BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Karya sastra dipandang sebagai gejala sosial, sebab pada umumnya langsung
berkaitan dengan norma-norma dan adat istiadat pada saat karya sastra tersebut dibuat. Hasil olah pikiran pengarang yang dituangkan dalam bentuk tulisan hadir sebagai karya sastra di tengah masyarakat ditanggapi berbeda oleh pembaca. Lahirnya tanggapan yang berbeda, berkaitan dengan pengetahuan dan pengalaman pembaca dalam mengapresiasi karya sastra. Karya sastra tidak pernah lepas dari kedudukan penulis dan pembaca. Hal ini disebabkan sastra merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari cara berpikir individual dan kognitif (Escarpit, 2005:03). Karya sastra berkaitan dengan masalah kehidupan sosial masyarakat yang mencakup berbagai masalah dalam lingkup yang kompleks, berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, dan cara berpikir. Hal tersebut dapat dilihat pada suku Dayak di Kalimantan. Suku Dayak dianggap penduduk asli Kalimantan. Istilah Dayak adalah sebutan umum untuk orang-orang atau kelompok-kelompok etnis yang sebagian besar non-Islam dan hidup di sepanjang sungai-sungai di Pulau Kalimantan, terutama di Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan. Di tempat kediaman mereka membentang Sungai Barito. Di bagian barat ada Sungai Kapuas-Murung, Sungai
1
2
Kahayan, Sungai Katingan, dan Sungai Sampit. Sebagian besar mereka hidup terpisah dari kampung-kampung Melayu-Muslim (Sjamsuddin, 2001:43) Bakumpai adalah distrik utama dan terdiri atas sub-sub bagian,
seperti:
Balawang, Marabahan, Kuripan, Pamingir, Mengkatib, Patai, Siong, Dayu, Paku, Karau. Beberapa titik garis di sebelah atas Sungai Barito menandai perbatasan daerah Bakumpai, sementara garis batas melalui daerah-daerah rawa yang tidak dihuni, tidak jelas. Penduduk Bakumpai tahun 1845 berjumlah 5.265 jiwa. Mereka tidak saja tinggal di Marabahan, tetapi tersebar dengan keluarga-keluarga mereka, atau berkumpul di desa-desa kecil sepanjang Sungai Barito dan cabang-cabang utamanya, seperti: Pulau Petak, Sungai Patai, Sungai Dayu, Sungai Karau, Sungai Mantalat, dan Sungai Teweh, bahkan sampai ke daerah Siang-Murung (Sjamsuddin, 2001:45-46). Berdasarkan sensus penduduk tahun 2000 oleh Badan Pusat Statistik (BPS), populasi Suku Bakumpai di Kalimantan berjumlah 20.609 jiwa yang terdistribusi pada beberapa kabupaten dan kota di Kalimantan (id.m.wikipedia.org, diakses pada 16 Maret 2016). Leluhur Suku Dayak yang berasal dari Bakumpai mulai memeluk agama Islam kira-kira pada zaman pemerintahan Sultan Banjar ke VIII sebelum masa Schwaner. Sejak itu, jumlah mereka yang memeluk agama Islam bertambah karena orang-orang Dayak yang menjadi muslim bergabung dengan orang-orang Bakumpai dan memberikan mereka anak-anak perempuan, dan laki-laki Bakumpai mengawini perempuan-perempuan Dayak yang telah memeluk agama Islam (Sjamsuddin, 2001:47).
