BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang PT. United Tractors Tbk (UT) adalah sebuah perusahaan yang berada di
bawah naungan PT Astra International Tbk, dengan struktur kepemilikan mayoritas 56%. UT memiliki 3 unit usaha, yaitu Distributor Mesin Konstruksi (Construction Machinery Distributor), Kontraktor Penambangan (Mining Contracting) dan Pertambangan (Mining). Target market utama UT adalah sektor-sektor pertambangan, konstruksi, kehutanan, agrobisnis, dan sektor-sektor industri lainnya yang membutuhkan alat berat. Dengan total aset melebihi Rp. 5,58 Triliyun pada akhir tahun 2000, UT merupakan distributor terbesar alat-alat berat di Indonesia, meliputi produk Komatsu (hydraulic excavator, bulldozer, wheel loader, off-highway dump truck), Bomag (vibrating roller), Tadano (mobile crane), Scania dan Nissan Diesel (heavy duty truck), serta beberapa produk alat berat lainnya. UT menjalankan usaha kontraktor penambangan melalui anak perusahaannya, PT. Pama Persada Nusantara (Pama) yang saat ini telah mengelola eksplorasi enam konsensi penambangan batu bara dan satu konsesi penambangan emas, meliputi PT. Adaro Indonesia, PT. Indominco Mandiri, PT. Kaltim Prima Coal (KPC) dan PT. Trubaindo Coal Mining. Pama merupakan kontraktor nasional yang memiliki pengalaman dan jam terbang yang tinggi dalam mengelola kontrak penambangan di
Indonesia, beberapa diantaranya adalah kontrak berjangka 12 tahun untuk memproduksi 6 juta ton batubara per tahun dari KPC dan kontrak berjangka 4 tahun yang dapat diperpanjang dengan target produksi 2-3 juta ton per tahun pada tahun pertama dan kedua, untuk kemudian ditingkatkan menjadi 5 juta ton per tahun. Fokus utama dalam strategi bisnis UT adalah menjadi pemimpin di pasar alat berat maupun kontrak penambangan. Pada tahun 2007 pangsa pasar alat berat untuk brand Komatsu yang berhasil dipertahankan oleh UT adalah sebesar 49%. Sedangkan Pama sendiri menjadi kontraktor penambangan yang terbesar di Indonesia dengan market share sebesar 41%. Keunggulan kompetitif UT mencakup jaringan kuat, layanan purna jual yang sangat prima dan kebutuhan pasar captive dari divisi agro bisnis, serta kontrak-kontrak penambangan yang dimiliki Pama. Saat ini harga batubara internasional telah mengalami kenaikan sebesar 400% sejak akhir kuartal III thn 2003 dari posisi 28 dollar AS per ton menjadi 142 Dollar AS per ton. Hal tersebut disebabkan oleh kenaikan harga minyak dunia yang melebihi 100 Dollar AS per barrel, sehingga menyebabkan industri-industri di seluruh dunia beralih ke batubara sebagai energi alternatif yang relatif lebih murah dibandingkan dengan minyak bumi. Dalam kondisi saat ini penggunaan batubara dipandang lebih efisien sebagai sumber energi karena batubara memiliki kemampuan pembakaran yang lebih lama. Kenaikan harga batubara ini akan terus berlangsung selama permintaan batubara dunia masih lebih besar dibandingkan supply yang dapat disediakan. Pada masa mendatang, produksi batubara Indonesia diperkirakan akan terus meningkat, tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri (domestik), tetapi
juga untuk memenuhi permintaan luar negeri (ekspor). Hal ini mengingat sumber daya batubara Indonesia yang masih melimpah, di lain pihak harga BBM yang tetap tinggi menuntut industri yang selama ini berbahan bakar minyak untuk beralih menggunakan batubara. Adapun rencana pembangunan pembangkit listrik tenaga batubara (PLTB) baru di dalam dan di luar pulau Jawa dengan total kapasitas 10,000 MW, meningkatnya produksi semen setiap tahun, dan semakin berkembangnya industriindustri lain seperti industri kertas (pulp) dan industri tekstil merupakan indikasi permintaan dalam negeri akan semakin meningkat. Demikian juga dengan permintaan batubara yang semakin meningkat dari negara-negara pengimpor seperti China dan India yang memiliki project pembangunan PLTB berskala besar mengakibatkan produksi batubara di Indonesia akan semakin meningkat pula. Hal-hal diatas secara otomatis menyebabkan kebutuhan akan alat-alat berat di Indonesia juga meningkat pesat, mengingat Indonesia merupakan negara penghasil batubara terbesar di dunia. Kegiatan eksplorasi dan eksploitasi batubara di Indonesia dilakukan secara besar-besaran. Dalam setahun Indonesia dapat menghasilkan 200 juta ton batubara yang digunakan untuk kebutuhan industri dalam negeri sendiri maupun untuk diekspor, sehingga UT sebagai salah satu distributor alat berat di Indonesia pun turut menikmati tren batubara ini. Alat-alat berat yang dipasarkan oleh UT digunakan secara luas di kalangan pengusaha batubara Indonesia, mulai dari pemilik kuasa penambangan (KP), kontraktor pertambangan, hingga para subkontraktor yang ikut mendulang rejeki di tengah semaraknya trend batubara ini.
