BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah pengangguran dan kemiskinan masih merupakan masalah besar yang dihadapi bangsa Indonesia sekarang ini, dan beberapa tahun kedepan. Selain itu krisis moneter yang melanda hampir seluruh dunia, berdampak keras terhadap perekonomian Indonesia.1 Model perluasan kesempatan kerja untuk mengatasi pengangguran perlu dikembangkan. Dengan dikembangkan berbagai potensi perluasan kesempatan kerja, diharapkan dapat menciptakan lapangan kerja yang dapat menyerap tenaga kerja.2 Kewirausahaan adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat, dan sumber daya untuk mencari peluang menuju sukses. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, wirausaha adalah orang yang pandai atau berbakat mengenali produk baru, menentukan cara produksi baru, menyusun operasi untuk mengadakan produk baru, mengatur permodalan operasinya serta memasarkannya.3 Menurut Jhon J.Kao dalam Saban Echdar, berkewirausahaan adalah usaha untuk menciptakan nilai melalui pengenalan kesempatan bisnis,
1
Yuyus Suryana dan Kartib Bayu, Kewirausahaan: Pendekatan Karakteristik Wirausahawan Sukses, (Jakarta: Kencana, 2010), hlm. 1. 2 Yuyus Suryana danKartib Bayu, Kewirausahaan: Pendekatan Karakteristik Wirausahawan Sukses ... hlm. 3. 3
Basrowi, Kewirausahaan untuk Perguruan Tinggi, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011),
hlm.1.
1
2
menajemen pengambilan risiko yang tepat, dan melalui keterampilan komunikasi dan manajemen untuk memobilisasi manusia, uang, dan bahanbahan baku atau sumber daya lain yang diperlukan untuk menghasilkan proyek supaya terlaksana dengan baik.4 Impian mahasiswa ketika lulus salah satunyabekerja kantoran di perusahaan besar dan ternama. Pemikiran ini harus diubah, perlu dipikirkan agar ketika lulus mahasiswa menjadi wirausahawan dan bermanfaat bagi orang lain. Itu yang disampaikan Sekretaris Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM), Agus Muharram. Agus menjelaskan, berdasar Data Kemenkop UKM, jumlah wirausahawan di Indonesia meningkat dari 0,24 persen menjadi 1,56 persen dari total populasi penduduk.5 Salah satu cara untuk mengatasi pengangguran yang paling tepat untuk Indonesia adalah dengan kewirausahaan. Pilihan untuk berwirausaha dan menciptakan lapangan pekerjaan berpeluang menghasilkan pendapatan yang lebih besar daripada berkarir menjadi karyawan. Menurut David Mc Celland yang dikutip oleh Hadi Sumarsono, suatu negara akan maju jika mempunyai paling sedikit 2 % dari total jumlah penduduk adalah wirausaha. Ironisnya, peningkatan jumlah penganggur justru
4
semakin
didominasi
oleh
penganggur
yang
terdidik.
Hal
Saban Echdar, Manajemen Entrepreneurship, (Yogyakarta: CV Andi Offset, 2013),
hlm.19. 5
“2016, Kemenkop UKM Targetkan Jumlah Pengusaha Menjadi 2 Persen”, http://www.smartbisnis.co.id/content/read/berita-bisnis/umum/2016-kemenkop-ukm targetkanjumlah-pengusaha-menjadi-2-persen- (diakses pada tanggal 16 Maret 2016).
3
inimengindikasikan bahwa lulusan perguruan tinggi adalah lebih sebagai pencari kerja (job seeker) daripada pencipta lapangan pekerjaan (job creator).6 Ada banyak cara untuk menumbuhkan sikap seseorang sebagai wairausahawan, salah satu diantaranya adalah melalui pengetahuan kewirausahaan atau pendidikan kewirausahaan. Pendidikan bisnis tidak dapat melepaskan diri dari proses pendidikan wirausaha, oleh karenanya model dan sistem pendidikan bisnis harus menunjang pendidikan kewirausahaan.7 Pembekalan
pengetahuan
yang
diberikan
sekolah
tinggi
tentang
kewirausahaan diharapkan dapat menumbuhkan intensi para mahasiswa dalam berwirausaha. Banyak faktor psikologis yang membentuk sikap negatif masyarakat sehingga mereka kurang berminat terhadap profesi wirausaha, antara lain sifat agresif, ekspansif, egois, tidak jujur dan sebagainya. Pandangan ini dianut oleh sebagian besar penduduk, sehingga mereka tidak tertarik. Mereka tidak ingin anak-anaknya menerjuni bidang ini, dan berusaha mengalihkan perhatian anak untuk menjadi pegawai negeri, apalagi anaknya bertitel lulus perguruan tinggi.8 Saat diajukan pertanyaan tentang peran orang tua dalam kesiapan berwirausaha, Ika berpendapat bahwa orang tua mereka tidak begitu memberi
6
Hadi Sumarsono, “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Intensi Wirausaha Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Ponorogo”(Ponorogo: Jurusan Manajemen:Jurnal Ekuilibrium, No.2, Maret, II,2013), hlm.63. 7
Daryanto, Pendidikan Kewirausahaan, (Yogyakarta: Gava Media, 2012), hlm. 388.
