1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kegiatan
usaha
berbisnis
syariah
di
Indonesia
semakin
berkembang pesat, mulai dari perbankan syariah, asuransi syariah, pegadaian
syariah,
hingga
koperasi
berbasis
syariah.
Namun
perkembangan yang paling pesat terjadi pada perbankan syariah. Langkah strategis pengembangan perbankan syariah yang telah di upayakan adalah pemberian izin kepada bank umum konvensional untuk membuka kantor cabang unit usaha syariah (UUS) atau konversi sebuah bank konvensional menjadi bank syariah. Langkah strategis ini merupakan respon dan inisiatif dari perubahan Undang Undang perbankan No. 10 Tahun 1998. UndangUndang pengganti UU No. 7 Tahun 1992 tersebut mengatur dengan jelas landasan hukum dan jenis-jenis usaha yang dapat dioperasikan dan diimplementasikan oleh bank syariah Dukungan pemerintah dalam hal ini ditandai dengan adanya UU No. 19 Tahun 2008 Tentang Surat Berharga Syariah Nasional dan UU No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah, adanya Deputi Gubernur Bank
Indonesia bidang Perbankan Syariah, dan adanya Forum
Komunikasi Ekonomi Syariah, Masyarakat Ekonomi Syariah dan penyeleggaraan berbagai festival ekonomi syariah. Yang diselenggarakan Bank Indonesia sebagai otoritas moneter di Indonesia.
2
Tumbuhnya bank-bank syariah atau unit usaha syariah merupakan upaya yang dilakukan oleh bank pemerintah maupun bank swasta untuk mendukung perkembangan sistem ini. Pertumbuhan asset yang dimiliki oleh perbankan syariah berdasarkan laporan tahunan BI 2009 (Desember 2009)
secara
kuantitas,
pencapaian
perbankan
syariah
sungguh
membanggakan dan terus mengalami peningkatan dalam jumlah bank. Jika pada tahun 1998 hanya ada satu bank Umum Syariah dan 76 bank Perkreditan Rakyat Syariah, maka pada Desember 2009 (berdasarkan data statistik Perbankan Syariah yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia) jumlah bank syariah telah mencapau 31 unit yang terdiri atas 6 Bank Umum Syariah dan 25 Unit Usaha Syariah. Selain itu, jumlah Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) telah mencapai 139 unit pada periode yang sama. Perkembangan
asset
perbankan
syariah
meningkat
sangat
signifikan dari akhir tahun 2008 sampai dengan akhir tahun 2009 sebesar lebih dari 33.37 persen. Penghimpunan dana dan pembiayaan mencapai peningkatan sebesar 41.84 dan 22.74 persen. Selama ini bank syariah jauh lebih mampu menjalankan fungsi intermediasi yang baik disbanding dengan bank konvensional. Terlebih dengan besarnya porsi pembiayaan yang disalurkan ke sector UMKM memberikan bukti komitmen bank syariah terhadap pemberdayaan ekonomi rakyat. Oleh sebab itu, kinerja bank syariah tersebut dapat dijadikan sebagai sustainable Competitive
3
Advantage dalam menghadapi persaingan industri perbankan yang semakin ketat. Namun demikian, sumber keunggulan strategi bank syariah diatas belum dapat berperan secara signifikan untuk mendukung pembangunan ekonomi
yang
berkelanjutan
dan
berkeadilan.
Kesenjangan
ini
dikarenakan masih kecilnya share bank syariah di dalam dunia perbankan nasional. Untuk itu diperlukan strategi yang mampu mendongkarak asset bank syariah secar nasional. Mengamati realita perkembangan bank syariah di Indonesia hingga saat ini, maka peningkatan daya saing bank syariah merupakan hal yang sangat mendesak untuk dilaksanakan. Secara objektif harus diakui bahwa bank
syariah
masih
kalah
bersaing dibandingkan
dengan
bank
konvensional, sehingga diperluka strategi bersaing yang tepat untuk meraih keunggulan kompetitif dalam industri perbankan nasional. Dalam hal ini, kekuatan daya saing sangat menentukan bagi keberhasilan atau kegagalan sebuah perusahaan dalam suatu industri tertentu. Alih-alih mendukung pembangunan ekonomi bangsa, jika terus beroperasi dengan daya saing yang rendah maka eksistensi bank syariah akan terancam oleh peta persaingan perbankan yang semakin ketat. Perkembangan dan kondisi persaingan saat ini mengisyaratkan perlunya program akselerasi agar bank syariah mampu mengejar ketertinggalanya atas bank konvensional. Berdasasrkan uraian di atas, dibutuhkan strategi bersaing yang tepat merupakan kunci keberhasilan dalam menghadapi perubahan lingkungan
4
bisnis, apabila konsep strategi tidak jelas, keputusan yang diambil akan bersifat subyektif dan berdasr pada intuisi dan mengabaikan keputusan yang lain. Oleh karena itu, setiap bisnis dituntut untuk menentukan strategi-strategi yang tepat, aktif dan rasional untuk mencapai tujuan perusahaan, mengimplementasikan misinya dan unggul dalam menghadapi persaingan kompetitif dibandingkan dengan strategi-strategi pesaing.maka dari itu penulis tertarik untuk meneliti strategi persaingan Bank Syariah dengan
judul
“Strategi
Persaingan
Bak
Syariah
Terhadap
Konvensional” (Studi Kasus Di Kecamatan Bukit Kecil Palembang)
B. Rumusan Masalah Bank 1. Faktor-faktor internal apakah yang menjadi kekuatan dan kelemahan bagi Bank Syariah 2. Faktor-faktorEksternal apakah yang menjadi peluang dan ancaman bagi Bank Syariah 3. Bagaimana Menyusun Strategi Persaingan yang tepat dan efektif bagi Bank Syariah dalam menghadapi persaingan
5
C. Tujuan Penelitian 1. Mengidentifikasi Faktor-faktor lingkungan internal (kekuatan dan Kelemahan) yang dimiliki Bank Syariah 2. Mengidentifikasi Faktor-faktor lingkungan Eksternal (peluang dan ancaman) yang dimiliki Bank Syariah 3. Merumuskan alternatif strategi persaingan yang sesuai bagi Bank Syariah dalam menghadapi persaingan
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi penulis Penelitian ini bermanfaat untuk menambah informasi dan pengetahuan penulis mengenai langkah-langkah pihak perbankan khusunya Bank Syariah di Kecamatan Bukit Kecil dalam mengatasi persaingan terhadap Bank Konvensional.
2. Bagi Tempat Penelitian Penelitian ini bisa dijadikan sebagai referensi untuk mengevaluasi, melengkapi, dan memperbaiki apa saja yang telah dilakukan terutama dalam hal persaingan Bank Syariah terhadap Bank Konvensional di Kecamatan Bukit Kecil .
6
3. Bagi Almamater Penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai bahan referensi untuk melakukan peneltian lainnya yang berkaitan dengan strategi persaingan.
7
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Pustaka
1. Penelitian Sebelumnya Hadawiah
(2009)
dalam
penelitianya
berjudul
Strategi
Memenangakan Persaingan dalam Pemasaran Surat Kabar Harian di Makasar Kasus Fajar, Tribun Timur dan Pedoman Rakyat. Perumusan masalah dalam penelitian tersebut adalah Strategi apa yang diterapkan oleh surat kabar harian Fajar, Tribun Timur dan Pedoman Rakyat dalam memenangkan persaingan dalam pemasaran. Adapun tujuanya untuk Untuk mengkaji strategi pemasaran yang digunakan oleh Harian Fajar, Tribun Timur dan Pedoman Rakyat dalam memenangkan strategi persaingannya dan Untuk mengkaji bauran pemasaran yang dilakukan oleh Harian Fajar, Tribun Timur dan Pedoman Rakyat dalam mempertahankan pangsa pasarnya. Terdapat dua variabel yanmg digunakan yaitu strategi memenagkan persaingan dan pemasaran surat kabar. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara langsung, observasi dan data dianalisa secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertama, ketiga surat kabar ini melakukan persaingannya dalam pemasarannya sangat berdampak pada peningkatan oplah, Harian Fajar mengalami
8
perkembangan fluktuatif, Tribun Timur mengalami kenaikan yang signifikan dan Pedoman Rakyat mengalami penurunan drastic. Kedua, strategi dari marketing mix (produk, harga, distribusi dan promosi) ketiga surat kabar ini masing-masing mempunyai strategi sendirisendiri yang berbeda dalam pelaksanaanya. Ketiga, dalam pelaksanaan strategi pemasaran dan bauran pemasaran yang digunakan ternyata ada diantaranya (Pedoman Rakyat) belum mampu memenuhi tujuan perusahaan dalam mencapai tujuan pemasarannya. Zanikhan (2009) dalam penelitianya yang berjudul Strategi Persaingan PT. Bank Sumsel Syariah Cabang Palembang. Perumusan masalah dalam penelitian tersebut adalah bagaimana kekuatan dan kelemahan strategi persaingan PT. Bank Sumsel Syariah Cabang Palembang dan bagaimana ancaman dan peluang yang dihadapi Bank Sumsel Syariah Cabang Palembang. tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan PT. Bank Sumsel Syariah Cabang Palembang dan untuk mengetahui ancaman dan peluang yang dihadapi oleh Bank Sumsel Syariah Cabang Palembang. Jenis penelitian ini adalah deskriptif. Tempat penelitian adalah D3 Perbankan syariah IAIN Raden Fatah Palembang. Variabel dan masing-masing indicator yang digunakan adalah startegi persaingan dengan indikator kekuatan dan kelemahan: Bank milik pemerintah, amanh, banyak dikenal, biaya transaksi wajar, pelayanan, fasilitas, tersebar, ragam jasa, nisbah/bagi hasil jumlah kantor kas ditawarkan
9
Bank Sumsel Syariah itu sendiri. Dan indikator peluang dan ancaman: Kedekatan pada masyarakat, kerjasama, banyaknya Bank Syariah, teknologi, ekonomi, produk persaingan, bunga bank konvensional, pesaing sesama bank syariah, pendapatan, budaya peraturan. Data yang digunakan adalah data primer, dan teknik pengumpulan data berupa kuesioner. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah skla likert. Teknik ananlisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji validitas dan realibilitas, analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Hasil analisa yang didapat maka strategi untuk meningkatkan jumlah penumpang adalah indikator Bank Sumsel Syariah dari Internal mengenai Fasilitas yang diberikan oleh Bank sumsel Syariah dianggap lebih penting oleh responden karena fasilitas yang diberikan oleh Bank Sumsel Syariah telah membantu masyarakat dalam menjalankan transaksinya, dengan nilai yang didapat adalah 4.62 dan nilai paling kecil dan dianggap tidak penting adalah 3.34 dengan indikator Bank Sumsel Syariah milik daerah Sumsel. Indikator Bank Sumsel Syariah dari Eksternal mengenai Pesaing yang bervariatif yang dianggap lebih penting oleh responden karena pesaing yang begitu bervariatif membuat responden memberikan pilihan atau menganggap paling penting dengan nilai yang didapat adalah 456 dan nilai paling kecil dan dianggap tidak penting adalah 229 dengan indikator Kerjasama dengan pihak lain dianggap kurang penting oleh responden.