Permintaan alat berat di tanah air yang mengalami kenaikan pesat beberapa tahun terakhir, terutama untuk brand Komatsu, membuat UT menjadi kebanjiran order dan mampu membukukan angka penjualan yang luar biasa. Pada tahun 2007 kemarin, nilai penjualan UT menyentuh angka tertinggi sepanjang sejarah, yaitu sebesar 8,7 Triliyun. Namun harus disadari bahwa kondisi ini tidaklah bersifat abadi. Kelebihan permintaan alat berat dibanding supply nya saat ini disebabkan peningkatan jumlah kebutuhan alat berat di beberapa sektor. Pada sektor pertambangan dipicu oleh melonjaknya jumlah kegiatan pertambangan batubara yang dilakukan BUMN maupun swasta beberapa tahun terakhir. Pada sektor agrobisnis, ledakan permintaan dipicu oleh meroketnya harga minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO) yang mendorong orang berlomba memasuki sektor ini ataupun memperluas area perkebunannya. Sedangkan pada sektor kehutanan dipicu oleh meningkatnya kegiatan pengelolaan Hutan Tanaman Industri (HTI) guna memenuhi peningkatan kebutuhan industri bubur kertas (pulp & paper). Di tengah keadaan seperti ini, ada beberapa hal yang perlu UT tanyakan kepada dirinya sendiri; Apa yang akan terjadi apabila suatu saat industri pertambangan batubara menjadi sunset industry? Atau apa yang akan terjadi apabila UT tidak memegang lisensi eksklusif penjualan Komatsu lagi? Badan Geologi Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan bahwa data terakhir menunjukkan cadangan batubara terbukti Indonesia mencapai 5,3 miliar ton sehingga kalau tingkat produksi batubara nasional mencapai 200 juta ton per tahun, maka cadangan batubara terbukti Indonesia akan
habis dalam 26,5 tahun. Apabila tingkat produksi semakin bertambah setiap tahunnya, maka akan semakin cepat pula cadangan batubara kita habis. Melihat hal tersebut, UT harus melakukan sesuatu untuk menjaga sustainability growth agar bisnisnya dapat berlangsung dalam jangka panjang mengingat bisnis UT sangat bergantung pada industri pertambangan batubara ini. Rapat stratejik manajemen menghasilkan keputusan bahwa UT harus bergerak ke tahap yang lebih dari sekedar memasarkan alat berat. Dalam rangka menjamin pertumbuhan perusahaan dan mempertahankan eksistensinya sebagai pemain terdepan di bidangnya, perusahaan mulai menata dan merumuskan kembali visi dan strategi perusahaan. Tema strategis yang diperkenalkan perusahaan saat ini adalah ”Reposisi Menuju Visi 2010”, melalui transformasi sumber daya manusia (SDM), proses dan infrastruktur, dengan tujuan untuk mencapai keunggulan operasi dan solusi yang inovatif. Hal tersebut tertuang dalam visi perusahaan yang terbaru, yakni:
”To be the world class solution-driven company in heavy equipment, mining and energy for the benefit of stakeholder”
Guna merealisasikan visi baru tersebut, manajemen UT telah menyusun serangkaian langkah strategis yang dijalankan secara pararel, seperti yang terlihat pada ilustrasi di halaman berikutnya.
