BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Bermain adalah “pekerjaan” anak-anak semua usia dan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan, tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Bermain merupakan suatu aktivitas bagi
anak-anak
untuk
mempraktikan
keterampilan
mereka,
mengekspresikan apa yang mereka pikirkan dan rasakan, membuat mereka menjadi kreatif dan mempersiapkan diri untuk berperan dan berperilaku dewasa (Aziz, 2005). Bermain juga merupakan media yang baik untuk belajar, karena
dengan
bermain
anak-anak
akan
berkata-kata
(berkomunikasi), belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan, melakukan apa yang dapat dilakukannya, mengenal jarak, waktu serta suara. Bermain juga diyakini mampu untuk menghilangkan berbagai batasan, hambatan dalam diri, stres dan frustasi, karena bermain memiliki efek penyembuhan, oleh karena itu bermain tidak berhenti pada saat anak-anak sakit, tetapi bermain dapat dilakukan dimana saja, kapan saja termasuk di rumah sakit sesuai dengan minat, usia dan keterbatasan anak (Wong, 2000).
1
Bermain di rumah sakit banyak manfaatnya, antara lain dapat memberikan pengalihan
dan menyebabkan relaksasi sehingga
menghilangkan ketakutan dan ketegangan, membantu anak merasa lebih aman di lingkungan yang asing atau baru baginya, membantu mengurangi stres akibat perpisahan dan perasaan rindu rumah, mengurangi stres akibat tindakan keperawatan yang dilakukan dan sebagai alat ekspresi ide-ide dan minat (Wong, 2009). Anak usia 3-6 tahun atau usia masa kanak-kanak awal yang termasuk dalam usia prasekolah disebut sebagai anak usia tahap mainan, karena dalam periode ini hampir semua permainan menggunakan mainan. Pada usia ini juga penyakit dan dirawat di rumah sakit seringkali menjadi krisis yang harus dihadapi anak (Wong, 2009). Anak usia ini saat mengalami sakit dan dirawat di rumah sakit merasa stres akibat perubahan dari keadaan sehat menjadi sakit dan rutinitas lingkungannya serta anak memiliki jumlah mekanisme koping yang terbatas untuk menyelesaikan stressor (kejadian-kejadian yang menimbulkan stres). Anak saat dirawat juga akan merasa tidak aman dan nyaman, tidak mengerti mengapa harus dirawat terpisah dengan orang-orang terdekat, sehingga perlu aktivitas pengalihan dalam bentuk bermain, baik bermain bersama orang tua ataupun dengan perawat untuk mengurangi kecemasan (Wong, 2009).
2
Terdapat beberapa macam jenis permainan untuk anak usia prasekolah menurut Yusuf (2002:172) yaitu permainan fungsi (loncatloncat, naik dan turun tangga), permainan fiksi (menjadikan kursi seperti
kuda,
perang-perangan,
masak-masakan,
robot-robotan,
dokter-dokteran), permainan reseptif atau apresiatif (mendengarkan cerita atau dongeng, melihat gambar, membaca buku cerita), permainan membentuk (membuat kue dari tanah liat, membuat kapalkapalan, puzzle), permaian prestasi (sepak bola, bola voly, bola basket). Macam-macam permainan ini dapat dilakukan oleh anakanak usia prasekolah, namun perlu diperhatikan jika anak dalam keadaan sakit. Prinsip bermain di rumah sakit tidak membutuhkan banyak energi, waktunya singkat, mudah dilakukan, aman, tidak bertentangan dengan terapi dan melibatkan keluarga, karena anak-anak yang sakit dan harus dirawat memiliki keterbatasan dalam bermain yang disebabkan karena kelemahan fisiknya, penggunaan alat-alat bantu kesehatan seperti infus, kateter, Naso Gastric Tube (NGT), atau juga karena harus diisolasi berhubungan dengan penyakit yang diderita (Supartini, 2004). Dilihat dari jenis-jenis permainan untuk anak usia prasekolah menurut Yusuf (2002:172), yang memungkinkan dilakukan di rumah sakit yaitu permainan reseptif atau apresiatif seperti mendengarkan cerita atau dongeng, melihat gambar, melihat orang melukis,
3