10
Nurtejo yudi asworo (2007) dalam penelitianya berjudul Strategi Bersaing Jurusan Teknik Industri Universitas Islam Indonesia Dengan Pendekatan Space Matrik. Perumusa masalah adalah bagaimana merumuskan strategi bersaing jurusan Teknik Industri UII. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kekuatan, kelemahan, ancaman dan peluang yang dimiliki oleh jurusan Teknik Industri. Metode pengumpulan data yang dilakukan dengan teknik wawancara yang dilakukan oleh pihak jurusan berdasarkan hasil brainstorming para pakar. Dengan terlebih dahulu menggunakan Input Stage yang berupa data IFE,EFE dan Matriks Kompetitif Profil, dan menggunakan tahap Matching dengan menggunakan metode SPACE Matriks dan tahap keputusan atau Decision Stage menggunakan QSPM,maka diketahui peluang minat mahasiswa memiliki bobot 0,125 dengan rating 4 menandakan ditengah kompetisi yang begitu tinggi minat mahasiswa pada jurusan Teknik Industri masih tetap tinggi. akan tetapi ancaman yang paling tinggi adanya perkembangan teknologi dengan bobot 0,125 dengan rating 3.Kekuatan dari jurusan TI UII terletak pada kualitas mahasiswa dengan bobot 0,134 dengan rating menandakan TI UII mempunyai keunggulan dibanding pesaingnya,sedang kelemahan terbesar dari sektor promosi yang merupakan kelemahan tertinggi. Dari hasil tersebut maka yang harus dilakukan jurusan TI UII adalah strategi petumbuhan intensif melalui
11
mempertahankan kualitas dosen dan mahasiswa dengan orientasi kepuasan
pasar,
mempertahankan
akreditasi
unggul,
dan
mengembangkan pertumbuhan pasar yang agresif (growth oriented strategy).
2. Landasan Teori a. Strategi Persaingan
Sebelum mengetahui defenisi strategi persaingan terlebih dahulu harus diketahui pengertian strategi. Menurut Chandler dalam (Mudrajad Kuncoro,2008:1) Strategi adalah penentuan tujuan dan sasaran jangka panjang perusahaan, diterapkanya aksi dan alokasi sumber daya yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dan persaingan adalah keadaan ketika organisasi berperang atau berlomba untuk mencapai hasil atau tujuan yang didiginkan seperti konsumen, pangsa pasar, peringkat survei,
atau
sumber
daya
yang
dibutuhkan.(Mudrajad
Kuncoro,2008:86). Jadi bisa diambil kesimpulan bahwa strategi persaingan merupakan penentuan tujuan jangka panjang ketika ketika organisasi berperang atau berlomba untuk mencapai hasil atau tujuan yang didiginkan. Adapun pilihan strategi bersaing yang bisa diterapkan dalam perusahaan akan diuraikan masing-masing pendekatan itu.
12
1) Strategi Bersaing Generik Versi Porter Pada
pendekatan
yang
dikemukakan
Porter
(Mudrajad Kuncoro, 2005:90), terdapat dua factor yang diperhitungkandalam menciptakan strategi bersaing yang “tepat”. Pertama, didasarkan pada keunggulan kompetitif organiasi. Menurut porter keunggulan kompetitif hanya akan diperoleh lewat salah satu dari sumber: bisa dari keunggulan
menciptakan
biaya
yang
rendah
leadership), atau dari kemampuan organisasi menjadi
berbeda
(differentiation)
dibandingkan
(cost untuk para
pesaingnya. Factor kedua dalam pendekatan ini adalah cakupan
produk- pasar (competitive scope) dimana
organisasi saling bersaing satu sama lain dalam pasar yang luas dan sempit. GAMBAR II.1 : Strategi Persaingan Generik Versi Porter
Lingkup persaingan
Keunggulan komparatif Differensiasi Biaya redah Produk/jasa Luas Kepemimpinan Differensiasi biaya Sempit Fokus Fokus (biaya) (differensiasi)
Sumber : Mudrajad Kuncoro (2005:91) Gabungan dari dua faktor ini membentuk dasar dari strategi beraing generik porter(lihat gambar), yaitu (1)
13
Kepemimpinan biaya (cost leadership), (2) diferensiasi (differentiation), dan (3) Fokus (berbasis biaya atau differensiasi). Berikut ini di bahas masing – masing startegi secara rinci.
a) Strategi Kepemimpinan Biaya Adalah strategi yang digunakan organisasi apabila organisasi ingin menjadi pemimpin pasar berbasis biaya rendah dengan basis pelanggan yang luas. Biaya di sini merupakan total biaya produksi, dan bukan pada harga. Pada strategi ini organisasi berfokus pada bagaimana perusahaan mampu memproduksi barang dan jasa dengan biaya yang rendah. Perusahaan yang mampu menciptakan biaya produksi yang rendah tentu saja mampu menjual produknya dengan harga yang lebih rendah dari pesaing, tetapi masih bisa menghasilkan keuntunga bagi perusahaannya. Perusahaan ini tidak takut terhadap ancaman pesaing yang menurunkan harga.
b) Strategi differensiasi Perusahaan akan menggunakan strategi diferensiasi bila ingin bersaing dengan pesaingnya dalam hal
14
keunikan produk dan jasa yang ditawarkan. Keunikan tersebut dapat dilihat dari ciri produk yang menawarkan nilai – nilai yang dicari konsumen sehingga menjadikan produk
tersebut
unik
dan
berada
di
mata
konsumen.konsumen akan rela membayar dengan harga premium bagi produk – produk yang dipersepsikan sebagai produk yang unik dan berbeda olehnya. Diferensiasi dapat dilakukan dalam banyak bentuk, seperti diferensiasi dalam : (a) Gengsi (prestige) dan brand image (b) Teknologi (c) Inovasi (d) Fitur (e) Jasa pelayanan pelanggan (f) Jaringan dealer
c) Strategi Fokus Perusahaan dengan strategi berfokus melayani kebutuhan spesifik ceruk pasar (market niche). Ia bisa memilih strategi focus berbasis biaya atau diferensiasi. Perbedaanya terletak pada segmentasinya yang lebih kecil.
Perusahaan
dengan
strategi
ini
dapat
berlandaskan keunggulan biaya atau diferensiasi.
15
Perusahaan yang menerapkan strategi fokus yang berbasis pada biaya, bersaing dengan pesaing lain dalam industri untuk menjadi pemimpin pasar pada celah pasar yang sempit dan spesifik.
2) Strategi persaingan generic Mintzberg Henry minztberg (Mudrajad Kuncoro, 2005:101) telah mengembangkan alternative tipe strategi persaingan yang dirasakan lebih bagus dalam menggambarkan naiknya kompleksitas lingkungan persaingan. Ia mengajukan enam strategi yang memungkinkan, sebagaimana tampak pada gambar. Diferensiasi melalui citra (image) pasar adalah strategi organisasi untuk menciptakan citra tertentu pada benak konsumen. Diferensiasi melalui desain produk bisa diartikan sebagai usaha organisasi untuk berkompetisi dengan menciptakan fitur produk dan desain yang diingginkan pasar.
16
GAMBAR II.2. : Strategi persaingan generic Mintzberg Melalui harga Diferensiasi
Melalui citra pasar Melaluyi desain produk Melalui kualitas produk
Tidak Diferensiasi
Melalui pendukung produk
Sumber : Mudrajad Kuncoro(2005:102) Diferensiasi melalui kualitas merupakan strategi di mana organisasi berkompetisi dengan memberikan kualitas dan kinerja produk yang lebih tinggi pada harga yang bersaing.
Diferensiasi
menekankan
pada
jasa
melalui
pendukung
pelayanan
pelanggan
produk yang
disediakan oleh organisasi. Sedangkan strategi tidak terdiferensiasi menjelaskan situasi di mana organisasi tidak mempunyai dasar untuk diferensiasi atau ketika organisasi dengan sengaja menerapkan strategi yang ditirunya dari strategi organisasi lain. 3) Strategi 7S D’Aveni Di lain pihak, D’Aveni (Mudrajad Kuncoro, 2005:105) menyatakan model 7S baru yang menawarkan suatu pendekatan perencanaan stratejik yang lebih fleksibel dan dinamis. Model 7S baru versi D’Aveni yang digunakan intuk menganalisis pesaing. Strategi 7S baru yang
17
merupakan penyempurnaan dari model 7S versi Peters & Waterman et al dari Mckinsey, yaitu: a) strategy (startegi) b) Strusture (struktur organisasi) c) System (system teknis yang dipakai dalam organisasi) d) Style (gaya/model) e) Skill (keterampilan) f) Staaf (susunan pegawai) g) Shared value (nilai/norma yang ada di perusahaan). Superordinate Goals (sama dengan gambar
b. Perbedaan Bank Syariah dengan Bank Konvensional 1) Prinsip Konvensional dan Prinsip Syariah Konvensional (kasmir, 2002:38) berasal dari kata convention (konversi, pertemuan) jadi bank konvensional adalah bank yang mekanisme operasinya berdasarkan sistem yang disepakati bersama dalam suatu konvensi. Mayoritas bank yang berkembang di indonesia dewasa ini adalah bank yang berorientasi pada prinsip konvensional. Hal ini tidak terlepas dari sejarah bangsa indonesia dimana asal mula bank di indonesia dibawa oleh kolonial belanda.