PROFITS Horizon 3
Next Landscape Horizon 2
Next Level
Horizon 1
Next Target TIME
Gambar 1.1 Next Target, Next Level, Next Landscape Sumber: Data Internal UT
1. Strategi Pertumbuhan Jangka Pendek (Next Target) Bertujuan untuk mempertahankan kepemimpinan pasar dan kepuasan pelanggan alat berat melalui keunggulan operasi. Strategi ini difokuskan pada peningkatan pendapatan dan laba perusahaan dari usaha yang sudah berjalan, melalui layanan yang lebih baik bagi pelanggan. Saat pasar masih memberikan peluang bagi para pemain di bisnis alat berat untuk bertumbuh dalam pendapatan maupun laba, perusahaan bertekad untuk memenangkan persaingan melalui operational excellence. 2. Strategi Pertumbuhan Jangka Menengah (Next Level) Bertujuan untuk menjamin keberlangsungan pertumbuhan, kepemimpinan pasar dan kepuasan pelanggan melalui solusi end-to-end yang inovatif.
Strategi ini difokuskan untuk meningkatkan pendapatan dan laba perusahaan melalui pemberian nilai-nilai yang inovatif bagi pelanggan, atau disebut dengan end-to-end solution, dimana perseroan memposisikan diri sebagai penyedia solusi (solution provider). 3. Strategi Pertumbuhan Jangka Panjang (Next Landscape) Bertujuan untuk mempercepat pertumbuhan perusahaan melalui langkah ekspansi ke bidang usaha yang terkait dengan rantai nilai (value chain) perusahaan. Strategi ini difokuskan pada perluasan usaha ke bidang baru yang tetap memiliki hubungan dengan usaha perusahaan saat ini. Dalam hal ini, sektor pertambangan dan energi dipilih untuk menjadi dasar pertumbuhan di masa mendatang karena potensinya yang besar dan sinerginya dengan bisnis alat berat dan kontraktor penambangan. Tambang batubara adalah langkah awal perusahaan dalam rangka membangun rantai nilai bisnis (business value chain) yang terpadu. Melalui paradigma solution-driven company, UT tidak hanya akan menjadi perusahaan trading/penjual alat berat saja, melainkan UT akan menawarkan produk alat beratnya sebagai salah satu bagian dari one-package-solution yang diberikan kepada customernya. Hal ini dilakukan agar customer memandang UT sebagai sebuah entitas yang memberikan solusi dan added value bagi bisnisnya, selain itu juga ditujukan untuk mengurangi dependensi/ketergantungan dengan Komatsu selaku principal, serta menjaga keberlangsungan bisnis UT (sustainability) dalam jangka panjang.
Perubahan tersebut menjadi semakin dirasa penting ketika melihat kondisi persaingan saat ini. Dahulu industri alat berat di Indonesia hanya dihuni oleh dua brand saja, yakni KOMATSU yang diageni oleh PT. United Tractors Tbk dan CATERPILLAR yang diageni oleh PT. Trakindo Utama. Tetapi saat ini brand alat berat yang berada di pasar Indonesia sudah berkembang menjadi banyak, belum termasuk alat-alat berat second hand yang dewasa ini mulai banyak dilirik oleh customer sebagai alternatif. Di bawah ini dapat nama-nama agen alat berat yang terdapat di Indonesia beserta brand-brand yang dibawanya.