8
Buchari Alma, Kewirausahaan, Cet. Ke-17 (Bandung: Alfabeta, 2011), hlm. 2.
4
masukan dalam berwirausaha, karena orang tuanya sangat sibuk dengan pekerjaan mereka. Selain karena sibuk bekerja, Ika mengatakan bahwa orang tuanya tidak begitu tahu bagaimana cara berwirausaha sehingga mereka tidak dapat memberi masukan kepada anak-anak mereka. Berbeda dengan pemaparan dari Ika, Rizka berpendapat bahwa orang tuanya sangat berperan dalam membuat ia siap berwirausaha setelah lulus dari kuliahnya. Hal ini dikarenakan orang tua Rizka adalah seorang wirausahawan. Sehingga ia selalu dimotivasi dan dibimbing dalam berwirausaha.9 Faktor lain yang diduga mempengaruhi intensi berwirausaha yaitu kreativitas. Kreativitas dapat terwujud di mana saja dan oleh siapa saja tidak tergantung usia, jenis kelamin, keadaan sosial ekonomi atau tingkat pendidikan tertentu. Kreativitas dimiliki oleh semua orang dan dapat ditingkatkan, oleh sebab itu harus dipupuk dan dikembangkan agar tidak terpendam dan dapat diwujudkan.10 Wirausaha akan berhasil apabila berpikir dan melakukan sesuatu yang baru. Kreativitas akan muncul apabila wirausaha melihat sesuatu yang telah dianggap lama dan berpikir sesuatu yang berbeda. Dengan demikian, sukses kewirausahaan akan tercapai apabila seseorang berpikir dan melakukan sesuatu yang baru atau sesuatu yang lama dengan cara-cara baru.11
9
Ika Dian Safitri dan Rizka Tamamia Putri, Mahasiswa Progam Studi Ekonomi Syariah STAIN Pekalongan, wawancara pribadi, Pekalongan, 2 Agustus 2016 pukul 11.15 WIB. 10
Ari Fadiati dan Dedi Purwana, Menjadi Wirausaha Sukses, Cet. Ke-2 (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), hlm. 39. 11
Suryana, Kewirausahaan, Cet. Ke-4, Edisi 3 (Jakarta: Salemba Empat, 2008), hlm.3.
5
Self Efficacy Theory (SET) menjelaskan efikasi diri adalah keyakinan bahwa seseorang dapat berhasil menjalankan perilaku yang diinginkan dengan mengerahkan kemampuan motivasional, kognitif dan tindakan yang diperlukan untuk mendapatkan suatu hasil. Self Efficacy Theory (SET) menjelaskan
pengaruh
efikasi
diri
terhadap
intensi,
Bandura
dalampenelitiannya menunjukkan diagram tentang hubungan antara individu terhadap perilakunya akan dipengaruhi oleh ekspektasi efikasi, lalu dari perilaku tersebut akan mengarahkan individu untuk mendapatkan hasil yang dipengaruhi juga dengan ekspektasi atas hasil.12 Hasil penelitian Agung, Widya, dan Inka menunjukkan bahwa rendahnya self efficacy berpengaruh terhadap kurangnya minat mahasiswa menjadi pengusaha. Fakta ini dapat ditinjau dari sisi pengetahuan dan keterampilan
mahasiswa
yang
tidak
optimal
sehingga
menurunkan
kepercayaan diri mereka untuk membuka bisnis baru.13 STAIN Pekalongan sebagai salah satu perguruan tinggi di Indonesia diharapkan dapat menciptakan lulusan sarjana yang memiliki kualifikasi untuk menjadi seorang wirausaha khusunya progam studi ekonomi syariah yang diharapkan mampu menciptakan pendidik serta para ekonom yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Salah satu upaya yang dilaksanakan
12
Muhammad Farid Al Habib, “Pengaruh Efikasi Diri, Kebutuhan Akan Prestasi danKeberanian Mengambil Risiko Terhadap NiatBerwirausaha Mahasiswa”(Bali: Fakultas Ekonomi Dan Bisnis: Jurnal Manajemen, No.9, IV, 2015), hlm. 2620-2621. 13
Agung Wahyu Handaru, Widya Parimita, Inka Winarni Mufdhalifah, “Membangun Intensi Berwirausaha Melalui Adversity Quotient, Self Efficacy, dan Need For Achievement”, (Jakarta: Jurnal Manajemen Dan Kewirausahaan, No. 2, September, XVII, 2015), hlm.163-164.