18
Dalam mencari keuntungan dan menentukan harga kepada para nasabahnya, bank yang berdasarkan prinsip konvensional menggunakan dua metode yaitu: a)
menetapkan bunga sebagai harga , baik untuk produk simpanan seperti giro, tabungan maupun depositi. Demikian pula harga untuk produk pinjamanya (kredit) juga ditentukan berdasarkan tingkat suku bunga tertentu. Penentuan harga ini dikenal dengan istilah spread based. Apabila suku bunga simpanan lebih tinggi dari suku bunga pinjaman mak dikenal dengan nama negative spread, hal ini telah terjadi di akhir tahun 1998 dan sepanjang tahun 1999
b)
untuk jasa-jasa bank lainnya pihak perbankan barat menggunakan atau menerapkan berbagai biaya-biaya dalam nominal atau porsentase tertentu. Sistem pengenaan biaya ini dikenal dengan istilah fee based. Sedangkan bank yang berdasarkan prinsip syariah
adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum islam antara bank dengan pihak lain untuk menyimpan dana dan atau kegiatan pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah, antara lain berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah), pembiayaan berdasarkan prinsip peryetaan modal ( mushrakah), prinsip
19
jual
beli
barang
dengan
memperoleh
keuntungan
(murabaha), atau pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah), atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barabgtang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina). Pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. Sumber penentuan harga atau pelaksanaan kegiatan bank prinsip syariah dasar hukumnya adalah Al Quran dan Sunnah
Rosul.
Bank
berdasarkan
prinsip
syariah
mengharamkan penggunaan harga produknya dengan bunga tertentu. Bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah bunga adalah riba.
c. Analisis SWOT Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan (Fredy Rangkuti, 2008:18). Analisis didasarkan pada logika yang
20
dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats). Dengan demikian perencanaan strategis (strategic planner) harus menganalisa faktor-faktor strategis perusahaan (kekuatan, kelemaham, peluang dan ancaman) dalam kondisi yang ada saat ini. Hal ini disebut dengan analisa situasi. Model yang paling populer untuk analisa situasi adalah analisa SWOT.
1) Cara Membuat Analisis SWOT SWOT adalah singkatan dari lingkungan internal strengths dan Weaknesses serta lingkungan eksternal opportunities dan threats yang dihadapi dunia bisnis (fredy Rangkuti,2008:19). Analisa SWOT membandingkan antara faktoreksternal peluang (opportunities) dan Ancaman (threats) dengan faktor internal kekuatan (strengths) dan Kelemahan (weaknesses).
21
Gambar II.3. Analisis SWOT Berbagai Peluang
Kelemahan Internal
Kekuatan Internal
Berbagai Ancaman Kuadran 1 :
ini merupakan situasi yang sangat meguntungkan. Perusahaan tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Staretgi
yang diterapkan
adalah
menumbuhkan
kebijakan pertumbuhan yang agresif (Growth oriented strategy) Kuadran 2 : meskipun menghadapi berbagai ancaman, perusahaan ini masih memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan adalah menggunakan kekuatan
untuk
memanfaatkan
peluang
jangka
panjang dengan cara strategi diversifikasi. Kuadran 3 : perusahaan menghadapi peluang pasar yang sangat besar, tetapi di lain pihak, ia menghadapi beberapa kendala/kelemahan
internal.
Fokus
strategi
22
perusahaan
ini
adalah
meminimalkan
masalah-
masalah internal perusahaan sehingga dapat merebut peluang pasar yang lebih baik. Kuadran 4 :
ini merupakan situasi sangat tidak menguntungkan, perusahaan tersebut menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal.
23
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang ditunjukkan untuk mendeskripsikan situasi sosial yang akan diteliti secara menyeluruh yang berkenaan terhadap keberadaan variabel mandiri (sugiyono, 2008:6)
B. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di kecamatan Bukit Kecil Palembang .
24
C. Operasional Variabel Tabel III.1 0perasional variabel Strategi Persaingan Bank Syariah dengan Bank Konvensional di Kota Palembang No 1.
Variabel
Definisi
Strategi Persaingan
Didasarkan pada keunggulan kompetitif bank syariah dan cakupan produk pasar dimana organisasi saling bersaing satu sama lain dalam pasar yang luas dan sempit. Melalui kualitas merupakan strategi diman Bank berkompetisi dengan memberikan kualitas dan kinerja produk yang lebih tinggi pada harga bersaing dan Menwarkan suatu pendekatan perencanaan stratejik yang lebih fleksibel dan dinamis.
Indikator Analisis Strategi Internal: 1. Kekuatan • Biaya Transaksi • Bank Syariah Banyak Dikenal • Pelayanan Bank Syariah • Fasilitas Bank Syraiah • Bagi Hasil Bank Syariah • Ragam Jasa • Teknologi 2. Kelemahan • Teknologi • Inovasi Produk • Fasilitas • Pelayanan • Kualitas produk • Jasa Produk Analisis Strategi Eksternal : 1. Peluang • Bank Syariah Dekat Dengan Masyarakat • Perkembangan Teknologi • Bunga Bank Konvensional Membebankan • Peraturan di Bank Syariah • Kebutuhan Masyarakat Akan Bank Syariah 2. Ancaman • Tingkat Persaingan Dengan Bank Konvensional • Perilaku Nasabah • Karyawan Bank Konvensional Agresif dan Terampil • Peraturan yang Diterapkan Tidak Baik
D. Populasi dan Sampel Menurut Sugiyono (2008, 73) populasi diartikan sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas objek. yang mempumysi kualitas dan karakteristik tertentu yang telah ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulanya. Populasi bersifat finite artinya jumlah populasi terbatas. Populasi dalam penelitian ini adalah
25
seluruh nasabah yang menggunakan transaksi di Bank Syariah di Kecamatan Bukit Kecil Palembang. Menurut sugiyono (2008:116} sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik oleh populasi tersebut. Dalam penelitian ini kerangka sampel dapat ditampilkan pada tabel 1. 8. Berikut: Tabel III. 2 Data Penduduk Kecamatan Bukit Kecil Palembang No Kelurahan di Kecamatan Bukit Kecil Jumlah Penduduk 1. Kelurahan 19 ilir Palembang 3.252 2. Kelurahan 24 ilir Palembang 19.030 3. Kelurahan 22 ilir Palembang 3.549 4. Kelurahan 26 ilir Palembang 11.543 5. Kelurahan 23 ilir Palembang 3.338 6. Kelurahan Talang Semut Palembang 8.810 Total 49.522 Sumber : Kecamatan Bukit Kecil Palembang 2009 Dalam penelitian ini, penulis mengambil sampel dari populasi penduduk Kecamatan Bukit Kecil Palembang. Dengan teknik sampling slovin (Husein Umar, 2003 : 79) sebagai berikut: n=
(N) 1 + ( N. e² )
Keterangan : A=
Ukuran sampel
N=
ukuran Populasi
e=
Persen kelonggaran ketidak telitian karena kesalahan karena kesalahan pengambilan yang masih dapat ditolerir atau diinginkan.
26
n=
49.522 1 + (49.522.0,1²)
= 99,79 maka jumlah sampelnya 100 responden yang akan diambil sebagai sampel. Dalam penelitian ini pengambilan sampel yang dilakukan dengan menggunakan metode nonprobability sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel (sugiyono,2008:120). Berdasarkan teknik sampel yang ada dalam nonprobability sampling penulis menggunakan metode purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (sugiyono, 2008 : 122). Pengambilan sampel dengan metode ini bertujuan untuk mendapatkan sampel yang representatif sesuai dengan kriteria yang ditentukan. Kriteria tersebut adalah responden yang menggunakan jasa bank syariah dan responden ini memiliki informasi untuk diteliti.
E. Data yang diperlukan Bila dilihat Dari sumber datanya, maka pengumpulan data dapat menggunakan (sugiyono, 2008:193): 1) data primer merupakan sumber data yang diperoleh secara langsung dari sumber asli (tidak melalui perantara).
27
2) Data sekunder merupakan sumber data yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh orang lain). Data yang digunakan adalah data primer dengan proses data sebagai berikut: adapun data berupa penilaian nasabah dari bank syariah yang berada di Kecamatan Bukit Kecil Palembang. Isi kuesioner berupa indikator yang telah dijelaskan pada operasional variabel.
F. Teknik pengumpulan Data Bila dilihat dari segi cara atau teknik pengumpulan data, maka
teknik
pengumpulan
data
dapat
dilakukan
dengan
(Sugiyono,2008:193): 1) wawancara adalah bentuk komunikasi langsung antar peneliti dan responden 2) kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seoerangkat pertanyaan atau peryataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya 3) Observasi merupakan suatu proses kompleks, suatu proses yang tersusun dari pelbagai proses biologis dan psikhologis.
Teknik pengumpulan data yang digunakan Dalam melakukan penelitian ini adalah teknik kuisioner. Dalam hal ini, peneliti membuat
28
beberapa daftar pertanyaan untuk kemudian disebarkan kepada responden yang kan diteliti.