Tabel 1.1 Daftar Agen Alat Berat Di Indonesia Brand Agen KOMATSU, BOMAG, VALMET
PT. United Tractors Tbk
CATERPILLAR
PT. Trakindo Utama
HITACHI
PT. Hexindo Adiperkasa
KOBELCO
PT. Daya Kobelco Construction Machinery Indonesia
VOLVO FMC, INGERSOLL RAND
PT. Intraco Penta
HYUNDAI
PT. Nusatrac International
JCB
PT. Traktor Nusantara
DOOSAN
PT. Kobexindo Tractors
SHANTUI
PT. Gaya Makmur Tractors
SUMITOMO, SAKAI
PT. Equipindo Perkasa & PT. Traktor Nusantara
Kondisi pasar yang semakin penuh dan berubah menjadi red ocean inilah yang akhirnya menuntut perubahan ini harus segera dilakukan. Apabila UT tidak memiliki Point of Difference (PoD) yang sangat jelas maupun keuntungan yang bisa diambil maka customer pun tidak akan tertarik. Dengan begitu banyaknya pilihan yang terdapat di pasar, maka customer memiliki kesempatan yang lebih besar untuk
memilih, sehingga peluang bagi UT kehilangan market share pun semakin besar pula. Untuk itulah peran Business Consultant ini dibutuhkan untuk memberikan solusi yang dapat menjadi nilai tambah bagi customer. Hal ini merupakan bagian yang terintegrasi dari perubahan organisasi UT menuju kepada solution-driven company. Konsep business consulting opportunities didasarkan pada fakta bahwa pemberian layanan terbaik kepada pelanggan merupakan suatu keharusan. Hal ini menuntut adanya perubahan paradigma perusahaan untuk bertransformasi menjadi institusi pemberi solusi dan bukan hanya sebagai penyedia produk dan jasa bermutu saja. Sasaran yang dituju adalah terciptanya peluang berusaha yang saling menguntungkan dan diperolehnya manfaat lebih dari value chain yang ada melalui semangat loyalitas, kerjasama dan sinergi. Dalam hal ini, pengembangan karyawan berperan penting dalam mewujudkan perubahan paradigma tersebut, terutama karyawan yang bekerja di lini depan (frontliner) dan langsung berhubungan dengan customer. Salah satu perubahan penting yang terjadi adalah pengembangan Salesman menjadi Business Consultant untuk menggantikan peran Salesman tradisional. Melalui paradigma yang baru ini diharapkan UT Business Consultant tidak hanya berperan sebagai penjual (Salesman) alat berat saja, melainkan mereka juga mampu memberikan solusi yang memberi nilai tambah secara menyeluruh termasuk pengetahuan (expertise) tentang industri pertambangan, agrobisnis, konstruksi, perhutanan, dan sektor industri lainnya yang dilayani oleh UT.
1.2
Identifikasi Masalah
•
Apakah penyebab terjadinya perubahan di UT saat ini?
•
Bagaimanakah konsep, deskripsi posisi, ruang lingkup pekerjaan dan profil kompetensi dari Salesman UT pada saat ini?
•
Bagaimanakah konsep, deskripsi posisi, ruang lingkup pekerjaan dan profil kompetensi dari Business Consultant yang akan dikembangkan untuk mengtransformasi Salesman UT pada saat ini?
•
Apa sajakah yang perlu dilakukan untuk mengtransformasi Salesman UT pada saat ini menjadi Business Consultant?
1.3
Pentingnya Group Field Project Dengan melakukan Group Field Project ini maka mahasiswa dapat
menerapkan secara langsung ilmu yang diperolehnya ke dalam suatu hal yang berguna secara nyata bagi perusahaan. Melalui Group Field Project ini, mahasiswa dapat membantu perusahaan dalam mengidentifikasi hal-hal penting apa sajakah yang perlu dipersiapkan dan dilakukan dalam perubahan paradigma sumber daya manusia dalam sebuah organisasi.
1.4
Tujuan dan Manfaat Group Field Project Pada sub-bab ini akan dijelaskan tujuan dan manfaat dari Group Field Project
ini. Dimana tujuan dari dilakukannya Group Field Project ini adalah untuk menyusun konsep, deskripsi posisi, ruang lingkup pekerjaan dan profil kompetensi Business
Consultant, serta menyiapkan program pengembangan untuk mengtransformasi Salesman UT menjadi Business Consultant tersebut. Sedangkan manfaat dari dilakukannya Group Field Project ini adalah: a. Manfaat bagi perusahaan: •
Membantu manajemen perusahaan dalam mengidentifikasi dan mengenali penyebab perubahan yang dialaminya saat ini.