6
oleh
STAIN
Pekalongan
yaitu
mendidik
mahasiswa,
menjadikan
kewirausahaan sebagai bagian kurikulum yang diberikan di setiap jurusan. Sebagaimana pada saat peneliti melakukan observasi awal dan melakukan wawancara dengan mahasiswa progam studi ekonomi syariah STAIN Pekalongan bahwa 6 dari 15 orang mengatakan sudah mempunyai intensi untuk berwirausaha. Namun sisanya lebih memilih untuk menjadi pegawai ketika setelah lulus kuliah nanti. Profesi sebagai pegawai atau karyawan dinilai lebih praktis dan menyenangkan daripada berwirausaha. Mahasiswa masih tergantung pada lapangan pekerjaan yang ada. Mahasiswa juga mengaku bahwa masih kesulitan menemukan ide untuk berwirausaha dan belum berani berwirausaha karena belum memiliki modal serta takut pada risiko kegagalan. Mereka merasa kurang yakin dapat berhasil jika berwirausaha.14 Salah satu faktor penting dalam menciptakan wirausaha adalah keinginan. Intensi merupakan kesungguhan seseorang untuk melakukan kegiatan wirausaha. Semakin besar intensi seseorang ingin berwirausaha, maka akan semakin baik dalam memulai usahanya. Intensi seseorang yang di imbangi dengan pengetahuan kewirausahaan dan kepercayaan terhadap kemampuan dirinya akan berdampak baik terhadap lahirnya wirausaha baru sehingga menciptakan lapangan kerja.15
14
Hasil wawancara pada mahasiswa-mahasiswi Progam Studi Ekonomi Syariah Angkatan 2012 dan 2013, Pekalongan, 3-4 April 2016. 15
Nurul Indarti dan Rokhima Rostiani,“Intensi Kewirausahaan Mahasiswa Studi Perbandingan antara Indonesia, Jepang, dan Norwegia”( Jurnal Ekonomika dan Bisnis Indonesia, No.4, XXIII, 2008), hlm. 26.
7
Penelitian ini perlu dikaji karena keinginan berwirausaha (intensi berwirausaha) di kalangan mahasiswa Ekonomi Syariah STAIN Pekalongan yang masih kurang sangat disayangkan, karena beberapa penelitian mengungkapkan bahwa intensi berwirausaha para mahasiswa dapat menjadi sumber lahirnya wirausaha-wirausaha masa depan. Perguruan tinggi seharusnya tidak lagi mengutamakan bagaimana mahasiswa untuk cepat lulus dan mendapat pekerjaan. Tetapi perguruan tinggi harusnya lebih fokus pada bagaimana lulusan mampu menciptakan pekerjaan. Untuk itu maka diperlukan upaya peningkatan intensi wirausaha di kalangan mahasiswa. Intensi wirausaha atau niat kesungguhan untuk berwirausaha harus tertanam dalam benak mahasiswa. Hal ini penting dilakukan karena intensi wirausaha telah terbukti menjadi prediktor yang terbaik bagi perilaku kewirausahaan. Intensi wirausaha juga dapat dijadikan sebagai pendekatan dasar yang masuk akal untuk memahami siapa-siapa yang akan menjadi wirausaha. Seseorang dengan intensi untuk memulai usaha akan memiliki kesiapan dan kemajuan yang lebih baik dalam usaha yang dijalankan dibandingkan seseorang tanpa intensi untuk memulai usaha.16 Berdasarkan penjelasan latar belakang yang telah disebutkan sebelumnya, maka peneliti merasa penting untuk meneliti “PENGARUH PENGETAHUAN
KEWIRAUSAHAAN,
PERAN
ORANG
TUA,
KREATIVITAS, DAN SELF EFFICACY TERHADAP INTENSI 16
Hadi Sumarsono, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Intensi Wirausaha Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Ponorogo... hlm.63-64.
