BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang Saat ini banyak sekali penyakit yang masih belum diketahui oleh masyarakat luas, sehingga masih banyak dari mereka yang belum mengetahui bagaimana cara mencegah penyakit tersebut, kemudian bagaimana cara menanganinya apabila sudah terlanjur tekena penyakit tersebut sehingga banyak dari mereka yang memilih untuk membiarkan penyakit tersebut dengan tujuan agar sembuh dengan sendirinya akan tetapi bukanya kesembuhan yang didapat tetapi penyakit yang diderita semakin parah, itu semua karena kurangnya pemahaman tentang penyakit
serta cara
penanggulangannya. Saat ini banyak bermunculan penyakit – penyakit yang baru dengan istilah baru yang tidak bisa dimengerti sepenuhnya oleh beberapa tingkatan masyarakat. Sebagai contohnya adalah penyakit yang berkaitan dengan Jantung yang merupakan bagian dari system kardiovaskular, dimana apabila system tersebut terganggu maka akan menimbulkan dampak penyakit seperti Infark miokard akut. Berdasarkan pengkajian pada hari senin, tanggal 17 desember 2012 didapatkan bahwa Ny. S mengatakan bahwa beliau mempunyai anemia yang didapatkan sejak lahir. Ny. S sering mengeluh lemas, tekanan darah rendah, dan pusing-pusing, apabila anemianya kambuh maka Ny. S langsung makan makanan asin, hati dan minum obat penambah darah. Berdasarkan latar belakang diatas maka praktekan mengambil implementasi asma pada keluarga Tn. S.
B. Tujuan 1. Tujuan Umum Mahasiswa dapat memahami dan memberikan asuhan keperawatan keluarga dengan asma.
2. Tujuan Khusus a. Mahasiswa mampu memahami tentang asma yang meliputi pengertian, gejala, dan penatalaksanaan keluarga dengan asma b. Mahasiswa dapat memberikan asuhan keperawatan pada keluarga dengan asma.
BAB II KONSEP DASAR KESEHATAN KELUARGA
A. Pengertian Anemia adalah berkurangnya jumlah eritrosit serta jumlah hemoglobin dalam 1 mm3 darah atau berkurangnya volume sel yang dipadatkan dalam 100 ml darah (Ngastiyah, 1997).
B. Klasifikasi 1. Anemia defisiensi besi 2. Anemia Aplostik 3. Anemia defisiensi asam folat 4. Anemia Hemolitik 5. Anemia Hipoplastik (Eritroblastoma) (Ngastiyah, 1997)
C. Etiologi 1. Anemia defisiensi besi a. Asupan besi yang berkurang b. Malabsorbsi pada enteritis dan proses malnutrisi (PEN) c. Kehilangan atau pengeluaran besi berlebihan pada perdarahan saluran cerna d. Infeksi berulang (Mansjoer, 2000) 2. Anemia Aplastik a. Faktor kongenital : Sindrom Fanconi b. Faktor di dapat
: Bahan kimia, obat, radiasi, faktor individu, infeksi,
keganasan, penyakit ginjal, gangguan endokrin dan idiopatik (Mansjoer, 2000 : 494).