•
Membantu manajemen perusahaan dalam mendefinisikan dan menyusun konsep, deskripsi posisi, ruang lingkup pekerjaan dan profil kompetensi untuk posisi Business Consultant yang akan menggantikan peran Salesman saat ini.
•
Membantu
manajemen
perusahaan
dalam
menyiapkan
program
pengembangan yang akan dilakukan untuk transformasi tersebut. b. Manfaat secara akademis: •
Untuk mempelajari apa sajakah sebenarnya penyebab dan pendorong perubahan dalam suatu organisasi.
•
Untuk mempelajari hal-hal apa sajakah yang perlu dipersiapkan dan dilakukan berkaitan dengan perubahan paradigma sumber daya manusia dalam suatu organisasi.
•
Untuk mempelajari bagaimana cara pendefinisian dan penyusunan konsep, deskripsi posisi, ruang lingkup pekerjaan dan profil kompetensi sebuah posisi/jabatan baru dalam suatu organisasi.
• Untuk mempelajari bagaimana cara pembentukan dan pengembangan suatu posisi/jabatan baru dalam suatu organisasi.
1.5
Sistematika Penulisan Dalam penulisan tesis ini, terdapat beberapa penggunaan terminologi dunia
bisnis dalam istilah asing yang tidak dapat dihindari, dengan alasan apabila diartikan ke dalam bahasa Indonesia yang baku dapat menyebabkan kesalahan pengertian. Penggunaan istilah asing dalam tesis ini ditandai dengan huruf yang dicetak miring. Lebih lanjut, penulisan tesis ini akan dibagi dalam lima bab dengan uraian sebagai berikut: Bab 1. Pendahuluan Membahas mengenai latar belakang dari Group Field Project, identifikasi masalah, tujuan dan manfaat dilakukannya Group Field Project, sistematika penulisan laporan, serta ruang lingkup Group Field Project. Bab 2. Landasan Teori Membahas teori-teori utama mengenai perubahan dalam organisasi, penyebab perubahan dan bagaimana mengelola perubahan tersebut (Change Management), serta teori mengenai kompetensi dan pengembangannya. Bab 3. Metodologi Penelitian Membahas kerangka kerja keseluruhan yang digunakan dalam menjalankan Group Field Project ini, termasuk metodologi yang digunakan dalam melakukan pengumpulan data yang dibutuhkan dari perusahaan, serta bagaimana cara
menganalisa dan mengolah data-data tersebut sehingga menjadi sesuatu yang bernilai tambah bagi perusahaan. Bab 4. Hasil dan Pembahasan Bab ini akan membahas deskripsi posisi, ruang lingkup pekerjaan dan profil kompetensi dari Salesman UT saat ini, kemudian membahas deskripsi posisi, ruang lingkup pekerjaan dan profil kompetensi untuk Business Consultant, serta membahas bagaimana program pembentukan dan pengembangannya. Bab 5. Kesimpulan dan Saran Berisi tentang kesimpulan yang dapat diambil dari hasil Group Field Project, serta saran-saran yang dapat diberikan dari penelitian yang telah dibuat untuk pengembangan yang lebih lanjut dari penerapan Group Field Project ini di perusahaan.
1.6 •
Ruang Lingkup Group Field Project Ruang lingkup Group Field Project ini dibatasi untuk membahas pembentukan konsep, deskripsi posisi, ruang lingkup pekerjaan, serta profil kompetensi dari Business Consultant saja.
•
Sesuai dengan struktur organisasi yang dimiliki oleh perusahaan, Group Field Project ini akan melibatkan: o Divisi Sales, Mining dan Scania sebagai objek perubahan. o Divisi Human Capital dan Learning Center sebagai fasilitator.
o Divisi Marketing, diwakili oleh Departemen Application Engineering sebagai subject matter expert. o Divisi Corporate Planning & Management Development sebagai subject matter expert. •
Ruang Lingkup Group Field Project ini hanya sampai pada tahap pengembangan konsep dan bentuk saja. Kegiatan piloting dan hasilnya tidak akan dibahas di sini, walaupun pada tesis ini kami akan memberikan saransaran bagi implementasi project ini di kemudian hari.