G. Analisis Data dan Teknis Analisis
Data yang telah dikumpulkan dari kuesioner nasabah akan diolah. Data yang telah diolah akan dianalisis dengan tahapan berikut : 1. Mengidentifikasi lingkungan eksternal (peluang dan ancaman) dan lingkungan internal (kekuatan dan kelemahan) perusahaan. 2. Menganalisis lingkungan internal dengan menggunakan matriks IFE untuk
mengidentifikasi
kekuatan
dan
kelemahan
utama
perusahaan.Tahap-tahap yang perlu dilakukan dalam membuat matriks IFE adalah : a. Menentukan faktor-faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan pada kolom pertama. b. Memberikan bobot untuk masing-masing faktor pada kolom kedua dengan skala mulai dari 0,0 (tidak penting) sampai 1,0 (paling penting). Penentuan bobot dilakukan dengan mengajukan pertanyaan kepada responden dengan menggunakan skala likert adalah 1 (tidak penting), 2 (kurang penting), 3 (biasa), 4 (penting) dan 5 (sangat penting). Bobot pada masing-masing faktor berfungsi untuk menunjukkan kepentingan relatif setiap faktor agar berhasil dalam industri. Selanjutnya dari hasil tersebut diambil rataannya dan dibagi dengan total rataan untuk
29
mendapatkan nilai bobot (semua bobot tersebut jumlahnya tidak boleh melebihi skor total 1,0). c. Menghitung rating dalam kolom 3 untuk masing-masing faktor dengan memberikan skala mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor), berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi perusahaan. Rating diperoleh dengan mengajukan pertanyaan kepada responden dengan skala likert yang digunakan adalah 4 (kekuatan utama), 3 (kekuatan kecil), 2 (kelemahan kecil) dan 1 (kelemahan utama). Kemudian dari hasilnya diambil rataannya. d. Mengalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3 untuk memperoleh skor pada kolom 4. e. Menjumlahkan
skor
pembobotan
pada
kolom
4
untuk
memperoleh totalskor pembobotan bagi perusahaan. Nilai rataan adalah 2,5, jika nilainya di bawah 2,5 menandakan bahwa secara internal perusahaan adalah lemah, sedangkan nilai yang berada di atas 2,5 menunjukkan posisi internal kuat. Tabel III. 3 Matriks faktor strategi internal Faktor –faktor Strategi Internal Kekuatan 1 2 Kelemahan 1 2 Total
Bobot (a)
Rating (b)
1,00
(Sumber : Fredy Rangkuti, 2008:25)
Skor (a x b)
30
3. Menganalisis lingkungan eksternal dengan menggunakan matriks EFE untuk mengidentifikasi peluang dan ancaman utama yang dihadapi perusahaan.Tahap-tahap yang perlu dilakukan dalam membuat matrik EFE adalah : a. Menyusun daftar peluang dan ancaman pada kolom pertama. b. Memberikan bobot untuk masing-masing faktor mulai dari 0,0 (tidakpenting) sampai 1,0 (sangat penting) pada kolom kedua. Bobot
ditentukandengan
mengajukan
pertanyaan
kepada
responden dengan menggunakan skala likert. Skala likert yang digunakan adalah 1 (tidak penting), 2(kurang penting), 3 (biasa saja), 4 (penting) dan 5 (sangat penting). Bobot pada masingmasing faktor berfungsi untuk menunjukkan kepentingan relatif setiap faktor agar berhasil dalam industri. Selanjutnya, hasil dari pertanyaan dengan skala ordinal, diambil rataannya dan dibagi dengan total rataan untuk mendapatkan nilai bobot. c. Menghitung rating pada kolom 3 untuk masing-masing faktor dengan memberikan skala mulai dari 4 (respon superior), 3 (respon di atas rataan), 2 (respon rataan) dan 1 (respon di bawah rataan). Rating yang diberikan mengindikasikan seberapa efektif perusahaan dalam merespon peluang dan ancaman yang timbul. Rating
diperoleh
dengan
mengajukan
pertanyaan
kepada
responden. Hasil dari pertanyaan tersebut diambil rataannya, yang nantinya digunakan pada matriks EFE.
31
d. Mengalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3 untuk memperoleh skor pada kolom 4. e. Menjumlahkan
skor
pembobotan
pada
kolom
4
untuk
memperoleh total skor pembobotan bagi perusahaan. Nilai 1 pada matriks EFE menunjukkan bahwa perusahaan tidak mampu memanfaatkan peluang-peluang untuk menghindari ancamanancaman. Sedangkan nilai 4 menunjukkan bahwa perusahaan telah mampu memanfaatkan peluang dengan baik untuk menghindari ancaman. Nilai 2,5 menunjukkan perusahaan mampu merespon situasi eksternal secara rataan. Tabel III. 4 Matriks faktor strategi eksternal Fakto – factor Strategi Eksternal Peluang 1 2 Ancaman 1 2 Total
Bobot (a)
Rating (b)
Skor (a x b)
1,00
(Sumber : Fredy Rangkuti, 2008:24) 4. Melakukan analisis dengan matriks SWOT untuk mendapatkan alternatif-alternatif strategi pemasaran yang sesuai bagi perusahaan berdasarkan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan. Matrik SWOT menghasilkan 4 alternatif strategi, yaitu : a. Strategi
SO
(Strenght-Opportunity)
adalah
strategi
yang
menggunakan kekuatan internal perusahaan untuk meraih peluang-peluang yang ada di luar perusahaan.
32
b. Strategi ST (Strenght-Threat) adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk mengatasi ancaman. c. Strategi WO (Weakness-Opportunity) merupakan strategi yang diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan. d. Strategi
WT
(Weakness-Threat)
merupakan
strategi
yang
didasarkan pada usaha meminimalkan kelemahan yang ada dan menghindari ancaman. Tabel III. 5 Matriks SWOT IFE EFE Opportunities (O) Threats (T)
Strenghts (S) Strategi SO
Weaknesses (W) Strategi WO
Strategi ST
Strategi WT
(Sumber : Fredy Rangkuti,2008:31) Langkah-langkah dalam membuat matriks SWOT adalah : a. Membuat daftar peluang eksternal perusahaan. b. Membuat daftar ancaman eksternal perusahaan. c. Membuat daftar kekuatan internal perusahaan. d. Membuat daftar kelemahan internal perusahaan. e. Mencocokkan kekuatan internal dan peluang eksternal, serta mencatat hasilnya dalam strategi SO. f. Mencocokkan kelemahan internal dan peluang eksternal, serta mencatat hasilnya dalam strategi WO. g. Mencocokkan kekuatan internal dan ancaman eksternal, serta mencatat hasilnya dalam strategi ST.
33
h. Mencocokkan kelemahan internal dan ancaman eksternal, serta mencatat hasilnya dalam strategi WT.
34
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Strategi Persaingan Bank Syariah Terhadap Bank Konvensional di Kecamatan Bukit Kecil Palembang
a. Gambaran Kecamatan Bukit Kecil Palembang Daerah Kecamatan Bukit Kecil terletak di pusat kota Palembang yang terdiri dari 6 kelurahan dengan luas wilayah 992,00 Ha yang berbatasan dengan : 1) Sebelah utara berbatasan dengan kecamatan Ilir Timur I 2) Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Ilir Timur I 3) Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Ilir Timur II 4) Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Ilir Barat I Adapun 6 (enam) kelurahan di Kecamatan Bukit Kecil, yaitu : 1) Kelurahan Talang Semut 2) Kelurahan 22 Ilir 3) Kelurahan 19 Ilir 4) Kelurahan 23 Ilir 5) Kelurahan 26 Ilir 6) Kelurahan 24 Ilir
35
Jumlah penduduk pada Kecamatan Bukit Kecil Palembang 49.522 jiwa dengan jumlah kepala keluarga 11. 562 KK terdiri dari jumlah laki-laki 24.317 jiwa dan jumlah perempuan 25.205 jiwa. Sedangkan jumlah tingkat pendidikan pada penduduk Kecamatan Bukit Kecil Palembang antara lain sebagai berikut : SD/Sederajat
: 6. 479 orang
SLTP/ sederajat
: 1.196 orang
SMA / sederajat
: 435 orang
Mahasisa
1.434 orang:
Berdasarkan penelitian jumlah penduduk yang memiliki mata pencaharian pokok di Kecamatan Bukit Kecil Palembang ada 8403 orang, Mata pencaharian masyarakat Bukit
Kecil Palembang
antara lain sebagai berikut : Tabel IV.1. Jumlah Penduduk Kecamatan Bukit Kecil Palembang Berdasarkan Pekerjaan Pada Kelurahan Tahun 2008 Jenis Pekerjaan Kelurahan Talang 22 19 23 26 24 Semut Ilir Ilir Ilir Ilir Ilir 1. PNS 647 214 237 127 198 187 2. TNI/Polri 37 185 25 17 117 76 214 192 3. Pegawai BUMN 114 87 181 48 23 27 31 4. Pensiunan 45 11 14 5. Wiraswasta 571 671 782 191 798 943 6. Tani 61 27 42 41 193 325 7. Dagang 27 68 42 189 8. Jasa 33 13 9. Pelajar/Mahasiswa 27 17 25 19 28 35 18 53 110 10. Lain-lain Sumber : Kantor Kecamatan Bukit Kecil
Jumlah 1.610 457 836 943 3.956 689 372 151 181
36
b. Gambaran Umum Bank Syariah
1) Latar Belakang Bank Syariah Berkembangnya bank-bank syariah di negara-negara islam berpengaruh ke indonesia. Pada awal periode 1980-an, diskusi mengenai bank syariah sebagai pilar ekonomi islam mulai dilakukan. Para tokoh yang terlibat dalam kajian tersebut adalah karnaen A. Perwataatmadja, M. Dawan Rahardjo, A.M. Saefuddin,
M.Amien
Azis,
dan
lain-lain
(Syafei
Antonio,2009:25). Beberapa uji coba pada skla yang relatif terbatas telah diwujudkan. Di antaranya adalah Baitul Tamwilsalman Bandung, yang sempat tumbuh menesankan. Di jakarta juga dibentuk lembaga serupa dalam bentuk koperasi, yakni koperasi Ridho Gusti. Akan tetapi, prakarsa lebih khusus untuk mendirikan bank islam di Indonesia baru dilakukan pada tahun 1990. Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada tanggal 18-20 Agustus 1990 menyelenggarkan lokakarya Bunga Bank dan perbankan di Cisarua, Bogor, jawa Barat. Hasil lokakarya tersebut dibahas lebih mendalam pada musyawarah Nasional IV MUI yang berlangsung di Hotel Sahid Jaya Jakarta, 22-25 Agustus 1990. Berdasarkan amanat Munas IV MUI, dibentuk kelompok kerja untuk mendirikan bank islam di indonesia.