3. Anemia defisiensi asam folat a. Kekurangan masukan asam polat b. Gangguan absorbsi Misalnya pada steatore idiopati, tropikal Sprue dan beberapa penyakit gastrointostinal. c. Obat yang bersifat antagonistik terhadap asam folat. Misalnya
metotreksat,
G-merkaptopurin,
pirimetamin,
derivat
barbiturat. 4. Anemia Hemolitik a. Kongenitel 1) Faktor eritrosit 2) Gangguan enzim defisiensi G – G – PD (Glucose – G – Phosphate – Dehydrogenase) 3) Hemoglobinopatia. b. Didapat 5. Anemia Hipoplastik (Eritroblastoma) Terutama di sebabkan oleh aplasia sistem eritropoetik, sedangkan sistem granulopoetik dan trombopoetik tidak, atau hanya sedikit terganggu klasifikasi, dari anemia Hipoplastik yaitu : a. Idiopatik Penyebab tidak diketahui, diduga gangguan metabolisme triptofan. b. Di dapat 1) Infeksi
berat
(meningitis,
ensefalitis,
bronkopneumonia,
tuberkulosis berat, tifus abdominalis) 2) Penyakit autoimun (anemia hemolitik autoimun) 3) Alergi 4) MEP 5) Sindrom Hemolitik (anemia sel sabit, sferositosis fongenital) 6) Penyakit ginjal 7) Timoma 8) Efisiensi eritropoetin sel proeritroblas dan sel stem
D. Patofisiologi Berkurangnya jumlah eritrosit serta jumlah hemoglobin dalam 1mm3 darah atau berkurangnya volume sel yang di padatkan dalam 100 ml darah akan mengakibatkan terjadinya Anemia. Anemia menyebabkan perubahan sirkulasi berupa terjadinya keadaan hiperkinetik, insufisiensi korner, serta berkurangnya cadangan jantung. Curah jantung biasanya akan bertambah bermakna bila kadar Hb mencapai 7g/dl atau kurang. Peningkatan curah jantung ini disertai oleh menurunnya resistensi perifer, menurunnya jumlah volume sel darah, serta meningkatnya tekanan vena. Kardiomegah, dengan atau gagal jantung biasanya bari terjadi bila kadar Hb kurang dari 5 g/dl. Kardiomegali tersebut terjadi akibat dilatasi, hipertrofi, atau keduanya. Dikatakan bahwa anemia akut cenderung menyebabkan dialatasi, sedangkan anemia kronik cenderung mengakibatkan hipertrofi otot jantung (Markum, 1991).
E.
Pathway
Asupan besi berkurang
Gangguan Absorbsi
Def. G-G-PD
Berkurangnya jumlah Hemoglobin
Berkurangnya volume sel
Berkurangnya jumlah eritosit Def. eritroblast
Anemia
Ikterus
Gangguan sirkulasi darah
cemas
Gangguan perfusi jaringan
Kurang pengetahuan O2 dalam otak berkurang dari kebutuhan
Hipoksia
Kelelahan
Intoleran aktivitas
Anoreksia
Gangguan istirahat tidur
hipok siai
F. Pemeriksaan Penunjang 1. Hasil pemeriksaan darah a. Kadar Hb kurang dari 10 g/dl. b. VER kurang dari 79 cu
(N = 76 – 96 cu)
c. KHER kurang dari 32 %
(N = 32 – 37 %)
Mikrositik. Hipokromik. Poilositosis.
Markum, 1991 Gangguan nutrisi
Sel target. Leukosit dan trombosit normal. 2. Pemeriksaan sumsum tulang Pemeriksaan ini menunjukkan sistem eritropotik Hiperaktif dengan sel normoblas poli kromatofil yang predominan.
G. Penatalaksanaan 1. Pemberian makanan yang adekuat 2. Pemberian preparat besi (sulfas ferosus) 3 x 10 mg/kg BB/hari 3. Tranfusi darah jika Hb < 5 g/dl 4. Pengobatan kausal
(Mansjoer, 2000)
BAB III KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian 1. Aktivitas / istirahat Gejala : -
Keletihan, kelemahan, malaise umum
-
Kehilangan produktivitas, penurunan semangat untuk bekerja.
-
Toleransi terhadap latihan rendah
-
Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak
Tanda : -
Takikardi/takipnea, dispnea pada bekerja atau istirahat
-
Letargi, menarik diri, apatis, lesu, dan kurtang tertarik pada sekitarnya.
-
Kelemahan otot dan penurunan kekuatan.
-
Ataksia, tubuh tidak tegak.
-
Bahu menurun, postur lunglai, berjalan lambat, dan tanda lain yang menunjukkan keletihan.
2. Sirkulasi Gejala : -
Riwayat kehilangan darahkronis, mis., perdarahan GI kronis, menstruasi berat (DB); angina, CHF (akobat kerja jantung berlebihan).
-
Riwayat endokarditis infektif kronis.
-
Palpitasi (takikardia kompensasi).
Tanda : -
TD: Peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan nadi melebar; hipotensi postural
-
Disritmia: Abnormalitas EKG, mis., depresi segmen ST dan pendataran atau depresi golongan T: takikardia.
