BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, perilaku remaja pria diekspresikan dengan berbagai cara. Salah satunya diwarnai dengan bentuk perilaku kekerasan. Media sering memberitakan perkelahian remaja yang dilakukan oleh para pelajar di berbagai kota di Indonesia. Bentuk ekspresi bebas para pelajar lainnya yang tidak kalah heboh sekaligus meresahkan masyarakat adalah terbentuknya geng. Bentuk dari geng pelajar ini biasanya nongkrong atau bergerombol selama waktu sekolah atau di luar sekolah, dan ada juga yang menggunakan kendaraan dan bergerombol di malam hari. Bentuk geng ini dikenal dengan nama geng motor 1. Penelitian ini mengkaji tentang komunitas remaja yaitu pengorganisasian geng motor yang terdapat di Medan. Geng motor yang menjadi objek kajian penelitian saya ini adalah geng motor RnR. Anggota-anggota geng motor umumnya adalah para remaja yang masih berstatus pelajar baik SMP, SMA, bahkan mahasiswa. Pada umumnya geng motor dibentuk dari kumpulan anak-anak remaja yang suka ngebut atau balapan liar dengan motor, baik siang maupun malam hari, dan juga dari kesamaan lingkungan tempat tinggal atau lingkungan sekolah. Sekarang ini para remaja mulai dari SMP, SMA bahkan mahasiswa banyak yang mengikuti komunitas geng motor. Mereka melakukan balapan motor alias trek-trekan di jalanan umum. Geng motor dibuat untuk menunjukkan eksistensi kelompoknya kepada masyarakat sekitar maupun dengan geng motor lainnya. Geng motor RnR biasanya berkumpul di 1
“Masalah Gank Motor di Medan Perlu Penanganan Serius Orang tua, Sekolah dan Polisi,” http://lifestyle.kompasiana.com/urban/(akses 09 Oktober 2011).
Universitas Sumatera Utara
daerah Jln. Abdul Hakim Kec. Medan Selayang. Pemilihan lokasi ini didasarkan atas hasil pengamatan yang menunjukkan bahwa daerah tersebut sering menjadi tempat berkumpulnya para remaja anggota geng motor RnR. Di Indonesia aktivitas geng motor yang brutal dan anarkis mulanya muncul di pulau Jawa yaitu di kota Bandung. Setiap geng motor yang ada di Bandung umumnya bersifat anarkis dan terkadang meresahkan warga dengan melakukan perampokan di swalayan dan penyerangan atau perampokan terhadap warga sekitar. Di Medan sendiri, kegiatan geng motor mulai terlihat keberadaannya pada tahun 2007 dan akhirnya mulai menampakan tindakan kekerasannya pada tahun 2011 di mana terjadi penyerangan terhadap komunitas lain (waspada.co.id 7 February, 2011). Berdasarkan uraian di atas, saya tertarik melakukan penelitian mengenai geng motor disebabkan semakin banyaknya kasus kejahatan yang dilakukan oleh geng motor tersebut. Untuk tahun 2012 kejahatan yang dilakukan geng motor di Medan ada tiga kasus sampai bulan februari, yang diamankan sebanyak 70 orang tapi yang diproses pidana tiga kasus 2. Hal ini banyak menimbulkan pandangan negatif dari masyarakat terhadap geng motor itu sendiri. Disaat sekumpulan anggota geng motor melakukan penghancuran terhadap warnet bahkan kantor polisi, tindakan mereka diketahui warga dan beberapa diantaranya tertangkap dan dihajar massa 3. Penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan dengan topik mengenai geng motor telah pernah dilakukan oleh beberapa mahasiswa diberbagai universitas di Indonesia. Namun, pada umumnya yang mengkaji mengenai geng motor merupakan mahasiswa dari jurusan psikologi. Mahasiswa psikologi dari berbagai universitas di 2
Berita dalam Koran Sumut Pos edisi 1 Maret 2012, “Korban Geng Motor Banyak Tak Melapor”.
3
Berita dalam waspada edisi 5 Desember 2011, “Medan Tak Bisa Lepas Dari Geng Motor”.
Universitas Sumatera Utara
Indonesia dalam skripsi mereka membahas bagaimana hubungan kohesifitas dengan perilaku agresi pada anggota geng motor (Beriyanti, Skripsi, 2010). Selain itu ada yang mengkaji masalah hubungan antara kecerdasan emosi dengan perilaku agresi pada anggota komunitas geng motor di Bandung, (Miladina, Skripsi, 2010). Dan penelitian lain mengenai kecenderungan kepribadian anggota geng motor di Bandung ditinjau dari kebutuhan (Rachmawati, Skripsi, 2008). Dari beberapa hasil skripsi di atas, umumnya penelitian mengenai geng motor dilakukan oleh mahasiswa jurusan psikologi yang memfokuskan di dalamnya mengenai sifat agresi 4 komunitas geng motor sehingga timbul tindakan kekerasan. Umumnya penelitian mahasiswa psikologi membahas bagaimana perkembangan psikologi dan tingkah laku remaja yang telah mengikuti kegiatan geng motor. Berdasarkan latarbelakang penulis sebagai mahasiswa antropologi, saya sangat tertarik mengkaji mengenai topik geng motor khususnya dalam kajian ilmu antropologi, terutama memfokuskan bagaimana sebenarnya pengorganisasian dalam suatu komunitas geng motor dan hubungan sosial yang terdapat di dalamnya. Sehingga dapat diketahui bagaimana kegiatan mereka dan struktur kepengurusan yang mereka bentuk dikaji secara etnografis. Adanya geng seperti sebuah kelompok–kelompok sosial yang semu, karena terbentuk dari sebuah jiwa bebas yang terhambur ketika langkah seorang remaja telah tetap dan pasti. Namun, adanya fenomena geng tersebut tak urung seperti perbedaan dua keping mata uang yang berbeda. Satu sisi mata uang menunjukkan hal positif yaitu pembentukan mental dan ajang solidaritas dari seorang remaja, sedangkan sisi
4
Agresi yaitu reaksi primitif dalam bentuk kemarahan hebat dan ledakan emosi tanpa kendali, serangan, kekerasan tingkah laku kegila-gilaan, dan sadistis. Kemarahan hebat tersebut sering mengganggu intelegensi dan kepribadian anak, sehingga kalut batinnya, lalu melakukan perkelahian, kekerasan, kekejaman, terror terhadap lingkungan dan tindakan agresi lainnya (Kartono, 2010:113).