37
Kelompok kerja yang disebut Tim Perbankan MUI, bertugas melakukan pendekatan dan konsultasi dengan semua pihak terkait.
2) PT Bank Muamalat Indonesia (BMI) Bank Muamalat Indonesia lahir sebagai hasil kerja Tim Perbankan MUI tersebut di atas. Akte pendirian PT Bank Muamalat Indonesia ditandatanganai pada tanggal 1 november 1991. pada saat penandatanganan akte pendirian ini terkumpul komitmen pembelian saham sebanyak Rp 84 Miliar. Pada tanggal 3 november 1991, dalam acara silaturhmi Presiden di Istana Bogor, dapat dipenuhi dengan total komitmen modal disetor awal sebesar Rp. 106.126.382.000,00. dengan modal awal tersebut, pada tanggal 1 Mei 1992, Bank Muamalat Indonesia mulai beroperasi. Hingga september 1999, bank Muamalat Indonesia telah memiliki lebih 45 outlet yang tersebar di Jakarta, Bandung, Semarang, Balikpapan dan Makassar Pada awal pendirian Bank Muamalat Indonesia, keberadaan Bank syariah ini belum mendapat perhatian yang optimal dalam tatanan industri perbankan nasional. Landasan hukum organisasi bank yang menggunakan sistem syariah ini hanya dikategorikan sebagai “bank dengan sistem bagi hasil”; tidak
38
terdapat rincian landasan hukum syariah srta jenis-jenis usaha yang diperbolehkan. Hal ini sangata jelas tercermin dari UU No. 7 Tahun 1992, di mana pembahasan perbankan dengan sistem bagi hasil diuraikan hanya sepintas lalu dan merupakan “sisipan” belaka (Syafei Antonio. 2009:26).
3) Era Reformasi dan Perbankan Syariah Perkembangan perbanka syariah pada era reformasi ditandai dengan disetujuinya Undang-undang No. 10Tahun 1998. Dalam undang-undang terasebut di atur dengan rinci landasan hukumsrta jenis-jenis usaha yang dapat dioperasiak dan diimplementasikan oleh bank syariah. Undang –undang tersebut juga memberikan arahan bagi bank-bank konvensional untuk membuka cabang syariah atau bahkanmengkonversi diri secara total menjadi bank syariah. Peluang
tersebut teryata di sambut antusias oleh
masyarakat perbankan. Sejumlah bank mulai memberikan pelatiha dalam bidang oleh masyarakat perbankan. Sejumlah bank mulai memberikan pelatihan dalam bidang perbankan syariah bagi para stafnya. Sebagian bank tersebut inggin menjajaki untuk membuka divisi atau cabang syariah dalam institusinya. Sebagian lainya bahkan berencana mengkonversi diri sepenuhnya menjadi bank syariah. Hal demikian diantipasi
39
oleh Bank Indonesia dengan mengadakan “pelatihan Perbankan Syariah” bagi para pejabat Bank Indonesia dari segenap bagian terutama aparat yang berkaitan langsung seperti DPNP (Direktorat Penelitian dan Pengaturan Perbankan), Kredit, pengawasan, akuntansi, riset, dan moneter (Syafei Antonio, 2009:26).
4) Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah Satu perkembangan lain perbankan syariah di indonesia pasca reformasi adalah diperkenankanya konversi cabang bank umum konvensional menjadi unit usaha syariah (Syafei Antonio, 2009:27). Beberepa bank yang sudah membuka bank umum dan unit usaha syariah di antaranya : Bank Umum Syariah : a) Bank Muamalat Indonesia b) Bank Syariah Mandiri c) Bank Syariah Mega Indonesia d) Bank Syariah Bukopin e) Bank Rakyat Indonesia Syariah Unit Usaha Syariah : a) Bank BNI Syariah b) Bank BTPN Syariah
40
c) Bank BII Syariah d) Permata Bank Syariah e) Bank Export Indonesia f) Bank Danamon g) Bank HSBC h) Bank Niaga Sumber: Abu Muhammad, 2009:103
5) Struktur Organisasi Bank Syariah Bank Syariah dapat memiliki struktur yang sama dengan bank konvensional, misalnya dalam hal komisaris dan direksi, tetapi yang amat membedakan antar bank syariah dan bank konvensional adalah keharusan adanya Dewan Pengawas Syariah yang bertugas mengawasi operasional bank dan produk-produknya agar sesuai dengan garis-garis syariah. Dewan Pengawas Syariah biasanya diletakkan pada posisi setingkat dengan Dewan Komisaris pada setiap bank. Hal ini untuk menjamin efektivitas dari setiap opini yang diberikan oleh Dewan Pengawas Syariah. Karena itu, biasanya penetapan anggota Dewan Pengawas Syariah dilakukan oleh Rapat Umum Pemegang Saham, setelah para anggota Dewan Pengawas Syraiah itu mendapat rekomendasi dari Dewan Syariah Nasional.
41
Tugas lain Dewan Pengawas Syariah adalah meneliti dan membuat rekomendasi produk baru dari bank yang diawasinya. Dengan demikian, Dewan Pengawas Syariah bertindak sebagai penyaring pertama sebelum suatu produk diteliti kembali dan difatwakan
oleh
Dewan
Pengawas
Syariah
Nasional.
Mekanisme kerja DPS dapat digambarkan sebagi berikut (Syafei Antonio, 2009:31) . Gambar IV.1. Mekanisme Kerja Dewan Pengawas Syariah
DPS
3. jawaban
2.
4. Intruksi Bag/Dept Terkait
DIREKSI 1. Usulan
Sumber: Syafei Antonio,2009:31
6) Produk Bank Syariah Sama halnya denga bank konvensional, bank syariah juga menawarkan nasabah dengan beragam produk perbankan. Hanya saja bedanya dengan dengan bank konvensional adalah dalam hal penentuan harga, baik yerhadap harga jual maupun harga belinya. Produk-produk yang ditawarkan sudah tentu
42
sangat islami, termasuk dalam memberikan pelayanan kepada nasabahnya. Berikut ini jenis-jenis produk bank syariah yang ditawarkan adalah sebagai berikut (Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, 2002:179) : a) Al Wadiah (simpanan) Al Wadiah merupakan titipan atau simpanan pada bank syariah. Prinsip Al Wadiah merupakan titipan murni dari satu pihak ke pihak lain, baik perorangan maupun badan hukum yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja bila si penitip menghendaki b) Pembiayaan Dengan Bagi Hasil Prinsip bagi hasil dalam bank syariah yang diterapkan dalam pembiayaan dapat dilakukan dalam 4 akad utama yaitu: (1) Al Musyarakah Al Musyarakah merupakan akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk melakukan usaha tertentu. Masing masing pihak memberikan dana atau amal dengan kesepakatan bahwa keuntungan atau resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan (2) Al Mudharabah Al Mudharabah merupakan akad kerja sama antara dua pihak, dimana pihak pertama menyediakan seluruh
43
modal dan pihak lain menjadi pengelola. Keuntungan dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak. Apabila rugi maka akan ditanggung pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat dari kelalaian si pengelola. Apabila kerigian diakibatkan kelalaina pengeloal, maka sipengeloal yang bertanggung jawab. (3) Al Muza’arah Al Muza’arah merupakan kerja sama pengelola pertanian antara pemilik lahan dengan penggarap. Pemilik lahan menyediakan lahan kepada penggarap untuk ditanami produk pertanian dengan imbalan bagian tertentu dari hasil panen. (4) Al Musaqah Pengertian Al Musaqah adalah bagian dari Al Muza’arah yaitu penggarap hanya bertanggung jawab atas
penyiraman
dan
pemeliharaan
dengan
menggunakan dana dan peralatan mereka sendiri. Imbalan tetap diperoleh dari persentase hasil panen pertanian c) Bai’al Murabahah Bai’al Murabahah merupakan kegiatan jual beli pada harga pokok dengan tambahan keuntungan yang disepakati. Dalam hal ini penjual harus terlebih dulu memberi tahu
44
harga pokok yang ia beli ditambah keuntungan yan diinginkannya. d) Bai’al As-salam Bai’al As-salam adalah pembelian barang yang diserahkan kemudian hari, sedangkan pembayaran dilakukan di muka. Prinsip yang dianut adalah harus diketahui terlebih dulu jenis, kualitas dan jumlah barang dan hukum awal pembayaran harus dalam bentuk uang. e) Bai’Al-istihna Bai’Al-istibna adalah bentuk khusus dari akad Bai’assalam, oleh karena itu ketentuandalam Bai’Al-istihna mengikuti ketentuan dan aturan Bai’as-salam. Pengertian Bai’Al-istihna adalah kontrak penjualan antara pembeli dengan produsen (pembuat barang). f) Al Ijarah (Leasing) Al Ijarah merupakan akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas barang itu sendiri g) Al Wakalah Wakalah
atau
wakilah
artinya
penyerahan
atau
pendelegasian atau pemberian mandat dari satu pihak ke
45
pihak lain. Mandat ini harus dilakukan sesuai dengan yang telah disepakati oleh si pemberi mandat. h) Al Kafalah (Garansi) Pengertian Al Kafalah adalah jaminan yang diberiukan penanggung jawab kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung i) Al Hawalah Al Hawalah merupakan pengalihan utang dari orang yang berutang kepada orang lain yang wajib menanggungnya. Atau dengan kata lain pemindahan beban utang dari satu pihak kepada lain pihak j) Ar Rahn Ar Rahn adalah kegiatan menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya. Kegiatan seperti ini dilakukan seperti jamian utang atau gadai.
c. Gambaran Karakteristik Responden Unit penelitian adalah Penilaian nasabah bank syariah di Kecamatan Bukit Kecil Palembang. Responden yang dipilih dalam penelitian sebanyak 100 orang nasbah yang menabung di bank syariah. Penilaian para nasabah akan di analisis secara keseluruhan, analisis ini didasarkan atas dasar pendapat responden yang mereka
46
nyatakan dalam kuesioner yang peneliti edarkan kepada konsumen yang berada pada wilayah Kecamatan Bukit Kecil Palembang.