membaca buku cerita atau dibacakan buku cerita, permainan membentuk seperti membuat kapal-kapalan dari kertas, puzzle dan permainan fiksi seperti dokter-dokteran, robot-robotan, boneka. Berdasarkan hasil wawancara untuk data awal yang dilakukan di Ruang Dahlia Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang, orang tua mengatakan bahwa anaknya bermain di rumah sakit tetapi tidak seperti bermain yang dalam keadaan sehat seperti berlari-lari, sepedaan, bermain bersama teman. Di rumah sakit anak hanya bermain seperti membaca buku cerita, bermain mobil-mobilan di tempat tidur, atau bermain bersama orang tua di tempat tidurnya seperti bermain boneka. Berdasarkan hasil pengamatan di rumah sakit tersebut benar bahwa anak-anak usia 3-6 tahun ini biasanya bermain di tempat tidur saja seperti yang dikatakan oleh orang tua dan mereka bermain menggunakan mainan yang dibawa dari rumah atau dibeli oleh orang tuanya sendiri seperti mobil-mobilan, pesawat, buku cerita, boneka balon, dan terkadang bermain mainan yang ada di handphone. Kejadian yang menimbulkan stres pada anak yang di- rawat di rumah sakit yaitu cedera tubuh dan nyeri akibat tindakan pengobatan yang dilakukan, kehilangan kendali yang disebabkan oleh perubahan rutinitas dan ketergantungan yang harus dipenuhi dan kecemasan akibat perpisahan dengan orang tua (Wong, 2009).
4
Kecemasan merupakan suatu respon emosi atau perasaan yang timbul dari penyebab yang tidak pasti dan tidak spesifik yang dapat menimbulkan perasaan tidak nyaman dan perasaan terancam. Kecemasan terjadi sebagai akibat dari adanya ancaman terhadap diri, harga diri atau identitas seseorang. Kecemasan juga berkaitan dengan tingkat perkembangan, jenis kelamin, sosial budaya dan pengalaman (Stuart, G.W & Sundeen, S.J. 1995). Kecemasan akibat dirawat di rumah sakit pada anak-anak usia prasekolah dibagi menjadi tiga yaitu cemas akibat perpisahan yang anak tunjukkan melalui tiga tahap yaitu tahap protes dengan menangis dan menyerang orang asing. Tahap putus asa yaitu anak menjadi tidak aktif, depresi, sedih, menarik diri, dan tahap pelepasan yaitu anak-anak akan mulai berinteraksi dengan orang asing dan mereka tampak bahagia. Kedua yaitu anak-anak kehilangan kendali dengan menjadi malu, bersalah dan takut. Ketiga yaitu cedera tubuh dan nyeri yang ditunjukkan dengan anak menangis, mengatakan kepada perawat untuk pergi (Wong, 2009). Berdasarkan pengalaman praktek klinik pada bulan JuliAgustus 2011 di Ruang Dahlia Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang, peneliti melihat anak-anak usia 3-6 tahun yang dirawat di rumah sakit menunjukkan rasa cemas mereka dengan sering menangis, memeluk orang tua jika didekati oleh perawat, tidak mau
5
berbicara dengan perawat saat perawat ingin mendekati atau ingin melakukan tindakan keperawatan pada anak. Penelitian yang dilakukan oleh Suryanti Marasaoly (2009) tentang
pengaruh
terapi
bermain
puzzle
terhadap
dampak
hospitalisasi pada anak usia prasekolah di ruang Anggrek 1 Rumah Sakit
Popus
R.S
www.garuda.dikti.go.id
Sukanto mendapatkan
yang hasil
dipublikasi penelitian
melalui yaitu
ada
pengaruh yang bermakna antara intervensi terapi bermain puzzle dengan dampak hospitalisasi. Jurnal keperawatan oleh Alfiyanti D. (2007) tantang pengaruh terapi bermain terhadap tingkat kecemasan anak usia prasekolah selama tindakan keperawatan di ruang Lukman Rumah Sakit Roemani Semarang, hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara tingkat kecemasan anak usia prasekolah selama tindakan keperawatan sebelum dan sesudah dilakukan terapi bermain. Penelitian di atas menunjukkan bahwa bermain yang diarahkan atau terapi bermain mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap penurunan kecemasan anak yang dirawat di rumah sakit. Namun apakah frekuensi bermain yang anak-anak lakukan sesuai hasil observasi oleh peneliti mampu mengurangi tingkat kecemasan pada anak?