-
Bunyi jantung: Marmur sistolik (DB)
-
Ekstremitas (warna): pucat pada kulit dan membrane mukosa (konjungtiva, mulut, faring, bibir) dan dasar kuku. (catatan: pada pasien kulit hitam, pucat dapat tampak sebagai keabu-abuan); kulit seperti berlilin, pucat (aplastik, AP) atau kuning lemonterang (PA).
-
Skera: Biru atau putih seperti mutiara (DB).
-
Pengisian kapiler melambat (penurunan aliran darah ke periver dan vasokonstraksi kompensasi).
-
Kuku: Mudah patah, berbentuk seperti sendok (kolionikia) (DB).
-
Rambut: Kering, mudah putus, menipis; tumbuh uban secara premature (AP).
3. Integritas ego Gejala: -
Keyakinan agama/budaya mempengaruhi pilihan pengobatan, mis., penolakan transfuse darah.
Tanda: -
Depresi.
4. Eliminasi Gejala: -
Riwayat pielonefritis, gagal jantung.
-
Flatulen, sindrom malabsorpsi (DB).
-
Hematemesis, feses denang darah segar, melena.
-
Diare atau konstipasi.
-
Penurunan haluaran urine.
Tanda: -
Distensi abdomen.
5. Makanan/cairan Gejala: -
Penurunan
masukan
diet,
masukan
diet
protein
hewani
rendah/masukan produk serealtinggi (DB). -
Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus pada faring).
-
Mual/muntah, dyspepsia, anoreksia.
-
Adanya penurunan berat badan.
-
Tidak pernah puas mengunyah atau pika untuk es, kotoran, tepung jagung, cat, tanah liat, dan sebagainya (DB).
Tanda: -
Lidah tampak merah daging/halus (AP; defisiensi asam folat dan vitamin B12.
-
Mebran mukosa kering, pucat.
-
Turgor kulit: buruk, kering, tampak kisut/hilang elastisitas (DB).
-
Stomatitis dan glositis (status defisiensi).
-
Bibir: selitis, mis., inflamasi bibir dengan sudut mulut pecah (DB).
6. Neurosensori Gejala: -
Sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinutis, ketidak mampuan berkonsentrasi.
-
Insomnia, penurunan penglihatan, dan bayangan pada mata.
-
Kelemahan,
keseimbangan
buruk,
kaki
goyah;
parestesia
tangan/kaki (AP); klaudikasi -
Sensasi menjadi dingin.
Tanda: -
Peka rangsang, gelisah, depresi, cenderung tidur, apatis.
-
Mental: tampak mampu berespons lambat dan dangkal.
-
Oftalmik: hemarogis retina (aplastik, AP).
-
Epistaksis, pendarahan dari lubang-lubang (aplastik).
-
Gangguan koordinasi, ataksia: penurunan rasa getar dan posisi, tanda Romberg positif, paralisis (AP).
7. Kenyamanan/ nyeri Gejala: -
Nyeri abdomen samar; sakit kepala (DB).
8. Pernafasan Gejala: -
Riwayat TB, abses paru.
-
Napaas pendek pada istirahat dan aktivitas.
Tanda: -
Takipnea, ortopnea, dan dispnea.
9. Keamanan Gejala: -
Riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia, mis., benzene, intektisida, naftalen.
-
Riwayat terpajan pada radiasi baik sebagai pengobatan atau kecelakaan.
-
Riwayat kanker, terapi kanker.
-
Tidak toleran terhadap dingin dan/atau panas.
-
Transfuse darah sebelumnya.
-
Gangguan penglihatan.
-
Penyembuhan luka buruk, sering infeksi.
Tanda: -
Demam rendah, menggigil, berkeringat malam.
-
Limfadenopati umum.
-
Petekie dan ekimosis (aplastik).
10. Seksualitas Gejala: -
Perubahan aliran menstruasi,mis., menoragia atau aminore (DB).
-
Hilang libido (pria dan wanita).
-
Impoten.
Tanda: -
Serviks dan dinding vagina pucat.
B. Diagnosa keperawatan 1. Gangguan perfusi jaringan berkaitan dengan penurunan komponen seluluer yang diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrient ke sel. 2. Gangguan kebutuhan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berkaitan dengan ketidakmampuan mencerna
makanan/absropsi nutrient yang
diperlukan untuk pembentukkan SDM manusia. 3. Resiko tinggi kerusakkan integritas kulit berkaitan dengan perubahan sirkulasi dan neurologis ( anemia). 4. Konstipasi atau diare berkaitan dengan penurunan masukkan diet, perubahan proses pencernaan. 5. Resiko infeksi tinggi berkaitan dengan pertahanan sekunder ( tidak adekuat). 6. Kurang pengetahuan berkaitan dengan kebutuhan belajar tentang kondisi prognosis, dan kebutuhan pengobatan.
