x < ̅
Suatu kegiatan Menyebarkan kuesiner, untuk memperkenal kan, dan Positif bila x ≥ Mempromosi kan rokok ̅ yang tanpa imbalan kepada masyarakat Negatif bila x dengan < ̅ tujuan mempengaruhi masyarakat khususnya remaja agar
Kuesiner
Positif Negatif
Ordinal
23
menggunakan rokok yang ditawarkan.
C. Hipotesa Penelitian 1. Ha : Ada Hubungan antara Teman Sebaya dengan status merokok siswa SMA Negeri 5 Banda Aceh 2. Ha : Ada Hubungan antara Orang tua dengan status merokok siswa SMA Negeri 5 Banda Aceh 3. Ha : Ada Hubungan antara Iklan dengan status merokok siswa SMA Negeri 5 Banda Aceh
24
BAB IV METODE PENELITIAN A.
Desain Penelitian Penelitian ini bersifat Analitik dengan desain cross sectional untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan status merokok pada siswa di SMA 5 Banda Aceh, tahun 2013.
B.
Populasi dan Sampel 1.
Populasi Populasi penelitian adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti (Notoatmodjo, 2005). Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa laki-laki tingkat 1-2 yang ada di SMA N 5 Banda Aceh tahun 2013, yang berjumlah
253 orang.
2. Sampel Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah menggunakan metode Proporsional sampling, dengan Jumlah siswa kelas 1 dan kelas 2 berjumlah 253 orang, rincian sebagai berikut : Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi siswa laki-laki perkelas tahun 2013 No
Kelas
Jumlah
1
Kelas I
132 Siswa
2
Kelas II
121 Siswa
25
Jumlah
253 Siswa
Sumber : data sekunder bagian tata usaha SMA N 5 Banda Aceh
Untuk menentukan besarnya sampel dapat digunakan rumus slovin dalam : Notoadmojdo (2005). n=
dimana : n=Besar sampel N=Besar Populasi d=Tingkat kepercayaan yang diinginkan yaitu 10% (0,1) Perhitungan jumlah sampel adalah sebagai berikut : n=
n=
n=
n=
n=
n=71
Jadi besar sampelnya adalah 71 orang Pengambilan sampel dilakukan secara proporsional sampling rumus menurut Arikunto (2002), yaitu :
denga
26
n==
Xn
Dimana : Ni = Besar sampel tiap strata N = Besarnya populasi strata n = Besarnya sampel yang diinginkan Maka lebih jelas dapat dilihat pada table di bawah ini : Tabel 4.2 Distribusi Sampel perkelas No
Siswa SMA Negeri 5 Banda Aceh
Populasi
Sampel
1
Kelas X1
11
3
2
Kelas X2
14
4
3
Kelas X3
14
4
4
Kelas X4
10
3
5
Kelas X5
12
3
6
Kelas X6
13
4
7
Kelas X7
10
3
8
Kelas X8
11
3
9
Kelas X9
12
3
27
10
Kelas XI IA 1
12
3
11
Kelas XI IA 2
17
5
12
Kelas XI IA 3
18
5
13
Kelas XI IA 4
19
5
14
Kelas XI IA 5
20
6
15
Kelas XI IS 1
12
3
16
Kelas XI IS 2
16
5
17
Kelas XI IS 3
14
4
18
Kelas XI IS 4
18
5
253
71
Total
C.
Tempat dan Waktu 1.
Tempat : Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 5 Banda Aceh, Kecamatan Syiah Kuala, Kota Banda Aceh.
2. D.
Waktu : Penelitian ini di lakukan pada tanggal 23 s/d 27 Agustus 2013.
Pengumpulan Data 1. Tehnik Pengumpulan Data a. Data primer yaitu data yang di peroleh langsung dari lokasi penelitian, dengan cara membagikan kuesioner yang mengharuskan responden untuk
28
menjawab beberapa pertanyaan dengan cara melakukan pengisian kuesioner. b. Data sekunder Data sekunder yaitu jumlah siswa SMA Negeri 5 Banda Aceh yang diperoleh dari bagian tata usaha SMA Negeri 5 Banda Aceh. 2. Instrumen Penelitian Instrumen Penelitian yang digunakan adalah kuesioner terdiri dari 30 pertanyaan untuk pengumpulan data awal, disusun sendiri berdasarkan perpustakaan sebagian besar mengacu pada : 1.