Tabel IV.2. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin
Jumlah Responden
Persentase
Laki – laki
59 orang
59 %
Perempuan
41 orang
41 %
Jumlah
100 orang
100 %
Sumber: Hasil Pengolahan Data Berdasarkan Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 100 orang responden yang diteliti, distribusi responden berdasarkan jenis kelamin paling banyak adalah laki –laki yaitu sebanyak 59 orang dibandingkan perempuan sebesar 41 orang (41 %)
(59 %)
47
Tabel IV.3. Distribusi Responden Berdasarkan Usia Usia
Jumlah Responden
Persentase
< 20 Tahun
15 orang
15 %
21 - 31 Tahun
48 orang
48 %
31 - 40 Tahun
25 orang
25 %
41 – 50 Tahun
12 orang
12 %
-
-
> 50 Tahun Jumlah
100 orang
100 %
Sumber: Hasil Pengolahan Data Berdasarkan Tabel diatas menunjukan bahwa dari 100 arang responden yang diteliti berdasarkan usia adalah 15 orang (15 %) berusia antara < 20 tahun, 48 orang (48 %) berusia 21 - 31 tahun, 25 orang (25 %) berusia 31 - 40 tahun, 12 orang (12 %) berusia 41 - 50 tahun, 0 orang (0%) berusia > 50 tahun. Jadi distribusi responden berdasarkan usia yang paling banyak adalah 21 - 31 tahun dan distribusi responden berdasarkan usia yang paling sedikit adalah > 50 tahun.
48
Tabel IV.4. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Pendidikan
Jumlah Responden
Persentase
SLTP
8 orang
8%
SMU
13 orang
13 %
Diploma
28 orang
28 %
Sarjana
51orang
51 %
Jumlah
100 orang
100 %
Sumber: Hasil Pengolahan Data Berdasarkan Tabel
diatas menunjukan bahwa dari 100 arang
responden yang diteliti berdasarkan pendidikan adalah 8 orang (8 %) untuk yang berpendidika SLTP, 13 orang (13 %) untuk yang berpendidikan SMU, 28 orang (28 %) yang berpendidikan diploma, 51 orang (51 %) untuk yang berpendidikan sarjana. Jadi distribusi responden berdasarkan pendidikan yang paling banyak adalah berpendidikan Sarjana.
49
Tabel IV.5. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Pekerjaan
Jumlah Responden
Persentase
Pelajar/Mahasiswa
40 orang
40 %
Wiraswasta
30 orang
30 %
Pegawai Negeri Sipil
8 orang
8%
Pegawai Swasta
22 orang
22 %
Jumlah
100 orang
100 %
Sumber: Hasil Pengolahan Data Berdasarkan Tabel
diatas menunjukkan bahwa dari 100 orang
responden yang diteliti berdasarkan pekerjaan adalah 40 orang (40 %) adalah pelajar/mahasiswa, 30 orang (30 %) adalah wiraswasta, 8 orang (8 %) adalah Pegawai Swasta, 22 orang (22 %) adalah Pegawai Swasta. Jadi distribusi responden berdasarkan pekerjaan paling banyak adalah Pelajar/Mahasiswa.
50
B. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Staretgi persaingan Bank Syariah Terhadapo Bank Konvensional a. Identifikasi Faktor Kekuatan, Kelemahan, Peluang, Ancaman 1) Kekuatan Bank Syariah memiliki beberapa kekuatan yaitu biaya transaksi yang wajar, bank syariah banyak dikenal masyarakat, pelayanan bank syariah cepat, fasilitas bank syariah lengkap, bagi hasil bank syariah menarik, ragam jasa banyak dan teknologi yang digunakan bank syariah canggih. a) Biaya Transaksi yang wajar Biaya transaksi sangat wajar karena menabung di bank syariah tidak ada ketentuan yang menyatakan bahwa penabung akan dikenakan biaya administrasi per bulan. Biaya yang dikenakan kepada penabung adalah biaya pengganti untuk penarikan tunai di ATM, sebab bank syariah di indonesia belum mempunyai mesin ATM sendiri sehingga penarikan tunai dilakukan di ATM bersama yang mayoritasnya adalah bank swasta. b) Bank syariah banyak dikenal Bank syariah telah dikenal masyarakat sejak tahun 1991dengan munculnya bank syariah yang pertama yaitu Bank Muamalat. kemudian dari tahun ke tahun bank syariah mulai berkembang dan dikenal masyarakat hingga
51
sekarang, terbukti dengan munculnya bank umum syariah seperti Bank Mandiri Syariah, Bank BRI Syariah , Bank Mega Syariah dan unit-unit usaha syariah di Indonesia. c) Pelayanan Bank Syariah Cepat Setiap Bank Syariah memiliki standar masingmasing dalam melayani nasabahnya. Secara umum pelayanan pada bank syariah baik. Karena merupakan komponen yang penting dalam dunia perbankan, karena bank itu sendiri merupakan perusahaan jasa yang menjual jasa kepada nasabah. Begitupun dengan bank syariah, dalam menjalankan kegiatan sehari-harinya bank syariah tak lepas dari pelayanan kepada nasabah, hal ini bisa dilihat dari kecepatan yang ditawarkan kepada masing-masing nasabah. Biasanya nasabah menyukai bank syariah yang menawarkan kecepatan yang lebih. Seperti kecepatan dalam mentransfer uang, tidak harus menunggu berjam-jam untuk menunggu uang yang ditransfer cukup dengan 20 menit nasabah dapat mengambil uangnya di ATM terdekat.
d) Fasilitas Bank Syariah Lengkap Selain menjual jasa kepada nasabah, bank syariah pun harus melengkapi diri dengan berbagai fasilitas yang dapat memudahkan nasabah untuk melakukan transaksi di
52
bank syariah tersebut. Fasilitas yang dimaksud adalah tersebarnya ATM, layanan SMS Banking , Transfer, pembayaran rekening telepon, listrik, PAM, PBB, Uang Kuliah, surat keterangn Bank. e) Bagi Hasil Bank Syriah Menarik Indikator
yang
menunjang
untuk
melakukan
transaksi di sebuah bank syariah diantaranya terdapat produk-produk perbankan yang bervariasi seperti ijaroh, Murabahah, serta Mudhrabah (bagi hasil) yang menarik. Nasabah akan sangat mudah menetukan produk mana yang sesuai dengan kebutuhanya, begitupun dengan nisbah bagi hasil
biasanya
bank
syariah
harus
kreatif
dalam
menciptakan produk-produk perbankan yang dapat menarik minat nasabah untuk membeli produk tersebut. f) Ragam Jasa Banyak Ragam
jasa
yang
ditawarkan
bank
syariah
bervariatif disini pangsa pasar yang dihadapi begitu sulit jika suatu bank tidak memperbanyak ragam jasa pada suatu bank.
Jasa
Musyarokah
yang
ditawarkan
(Joint
Venture),
adalah
Mudharobah,
Murobahah,
Takaful
(asuransi), Wadi’ah (jasa penitipan) dll. Agar masyarakat tahu bank syariah bukan hanya tempat menabung uang
53
namun bank juga dapat memberikan lebih tinggi bagi masyarakat untuk kebutuhan yang semakin berkembang. g) Teknologi yang Digunakan Bank Syariah Canggih Dalam menjalankan operasionalnya bank syariah memerlukan
alat
teknologi
yang
baik,
baik
dari
kecanggihan teknologi itu sendiri yang dapat beroperasi secara otomatis atau kemukhtahiran dalam berteknologi. Karena jika tyeknologi yang dipakai tidak canggih di zaman yang modern ini nasabah akan lari dan pindah ke bank yang lain hanya dengan alasan teknologi.
2) Kelemahan Indikasi kelemahan dari perbankan syariah adalah teknologi yang digunakan standar, tidak ada inovasi produk, kurangnya fasilitas, pelayanan kurang memuaskan, kualitas produk rendah, jasa produk tidak memuaskan. a) Teknologi yang Digunakan Standar Era globalisasi yang menuntut dengan munculnya perkembangan teknologi yang maju harus dimanfaatkan secara maksimal oleh bank syariah, karena teknologi yang digunakan tergolong standar b) Tidak Ada Inovasi Produk
54
Pengembangan produk baru yang inovatif dan berkualitas sangatlah diperlukan karena merupakan salah satu daya saing dalam menhadapi persaingan bank konvensioanal. c) Kuranya Fasilitas Fasilitas yang tidak lengkap membuat sistem operasionalnya menjadi tidak efektif sehingga menurunkan tingkat kepuasan nasabah. d) Pelayana Kurang Memuaskan Salah satu keunggulan persaingan adalah dalam dalam hal pelayanan, apabila pelayanan kurang memuaskan berakibat beralihnya nasabah ke bank lain. e) Kualitas Produk Rendah Persaingan antar produk yang bervariatif sangatlah berpengaruh pada tingkat keuntungan bank syariah. Apabila kualitas produk rendah dan kurang menguntungkan maka bank syariah akan kalah bersaing dengan bank konvensional. f) Jasa Produk Tidak Memuaskan Jasa produk yang tidak memuaskan atau merugikan nasabah maka akn berakibat beralihnya nasbah ke bank lain.