Universitas Sumatera Utara
lainnya adalah sebuah bentuk pemberontakan jiwa yang terkadang diaplikasikan dalam bentuk anarkisme yang sangat destruktif 5. Keberadaan geng remaja baik laki-laki ataupun perempuan tidak bisa dielakkan dalam kehidupan era globalisasi saat ini, karena di usia-usia remaja ini, mereka membutuhkan suatu komunitas yang sesuai atau cocok dengan gaya dan pandangan hidup mereka. Dalam komunitas atau geng atau kelompok pertemanan ini, mereka bisa dengan leluasa menyalurkan bakat, minat, potensi yang mereka miliki, bahkan segala permasalahan hidup yang mereka alami dibagikan kepada teman-teman satu gengnya. Jadilah mereka seperti ‘saudara sekandung’, yang tidak hanya diikat oleh gaya hidup dan pandangan hidup khas mereka tapi juga ada ikatan perasaan emosional bahkan ikatan intelektual. Secara otomatis, mereka yang merasa cocok akan membuat suatu ‘lingkaran’ atau geng atau komunitas sendiri. Terlepas dari apakah geng yang mereka buat untuk tujuan yang baik atau yang buruk. Menurut teori gejala masalah akil balig Margareth Mead, (dalam Danandjaja, 1994:38) perbedaan sifat-sifat kepribadian atau tempramen antara laki-laki dan perempuan tidak bersifat biologis universal, melainkan suatu perbedaan yang ditentukan oleh kebudayaan, oleh sejarah, dan struktur sosial masyarakat yang bersangkutan. Perkembangan kepribadian seorang individu menurut beliau terjadi pada usia remaja, yaitu masa dari anak-anak menuju dewasa, dimana perkembangan kepribadian dan emosinya tergantung dari lingkungan dan kebudayaan sekitarnya baik itu laki-laki maupun perempuan. Anggota geng motor yang pada umumnya adalah laki-laki, yang ingin menunjukkan dirinya sebagai pribadi yang maskulin dan terlihat macho dihadapan 5
http://www.subscribe.com/doc/22350809 (akses 10 February 2012).
Universitas Sumatera Utara
orang lain dengan mengikuti geng tersebut. Menurut Pleck (dalam Arivia, 2009:38) maskulin merupakan pencitraan diri yang diturunkan dari generasi ke generasi, melalui mekanisme pewarisan budaya hingga menjadi suatu “kewajiban” yang harus dijalani jika ingin dianggap sebagai laki-laki seutuhnya. Sedangkan laki-laki yang tampil maskulin, disebut dengan laki-laki macho. Kewajiban tersebut tercermin dalam suatu manhood (dogma kejantanan atau norma kelelakian) yang harus diikuti oleh kaum laki-laki pada umumnya, karena dianggap sebagai faktor bawaan dari lahir. Contoh dari norma maskulin menurut Kurniawan (dalam Arivia, 2009) misalnya: anak laki-laki pantang untuk menangis; laki-laki harus tampak garang dan berotot; laki-laki yang hebat adalah laki-laki yang mampu “menaklukkan” hati banyak perempuan; laki-laki akan sangat “laki-laki” apabila identik dengan rokok, alkohol, dan kekerasan. Banyaknya komunitas motor yang muncul di berbagai daerah di Indonesia telah menjadi sebuah fenomena. Kegiatan untuk membentuk dan bergabung ke dalam sebuah geng motor pada masa sekarang ini membentuk suatu budaya populer dikalangan remaja pengguna kendaraan bermotor. Budaya populer (umumnya dikenal sebagai budaya pop) adalah totalitas ide, perspektif, sikap, gambar dan fenomena lainnya yang dianggap disukai melalui konsensus informal dalam arus utama dari sebuah masyarakat tertentu. Budaya populer terbentuk dan berkembang dalam suatu masyarakat karena banyak dipengaruhi oleh media massa dan merembes ke kehidupan sehari-hari banyak orang (Storey, 2007). Setiap remaja yang bergabung ke dalam suatu geng motor pastilah memiliki alasan mereka masing-masing kenapa memilih untuk bergabung ke dalam komunitas tertentu. Koenjaraningrat (1990:111) menjabarkan bahwa kepribadian seorang
Universitas Sumatera Utara
individu juga terisi dengan berbagai perasaan, emosi, kehendak dan keinginan, yang sasarannya adalah juga aneka macam hal yang ada dalam lingkungannya. Oleh karena itu diperlukannya penelitian lebih lanjut dalam mengetahui alasan-alasan mengapa banyak remaja, khususnya remaja di kota Medan yang banyak masuk dan membentuk komunitas geng motor. Dengan mengkaji suatu komunitas dilihat dari sudut pandang antropologi, diharapkan dapat mengetahui mengapa banyak remaja yang bergabung dalam geng motor, dan menyebabkan terbentuknya suatu budaya baru untuk ikut ke dalam suatu geng motor tertentu pada masa sekarang ini. Karena para remaja umumnya yang menggunakan sepeda motor umumnya sangat tertarik masuk dan menjadi bagian suatu geng motor.
1.2. Tinjauan Pustaka Masa remaja merupakan sebuah masa transisi yang dilalui oleh semua insan manusia sebelum akhirnya memasuki fase dewasa. Berbicara mengenai remaja, erat kaitannya dengan sebuah kualitas diri. Remaja merupakan masa di mana terjadi sebuah jalan persimpangan dalam hidupnya yang akhirnya dipilih sebagai bekal kehidupannya kelak, dan proses pemilihan itu sangat erat kaitannya dengan kualitas diri seorang remaja dalam kegiatan proses belajar, dan aktivitasnya dalam kehidupan sehari-hari 6. Menurut Mead (dalam Danandjaja, 1994) remaja cenderung menentang kekuasaan dan otoritas orang tuanya; walaupun dalam keadaan ragu-ragu, mereka ingin mencari kebebasan dari otoritas pada umumnya. Pada masa remaja juga terjadi proses pencarian identitas diri, di mana identitas tersebut dicari bersama-sama dengan teman sebayanya dengan berkumpul dan 6
“Pengaruh Aktivitas Geng Terhadap Prestasi Belajar,” http://www.subscribe.com/doc/22350809 (akses 10 February 2012).