Variabel Dependen, Status merokok terdiri dari 1 pertanyaan, dengan menggunakan skala Guttman yaitu Ya dan Tidak.
2.
Variabel Independen a. Teman Sebaya terdiri dari 8 pertanyaan b. Orang Tua terdiri dari 8 pertanyaan c. Iklan terdiri dari 8 pertanyaan Ketiga Skala tersebut menggunakan Skala Likert yaitu yang berbentuk pertanyaan selalu, Sering, kadang-kadang, jarang dan tidak pernah. Pertanyaan tersebut terdiri dari pertanyaan positif dan negatif, untuk positif bila jawabannya selalu maka di beri nilai 5, sering 4, kadang-kadang 3, dan tidak pernah di beri nilai 1. Sebaliknya untuk pertanyaan negatif, jika responden menjawab pertanyaan tidak pernah maka diberi nilai 5, jarang 4, kadang-kadang 3, jarang 2, dan tidak pernah 1 (Ridwan, 2007).
29
E.
Metode Pengolahan dan Analisa Data 1. Pengolahan data Menurut Hidayat (2009), pengolahan data melalui langkah – langkah sebagai berikut : a. Editing Pada tahap ini peneliti melakukan pemeriksaan semua kuesioner secara teliti apakah semua pertanyaan telah terisi/ dijawab oleh responden seperti memeriksa kesesuaian jawaban apakah data sudah cukup konsisten atau logis. Dari semua lembaran kuesioner yang dikumpulkan tidak ditemukan
ketidaklengkapan
pengisian,
karena
ketika
melakukan
pengumpulan data peneliti langsung memeriksa kuesioner ketika telah siap diisi. b. Coding Pada tahap ini peneliti memberi kode secara berurutan dalam kategori yang sama pada masing-masing lembaran yang diberikan pada responden sehingga memudahkan pengolahan data. Kode yang digunakan pada penelitian ini adalah kode responden yang diawali dengan no 1 untuk responden pertama sampai 78 untuk responden terakhir c. Transfering Data yang telah diberi kode disusun secara berurutan dari responden pertama sampai dengan responden terakhir untuk dimasukkan ke dalam tabel sesuai dengan sub variabel yang diteliti. d. Tabulating
30
Pada
tahap
ini
kegiatan
yang
peneliti
lakukan
adalah
mengelompokkan responden berdasarkan kategori yang telah dibuat untuk tiap-tiap subvariabel yang diukur dan selanjutnya dimasukkan kedalam tabel distribusi frekuensi sesuai dengan variabel yang diteliti. 2. Analisa Data a.
Analisa Univariat Analisa Data univariat menggunakan teknik statistik Analitik yang melakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian (Notoatmojdo, 2005).
Untuk peneliti nilai rata-rata X menggunakan rumus : X =
Ket : x: rata-rata sampel x: total nilai n: jumlah responden yang menjadi sampel Setelah data dikategori peneliti menggunakan uji presentasi yaitu :
P=
Ket :
31
P : Angka persentase f : frekuensi yang di cari persentase n : jumlah seluruh responden (Budiarto, 2002). b. Analisa Bivariat Analisa bivariat merupakan analisa hasil dari variabel bebas diduga mempunyai hubungan dengan variabel terikat. Analisa yang digunakan adalah hasil tabulasi silang. Untuk menguji hipotesa dilakukan analisa statistik dengan uji Chi – square test (x) pada tingkat kemaknaan 95% ( p. Value < 0,05). Sehingga dapat diketahui perbedaan tidaknya yang bermakna secara statistik, dengan menggunakan program khusus SPSS for windows. Melalui perhitungan Chis – Square selanjutnya ditarik suatu kesimpulan, bila nilai P lebih kecil dari nilai α (0,05), maka Ho ditolak dan Ha diterima, yang menunjukkan ada hubungan bermakna antara variabel terikat dengan variabel bebas. Perhitungan yang digunakan pada uji Chi – Square untuk Program komputerisasi seperti program SPSS adalah sebagai berikut (Hartono, 2005) : 1.
Bila pada tabel contingensy 2x2 dijumpai nilai e (harapan) kurang dari 5,maka uji yang digunakan adalah fisher axact tes.
