BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang Bali terkenal dengan berbagai julukan seperti ”Morning of the World”, “Last Paradise of the World”, “Island of Gods” dan ditambah lagi dengan penghargaan internasional yang diberikan kepada Bali. Penghargaan-penghargaan dimaksud antara lain “Worlds Best Island” dari majalah The Conde Nast Travelers Readers Travel Awards, London, mengalahkan Hawaii (AS) dan Phuket (Thailand). “The Best Asia Pasific Leisure Destination”, dari majalah Business Traveler Asia Pasific, dan “ The Best Island In Asia”, dari majalah Travel and Leisure, New York, Amerika Serikat (Sukma dkk,tim penyusun 1998). Sejak Zaman dahulu Bali dikenal sebagai sebuah pulau tujuan wisata yang sangat populer di dunia.Wisatawan yang datang ke Bali hampir selalu meningkat setiap tahunnya, terutama pada tahun 80-an dan tahun 90-an, peningkatan kunjungan wisatawan ke Bali bahkan sangat signifikan. Jumlah wisatawan mancanegara ke Bali terus meningkat secara drastis dari sekitar 70.000 wisatawan pada tahun 1970 menjadi 300.000 pada tahun 1989 menjadi 1,3 juta pada tahun 2001 dan hampir mencapai 2 juta pada tahun 2008 (Diparda Bali,2008). Sumber daya alam merupakan suatu kekayaan yang dimiliki oleh suatu daerah, baik itu sumber daya alam hayati dan non hayati serta sumber daya buatan. Sumber daya alam dan sumber daya buatan dapat dijadikan obyek dan daya tarik wisata berupa keadaan alam flora dan fauna, hasil karya manusia serta
1
2
peninggalan sejarah dan budaya yang merupakan modal bagi pengembangan dan peningkatan arus wisatawan (Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009). Modal sumber daya alam terutama obyek wisata harus dimanfaatkan oleh suatu daerah secara optimal melalui penyelenggaraan kepariwisataan, tujuannya adalah untuk meningkatkan pendapatan nasional pada umumnya dan daerah pada khususnya
dalam
rangka
meningkatkan
kesejahteraan
masyarakat
dan
kemakmuran rakyat serta memberikan kesempatan lapangan kerja, dan mendorong pembangunan daerah.Selain itu pembangunan kepariwisataan juga dimaksudkan untuk memperkenalkan dan mendayagunakan obyek dan daya tarik wisata di Indonesia serta memupuk rasa cinta tanah air dan mempererat persahabatan antar bangsa (Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009). Dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 juga dikemukakan pengertian kepariwisataan yaitu segala sesuatu yang berhubungan dengan penyelenggaraan obyek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut. Jadi pengembangan pariwisata menjadi sangat penting karena pengembangan pariwisata tersebut sangat bermanfaat bagi pemerintah maupun masyarakat. Kebijakan Pembangunan Nasional dikemukakan, bahwa pembangunan pariwisata diarahkan pada peningkatan pariwisata menjadi sektor andalan yang mampu menggalakkan kegiatan-kegiatan ekonomi, termasuk kegiatan di sektor lainnya yang terkait. Dengan demikian pembangunan kepariwisataan mampu rnembuka lapangan kerja, peningkatan pendapatan masyarakat dan penerimaan
3
devisa melalui upaya pengembangan dan pendayagunaan berbagai potensi kepariwisataan nasional. Pada Pasal 1 ayat (1) Undang-undang Nomor 10 tahun 2009 dikemukakan bahwa : 1. Obyek dan daya tarik wisata ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang berwujud keadaan alam, serta flora dan fauna. 2. Obyek dan daya tarik wisata ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang berwujud keadaan alam serta flora dan fauna dan daya tarik wisata hasil karya
manusia
yang
berwujud
museum,
peninggalan
purbakala,