3
Salah satu karya sastra dalam khazanah sastra Indonesia modern yang menceritakan latar sosial masyarakat suku Dayak di Kalimantan adalah novel Anak Bakumpai Terakhir yang kemudian disingkat ABT. Novel ABT ini merupakan karya pertama dari Yuni Nurmalia yang diterbitkan oleh Salsabila Pustaka Alkautsar Jakarta Timur (tahun 2013 tebal 173 halaman) dengan 19 bagian. Ada beberapa alasan novel ABT dijadikan objek penelitian sosiologi sastra. Pertama, novel ini memuat masalah-masalah sosial yang terjadi pada masyarakat Kalimantan, khususnya masyarakat suku Dayak yang hidup di pedalaman hutan Kalimantan. Kedua, novel ini mengisahkan keadaan alam Pulau Kalimantan yang hancur akibat industri pertambangan emas dan batu-bara yang membuang limbah beracun ke sungai secara tidak bertanggung jawab dan mengakibatkan ekosistem rusak. Selain keadaan alam yang terancam, keberadaan suku Dayak Bakumpai di pedalaman Pulau Kalimantan populasinya juga terancam punah. Ketiga, dilihat dari segi sosial pengarang novel ABT , pengarang bukanlah penduduk asli suku Dayak Bakumpai di Kalimantan. Pengarang mampu menggambarkan secara jelas permasalahan sosial yang terjadi di suku Dayak Bakumpai. Novel ini menceritakan tentang seorang gadis keturunan asli suku Dayak Bakumpai bernama Aruna yang berusaha menjaga kelestarian hutan Kalimantan. Selain itu, ia juga diwasiatkan oleh kakeknya untuk menjaga eksistensi suku Dayak Bakumpai dengan cara menikahi seorang pemuda yang memiliki darah keturunan murni suku Dayak Bakumpai yang bernama Avara.
4
1.2
Rumusan Masalah Novel ABT jika dibaca dan dipahami secara menyeluruh, menimbulkan
banyak permasalahan yang dapat dibahas. Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah yang dibahas dalam penelitian ini sebagai berikut. 1) Bagaimanakah struktur novel ABT yang meliputi: unsur tema, alur, penokohan, dan latar karya Yuni Nurmalia? 2) Bagaimanakah aspek sosial Suku Dayak yang terungkap dalam novel ABT karya Yuni Nurmalia?
1.3
Tujuan Penelitian Setiap penelitian yang dilakukan memiliki tujuan yang hendak dicapai oleh
peneliti. Berdasarkan rumusan masalah, penelitian ini memiliki dua tujuan, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. 1.3.1. Tujuan Umum Secara umum, penelitian ini dimaksudkan untuk menambah perbendaharan penelitian sastra, khususnya sastra Indonesia. Selain itu, dimaksudkan pula untuk meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap karya sastra, khususnya karya sastra dalam bentuk novel. 1.3.2. Tujuan Khusus Penelitian ini disusun dengan maksud untuk menjawab permasalahan yang berkaitan dengan gambaran sosial masyarakat suku Dayak Bakumpai pada novel ABT. Adapun tujuan khusus sebagai berikut.
5
1) Untuk memperoleh gambaran tentang struktur novel ABT yang meliputi: tema, alur, penokohan, dan latar. 2) Untuk mengetahui gambaran tentang aspek sosial suku Dayak yang terkandung dalam novel ABT. 1.4
Manfaat Penelitian Ada dua manfaat yang terdapat dalam penelitian ini, yaitu manfaat praktis dan
manfaat teoretis. Selanjutnya, dijelaskan lebih lanjut mengenai kedua manfaat tersebut. 1.4.1
Manfaat Praktis Ada empat manfaat praktis dalam penelitian ini. Selanjutnya dijelaskan lebih
lanjut. 1) Untuk menambah wawasan peneliti sesuai dengan bidang ilmu yang digelutinya. 2) Meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap karya sastra dalam bentuk novel. 3) Membantu pembaca atau penikmat sastra dalam memahami ada tidaknya gambaran sosial yang terdapat dalam novel ABT karya Yuni Nurmalia. 4) Sebagai bahan acuan bagi peneliti lain yang ingin melanjutkan penelitian ini dengan pendekatan yang lain. 1.4.2
Manfaat Teoretis Secara teoretis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya penelitian dalam
bidang sastra, khususnya dalam kajian sosiologi sastra. Selain itu, dapat mengetahui
6
gambaran yang jelas mengenai struktur novel ABT dan aspek sosial suku Dayak yang terkandung di dalamnya.
1.5
Penelitian Sebelumnya Novel ABT karya Yuni Nurmalia belum pernah dijadikan sebagai bahan
penelitian dalam bentuk skripsi oleh mahasiswa Fakultas Sastra dan Budaya khususnya Program Studi Sastra Indonesia Universitas Udayana. Berdasarkan tinjauan melalui situs internet, novel ABT pernah dibicarakan dalam bentuk resensi dan makalah. Soelistijono dalam resensi yang berjudul “Terputusnya Generasi Dayak Bakumpai”, sebuah kisah tragis dampak dari keserakahan manusia. Pemusnahan etnik secara sistematis oleh kekuatan modal yang terjadi di Kalimantan. Usma Nur Dian Rosydah dalam makalah yang berjudul “Ecological Imperialsm dalam novel ABT karya Yuni Nurmalia”, membahas masalah krisis ekologi yang dialami oleh suku asli dan tanah Kalimantan sebagai krisis yang masif dan terjadi dalam kurun waktu yang singkat.