32
2.
Bila pada tabel contigency 2x2 dan tidak dijumpai nilai e (harapan) kurang dari 5, maka hasil uji yang digunakan adalah contiuty correction.
3.
Bila pada tabel 2x2 masih juga terdapat frekuensi (harapan) e kurang dari 5, maka dilakukan koreksi dengan menggunakan rumus yate’s correction continu.
4.
Pada uji chi-square hanya digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan dua variabel.
33
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Sekolah Menengah Pertama Negeri 5 Banda Aceh menempati areal seluas 14.723 m2 yang terletak di Jl. Hamzah Fansuri No. 3/23111. Jumlah seluruh murid SMA Negeri 5 Banda Aceh adalah 704 orang, dan jumlah responden adalah 71 orang. SMA Negeri 5 Banda Aceh terdiri dari 27 kelas, satu ruang kepala sekolah, satu ruang wakil kepala sekolah, satu ruang tata usaha, satu ruang pengajaran, satu ruang dewan guru, satu lab. Bahasa, satu perpustakaan, satu lab. IPA, satu ruang tunggu, satu ruang bimbingan pendidikan, satu ruang komputer, dua kantin, satu lapangan basket, satu lapangan volly ball, satu parkir guru, satu parkir siswa, satu tempat wudhuk siswa, satu tempat wudhuk guru, enam toilet siswa, tiga toilet guru, satu toilet kepala sekolah, satu dapur, satu koperasi siswa. SMA Negeri 5 Banda Aceh juga terletak diantara : 1. Sebelah Utara
: Jl. Kampus IAIN Ar-Raniry
2. Sebelah Selatan
: SMP Negeri 8 Banda Aceh.
3. Sebelah Timur
: Gedung Pasca Sarjana Program Study Master Kebencanaan.
4. Sebelah Barat
: Kampus IAIN Ar-Raniry
34
B. Analisa Univariat Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di SMA Negeri 5 Banda Aceh mulai dari tanggal 23 s/d 27 Agustus tahun 2013 dengan cara membagikan kuesioner yang terdiri dari 1 pertanyaan tentang Status merokok, 8 pertanyaan tentang Teman Sebaya, 8 pertanyaan tentang orang tua, dan 8 pertanyaan tentang Iklan yang diberikan kepada 71 responden, pengisian kuesioner dilakukan sendiri oleh masing-masing responden dan dari hasil pengumpulan data terhadap 71 responden didapatkan hasil sebagai berikut : 1. Status Merokok pada Siswa SMA Negeri 5 Banda Aceh Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Status Merokok pada siswa SMA Negeri 5 Banda Aceh No
Status Merokok
Frekuensi
%
1
Merokok
41
57,7
2
Tidak Merokok
30
42,3
71
100
Total
Sumber: Data primer (diolah Agustus 2013) Dari 71 responden di SMA Negeri 5 Banda Aceh sebagian besar berada pada ketegori Merokok sebanyak 41 responden (57,7%). 2. Teman Sebaya Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Pengaruh Teman Sebaya di SMA Negeri 5 Banda Aceh
35
No
Teman Sebaya
%
Frekuensi
1
Positif
27
2
Negatif
44
62
71
100
Total
38
38
Sumber: Data primer (diolah Agustus 2013) Dari 71 responden di SMA Negeri 5 Banda Aceh sebagian besar berada pada ketegori Pengaruh negatif sebanyak 44 (62 %).