Universitas Sumatera Utara
membentuk suatu kelompok bermain dan membentuk suatu komunitas, dalam hal ini ke dalam geng motor. Menurut Adian (dalam Arivia, 2001:25) identitas merupakan konsep yang merupakan fokus pemikiran klasik yang selalu mencari kesejatian pada yang identik (sama) di balik segala perubahan. Segala sesuatu harus memiliki identitas, terkategorisasi, dan terumuskan secara tuntas. Sesuatu tanpa identitas adalah mustahil. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2001), geng berarti sebuah kelompok atau gerombolan remaja yang dilatarbelakangi oleh persamaan latar sosial, sekolah, daerah, dan sebagainya. Pelakunya dikenal dengan sebutan gengster. Sebuah kata yang berasal dari bahasa Inggris, gangster. Gangster atau bandit berarti suatu anggota dalam sebuah kelompok kriminal (gerombolan) yang terorganisir dan memiliki kebiasaan urakan dan anti-aturan 7. Geng motor sendiri dilandasi oleh aktivitas kesenangan di atas motor ataupun karena berkumpul dalam suatu kelompok yang menggunakan motor. Umumnya keberadaan mereka ada di setiap kota besar dan perilakunya telah menjadi penyakit sosial yang akut. Penyakit sosial atau biasa disebut dengan “patologi sosial” merupakan gejala-gejala sosial yang sakit atau menyimpang dari pola perilaku umum yang disebabkan faktor-faktor sosial. Selain geng motor sebagai suatu komunitas motor, ada juga komunitas motor lain yang biasa disebut klub motor. Perlu diketahui bahwa pengertian geng motor di atas berbeda dengan pengertian klub motor. Pada klub motor, aktivitas berkelompok didasari oleh kesamaan hobi otomotif atau aktivitas sosial yang umumnya terdaftar (legal) pada wadah organisasi otomotif resmi dan diakui oleh pemerintah setempat,
7
http://www.wikipedia.org/wiki/gang. (diakses pada tanggal 2 juli 2012).
Universitas Sumatera Utara
misalnya: Ikatan Motor Indonesia (IMI) dan Forum Persatuan Motor Indonesia (FPMI). Komunitas ialah kumpulan dari berbagai populasi yang hidup pada suatu waktu dan daerah tertentu yang saling berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain. Komunitas memiliki derajat keterpaduan yang lebih kompleks bila dibandingkan dengan individu dan populasi. Komunitas terjadi karena seorang individu tersebut menganggap dengan berkumpul dan berinteraksi antar sesama individu lainnya merupakan kegiatan yang dilakukan sebagai jalan hidup manusia (Sanders, 1966). Komunitas menurut pandangan Koenjaraningrat : “Kesatuan wilayah, adat istiadat, rasa identitas komunitas, dan rasa loyalitas terhadap komunitas sendiri, merupakan ciri-ciri suatu komunitas, dan pangkal dari perasaan seperti patriotisme, nasionalisme, dan sebagainya, yang biasanya bersangkutan dengan negara. Defenisi komunitas sebagai suatu kesatuan hidup manusia, yang menempati suatu wilayah yang nyata, dan yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat, serta yang terikat oleh suatu rasa identitas komunitas.” (Koenjaraningrat, 1990:148). Masa remaja adalah masa di mana setiap remaja ingin berkelompok dan akhirnya akan membuat komunitas, karena masa remaja adalah masa mereka mencari sebanyak-banyaknya teman dalam pencarian jati diri mereka. Remaja memandang dunia sebagai apa yang mereka inginkan, bukan sebagaimana adanya. Ciri-ciri yang menonjol yang ditunjukkan oleh para remaja ada dalam perilaku sosial. Mereka dan teman sebaya akan membentuk geng, yang di dalamnya terdapat nilai-nilai kolektif yang akan mempengaruhi individu tersebut. Inilah proses di mana individu membentuk pola perilaku dan nilai-niai yang baru pada gilirannya bisa menggantikan nilai-nilai yang didapatnya di rumah. Selain geng motor, terdapat juga komunitas-komunitas motor lainnya. Komunitas motor ini di antaranya klub motor yang umumnya sebagai ajang kumpul-
Universitas Sumatera Utara
kumpul pecinta kendaraan bermotor tapi lebih dari itu klub motor juga memiliki susunan organisasi seperti layaknya sebuah organisasi massa dan juga memiliki program kerja
yang terjadwal
seperti membuat jadwal untuk melakukan acara
berkumpul bersama seluruh anggota setiap minggunya dengan tujuan mempererat silaturahmi dan untuk saling berinteraksi, melakukan perjalanan ke daerah tertentu secara bersama-sama (touring) baik dengan anggota sendiri ataupun bekerja sama dengan komunitas motor yang lain, mengikuti kegiatan-kegiatan otomotif seperti lomba modifikasi sepeda motor, kegiatan balap motor, dan juga melakukan bakti sosial ke masyarakat. Beberapa waktu terakhir aksi dan aktivitas komunitas motor tadi tercoreng oleh ulah dari beberapa anggota komunitas motor yang menyebut dirinya sebagai geng motor. Geng motor merupakan bagian dari komunitas motor, namun yang membedakan dengan komunitas motor itu sendiri adalah geng motor dibentuk dengan tujuan untuk membentuk komunitas pertemanan yang cenderung orientasinya ke arah yang negatif, cenderung berbuat onar dan meresahkan masyarakat. Akhir-akhir ini mereka mendapat perhatian serius baik dari masyarakat serta mendapat cap negatif dari masyarakat dan dari media dikarenakan oleh perilaku mereka. Untuk itu perlunya pengetahuan bagaimana perbedaan antara setiap komunitas motor yang ada, agar tidak terjadinya salah penilaian masyarakat bahwa setiap kumpulan orang bermotor itu merupakan geng motor. Karena komunitas pengendara motor itu terbagi lagi ke dalam beberapa bentuk kumpulan seperti klub motor dan
Universitas Sumatera Utara
geng motor. Adapun beberapa perbedaan antara geng motor, club motor dan motor community menurut Putu Oka Sukanta 8 adalah sebagai berikut: Tabel I. PERBEDAAN GENG MOTOR, KLUB MOTOR, DAN KOMUNITAS MOTOR Geng Motor
Klub Motor
Komunitas Motor
1. Kebanyakan anggota 1. Perlengkapan aman geng motor tidak memakai (safety) dalam berkendara perangkat safety seperti dan benar-benar komplit. helm, sepatu dan jaket. 2. Motor dan 2. Membawa senjata tajam pengendaranya sama-sama yang dibuat sendiri atau lengkap bahkan biasanya sudah dari pabriknya ditambah box dibelakang seperti samurai, hingga motor buat menaruh helm bom molotov (terbuat dari dan peralatan motor. botol yang berisi minyak 3. Biasanya setiap klub tanah) 9. motor hanya terdiri dari 3. Biasanya hanya muncul satu merk dan satu tipe di malam hari dan tidak motor saja namun ada juga menggunakan lampu yang campur-campur. penerang serta berisik. 4. Nongkrong di tempat 4. Jauh dari kegiatan yang ramai agar bisa sosial, tidak pernah dilihat masyarakat membuat acara-acara sekaligus ajang sosial. silahturahmi kepada klub motor lain yang kebetulan 5. Anggotanya lebih melintas. banyak kaum lelaki yang sangar, tukang mabuk, 5. Pelantikan anggota baru penjudi dan hobi biasanya tanpa kekerasan, membunuh, sekalipun hanya untuk having fun tidak menutup dan memberi pengetahuan kemungkinan ada kaum seluk beluk berlalu lintas hawa yang ikut. yang benar.