peninggalan sejarah, seni budaya, wisata agro, wisata tirta, wisata petualangan alam, taman rekreasi dan tempat hiburan. Di samping mengeluarkan berbagai peraturan dan ketentuan tentang kepariwisiaan pemerintah juga telah mencanangkan berbagai program bidang kepariwisataan dengan mengeluarkan kebijakan-kebijakan antara lain, pada tahun 1989 dicanangkan kebijakan sebagai tahun ”Sadar Wisata” dengan tema ”Sapta Pesona” dan pada tahun 1991 dicanangkan sebagai Tahun Kunjungan Indonesia (Visit Indonesia Year). Mill (2000:168) memberikan pemahaman mengenai tujuan pengembangan pariwisata sebagai berikut: dikembangkan secara cepat, tepat, periwisata dapat memberikan keuntungan baik bagi wisatawan rnaupun komunitas tuan rumah. Pariwisata dapat menaikkan taraf hidup mereka yang menjadi tuan rumah melalui keuntungan secara ekonomi yang dibawa kekawasan tersebut. Melalui pengembangkan infrastruktur dan penyediaan fasiltas rekreasi, wisatawan dan
4
penduduk setempat dapat memetik manfaat dari aktivitas tersebut. Idealnya, pariwisata hendaknya dikembangkan sesuai dengan daerah tujuan wisata. Bagi para wisatawan daerah tujuan wisata yang sudah dikembangkan seperti itu akan mampu memberikan pengalaman yang unik bagi wisatawan. Oleh sebab itu penyelenggaraan kepariwisataan yang dilakukan agar memberikan manfaat yang optimal. Dalam pelaksanaannya, aktivitas ini dapat dilakukan melalui berbagai bentuk pengusaha dengan mengikutsertakan seluruh elemen masyarakat dan modal swasta serta tersedianya kelembagaan yang memadai dan dilaksanakan seefektif mungkin. Keunikan budaya dan keindahan alam Bali merupakan potensi yang sangat penting sebagai daya tarik wisata, sejak awal perkembangan kepariwisataan di daerah ini. Budaya dan keindahan alam telah menjadi image kepariwisataan daerah Bali. Sehubungan dengan hal itu, Pemerintah Daerah Bali sejak awal telah mencanangkan bahwa jenis kepariwisataan yang dikembangkan di daerah ini adalah pariwisata budaya yang dijiwai oleh Agama Hindu (Perda No 3 Tahun 1991). Selain keunikan budaya tersebut hamparan dataran tinggi dan pegunungan juga mampu memberikan arti tersendiri. Menikmati pesona dan keindahan pulau Bali, salah satunya dapat dilakukan dengan bersepeda menuruni perbukitan dan pegunungan atau yang dikenal sebagai bersepeda ”Down Hill”. Atraksi ini termasuk wisata petualangan sekaligus kegiatan olahraga untuk mengenal lebih jauh keanekaragaman pesona alam Bali dan kehidupan masyarakatnya karena bersepeda dapat meningkatkan interaksi dengan lingkungan sekitar.
5
Sejarah sepeda ”Down Hill” dapat digambarkan pada uraian berikut ini. Sekitar tahun 70-an, beberapa bukit di Utara San Francisco, Amerika Serikat, selalu diramaikan dengan raungan sepeda motor. Sejumlah remaja memilih lereng gunung sebagai arena kebut-kebutan. Salah satu tempat favorit mereka adalah Mount Tamalpais (Sportku.com, cycling). Bagi para pengebut ini, kenikmatan yang diperoleh saat melaju menuruni lereng bukit berbeda dengan saat berpacu di sirkuit motor. Semakin hari penggemar kebut lereng ini semakin banyak. Pemerintah setempat mulai cemas, karena selain menimbulkan kebisingan, kegiatan ini juga menyebabkan erosi dan merusak persediaan air tanah di perbukitan itu. Dengan berbagai pertimbangan tersebut, akhirnya pemerintah San Francisco melarang kegiatan kebut lereng ini. Larangan itulah yang kemudian menjadi cikal bakal olahraga sepeda gunung atau ”mountain bike”. Karena sudah terlanjur ketagihan, para pengebut ini mencari jalan lain agar tetap bisa meluncur menuruni bukit, tanpa harus melanggar larangan pemerintah setempat. Akhirnya mereka memilih sepeda. Untuk menghemat waktu dan supaya tidak terlalu meletihkan, ketika menaiki bukit sepeda diangkut dengan mobil pickup atau truck. Dari puncak bukit, sepeda kemudian dinaiki menuruni bukit melalui medan yang unik dan mengasyikkan. Kegiatan semacam ini mereka namakan ”Down Hill” (turun bukit). Pada awalnya berbagai macam sepeda diikutsertakan, tetapi karena medannya cukup berat, banyak sepeda yang menjadi korban dan hancur, sehingga tidak bisa dipakai lagi. Sepeda yang cocok untuk kegiatan semacam ini adalah sepeda yang kuat dan memiliki tapak ban yang lebih lebar dibandingkan ban sepeda biasa. Satu-satunya sepeda yang memenuhi persyaratan