55
3) Peluang Identifikasi peluang bank syariah yaitu ban syariah dekat dengan masyarakat, perkembangan teknologi semakin canggih, binga bank konvensional membebankan, kebutuhan masyarakat akan bank syariah. a) Bank Syariah Dekat Dengan Masyarakat Kedekatan bank syariah terhadap masyarakat begitu meyakinkan karena bank syariah begitu pas untuk masyarakat dalam menanmkan modal atau berinvestasi pada bank syariah. Karena bank syariah berdasarkan prinsip Al Quran dan Hadits, sehingga murni kehalalanya. b) Perkembangan Teknologi Semakin Canggih Perkembangan semakin
canggih
teknologi
dan
tidak
bank
syariah
yang
kalah
dengan
bank
konvensional, seperti internet banking, phone banking, sms banking sudah banyak disediakan di bank syariah. c) Bunga Bank Konvensional Membebankan Karena Allah dan Rosul Nya melarang atau mengharamkab riba : ”orang orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang
demikian
itu
disebabkan
mereka
berkata
56
(berpendapat) sesungguhnya jual beli itu sama saja dengan riba, padahalAllah telah menghalakan jual beli dan mengharamkan riba. Orang – orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhanya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelumdatang larangan ) dan urusanya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali mengambil riba maka orang itu adalah penghuni neraka meeka kekal di dalamnya”. (QS. Al Baqarah:275). d) Peraturan Yang Ada Menguntungkan Bank Syariah Peraturan Bank Indonesia Nomor. 4/1/PBI/2002 tanggal 27 Maret 2002, memberikan bank-bank syariah dapat membuka kantor cabang pembantu syariah, unit usaha syariah di cabang bank konvensional sepanjang sudah memiliki unit usaha syariah di kantor pusatnya.
e) Kebutuhan Masyarakat Akan Bank Syariah Umat islam sangat membutuhkan bank syariah karena umtuk kehalalan transaksi dan meninggalkan riba. Sehingga peluang pemasaran bank syariah sangat besar.
57
4) Ancaman Selain terdapat peluang yang besar bank syariah juga menghadapi ancaman dari luar perusahaan yang dapat menghambat jalanya perusahaan, yaitu tingkat persaingan dengan bank konvensional, perilaku nasabah, karyawan bank konvensional agresif dan terampil, peraturan yang diterapkan tidak baik. a) Tingkat Persaingan Dengan Bank Konvensional Tingkat persaingan yang tinggi terhadap bank konvensional melalui produk, pelayanan, kualitas jasa menjadi sebuah ancaman besar bagi bank syariah dalam bersaing dengan bank konvensional. b) Perilaku Nasbah Perilaku nasabah yang masih ragu-ragu dan menganggap bank sayariah sama saja dengan bank konvensional hanya diganti labelnya saja menjadi ancaman besar untuk bank syariah. c) Karyawan Bank Konvensional Agresif dan Terampil Karyawan bank Konvensional yang agresif dan terampil menjadi ancaman dalam persaingan dengan bank syariah.
58
d) Peraturan Yang Diterapkan Tidak Baik Peraturan yang ada di bank syariah yang kurang memuaskan nasabah menjadi salah satu ancaman dalam persaingan terhadap bank konvensional.
b. Formulasi Alternatif Strategi Pemasaran Setelah mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, ancaman dan peluang selanjutnya dilakukan perumusan strategi. Perumusan strategi meliputi tiga pengumpulan data, tahap analisis, tahap pengambilan keputusan.
1) Tahap Pengumpulan Data Tahap pengumpulan data yaitu tahap untuk memasukkan hasil analisi dan identifikasi terhadap kondisi lingkungan internal
dan
eksternal
perusahaan.
Hasil
analisis
dan
identifikasi kondisi lingkungan internal yaitu kekuatan dan kelemahan akan disusun dalam matriks IFE. Sedangkan hasil analisis dan identifikasi kondisi ekternal, yaitu peluang dan ancaman akan disusun ke dalam matriks EFE. a) Matriks EFE Matriks EFE digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh dari faktor-faktor eksternal perusahaan, yaitu peluang dan ancaman yang dihadapi bank syariah.
59
Langkah-langkah dalam penyusunan matriks EFE hampir sama dengan penyusunan matriks IFE. Namun pada matriks EFE, faktor-faktor strategis yang digunakan adalah peluang dan ancaman. Hasil perhitungan matriks EFE dapat dilihat pada tabel.IV.6 Hasil analisis matriks EFE memperlihatkan bahwa peluang utama yang dihadapi adalah kebutuhan masyarakat akan bank syariah dengan skor terbobot 0,375 hasil analisis matriks EFE juga memperlihatkan faktor eksternal yang menjadi ancaman utama bagi bank syariah yaitu tingkat persaingan dengan bank konvensional (skor 1,100). Hasil perhitungan keseluruhan faktor strategis eksternal mengahasilkan skor sebesar 3,200 ( jumalah skor peluang ditambah ancaman) hal ini menunjukkan bahwa situasi eksternal perusahaan di atas rataan yaitu perusahaan mampu merespon faktor eksternal dengan memanfaatkan peluang yang ada untuk mengatasi ancaman. Dari total nilai tersebut dapat disimpulkan bahwa perusahaan berada dalam posisi tinggi dalam menghadapi peluang dan ancaman dengan nilai total skor terbobot lebih tinggi dari nilai rataan 3,00
60
Tabel IV.6.Matriks EFE Bank Syariah No.
1. 2. 3. 4. 5.
1.
2.
3. 4.
Faktor Strategi Eksternal
Peluang Bank Syariah dekat dengan masyarakat Perkembangan Teknologi semakin canggih Bunga Bank Konvensional membebankan Peraturan yang ada di Bank Syariah Menguntungkan Kebutuhan masyarakat akan Bank Syariah Ancaman Tingkat Persaingan dengan Bank Konvensional: 2. Produk (Bunga dan Bagi Hasil) 3. Pelayanan 4. Kualitas Jasa Perilaku Nasabah: 1. Persepsi nasabah terhadap Bank Syariah (Ragu) 2. Menganggaap sama saja dengan Bank Konvensional Karyawan Bank Konvensional agresif dan terampil Peraturan yang diterapkan tidak baik Jumlah
Bobot (a)
Rating (b)
Skor terbobot (a x b)
0,025 0,050
2 2
0,100 0,100
0,025 0,100
2 3
0,100 0,300
0,125
3
0,375
4
1,100
3
0,675
0,100
3
0,300
0,075 1,000
2
0,150 3,200
0,075 0,100 0,100 0,150 0,075
Sumber : Data Primer d) Matriks IFE Matriks IFE menggambarkan dan mengetahui peran kondisi internal preusan yang terdiri dari kekuatan dan kelemahan yang dihitung dengan rating dan robot. Hasil
analisis
matriks
IFE
pada
Tabel
IV.7.
menunjukkan bahwa faktor strategis yang menjadi kekuatan utama preusan adalah bagi hasil bank syariah dengan skor terbobot paling besar, yaitu 0,360. Hasil analisis matriks IFE juga memperlihatkan factor strategis internal yang menjadi kelemahan utama
61
preusan, yaitu
teknologi yang digunakan standar
dengan skor terbobot paling besar, yaitu 0,500. Dari
hasil
perhitungan
matriks
IFE
secara
menyeluruh diperoleh total skor sebesar 3,014 yang menunjukkan bahwa posisi internal bank syariah kuat. Bank syariah telah mampu memanfaatkan kekuatanya dan mengatasi kelemahan yang dimiliki dengan cukup baik.
No
Tabel IV.7.Matriks IFE Bank Syariah Faktor Strategi Internal Robot Rating (a) (b)
Kekuatan Biaya Transaksi Bank Syariah wajar 2. Bank Syariah banyak dikenal 3. Pelayanan Bank Syariah cepat 4. Fasilitas Bank Syariah lengkap 5. Nisbah/bagi hasil Bank Syariah Menarik 6. Ragam Jasa Banyak 7. Teknologi yang digunakan Bank Syariah canggih Kelemahan 1. Teknologi yang digunakan standar 2. Tidak ada inovasi produk 3. Kurangya fasilitas 4. Pelayanan kurang memuaskan 5. Kualitas produk rendah 6. Jasa Produk tidak memuaskan Jumlah Sumber : Data Primer 1.