1. Biasanya community terdiri dari berbagai tipe motor dan merk motor, bebas dan berbagai macam aliran ada. 2. Berdiri dibawah bendera perkumpulan orang-orang komplek, pabrikan atau perusahaan dan instansiinstansi yang terkait. 3. AD/ART mereka lebih simple tidak terlalu banyak. 4. Sama seperti klub motor, mereka juga suka melakukan kegiatan sosial. 5. Bila melakukan touring ke suatu daerah, barisan yang mereka buat kurang cepat alias lambat. 6. Lebih mengedepankan solidaritas, apapun motornya yang penting mau solid dan bekerja sama.
7. Pelantikan anggota baru jauh dari kata anarkis dan 6. Motor yang mereka 6. Mempunyai visi dan hanya sekedar pengenalan 8
http://www.journalbali.com/creativecommunity/community/perbedaan-antara-geng-motor-clubmotor-dan-motor-community.html (diakses pada tanggal 2 February 2012). 9
Senjata-senjata yang digunakan oleh geng motor bila sedang berperang dengan geng motor lainnya, umumnya senjata yang digunakan seperti bom Molotov yang dirakit sendiri.
Universitas Sumatera Utara
gunakan bodong, gak ada spion, sein, hingga lampu utama. Yang penting buat mereka adalah kencang. 7. Visi dan misi mereka jelas, hanya membuat kekacauan dan ingin menjadi geng terseram diantara geng motor lainnya. 8. Tidak terdaftar di kepolisian atau masyarakat setempat. 9. Kalau nongkrong, lebih suka ditempat yang jauh dari kata terang. Lebih memilih tempat sepi, gelap.
misi yang jelas dan jauh community dan peraturan dari ruang lingkup yang saja. anarkis. 8. Anggota-anggotanya 7. Melakukan kegiatan hanya sekadar komunitas, touring (konvoi secara biasanya terbentuk karena bersama-sama) ke daerah- sering nongkrong bareng daerah sembari dan bedasarkan keinginan membagikan sumbangan. membangun sebuah wadah bila ingin melakukan 8. AD/ART mereka jelas touring. dan tercatat dalam kepolisian atau wadah dari 9. Nama dan lambang perkumpulan klub motor. mereka ada yang tercatat di kepolisian tetapi ada 9. Saling tolong menolong pula yang tidak dan hanya terhadap anggota klub sebatas kumpulan anak motor lain ketika dijalan motor saja. mendapatkan masalah. 10. Tidak berbeda jauh 10. Setiap klub motor dengan klub motor. memiliki tujuan dalam berkendara dan peraturanperaturan yang tidak membebankan anggotanya.
10. Pelantikan anggota baru biasanya bermain fisik, disuruh bertarung satu sama lain dan minum minuman keras sampai muntah. Sumber. http://www.journalbali.com
Dari perbedaan di atas, nampaklah ciri-ciri perilaku dari geng motor itu pada umumnya. Perilaku-perilaku yang ditunjukkan oleh anggota geng motor tersebut sangat meresahkan masyarakat, karena dianggap menyalahi norma-norma sosial. Berberapa bentuk perilaku tersebut antara lain berkendara dengan kecepatan tinggi saat mengendarai motor baik pada waktu siang maupun malam hari, melakukan balapan motor liar atau istilahnya trek-trekan di jalanan, sampai melakukan tindakan kekerasan dengan anggota komunitas motor lain. Secara konotasi, geng ini memang beda dengan klub, grup, atau kelompok. Pengertian geng lebih dikonotasikan negatif. Bahkan kalau melihat artinya dalam
Universitas Sumatera Utara
kamus bahasa Inggris, misalnya, geng (gang) di sana punya arti banyak dan salah satunya adalah negatif, gang: a group of persons working to unlawful or antisocial ends. Geng merupakan kumpulan orang yang melakukan tindakan pelanggaran hukum dan bersikap antisosial. Individu yang mengikuti geng motor ini umumnya adalah remaja, jika menggunakan definisinya Erikson (1963:10), remaja adalah anak yang sudah mulai masuk umur 12 sampai 18 tahun. Erikson menemukan bahwa karakteristik perkembangan yang paling menonjol dari anak seusia ini adalah mencari identitas (identity searching) sekaligus kebingungan dengan identitasnya (identity confusion). Pencarian identitas ini mereka dapatkan melalui hubungan dengan teman sebaya dengan membentuk kelompok-kelompok pertemanan. Mereka melakukan setiap aktivitas kelompok walaupun aktivitas tersebut berbanding terbalik dengan kebiasaan yang didapatnya dari rumah, hal ini terjadi karena pengaruh dari hubungan pertemanan tersebut, aktivitas tersebut diantaranya tidak lepas dari tindakan kekerasan seperti yang dilakukan geng motor. Tindakan yang dilakukan setiap anggota geng motor bisa terjadi karena adanya gejolak emosi pada diri masing-masing anggota geng tersebut, sesuai dengan keadaan yang sedang dialami mereka yang mereka tunjukkan kepada teman satu anggota atau kepada masyarakat sekitar. Menurut Matsumoto (2004:43) emosi terdiri dari 2 jenis yaitu emosi negatif dan positif. Emosi negatif seperti marah dan frustrasi terjadi karena terhambatnya atribut internal seseorang (seperti tujuan atau keinginan). Sebaliknya emosi positif
seperti perasaan bersahabat dan penghargaan, amatlah
berbeda. Emosi-emosi ini adalah hasil dari pengalaman menjadi bagian dari suatu hubungan dekat yang kurang lebih bersifat komunal (kelompok).