6
itu adalah sepeda Schwinn Excelsior (Sportku.com, cycling). Sepeda yang sebenarnya sudah diproduksi sejak tahun 1933 ini menggunakan konstruksi yang sederhana tapi kokoh penampilannya. Perancangnya adalah Ignaz Schwinn, seorang imigran dari Jerman. Desainnya yang sederhana sangat disukai oleh para loper koran. Pada saat itu, hampir semua loper koran di Amerika menggunakan sepeda Schwinn. Kemudian bermunculan sepeda-sepeda yang lebih canggih, menawarkan gigi percepatan dan rangka yang lebih ringan. Anak-anak muda lebih menyukai sepeda BMX dan semacamnya. Tahun 1941, produksi Excelsior dihentikan. Setengah abad kemudian, sepeda Excelsior mulai dilirik kembali. Tetapi muncul masalah, ketika menuruni bukit, rem Excelsior sering mengalami over heating. Pemilik sepeda harus membuka rumah rem dan mengganti gemuk / stempet yang sudah mencair dengan yang baru. Masalah lain, banyak para pesepeda merasa bukan pesepeda sejati dan kurang nyaman dengan pengangkutan sepeda menggunakan kendaraan lain ke atas bukit. Gary Fischer, seorang pesepeda ”Down Hill” mania, kemudian memasang gigi percepatan, sehingga sepedanya bisa naik ke atas bukit tanpa harus menggunakan kendaraan lain. ”Down Hill” mania lainnya, Joe Breeze dari California, merancang rangka sepeda khusus untuk naik turun gunung. Dua pesepeda inilah yang melahirkan sepeda gunung generasi pertama (Sportku.com, cycling). Seiring dengan pesatnya perkembangan atraksi wisata bersepeda”Down Hill” di dunia Internasional yang saat ini telah merambah ke negara -negara Asia Tenggara. Wisatawan yang menyukai tantangan berlomba-lomba moncari lokasi
7
yang berpotensi untuk dijadikan tujuan atraksi wisata. Bagi peminat tantangan adrenalin yang berbau gravitasi, jalur ”Down Hill” Baturiti biasa menjadi alternatif. Baturiti adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Tabanan dimana pusat kota kecamatan berjarak kurang lebih 40 km di utara kota Tabanan. Obyek atraksi wisata bersepeda “Down Hill” ini terletak di Banjar Titigalar, Desa Bangli. Kedudukannya sangat strategis, karena merupakan satu-satunya kecamatan di Kabupaten Tabanan yang obyek wisata dan ekonomi agrowisatanya berkembang. Kecamatan Baturiti terbagi atas 12 Desa, yaitu: Angseri, Antapan, Apuan, Bangli, Batunya, Baturiti, Candikuning, Luwus, Mekarsari, Perean, Perean Kangin dan Perean Tengah. Selain itu, Kecamatan Baturiti terdiri dari 64 banjar dinas, 53 desa pakraman, dan 73 banjar adat. Dipilihnya Kecamatan Baturiti untuk dikembangkan sebagai atraksi wisata bersepeda ”Down Hill” karena merupakan satu satunya kecamatan di Kabupaten Tabanan dengan obyek wisata alam yang memiliki hutan tropis, dataran tinggi perbukitan dan ekonomi agrowisatanya berkembang. Cuaca dan lokasinya sangat rnemadai di samping keindahan alamnya yang masih utuh dan sangat menarik bagi wisatawan. Dengan adanya pengembangan atraksi wisata bersepeda”Down Hill ini, Pemerintah Kabupaten Tabanan mengharapkan pengembangan atraksi wisata ini menjadi lebih baik sesuai dengan sasaran dan tujuan serta berdampak positif bagi pengembangan pariwisata di Kabupaten Tabanan. Selanjutnya tujuan dan sasaran tersebut diharapkan bermanfaat baik bagi masyarakat maupun pemerintah.