1.6
Landasan Teori
1.6.1 Teori Struktur Analisis struktur penting bagi sebuah analisis karya sastra. Sebuah karya sastra dibangun oleh unsur-unsur yang membentuknya. Unsur tersebut saling mengisi dan berkaitan sehingga membentuk satu kesatuan makna. Tujuan analisis struktural
7
adalah membongkar, memaparkan secermat mungkin keterkaitan dalam keterjalinan dari berbagai unsur yang secara bersama-sama hanya dapat dipahami dan dinilai sepenuhnya atas dasar pemahaman tempat dan fungsi urusan itu dalam keseluruhan karya sastra (Pradopo, 1995:141). Jean Peaget (dalam Endraswara, 2013:51) strukturalisme mengandung tiga hal pokok. Pertama, gagasan keseluruhan (wholness), dalam arti bahwa bagian-bagian atau unsurnya menyesuaikan diri dengan seperangkat kaidah intrinsik yang menentukan baik keseluruhan struktur maupun bagian-bagiannya. Kedua, gagasan transformasi (transformation), struktur ini menyanggupi prosedur transformasi yang terus-menerus memungkinkan pembentukan bahan-bahan baru. Ketiga, gagasan keteraturan yang mandiri (self regulation) yaitu tidak memerlukan hal-hal di luar dirinya untuk mempertahankan prosedur tarnformasinya, struktur itu otonom terhadap rujukan sistem lain. Analisis struktur karya sastra, dapat dilakukan dengan mengidentifikasi, mengkaji, dan mendeskripsikan fungsi dan hubungan antarunsur intrinsik fiksi yang bersangkutan (Nurgiyantoro, 2005:37). Struktur yang dibahas dalam penelitian ini adalah tema, alur, penokohan, dan latar. Menurut Teeuw (1983:61), analisis struktur karya yang ingin diteliti dari segi manapun juga merupakan prioritas, pekerjaan pendahuluan, sebab karya sastra sebagai “dunia dalam kata” (Dresden, 1965) mempunyai kebulatan makna intrinsik yang hanya dapat digali dari karya itu sendiri. Makna unsur-unsur karya hanya dapat dipahami dan dinilai sepenuh-penuhnya atas dasar pemahaman tempat dan fungsi unsur itu dalam keseluruhan karya sastra. Jadi,
8
analisis struktur adalah tugas utama ataupun tujuan awal dalam penelitian karya sastra. Penelitian ini menggunakan teori stuktur Nurgiyantoro karena dalam menganalisis struktur tidak hanya mendata unsur tertentu sebuah karya fiksi, misalnya: peristiwa, plot, tokoh, latar, atau yang lain. Hal yang lebih penting adalah menunjukkan bagaimana hubungan antarunsurnya.. 1.6.2
Teori Sosiologi Sastra Sosiologi sastra adalah cabang penelitian sastra yang bersifat reflektif.