Universitas Sumatera Utara
Kekerasan yang umum dilakukan oleh geng motor adalah kekerasan yang bersifat kolektif, dimana menurut Jack D. Douglas & Frances Chaput Waksler kekerasan kolektif adalah kekerasan yang dilakukan oleh anggota kelompok secara bersamaan, seperti dalam perang, kerusuhan, dan kepanikan. Yabolensky menjelaskan kekerasan geng dalam kaitannya dalam kepribadian yang cacat. Kepribadian yang cacat maksud beliau adalah kepribadian yang terbentuk karena sifat jahat dari individu, dalam bukunya The Violent Gang (Santoso, 2002:90). Geng motor memang tidak terlepas dari perilaku kolektif. Dalam geng motor terdapat kehidupan sosial kolektif yang merupakan ciri khas dari kelompok sosial yang melakukan tindakan sesuai dengan keputusan kelompok. Menurut Popenoe (Koentjaraningrat, 1990:135) ada beberapa ciri atau karakteristik kehidupan sosial kolektif, antara lain: 1. Adanya pembagian kerja yang relatif permanen antar anggota dalam kelompok tentang berbagai kegiatan untuk pemenuhan beragam kebutuhan kelompok 2. Adanya rasa saling ketergantungan antar anggota dalam kelompok dalam proses pencapaian tujuan kelompok 3. Proses menjalin kerjasama tersebut didasarkan pada sistem nilai, norma yang telah disepakati oleh sesama anggota kelompok 4.Diperlukan adanya pola komunikasi yang baik untuk membangun hubungan kerjasama tersebut 5. Adanya perlakuan yang beragam antar anggota kelompok, sebagai konsekwensi dari keberagaman kemampuan dan keahlian yang dimiliki oleh masing-masing anggota kelompok
Universitas Sumatera Utara
6. Adanya solidaritas dalam kelompok (in-group) dan adanya sistem pengendalian sosial terhadap pola perilaku anggota dalam kelompok agar tetap berada pada garis visi dan misi kelompok Kepribadian individu yang mengarah keperilaku kekerasan pada usia remaja biasa disebut dengan kenakalan. Pada dasarnya kenakalan remaja menunjuk pada suatu bentuk perilaku remaja yang tidak sesuai dengan norma-norma yang hidup di dalam masyarakatnya. Kartono (2010:93) mengatakan remaja yang nakal itu disebut pula sebagai anak cacat sosial. Mereka menderita cacat mental disebabkan oleh pengaruh sosial yang ada ditengah masyarakat, sehingga perilaku mereka dinilai oleh masyarakat sebagai suatu kelainan dan disebut “kenakalan”. Dikatakan bahwa kenakalan remaja adalah kelainan tingkah laku/tindakan remaja yang bersifat anti sosial, melanggar norma sosial, agama serta ketentuan hukum yang berlaku dalam masyarakat. Gunarsa (2002:19), mengatakan dari segi hukum kenakalan remaja digolongkan dalam dua kelompok yang berkaitan dengan norma-norma hukum yaitu: (1) kenakalan yang bersifat amoral dan sosial serta tidak diantar dalam undangundang sehingga tidak dapat atau sulit digolongkan sebagai pelanggaran hukum ; (2) kenakalan yang bersifat melanggar hukum dengan penyelesaian sesuai dengan undang-undang dan hukum yang berlaku sama dengan perbuatan melanggar hukum bila dilakukan orang dewasa. Menurut bentuknya, Sartono (1985) membagi kenakalan remaja ke dalam tiga tingkatan ; (1) kenakalan biasa, seperti suka berkelahi, suka keluyuran, membolos sekolah, pergi dari rumah tanpa pamit (2) kenakalan yang menjurus pada pelanggaran dan kejahatan seperti mengendarai mobil tanpa SIM, mengambil barang orang tua
Universitas Sumatera Utara
tanpa izin (3) kenakalan khusus seperti penyalahgunaan narkotika, hubungan seks diluar nikah, pemerkosaan dll. Tentang normal tidaknya perilaku kenakalan atau perilaku menyimpang, pernah dijelaskan dalam pemikiran Emile Durkheim (dalam Soekanto, 1988). Bahwa perilaku menyimpang atau jahat kalau dalam batas-batas tertentu dianggap sebagai fakta sosial yang normal, dalam batas-batas tertentu kenakalan adalah normal karena tidak mungkin menghapusnya secara tuntas, dengan demikian perilaku dikatakan normal sejauh perilaku tersebut tidak menimbulkan keresahan dalam masyarakat, perilaku tersebut terjadi dalam batas-batas tertentu dan melihat pada sesuatu perbuatan yang tidak disengaja. Jadi, kebalikan dari perilaku yang dianggap normal yaitu perilaku nakal/jahat yaitu perilaku yang disengaja meninggalkan keresahan pada masyarakat. Menurut Krahe (2005:15) tindakan yang dilakukan dengan niat menimbulkan akibat negatif
terhadap targetnya dan sebaliknya, menimbulkan harapan bahwa
tindakan itu akan menghasilkan sesuatu merupakan kualifikasi dari sikap agresi. Sebuah definisi klasik yang diusulkan Buss (dalam Krahe, 2005) mengarakterisasikan agresi sebagai sebuah respons yang mengantarkan stimuli (rangsangan) beracun kepada makhluk hidup lain. Oleh karena itu, setiap anggota geng motor pasti memiliki sikap agresifitas yang tinggi, sehingga berani melakukan tindakan kekerasan terhadap individu ataupun kelompok lain. Sikap agresifitas yang tinggi tersebut yang membuat seringnya terjadi konflik antar geng motor. Masalah yang terjadi pada suatu geng motor yang akhirnya menyebabkan pertikaian antar geng biasanya diakibatkan dari konflik yang ditimbulkan dari permasalahan yang dialami salah seorang anggota. Pada akhirnya
Universitas Sumatera Utara
permasalahan tersebut mau tidak mau mengikutsertakan teman-temannya dalam geng motor lainnya untuk membantu dalam menyelesaikan masalahnya secara bersama, yang umumnya tidak lepas dari tindakan kekerasan. Menurut Lawang (1994), konflik diartikan sebagai perjuangan untuk memperoleh hal-hal yang langka seperti nilai, status, kekuasaan, dan sebagainya dimana tujuan mereka berkonflik itu tidak hanya memperoleh keuntungan tetapi juga untuk menundukkan pesaingnya. Konflik tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan muncul karena adanya faktor pemicu. Terdapat dua faktor yang menjadi pemicu terjadinya konflik, yaitu: persaingan (competition) dan kontravensi (contravention). Pada hakikatnya persaingan itu baik apabila dilakukan secara sehat yaitu menggunakan kemampuan masing-masing individu tanpa merugikan pihak lain. Sedangkan kontravensi adalah sikap mental yang tersembunyi terhadap pihak lain (orang atau kelompok).