3. Orang Tua Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Pengaruh Orang Tua terhadap Status Merokok di SMA Negeri 5 Banda Aceh No
Orang Tua
Frekuensi
%
1
Positif
28
39,4
2
Negatif
43
60,6
71
100
Total
Sumber: Data primer (diolah Agustus 2013) Dari 71 responden di SMA Negeri 5 Banda Aceh sebagian besar berada pada ketegori negatif sebanyak 43 responden (60,6 %). 4. Iklan Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Pengaruh Iklan terhadap Status Merokok di SMA Negeri 5 Banda Aceh No 1
Orang Tua Positif
Frekuensi
%
32
45,1
36
2
Negatif
Total
39
54,9
71
100
Sumber: Data primer (diolah Agustus 2013) Dari 71 responden di SMA Negeri 5 Banda Aceh sebagian besar berada pada ketegori Negatif sebanyak 39 responden (54,9 %). C. Analisa Bivariat 1. Hubungan Teman Sebaya dengan Status Merokok siswa SMA Negeri 5 Banda
Aceh
Tabel 5.5 Hubungan Teman Sebaya dengan Status Merokok pada Siswa SMA Negeri 5 Banda Aceh Status Merokok No
Teman Sebaya
Merokok f
%
p-value
Tidak Merokok f
%
f %
1
Positif
9
33,3
18
66,7
27
100
2
Negatif
32
72,7
12
27,3
44
100
Total
41
30
0,03
71
Berdasarkan tabel 5.5 di atas dapat dilihat dari 27 responden yang mempunyai pengaruh positif, terdapat 9 (33,3 % ) responden yang merokok, 18 (66,7 % ) responden yang tidak merokok, dalam artian pada katagori positif lebih banyak yang responden tidak merokok di banding responden yang merokok. Dari
37
44 responden yang mempunyai pengaruh negatif, terdapat 32 ( 72,7 %) responden yang merokok, 12 ( 27,3 %) yang tidak merokok. Berdasarkan perhitungan uji Chi-Square, diperoleh nilai p-value = 0,03 Nilai tersebut lebih kecil dari (p < 0,05), dengan demikian ada hubungan antara Teman Sebaya dengan Status Merokok atau Hipotesa alternatif (Ha) diterima. 2. Hubungan Orang Tua dengan Status Merokok siswa SMA Negeri 5 Banda
Aceh
Tabel 5.6 Hubungan Orang Tua dengan Status Merokok Siswa SMA Negeri 5 Banda Aceh Status Merokok Tidak No
Orang Tua
Merokok
f
%
p-value
Merokok f
%
f
%
1
Positif
8
28,6
20
71,4
28
100
2
Negatif
33
76,7
10
23,3
43
100
Total
41
30
0,000
71
Berdasarkan tabel 5.6 dapat dilihat dari 28 responden yang mempunyai pengaruh positif terdapat 8 (28,6 % ) responden yang merokok, dan 20 (71,4%) responden yang tidak merokok, dalam artian pada kategori positif terdapat lebih sedikit responden yang merokok di bandingkan dengan yang tidak merokok. Dan dari 43 responden yang mempunyai pengaruh negatif, terdapat 33 ( 76,7% ) responden yang merokok, dan 10 (23,3 %) responden yang tidak merokok.
38
Berdasarkan perhitungan uji Chi-Square, diperoleh nilai p-value = 0,000 Nilai tersebut lebih kecil dari (p < 0,05), dengan demikian ada hubungan antara Orang Tua dengan Status Merokok atau Hipotesa alternatif (Ha) diterima. 3. Hubungan Iklan dengan Status Merokok siswa SMA Negeri 5 Banda Aceh Tabel 5.7 Hubungan Iklan dengan Status Merokok Siswa SMA Negeri 5 Banda Aceh Status Merokok No
Iklan
Merokok
Tidak Merokok
f
%
f
%
f
%
1
Positif
12
37,5
20
62,5
32
100
2
Negatif
29
74,4
10
25,6
39
100
Total
41
30
p-value
0,04
71
Berdasarkan tabel 5.7 dapat dilihat dari 32 responden yang mempunyai pengaruh positif, terdapat 12 (37,5 %) yang merokok, 20 (62,5 %) responden yang tidak merokok, dalam artian pada kategori positif terdapat banyak responden yang tidak merokok dibandingkan dengan yang merokok. Dan 39 responden yang mempunyai pengaruh negatif, terdapat 29 (74,4 %) responden yang merokok, 10 (25,6 %) responden yang tidak merokok. Berdasarkan perhitungan uji Chi Square, diperoleh nilai p-value = 0,04 Nilai tersebut lebih kecil dari (p < 0,05), dengan demikian ada hubungan antara Iklan dengan Status Merokok atau Hipotesa alternatif (Ha) diterima. D. Pembahasan
39