Penelitian ini banyak diminati oleh peneliti yang ingin melihat sastra sebagai cermin kehidupan masyarakat. Asumsi dasar penelitian sosiologi sastra adalah kelahiran sastra tidak dalam kekosongan sosial. Kehidupan sosial akan jadi pemicu lahirnya karya sastra. karya sastra yang berhasil atau sukses yaitu mampu merefleksikan zamannya (Endraswara, 2008:77). Sosiologi sastra merupakan teori yang bertolak dari orientasi kepada semesta, namun bisa juga bertolak kepada orientasi pengarang dan pembaca. Menurut teori sosiologi sastra, karya sastra dilihat hubungannya dengan kenyataan, sejauh mana karya sastra itu mencerminkan kenyataan. Kenyataan mencakup arti yang luas, yakni segala sesuatu yang berada di luar karya sastra dan yang diacu oleh karya sastra. Menurut Damono (2013:2) pendekatan sosiologi sastra adalah pendekatan yang mempertimbangkan segi-segi kemasyarakatan. Sesuai dengan pendekatan yang dikemukakan oleh Damono (2013:3), maka ada dua kecenderungan utama dalam telaah sosiologi sastra. Pertama, pendekatan
9
yang menganggap bahwa sastra merupakan cermin proses sosial ekonomis. Kedua, pendekatan yang mengutamakan teks sastra sebagai bahan penelaahan. Damono (2013:11) lebih lanjut menjelaskan bahwa pendekatan sosiologi sastra yang paling banyak dilakukan menaruh perhatian pada aspek dokumenter sastra, landasannya adalah gagasan bahwa sastra merupakan cermin zamannya. Maksud dari cermin zamannya ialah karya sastra merupakan cermin berbagai segi struktural sosial, hubungan kekeluargaan, dan pertentangan kelas. Dalam hal ini, sosiologi sastra menghubungkan pengalaman tokoh-tokoh dalam khayalan dan situasi ciptaan pengarang dengan keadaan sejarah yang merupakan asal-usulnya. Teori yang digunakan untuk menganalisis novel ABT adalah teori sosiologi sastra menurut Sapardi Djoko Damono karena novel ABT relevan apabila dianalisis menggunakan teori sosiologi sastra. Analisis novel ABT menekankan pada telaah yang mengutamakan teks untuk mengetahui struktur dan gejala sosial yang terdapat di dalamnya.
1.7
Metode dan Teknik Penelitian Metode berasal dari kata methodos, bahasa Latin, sedangkan methodos berasal
dari akar kata meta dan hodos. Meta berarti menuju, melalui, mengikuti, sesudah, sedangkan hodos berarti ‘jalan’, ‘cara’, ‘arah’. Dalam pengertian yang lebih luas metode dianggap sebagai cara-cara, strategi, untuk memahami realitas, langkahlangkah sistematis untuk memecahkan rangkaian sebab akibat berikutnya (Ratna, 2009:34).
10
1.7.1
Metode dan Teknik Pengumpulan Data Metode yang digunakan dalam tahapan pengumpulan data adalah metode
studi kepustakaan dengan teknik lanjutan yang berupa teknik catat atau tulis. Sumber tertulis terdiri atas sumber buku, majalah ilmiah, sumber arsip, dokumen pribadi, dan dokumen resmi (Moleong, 1990:113) Data utama dalam analisis ini adalah novel ABT, dan sebagai objek dibaca secara intensif dan berulang-ulang, kemudian dicatat data-data yang penting. Datadata sebagai penunjang analisis diperoleh dari buku-buku teori. 1.7.2
Metode dan Teknik Pengolahan Data Dalam tahapan ini metode yang digunakan adalah metode formal dan metode
deskriptif analisis. Metode formal adalah metode yang digunakan dalam analisis dengan mempertimbangkan aspek-aspek formal, aspek-aspek bentuk, yaitu unsurunsur karya sastra (Ratna, 2009:49). Metode deskriptif analisis dilakukan dengan cara mendeskripsikan fakta-fakta yang kemudian disusul dengan analisis yang dapat dipertanggungjawabkan. Metode deskriptif tidak semata-mata hanya menguraikan, melainkan juga memberikan pemahaman dan penjelasan secukupnya mengenai data yang ada (Ratna, 2009:53). Data dianalisis menggunakan teknik simak dan catat. Teknik simakdan catat merupakan lanjutan dari teknik membaca sebagai pengembangan terhadap pemahaman yang didapatkan dari proses membaca.
11
1.7.3
Metode dan Teknik Penyajian Hasil Pengolahan Data Pada tahapan ini digunakan metode deskripsi, yakni dengan mendeskripsikan
hasil pengolahan data yang telah dilakukan. Kemudian, secara teknik disusun ke dalam format penelitian berupa skripsi dengan menggunakan bahasa Indonesia ragam ilmiah. Penyajian hasil pengolahan data menggunakan sistematika sebagai berikut. Bab I berisi pendahualan yang merupakan rancangan penelitian yang akan dilaksanakan. Adapun pendahuluan terdiri atas latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penelitian sebelumnya, landasan teori, dan metode dan teknik analisis data. Bab II berisi analisis strukturalisme novel ABT. Analisis strukturalisme terdiri atas tema, alur, penokohan, dan latar. Bab III berisi analisis aspek sosial suku Dayak Bakumpai. Bab IV merupakan penutup yang berisi simpulan dan saran.