1.3. Rumusan Masalah Kompleksitas kehidupan kota besar selalu diikuti oleh bermacam-macam penyimpangan perilaku, salah satunya yang terjadi pada remaja yang berada dalam suatu komunitas geng motor. Penyimpangan perilaku yang terjadi padanya yaitu aktivitas kenakalan yang berujung pada kriminalitas. Seperti yang telah dilansir oleh beberapa media massa akhir-akhir ini, aksi brutal geng motor telah menimbulkan korban. Mereka selalu bergerak secara bergerombol dalam melakukan aksinya. Gejala dalam komunitas kota menurut Menno, S. (1994:45) ialah adanya kecenderungan masyarakat menjadi masyarakat massa (mass society) di mana individu kehilangan
Universitas Sumatera Utara
identitas pribadinya; individu tidak lagi mampu membuat putusan-putusan secara pribadi, melainkan bertindak menurut dorongan massa (kelompok). Sehubungan dengan pernyataan di atas, maka akan muncul pokok permasalahan dalam penelitian ini yang akan membentuk pertanyaan-pertanyaan seperti : 1. Apa pandangan remaja-remaja anggota geng motor terhadap kelompok yang diikutinya setelah mereka bergabung ke dalam geng tersebut. 2. Bagaimana sistem pengorganisasian pada suatu geng motor dan pengelolaannya. 3. Bagaimana hubungan sosial baik hubungan internal maupun hubungan eksternal yang ada dalam geng motor.
1.4. Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud penelitian ini dibuat agar memunculkan perhatian lebih dari pemerintah dan orang tua setelah mengetahui alasan setiap remaja mengikuti geng motor tersebut, dan membuka mata masyarakat dari makna sebenarnya sebuah geng motor dari sudut pandang anggota geng tersebut (emic view). Sehingga ke depannya masyarakat dan pemerintah dapat memahami cara melakukan pengendalian sosial terhadap kenakalan-kenakalan remaja, sehingga suatu geng motor itu tidak dipandang negatif karena dibimbing dengan melakukan kegiatan-kegiatan yang lebih positif dan berguna bagi masa depan mereka. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui alasan-alasan para remaja mengapa mereka bergabung dan membentuk suatu geng motor, mengetahui bagaimana struktur pengorganisasian suatu geng motor, dan agar dapat mengetahui setiap kegiatan dan hubungan sosial yang terjadi dalam suatu geng motor, khususnya
Universitas Sumatera Utara
geng motor yang ada di Medan secara etnografis, dimana penelitian dilakukan dalam jangka waktu 4 bulan yaitu antara bulan Mei hingga Agustus 2012.
1.5. Kerangka Penulisan Aktivitas geng motor di kota Medan dapat dilihat dengan adanya pemberitaan di media elektronik dan media surat kabar. Pemberitaan mengenai geng motor ini tidak lepas dari perilaku kriminal yang dilakukan oleh geng motor, yang pada umumnya beranggotakan para remaja. Aktivitas yang mereka lakukan tidaklah sembarangan, karena setiap tindakan yang mereka perbuat berdasarkan atas peraturan yang telah mereka sepakati bersama. Pada setiap geng motor yang ada umumnya mempunyai sistem pengorganisasian yang di dalamnya terdapat jabatan dan tugasnya masing-masing. Hal ini dilakukakan untuk mengatur kelompok mereka agar dapat bertahan dan berjalan sesuai tujuan dari geng motor tersebut. Sejalan dengan pemikiran tersebut maka skripsi ini saya bagi ke dalam beberapa bab yang saling berkaitan satu sama lain untuk menjawab atau menjelaskan pengorganisasian geng motor di kota Medan. Setelah Bab Pendahuluan, saya akan menyajikan hubungan antara keadaan kota Medan dengan perkembangan geng motor yang ada di kota Medan dalam satu bab, yaitu Bab II dengan judul KONTEKS PENELITIAN. Bab ini menggambarkan keadaan kota Medan baik itu keadaan geografis sampai pada keadaan sosial dan menerangkan alasan terbentuknya geng motor yang ada di kota Medan berdasar data yang ada disertai dengan identitas salah satu geng motor yang menjadi informan yaitu geng motor RnR. Selain atas dasar observasi, data dalam bab ini banyak diperoleh dari data sekunder, termasuk beritaberita media massa. Bab II ini juga diharapkan dapat memberikan gambaran nyata
Universitas Sumatera Utara
perkembangan geng motor di kota Medan, dimana bab ini akan disertai juga dengan foto-foto dari identitas geng motor yang menjadi informan. Bab selanjutnya yaitu Bab III yang berjudul GENG MOTOR, yang saya rinci ke dalam 3.1. Sejarah Geng Motor, 3.2. Perkembangan Geng Motor di Indonesia, 3.3. Geng Motor Sebagai Kelompok Sosial Remaja, 3.4. Perilaku dan Nilai Kelompok, dan 3.5. Alasan Remaja Bergabung Dengan Geng Motor. Pada sub-bab 3.1. Sejarah Geng Motor, saya menjelaskan sejarah geng motor yang pertama sekali ada di dunia. Pada sub-bab 3.2. Perkembangan Geng Motor di Indonesia, saya menjelaskan perkembangan geng motor-geng motor yang ada di Indonesia mulai dari sejarah terbentuknya sampai keadaan geng motor tersebut sampaisekarang ini. Pada sub-bab 3.3. Geng Motor Sebagai Kelompok Sosial Remaja, saya mendeskripsikan perkembangan individu usia remaja dan menjelaskan hubungan geng motor sebagai kelompok sosial yang dibentuk para remaja. Pada sun-bab 3.4. Perilaku dan Nilai Kelompok, saya menjelaskan pengertian perilaku dan pentingnya nilai dalam suatu kelompok yang pada skripsi ini, kelompok tersebut adalah geng motor. Saya juga akan menjelaskan bagaimana perilaku dan nilai yang ada dalam geng motor yang menjadi informan saya. Pada sub-bab 3.5. Alasan Remaja Bergabung dengan Geng Motor, saya menjelaskan bebrbagai macam alasan para informan mengapa mereka tertarik bergabung ke dalam geng motor dan tidak lupa disertai dengan kutipan dari informan. Bab selanjutnya yaitu Bab IV PENGORGANISASIAN GENG MOTOR, akan saya isi dengan pendeskripsian bentuk struktur organisasi dan pembagian kerja dalam geng motor. Bab ini saya rinci ke dalam beberapa sub-bab di antaranya 4.1. Kepengurusan Geng Motor, yang berisikan bentuk dan struktur kepengurusan geng
Universitas Sumatera Utara
motor yang disertai dengan diagram kepengurusan dan penjelasan mengenai bagianbagian kepengurusannya yaitu penasehat, ketua, bendahara, panglima perang, dan anggota. Pada sub-bab 4.2. Keanggotaan Geng Motor, saya mendeskripsikan mengenai keanggotaan dalam geng motor ke dalam bagian-bagian lagi bagaimana syarat dan aturan menjadi anggota, ritual penerimaan anggota, dan juga reward and punishment atau penghargaan dan hukuman dalam geng motor. Pada sub-bab 4.3. Hubungan Sosial Pada Geng Motor, saya mendeskripsikan hubungan sosial yang terdapat dalam suatu geng motor, dan penjelasan bagaimana mereka menjalin hubungan sosial tersebut. Hubungan sosial yang saya deskripsikan yaitu ke dalam hubungan sosial sesama geng motor, dan hubungan sosial dengan organisasi kepemudaan (OKP). Pada sub-bab 4.5. Konflik Geng Motor, saya menjelaskan konflik-konflik yang terjadi baik itu konflik internal (dari dalam), maupun konflik eksternal (dari luar) yang dialami geng motor. Pada bab ini juga akan disertai dengan pandangan-pandangan dari informan. Bab terakhir pada skripsi ini yaitu Bab V KESIMPULAN DAN SARAN, yang berisikan tentang kesimpulan dan saran yang penulis buat mengenai isi keseluruhan skripsi ini berdasarkan dari sudut pandang penulis sendiri. Kesimpulan berisikan mengenai jawaban atas rumusan masalah yang telah dibuat di bab pendahuluan dimana kemudian dijelaskan secara ringkas untuk memperoleh inti dari keseluruhan isi dari skripsi ini. Sedangkan saran berisikan tentang pandangan dari penulis terhadap objek kajian penelitian yakni geng motor yang dibuat penulis sesuai perasaan dari penulis sendiri setelah melakukan penelitian ke lapangan. Demikianlah kerangka penelitian yang dapat saya buat semoga dapat menjelaskan setiap bab dari skripsi ini mulai dari bab awal hingga bab akhir.