8
BERWIRAUSAHA
PADA
MAHASISWA
PROGAM
STUDI
EKONOMI SYARIAH STAIN PEKALONGAN ANGKATAN 2012 DAN 2013”. B. Rumusan Masalah dan Batasan Masalah 1. Rumusan Masalah a. Apakah pengetahuan kewirausahaan berpengaruh terhadap intensi berwirausaha pada mahasiswa? b. Apakah peran orang tua berpengaruh terhadap intensi berwirausaha pada mahasiswa? c. Apakah kreativitas berpengaruh terhadap intensi berwirausaha pada mahasiswa? d. Apakah self efficacy berpengaruh terhadap intensi berwirausaha pada mahasiswa? e. Apakah pengetahuan kewirausahaan, peran orang tua, kreativitas, dan self
efficacy
secara
simultan
berpengaruh
terhadap
intensi
berwirausaha pada mahasiswa? 2. Batasan Masalah Untuk mencegah pembahasan yang menyimpang dari topik masalah, maka penulis perlu melakukan pembatasan masalah. Masalah yang dibahas
dalam penelitian ini
adalah faktor
yang diduga
mempengaruhi intensi berwirausaha mahasiswa. Faktor yang dimaksud hanya mencangkup pengetahuan kewirausahaan, peran orang tua, kreativitas, dan self efficacy. Penelitian ini hanya dilakukan pada
9
mahasiswa progam studi Ekonomi Syariah pada Angkatan 2012 dan 2013. Hal ini disebabkan karena mahasiswa progam studi Ekonomi Syariah pada angkatan tersebut telah menerima mata kuliah kewirausahaan. C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, makatujuan yang dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Untuk
menganalisis
pengetahuan
kewirausahaan
terhadap
intensi
berwirausaha pada mahasiswa. 2. Untuk menganalisis peran orang tua terhadap intensi berwirausaha pada mahasiswa. 3. Untuk menganalisis kreativitas terhadap intensi berwirausaha pada mahasiswa. 4. Untuk menganalisis self efficacy terhadap intensi berwirausaha pada mahasiswa. 5. Untuk menganalisis pengetahuan kewirausahaan, peran orang tua, kreativitas, dan self efficacy secara simultan terhadap intensi berwirausaha pada mahasiswa. D. Kegunaan Penelitian 1. Manfaat Teoritis a. Dapat
menambah
serta
mengembangkan
khasanah
keilmuan
khususnya dibidang ekonomi dan organisasi dan umumnya di bidang yang menyangkut kewirausahaan di Indonesia.
10
b. Dapat dijadikan langkah awal dan motivasi bagi peneliti selanjutnya yang berkaitan dengan penelitian yang penulis akan lakukan. 2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan memberikan masukan yang berharga bagi setiap individu maupun institusi pendidikan untuk meningkatkan kesadaran mengenai kewirausahaan sehingga para lulusan nantinya jika memiliki peluang berwirausaha tak akan ragu lagi untuk hidup mandiri dan menciptakan lapangan pekerjaan.Dengan demikian, ketika terdapat peluang untuk berwirausaha,
dapat terwujud sehingga
nantinya dapat menyerap tenaga kerja baru yang berarti telah membantu pemerintah, baik secara langsung maupun tidak dalam mengurangi jumlah pengangguran serta membangkitkan perekonomian bangsa kedepannya. E. Sistematika Penulisan Untuk memudahkan penulisan skripsi ini, penulis menyusunnya dalam bentuk beberapa bab sebagai berikut. BAB I PENDAHULUAN Berisi tentang latar belakang masalah, rumusan dan batasan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, serta sistematika penulisan penelitian. BAB II KERANGKA TEORI Berisi tentang hal-hal mengenai landasan teori, tinjauan pustaka, kerangka berpikir dan hipotesis.
11
BAB 3 METODE PENELITIAN Berisi tentang pendekatan penelitian, setting penelitian, variabel penelitian, teknik pengambilan sampel, teknik pengumpulan data penelitian, dan teknik analisis data. BAB 4 ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Berisi tentang deskripsi data, analisis data yang berisi tentang uji validitas dan reliabilitas, uji asumsi klasik, uji hipotesis dan pembahasan. BAB 5 : PENUTUP Berisi tentang simpulan dari hasil penelitian dan saran.