Skor Terbobot (a x b)
0,100
4
0,400
0,058 0,049 0,051 0,120
3 3 2 3
0,174 0,147 0,102 0,360
0,105 0,052
3 3
0,165 0,156
0,125
4
0,500
0,060 0,070 0,065 0,075 0,070 1,000
3 3 3 3 3
0,180 0,210 0,195 0,225 0,210 3,014
62
2) Tahap Perumusan Tahap
perumusan
strategi
merupakan
tahap
untuk
perumusan strategi didasarkan hasil analisis dan identifikasi akan kondisi lingkunagan internal dan eksternal perusahaan yang telah terkumpul. Pada tahap perumusan model yang akan digunakan dalam perumusan strategi adalah matriks SWOT.
a) Matriks SWOT Berdasarkan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang diperoleh melalui audit lingkungan internal dan eksternal, dapat diformulasikanalternatif strategi yang dapat diambil. Perumusan strategi ini dilakukan dengan menggunakan analisis SWOT yang dapat dilihat pada Tabel IV.8. Alternatif strategi yang diperoleh adalah : (1) Strategi S-O (Strength-Opportunity) Strategi SO adalah startegi yang menggunakan kekuatan perusahaan untuk memanfaatkan peluang yang ada. Strategi
yang dapat digunakan adalah
mempertahankan biaya transaksi yang wajar sebagai kekuatan bank syariah agar bisa dekat dengan masyarakat, meningkatkan ragam jasa yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, meningkatkan teknologi
63
untuk menyesuaikan perkembangan teknologi yang semakin canggih. (a) Mempertahankan Biaya Transaksi yang Wajar sebagai kekuatan bank syariah agar bisa dekat dengan masyarakat. Salah satu kekuatan bank syariah adalah biaya transaksi yang wajar yang tiadak menerapkan potongan/bulan atau akhir tahun sehingga dengan sistem bank syariah bisa lebih dekat dengan masyarakat, baik dari kalangan atas maupun kalangan bawah. (b) Meningkatkan Ragam Jasa Yang Sesuai Dengan Kebutuhan Masyarakat Dengan meningkatnya ragam jasa yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat maka bank syariah
memberikan
sebuah
pelayanan
yang
memuaskan masyarakat sehingga akan menarik masyarakat menjadi naabah bank syariah. (c) Meningkatkan Teknologi Untuk Menyesuaikan Perkembangan Teknologi Yang Semakin Canggih. Dengan meningkatnya fasilitas teknologi bank
syariah
yang
disesuikan
perkembangan
64
teknologi yang semakin canggih, bisa menjadi daya saing terhadap bank konvensional. (2) Strategi S-T (Strength-Treath) Strategi ST adalah strategi dimana perusahaan dapat menggunakan kekuatan untuk menghindari ancaman. Strategi yang dapat diterapkan adalah mepertahankan system transaksi bank syariah sebagai kekuatan untuk bersaing dengan bank syariah, meningkatkan pelayanan terhadap nasabah bank syariah, menerapkan pemasaran jemput bola untuk bersaing dengan bank konvensional yang agresif. (a) mepertahankan
sistem
transaksi
bank
syariah
sebagai kekuatan untuk bersaing dengan bank syariah. kekuatan bank syariah berada pada system transaksinya bank syariah tersebut. Sistem transaksi ini digunakan untuk meningkatkan kesan dalam benak
masyarakat
tentang
bank
syariah.
Peningkatan kekuatan sistem transaksi merupakan hal yang dilakukan mengingat tingkat persaingan yang tinggi dan brand image pesaing yang kuat.
65
(b) Meningkatkan Pelayanan Terhadap Nasabah Bank Syariah. Secara operasional bank merupakan industri jasa dimana hubungan dengan nasabah harus diutamakan. Sehingga, mempertahankan mutu bank dan karyawan sebagai SDm bermutu agar nasabah merasa nyaman saat betransaksi atau berinteraksi. (c) Menerapkan
Pemasaran
Jemput
Bola
Untuk
Bersaing Denga Bank Konvensional Yang Agresif. Pemasaran jemput bola adalah sistem yang baik untuk bersaing denga bank konvensional yang mempunyai karyawan yang agresif dan terampil. (3) Strategi W-O (weaknesess-Opportunity) Strategi Wo adalah strategi dimana perusahaan dapat mengatasi kelemahan dengan memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang dihasilkan adalah menciptakan produk baru yang mengikuti selera pasar, menambah fasilitas agar mampu melayani nasabah dengan efektif dan efisien. (a) Menciptakan Produk Baru Yang Mengikuti Selera Pasar. Agar tidak kalah bersaing dengan bank konvensional bank syariah haruslah menciptakan
66
produk yang mengikuti selera pasar. Karena selera pasar bisa berubah-ubah sehingga dibutuhkan produk yang sesuai denga selera pasar. (b) Menambah
Fasilitas
Agar
Mampu
Melayani
Nasabah Dengan Efektif Dan Efisien. Kepuasan
pelayanan
terhadap
nasabah
merupakan salah satu strategi bersaing yang baik. Supaya bisa melayani nasabah dengan efektif dan efisien diperlukan fasilitas yang memudahkan pelayanan. (4) Strategi W-T (Weaknesess-Threaths) Strategi WT adalah strategi dimana perusahaan dapat meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman. Strategi yang dapat digunakan dengan menambah fasilitas bank syariah untuk menghadapi persaingan, meningkatkan teknologi informasi untuk mengantisipasi persaingan. (a) Menambah
Fasilitas
Bank
Syariah
Untuk
Menghadapi Persaingan Fasilitas-fasilitas
bank
syariah
perlu
ditambah untuk meningkatkan kompetensi bank syariah untuk menghadapi persaingan.
67
(b) Meningkatkan
Teknologi
Informasi
Untuk
Mengantisipasi Persaingan Perkembangan teknologi yang memberikan informasi
global
yang
dimanfaatkan
untuk
menginspirasi ide-ide yang dapat digunakan untuk menghadapi persaingan.
68
Tabel IV.8. Analisis Matriks SWOT Bank Syariah Kekuatan (S) 1. Faktor Internal 2. 3. 4. Faktor Eksternal 5. 6.
Peluang (O) 1. 2. 3. 4.
5.
Bank Syariah dekat dengan masyarakat perkembangan teknologi semakin canggih Bunga bank Konvensional membebankan Peraturan yang ada di Bank Syariah menguntungkan Kebutuhan masyarakat akan Bank Syariah
1.
2.
3.
Ancaman (T) 1.
2. 3.
4.
Tingkat persainagan dengan Bank Konvensional Perilaku nasabah karyawan bank Konvensional agresif dan terampil peraturan yang diterapkan menarik
1.
2.
Biaya transaksi bank syaria wajar Bank Syariah banyak dikenal Fasilitas Bank Syariah lengkap Nisbah/bagi hasil Bank Syariah menarik Ragam jasa banyak Teknologi yang digunakan Banbk Syariah canggih Strategi S-O Mempertahankan Biaya Transaksi yang Wajar sebagai kekuatan bank syariah agar bisa dekat dengan masyarakat Meningkatkan Ragam Jasa Yang Sesuai Dengan Kebutuhan Masyarakat Meningkatkan Teknologi Untuk Menyesuaikan Perkembangan Teknologi Yang Semakin Canggih Strategi S-T mepertahankan sistem transaksi bank syariah sebagai kekuatan untuk bersaing dengan bank syariah Menerapkan Pemasaran Jemput Bola Untuk Bersaing Denga Bank Konvensional Yang Agresif
Kelemahan (W) 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Teknologi yang digunakan standar Tidak ada inovasi produk kurangnya fasilitas pelayanan kurang memuaskan Kualitas produk rendah jasa produk tidak memuaskan
Strategi W-O 1.
2.
Menciptakan Produk Baru Yang Mengikuti Selera Pasar Menambah Fasilitas Agar Mampu Melayani Nasabah Dengan Efektif Dan Efisien
Strategi W-T 1.
2.
Menambah Fasilitas Bank Syariah Untuk Menghadapi Persaingan meningkatkan teknologi informasi untuk mengantisipasi persaingan
Sumber : Data Primer 3) Tahap Keputusan Tahap keputusan merupakan tahap menentukan strategi terbaik yang dapat dijalankan bank syariah dari alternatif-alternatif strategi terbaik yang diperoleh dari hasil analisis SWOT. Hasil
69
analisis matriks SWOT menghasilkan 4 alternatif strategi yaitu strategi SO, strategi ST, strategi Wo dan Strategi WT. Setelah dijalankan maka akan ditentukan alternatif strategi mana yang akan menjadi prioritas.
70
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan Berdasarkan analisis SWOT diperoleh beberapa alternatif strategi pemasaran dalam menghadapi persaingan yang tepat yaitu strategi S-O : mempertahankan biaya transaksi yang wajar sebagai kekuatan bank syariah agar bisa dekat dengan masyarakat, meningkatkan ragam jasa yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, meningkatkan teknologi untuk menyesuaikan perkembangan teknologi yang semakin canggih. Strategi ST : mepertahankan system transaksi bank syariah sebagai kekuatan untuk bersaing dengan bank syariah, meningkatkan pelayanan terhadap nasabah bank syariah, menerapkan pemasaran jemput bola untuk bersaing dengan bank konvensional yang agresif. Strategi W-O : menciptakan produk baru yang mengikuti selera pasar, menambah fasilitas agar mampu melayani nasabah dengan efektif dan efisien. Dan Strategi W-T : menambah fasilitas bank syariah untuk menghadapi persaingan, meningkatkan teknologi informasi untuk mengantisipasi persaingan.
B. Saran Bank Syariah sebaiknya memaksimalkan kekuatan produknya dan system transaksinya sebagai kekuatan untuk bersaing dengan Bank Konvensional.
71
Dan disarankan untuk melakukan iklan televise untuk mensosialisasikan produk dari Bank Syariah.
72
DAFTAR PUSTAKA
Koesen Dwiono, 2009. Selamat Tinggal Bank Konvensional. Tifa , jakarta Antonio Syafei,. 2009. Bank Syariah Dari Teori Ke Praktek. Gema Insani, jakarta Umar Husein, 2003. Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen, Penerbit PT.Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Rangkuti Fredy. 2008. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Kasmir. 2002. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, cetakan keenam, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta Kuncoro Mudrajad. 2005. Strategi Bagaimana Meraih Keunggulan Kompetitif, Penerbit Erlangga, Jakarta Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Bisnis, Cetakan Kedua Belas, CV ALFABETA, Bandung Hadawiah. 2009. Strategi Memenangakan Persaingan dalam Pemasaran Surat Kabar Harian di Makasar Kasus Fajar, Tribun Timur dan Pedoman Rakyat, http://www.scribd.com Zanikhan. 2010. Strategi Persaingan PT. Bank Sumsel Syariah Cabang Palembang, http://zanikhan.multiply.com. Asworo, Yudi Nurtejo. 2007. Strategi Bersaing Jurusan Teknik Industri Universitas Islam Indonesia Dengan Pendekatan Space Matrik, http://digilib.its.ac.id Undang-Undang nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan Syariah, http : // www.theceli.com