Universitas Sumatera Utara
1.6. Metode Dan Pengalaman Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang menggunakan metode etnografi. Menurut Malinowsky (dalam Spradley, 1997) tujuan utama etnografi adalah memahami sudut pandang penduduk asli, hubungan dengan kehidupan, untuk mendapatkan pandangan mengenai dunianya. Dari pandangan ini, kita dapat memahami kebiasaan-kebiasaan atau budaya yang dimiliki suatu masyarakat. Artinya, budaya harus diberi makna yang lebih luas, sehingga etnografi bisa juga digunakan dalam masyarakat yang kompleks, seperti kelompok-kelompok dalam masyarakat kota yang memiliki sub-kultur tersendiri. Kelompok-kelompok itu bisa didasarkan atas latar belakang etnis, agama, umur, atau profesi dan kelas sosial. Seorang etnografer bisa saja mencermati bagaimana budaya “kebut-kebutan” dalam remaja, dan budaya “geng-geng” di perkotaan. Dengan menggunakan metode etnografi, seorang peneliti dapat memperoleh informasi atau data yang lebih mendalam mengenai objek kajian penelitiannya. Penelitian ini juga akan menggunakan metode-metode pengumpulan data yang umum digunakan dalam penelitian antropologi yaitu: observasi partisipasi dan wawancara. Observasi partisipasi merupakan pengamatan yang dilakukan seorang peneliti dan juga ikut langsung melakukan kebiasaan yang dilakukan suatu masyarakat yang menjadi objek pengamatan dalam kehidupannya sehari-hari. Peneliti terlibat aktif di dalam kegiatan masyarakat tersebut. Selain itu, observasi partisipasi merupakan pilihan yang tepat untuk mendukung akurasi data yang diperoleh agar sesuai dengan kenyataan sebenarnya. Dalam observasi partisipasi biasanya sang peneliti ikut terjun dalam setiap aktivitas masyarakat yang menjadi objek kajian penelitiannya dengan tinggal menetap
Universitas Sumatera Utara
atau hidup bersama dengan masyarakat tersebut. Namun dalam penelitian ini yang menjadi objek kajian penelitian saya adalah para remaja yang menjadi anggota dalam sebuah geng motor, dimana mereka tinggal bersama dengan orang tua mereka masing-masing. Sehingga tidak memungkinkan saya untuk tinggal bersama dengan mereka. Akan tetapi, pendekatan yang saya lakukan cukup membantu saya dalam memperoleh informasi yang saya perlukan dalam penelitian ini, karena selama tiga bulan saya berkumpul dan melakukan aktivitas bersama dengan mereka sehingga saya dapat memahami perilaku dan kebiasaan yang mereka lakukan saat berkumpul bersama walaupun tidak bersama dan tinggal dengan mereka selama seharian. Karena dalam observasi partisipasi tidak hanya membuat seorang peneliti ikut langsung melakukan kebiasaan yang dilakukan suatu masyarakat yang menjadi objek pengamatan. Selain itu, observasi partisipasi yang dilakukan juga dapat membuat si peneliti mengamati langsung serangkaian kegiatan masyarakat, dan memahami masalah yang menjadi objek dalam penelitian. Tindakan awal yang saya lakukan sebelum melakukan observasi partisipasi kepada objek penelitian saya yaitu dengan menghubungi seorang teman saya yang tergabung ke dalam suatu geng motor, dimana geng motor yang saya pilih menjadi objek penelitian saya yaitu mengenai pengorganisasian geng motor ini adalah geng motor RnR. Saya melakukan pendekatan kepada remaja-remaja yang sedang berkumpul bersama di lokasi yang sering menjadi tempat berkumpulnya anggota geng motor tersebut di sebuah kedai kopi yang terletak di daerah Jalan Abdul Hakim, Kec. Medan Selayang. Setelah selesai menghubungi dan mengetahui keberadaan lokasi mereka, saya kemudian menuju lokasi yang telah ditentukan dan menjumpai teman saya tersebut yang telah menunggu kehadiran saya. Dia pun memperkenalkan saya
Universitas Sumatera Utara
kepada teman-temannya yang lain yang merupakan satu geng nya. Dari perkenalan itulah saya menjelaskan dan menerangkan apa tujuan saya kepada mereka yaitu saya yang sedang melakukan penelitian untuk skripsi dan ingin mengetahui lebih dalam bagaimana sebenarnya pengorganisasian suatu geng motor. Mereka pun dengan senang hati menerima saya setelah mengetahui maksud dari kehadiran saya tersebut. Dari sinilah kemudian saya sebagai peneliti melakukan pendekatan-pendekatan kepada mereka dan menjalin rapport (hubungan yang baik) dengan para informan saya yaitu anggota geng motor. Hal ini saya lakukan agar tercipta rasa aman dan menghilangkan rasa curiga diantara kedua belah pihak. Umumnya geng motor memiliki perasaan curiga yang tinggi terhadap orang asing yang hadir ditengah-tengah kelompoknya. Mereka khawatir jika orang asing tersebut merupakan mata-mata ataupun merupakan dari anggota kelompok geng motor yang menjadi musuh kelompoknya. Hal ini saya buktikan dimana saat saya pertama sekali hadir, salah seorang dari mereka mengambil pedang samurai yang biasanya mereka bawa saat akan berperang dengan kelompok lain. Memang orang tersebut tidak secara langsung mengacungkannya kepada saya, tapi hal itu dilakukannya untuk berjaga-jaga dan secara tidak langsung ingin menakut-nakuti orang yang mereka anggap asing. Namun setelah dikenalkan oleh teman saya, semuanya jadi lebih lancar sampai akhir dari penelitian saya. Hubungan yang baik antara peneliti dan informan juga dapat menghasilkan data yang lebih valid atau benar-benar sesuai dengan kenyataannya.