8
Untuk merealisasikan tujuan tersebut banyak usaha yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Tabanan dalam mengembangkan sektor-sektor unggulan yang mampu memberikan kontribusi besar bagi kesejahteraan warga masyarakat terutama di Kecamatan Baturiti. Salah satu yang dikembangkan adalah wisata alternatif baik wisata adventure, wisata alam maupun Community tourism. Dengan adanya pengembangan atraksi wisata bersepeda ”Down Hill” yang berada di Kecamatan Baturiti Kabupaten Tabanan, menarik minat penulis untuk melakukan penelitian tentang strategi pengembangan atraksi wisata bersepeda ”Down Hill” di Kabupaten Tabanan. Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan bahan evaluasi dan rekomendasi dalam upaya penyempurnaan pengembangan kepariwisataan di Kabupaten Tabanan agar saran dan tujuan serta dampak yang diinginkan dapat tercapai.
1.2 Rumusan permasalahan Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat disusun rumusan permasalahan penelitian sebagai berikut: 1)
Bagaimana potensi atraksi wisata bersepeda Down Hill di Banjar Titigalar, Desa Bangli Kecamatan Baturiti Kabupaten Tabanan?
2) Bagaimana
persepsi
masyarakat
dan
wisatawan
terhadap
rencana
pengembangan atraksi wisata bersepeda Down Hill? 3) Apakah faktor pendukung dan penghambat dalam pengembangan atraksi wisata bersepeda Down Hill ?
9
1.3 Tujuan penelitian Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah : 1) Mengenali potensi atraksi wisata bersepeda Down Hill di Banjar Titigalar Desa Bangli, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan. 2) Untuk mengetahui persepsi masyarakat dan wisatawan terhadap rencana pengembangan atraksi wisata bersepeda Down Hill. 3) Untuk menganalisis faktor-faktor yang mendukung dan menghambat dalam pengembangan atraksi wisata bersepeda ”Down Hill’’.
1.4 Manfaat penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini yaitu: 1.4.1 Manfaat akademis Manfaat akademis adalah manfaat yang bersifat membantu untuk lebih memahami suatu konsep atau teori dalam suatu disiplin ilmu. Melalui penelitian ini diharapkan mampu menambah wawasan keilmuan kepariwisataan khususnya tentang strategi pengembangan atraksi wisata bersepeda ”Down Hill” di Kabupaten Tabanan. Di samping itu diharapkan menjadi data dasar bagi peneliti selanjutnya yang ingin memperdalam masalah yang sama. 1.4.2 Manfaat praktis Manfaat praktis adalah manfaat yang bersifat terapan dan dapat segera digunakan untuk keperluan praktis, misalnya memecahkan suatu masalah, membuat keputusan, memperbaiki suatu program yang sedang berjalan.
10
1) Manfaat bagi pemerintah Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan bagi instansi terkait dalam hal ini Dinas Pariwisata Kabupaten Tabanan dalam upaya penyempurnaan program pengembangan kepariwisataan di Kabupaten Tabanan. 2) Manfaat bagi pengelola Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan sumbangan pemikiran bagi pengelola untuk memajukan obyek atraksi wisata bersepeda ”Down Hill” sebagai salah satu wisata alternatif. 3) Manfaat bagi masyarakat Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi bagi masyarakat, terutama manfaat ekonomi dengan dikembangkannya atraksi wisata bersepeda ”Down Hill” sebagai salah satu wisata minat khusus.