6
Latar belakang di atas membuat peneliti tertarik untuk meneliti mengenai hubungan antara frekuensi bermain terhadap penurunan kecemasan anak. Penelitian ini akan dilakukan di
ruang bangsal
keperawatan anak Ruang Dahlia Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang.
1.2
Identifikasi Masalah Masalah yang timbul pada anak-anak yang dirawat di rumah sakit adalah cemas akibat perpisahan dengan orang tua, kehilangan kendali, cedera tubuh dan nyeri. Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan kebebasan batin untuk memperoleh kesenangan. Bermain pada anakanak yang sakit dan dirawat di rumah sakit berbeda dengan anakanak yang sehat. Berdasarkan hasil observasi untuk pengambilan data awal, anak-anak yang sakit dan dirawat sering bermain seperti tembaktembakan, boneka yang dibawa dari rumah, membaca buku cerita atau dibacakan buku ceritanya dan robot-robotan. Penelitian ini lebih menekankan pada “frekuensi bermain” karena belum ada penelitian mengenai frekuensi anak bermain selama sakit dan dirawat di rumah sakit, selain itu peneliti juga ingin mengetahui frekuensi bermain dengan bentuk permainan yang anakanak gunakan sesuai dengan data awal yang peneliti dapat seperti
7
bermain boneka, pesawat-pesawatan, membaca buku cerita, dan lainlain mempunyai hubungan terhadap kecemasan anak. Frekuensi bermain yang diteliti dalam penelitian ini adalah frekuensi bermain fiksi yaitu dokter-dokteran, robot-robotan, bermain reseptif seperti mendengarkan cerita atau dongeng dan permainan membentuk seperti puzzle. Untuk itu, peneliti akan meneliti mengenai ada atau tidak adanya hubungan antara frekuensi bermain terhadap kecemasan anak usia 3-6 tahun yang dirawat di rumah sakit.
1.3
Batasan Masalah Pada penelitian tentang hubungan antara frekuensi bermain terhadap kecemasan pada anak usia 3-6 tahun yang dirawat di Ruang Dahlia Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang, peneliti membatasi masalah yaitu kecemasan pada anak saat dirawat di rumah sakit sesuai teori Wong dan frekuensi bermain pada anak yang sakit dan dirawat di rumah sakit dengan bentuk permainan yang digunakan pada anak-anak usia 3-6 tahun yaitu permainan fiksi, permainan reseptif dan permainan membentuk yang anak-anak gunakan saat dirawat di rumah sakit.
8
1.4
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, peneliti merumuskan masalah sebagai berikut: Adakah
hubungan
antara
frekuensi
bermain
terhadap
kecemasan pada anak usia 3-6 tahun yang dirawat di Ruang Dahlia Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang?
1.5
Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji secara empiris ada atau tidak adanya hubungan yang signifikan antara frekuensi bermain terhadap kecemasan pada anak usia 3-6 tahun yang dirawat di Ruang Dahlia Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang
1.6
Manfaat penelitian 1. Bagi Institusi Pendidikan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi
pengembangan
ilmu
keperawatan
khusunya
ilmu
keperawatan anak dalam mempersiapkan tenaga keperawatan yang
profesional
dan
handal
dalam
melakukan
asuhan
keperawatan pada anak.
9
2. Bagi Institusi Pelayanan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi pengelolah institusi pelayanan kesehatan, khususnya pada keperawatan anak dalam memberikan pelayanan kesehatan pada anak-anak usia 3-6 tahun dalam hal meminimalkan kecemasan anak selama perawatan di rumah sakit.
3. Bagi Masyarakat dan Orang Tua Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan pengetahuan tentang ada atau tidak adanya hubungan antara frekuensi bermain di rumah sakit terhadap kecemasan anak, sehingga orang tua dapat meminimalkan hal-hal yang dapat mempengaruhi kecemasan anak saat sakit dan dirawat.
10