Hal ini
dikarenakan karena kita telah diterima ditengah-tengah kelompok yang menjadi informan kita. Untuk menjalin suatu hubungan yang baik dengan informan tentunya berbeda-beda tiap peneliti dalam melakukan pendekatan. Pendekatan yang dilakukan
Universitas Sumatera Utara
harus sesuai dengan objek penelitian yang dilakukan tentunya. Sehubungan dengan ini saya lebih banyak bergaul dan berinteraksi dengan remaja-remaja yang merupakan angggota dan pengurus dari geng motor RnR. Pendekatan yang saya lakukan untuk dapat menjalin hubungan yang baik kepada mereka yaitu dengan sering mengunjungi tempat nongkrong (berkumpul) mereka tersebut yang biasa saya lakukan pada siang atau sore hari yang berakhir hingga malam. Hal ini saya lakukan karena biasanya mereka lebih banyak berkumpul pada siang atau sore hari dikarenakan mayoritas dari mereka masih pelajar, sehingga biasanya mereka berkumpul sehabis pulang sekolah. Dan biasanya mereka pulang ke rumah hingga malam pada saat kedai tersebut ditutup. Para anggota geng motor RnR tersebut hampir setiap hari berkumpul di sebuah kedai kopi yang terletak di Jalan Pembangunan untuk menghabiskan waktu bersama dengan bermain billiard atau bermain kartu bersama. Kedai kopi tersebut merupakan milik dari salah seorang dari anggota geng motor RnR tersebut, sehingga kedai ini dijadikan tempat berkumpul bagi mereka. Untuk lebih mengakrabkan diri sehingga dapat menjalin rapport yang baik, saya pun ikut bergabung dan melakukan aktivitas yang biasa mereka lakukan di kedai tersebut. Dengan demikian, saya lebih dimudahkan dalam melakukan pendekatan bersama dengan mereka dan dapat melakukan wawancara sambil lalu dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan geng motor mereka yang berhubungan dengan data yang ingin saya cari dalam penelitian ini. Wawancara diperlukan untuk proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan
Universitas Sumatera Utara
pedoman (guide) wawancara (Bungin, 2007). Selain melakukan kegiatan bersama dengan mereka sambil melakukan wawancara (wawancara sambil lalu), peneliti juga melakukan wawancara dengan beberapa pengurus geng motor tersebut untuk mengetahui bagaimana pengorganisasian geng motor mereka dan pengalamanpengalaman mereka selama ini. Karena para pengurus-pengurus inilah yang mengetahui lebih dalam mengenai seluk beluk dari geng motor RnR ini, sehingga inti dari objek penelitian ini dapat terungkap. Setiap penelitian lapangan yang dilakukan tentunya mempunyai kendalakendala yang dihadapi dalam proses pengumpulan data yang dilakukan. Kendala yang saya hadapi lebih banyak terjadi di awal penelitian untuk memperoleh data. Hal ini disebabkan karena para remaja anggota geng motor yang masih memiliki rasa curiga yang cukup tinggi terhadap saya selaku orang asing bagi mereka. Namun seiring dengan berjalannya waktu dan intensitas pertemuan yang saya lakukan, rasa curiga itu lama-kelamaan hilang. Sehingga informasi yang saya dapat lebih mudah, hingga akhir dari penelitian tidak ada kendala yang berarti. Dalam
setiap
penelitian,
diperlukan
informan-informan
yang
akan
memberikan informasi mengenai apa yang ingin dicari dalam suatu penelitian. Informan adalah orang yang diwawancarai, dimintai informasi oleh pewawancara. Informan adalah orang yang diperkirakan menguasai dan memahami data, informasi, ataupun fakta dari objek penelitian (Bungin, 2007). Pengurus-pengurus dalam geng motor ini saya jadikan sebagai informan kunci 10 karena yang paling memahami
10
Informan kunci adalah orang yang mengetahui secara mendalam suatu informasi yang dibutuhkan dalam penelitian, karena dengannya-lah data dan informasi yang dibutuhkan akan ditelusuri (Moleong, 2005).
Universitas Sumatera Utara
mengenai geng motor mereka dan para anggota yang lain saya jadikan informan pangkal 11 sebagai pendukung data yang didapat dari informan kunci. Pada saat penelitian, data-data yang diperoleh dari informan saya kumpulkan ke dalam catatan-catatan lapangan. Data yang telah diperoleh berasal dari wawancara yang telah dilakukan sesuai dengan interview guide yang telah disusun sebelum terjun ke lapangan sehingga memudahkan dalam mengumpulkan data, dan data yang dihasilkan akan lebih sistematis sehingga dapat memudahkan dalam mengolah data. Selain catatan lapangan, saya juga menggunakan alat rekam dalam melakukan wawancara supaya tidak ada informasi yang terlewat pada saat mencatat hasil dari wawancara dan lebih memudahkan dalam menganalisis data yang telah diperoleh. Analisis data tidak hanya dilakukan terhadap data-data yang diperoleh di lapangan saja, melainkan dapat juga diperoleh dari hasil penelitian orang lain dan referensi berbagai sumber yang berkaitan dengan penelitian ini seperti dari jurnal, surat kabar, buletin, artikel, buku-buku, dan media elektronik. Pada penerapannya analisis data dalam antropologi dilakukan sejak penelitian berlangsung sampai penelitian selesai dilaksanakan. Dengan metode-metode ini, saya berharap isi skripsi ini dapat menjelaskan bagaimana pengorganisasian suatu geng motor khususnya geng motor RnR dapat menjadi tolak ukur gambaran pengorganisasian geng motor lainnya yang ada di Medan.
11
Informan pangkal adalah informan yang akan membuka wawancara dengan pengetahuan yang ia ketahui (Moleong, 2005).
Universitas Sumatera Utara