Dari hasil penelitian yang dilakukan di SMA Negeri 5 Banda Aceh Tahun 2013 memperlihatkan bahwa Teman Sebaya, Orang Tua dan Iklan sangat mempengaruhi status merokok Siswa SMA, dengan kata lain ada hubungan antara teman sebaya, orang tua, dan iklan dengan status merokok Siswa. Berdasarkan data yang didapatkan dari Status merokok dari 71 responden terdapat 41 (57,7%) responden yang merokok, 30 (42,3%) responden yang tidak merokok. 1. Hubungan Teman Sebaya dengan Status Merokok siswa SMA Negeri 5 Banda Aceh Hasil penelitian menunjukkan bahwa uji statistik didapatkan nilai p-value 0,03, sehingga terdapat hubungan antara teman sebaya dengan status merokok (nilai <0,05). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Kurniawati (2003) dalam
penelitiannya
mengungkapkan
bahwa
lingkungan
teman
sebaya
memberikan sumbangan efektif sebesar 93,8% terhadap munculnya perilaku merokok pada remaja. Dalam penelitiannya dikatakan bahwa semakin banyak dukungan teman untuk merokok dapat mendorong seseorang untuk semakin menjadi perokok. Berbagai fakta mengungkapkan bahwa semakin banyak remaja merokok maka semakin besar kemungkinan teman-temannya adalah perokok juga dan demikian sebaliknya. Dari fakta tersebut ada dua kemungkinan yang terjadi, pertama remaja tadi terpengaruh oleh teman-temannya atau bahkan teman-teman remaja tersebut dipengaruhi oleh diri remaja tersebut yang akhirnya mereka
40
semua menjadi perokok. Diantara remaja perokok terdapat 87% mempunyai sekurang-kurangnya satu atau lebih sahabat yang perokok begitu pula dengan remaja non perokok
(Al Bachri, 1991).
Berdasarkan hasil penelitian, peneliti berasumsi bahwa teman yang baik dan tidak merokok dapat mengurangi seseorang untuk merokok. Terdapatnya hubungan antara teman sebaya dengan status merokok karena pada saat melakukan penelitian, peneliti melihat bahwa dari sebagian besar siswa yang merokok mereka memang bergaul dengan teman sebayanya yang merokok, tidak mau memperhatikan apakah tindakan dia itu benar atau tidak, dan juga tidak mau memperhatikan apakah itu baik untuk kesehatannya atau tidak. Selain itu mereka juga masih kurang paham tentang penyakit-penyakit yang dapat terjadiakibat merokok, sehingga mereka sama sekali tidak mau memperhatikan kesehatannya melalui merokok. Dari data ini dapat dilihat bahwa semakin negatif pengaruh seseorang yang merokok terhadap kawannya maka berkemungkinan buruk pula perilaku teman yang terpengaruh tersebut. 2. Hubungan Orang Tua dengan Status Merokok siswa SMA Negeri 5 Banda Aceh Hasil penelitian menunjukkan bahwa uji statistik didapatkan nilai p-value 0,000, sehingga terdapat hubungan antara orang tua dengan status merokok (nilai <0,05). Nainggolan (2000), anak-anak dengan orang tua perokok cenderung akan merokok dikemudian hari, hal ini terjadi paling sedikit disebabkan oleh karena
41
dua hal: Pertama, karena anak tersebut ingin seperti bapaknya yang kelihatan gagah dan dewasa saat merokok. Kedua, karena anak sudah terbiasa dengan asap rokok dirumah, dengan kata lain disaat kecil mereka telah menjadi perokok pasif dan sesudah remaja anak gampang saja beralih menjadi perokok aktif . Bahkan dalam sebuah studi, dari para remaja perokok ditemukan bahwa 75% salah satu atau kedua orangtua mereka merupakan perokok (Soetjiningsih 2004). Aditama mengungkapkan bahwa jumlah remaja perokok lima kali lebih banyak pada mereka yang orangtuanya merokok dibandingkan dengan orangtua yang tidak merokok (Basyir, 2005). Resiko munculnya perilaku merokok remaja didukung pula oleh perilaku merokok saudara kandung meraka. Remaja dengan orangtua dan saudara kandung perokok memiliki kemungkinan 4 kali lipat untuk menjadi perokok, apalagi jika mereka bersikap tidak melarang remaja untuk merokok (A.F Muchtar 2005). Hasil penelitian Kurniawati (2003) mengenai perilaku merokok remaja di Cimahi, menerangkan bahwa keluarga menjadi salah satu faktor yang berhubungan dengan perilaku merokok remaja. Faktor keluarga memberikan kontribusi terhadap perilaku merokok pada remaja sebesar 96,6%. Menurutnya perilaku merokok yang ditampilkan keluarga menjadikan remaja meniru perilaku tersebut, terlebih bila merokok sudah menjadi kebiasaan dalam keluarga. Berdasarkan uraian di atas peneliti dapat berasumsi bahwa
orang tua
dengan perilaku yang baik dan tidak merokok dapat mengurangi atau bahkan mencegah langsung anaknya agar tidak merokok. Terdapatnya hubungan antara
42
orang tua dengan status merokok karena pada saat melakukan penelitian, peneliti melihat bahwa dari sebagian besar siswa yang merokok mereka menjawab pertanyaan kuesioner dengan ayahnya juga seorang perokok, tidak mau memperhatikan apakah tindakan dia itu benar atau tidak, dan juga tidak mau memperhatikan apakah itu baik untuk kesehatannya atau tidak. Selain itu mereka juga terbiasa mengikuti apa yang dilakukan oleh orang tuanya. Terlebih mereka juga masih kurang paham tentang penyakit-penyakit yang dapat terjadi akibat merokok, sehingga mereka sama sekali tidak mau memperhatikan kesehatannya melalui merokok. Dari data ini peneliti dapat berasumsi bahwa semakin banyak orang tua yang merokok, maka semakin banyak pula anak-anak mereka atau remaja khususnya terdorong untuk merokok. 3. Hubungan Iklan dengan Status Merokok siswa SMA Negeri 5 Banda Aceh Hasil penelitian menunjukkan bahwa uji statistik didapatkan nilai p-value 0,04, sehingga terdapat hubungan antara orang tua dengan status merokok (nilai <0,05). Reynolds, (1999) mengatakan Iklan rokok diyakini telah memberi pengaruh yang tingginya terhadap meningkatnya jumlah perokok muda di Indonesia umumnya dan di Aceh khususnya. Selain itu orang tua yang terbiasa merokok juga salah satu penyebab ramainya remaja menjadi pecandu rokok.
43
Peneliti berasumsi bahwa siswa-siswa melihat iklan di media massa dan elektronik yang menampilkan pesan yang tersirat bahwa perokok adalah lambang kejantanan atau glamour, membuat remaja sering kali terpicu untuk mengikuti perilaku seperti yang ada dalam iklan tersebut. Korban dari iklan rokok yang sangat gencar baik dari media cetak, maupun elektronik dan yang paling mendorong lagi, remaja tersebut merokok adalah karena figure idolanya merokok. Iklan punya peran penting dalam menentukan dan mendorong kebiasaan merokok pada masyarakat. Remaja merokok pertama kali salah satunya karena iklan rokok yang ada pada media cetak atau elektronik. Iklan dan promosi rokok semakin tidak etis, karena melakukan pembodohan dan indoktrinasi brand image yang luar biasa dalam mepromosikan rokok. Rokok digambarkan sebagai lambang kejantanan, kenikmatan, kebebasan, kedewasaan, dan lain-lain, yang kesemuanya merupakan buaian yang mengajak masyarakat khususnya siswa-siswa untuk merokok.
.
44
BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian peneliti dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Ada hubungan antara Teman Sebaya dengan Status Merokok pada siswa di SMA Negeri 5 Banda. 2. Ada hubungan antara Orang Tua dengan Status Merokok pada siswa di SMA Negeri 5 Banda Aceh. 3. Ada Hubungan antara Iklan dengan Status Merokok pada Siswa di SMA Negeri 5 Banda Aceh. B. Saran 1. Bagi institusi pendidikan Kesehatan Diploma III Kebidanan STIKes U’Budiyah Banda Aceh agar dapat menyediakan referensi pustaka yang berhubungan dengan faktor-faktor yang berhubungan dengan Status Merokok pada remaja. 2. Bagi tempat penelitian terutama pada para guru agar dapat menambahkan pengetahuan siswa tentang pola hidup sehat, dan khususnya tentang bahaya merokok.
45
3. Bagi peneliti agar dapat menerapkan hasil penelitian ini sebagai bahan bacaan untuk meningkatkan wawasan penelitian yang berhubungan dengan Status merokok pada siswa.