C. Rencana Tindakan 1. Gangguan perfusi jaringan berkaitan dengan penurunan komponen seluluer yang diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrient ke sel. Kriteria hasil : -
Tanda vital stabil
-
Membran mukosa warna merah muda
-
Pengisian kapiler baik
-
Haluaran urine adekuat
-
Mental seperti biasa
Intervensi : a. Awasi tanda-tanda vital, kaji pengisian kapiler, warna kulit, warna kulit/memban mukosa, dasar kuku Rasional : memberikan informasi tentang derajat/keadekuatan perfusi jaringan dan membantu menentuka kebutuhan intervensi.
b. Tingikan kepala tempat tidur sesuai toleransi. Rasional : meningkatkan ekspansi paru dan memaksimalkan oksigenasi untuk kebutuhan seluler. Cacatan : kontraindikasi bila ada hipotensi. c. Awasi upaya pernafasan ; auskultasi bunyi nafas perhatikan bunyi adventisius. Rasional : dipneau, gemericik menunjukkan GJK karena regangan jantung lama/ peningkatan kompensasi curah jantung. d. Selidiki keluhan nyeri dada, palpasi Rasional : iskemia seluler mempengaruhi jaringan myocardial/potensial resiko infark. e. Kaji untuk respons verbal melambat, mudah terangsang, agitasi, gangguan memori, bingung. Rasional : dapat mengindikasikan gangguan fungsi cerebral karena hipoksia atau defisiensi vitamin B12. f. Orientasi/orientasikan – ulang pasien sesuai kebutuhan. Catat jadwal aktivitas pasien untuk dirujuk. Berikan cukuo waktu untuk pasien berpikir, komunikasi dan aktivitas. Rasional : membantu proses berpikir dan kemampuan melakukan/ mempertahankan kebutuhan AKS. g. Catat keluhan rasa dingin pertahankan kebutuhan dan tubuh hanta sesuai indikasi. Rasional : vasokontriksi ( ke organ vital meurunkan sirkulasi perifer. Kenyamanan pasien/ kebutuhan rasa hangat harus seimbang dengan kebutuhan untuk menhindari panas berlebihan pencetus vasodilatasi (penurunan perfusi organ). h. Hindari penggunaan bantalan penghangat atau botol air panas. Ukur suhu air mandi dengan thermometer. Rasional : termoreseptor jaringan dermal dangkal karena gangguan oksigen.
2. Gangguan kebutuhan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berkaitan dengan ketidakmampuan mencerna
makanan/absropsi nutrient yang
diperlukan untuk pembentukkan SDM manusia. Kriteria hasil : -
Menunujukan peningkatan berat badan atau berat badan stabil, dengan nilai laboratorium normal.
-
Tidak mengalami tanda mal nutrisi.
-
Menunjukan perilaku, perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan/ atau mempertahankan berat badan yang sesuai.
Intervensi : a. Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai Rasional
:
mengidentifikasi
defiensi,
menduga
kemungkinan
intervensi b. Observasi dan catat makanan pasien Rasional : mengawasi masukan kalori atau kualitas kekurangan konsumsi makanan. c. Timbang berat badan tiap hari Rasional : mengawasi penurunan berat badan atau efektifitas intervensi nutrisi. d. Berikan makanan sedikit dan frekuensi sering dan / atau makan diantara waktu makan Rasional : makan sedikit dapat menurunkan kelemahan dan meningkatkan pemasukan juga mencegah distensi gaster. e. Berikan dan bantu hygiene mulut yang baik; sebelum dan sesudah makan, gunakan sikat gigi halus untuk penyikatan yang lembut. Berikan pencuci mulut yang diencerkan bila mukossa oral luka. Rasional
:
meningkatkan
oral,menurunkan
nafsu
pertumbuhan
makan bakteri,
dan
pemasukan
meminimalkan
kemungkinan infeksi. Teknik perawatan mulut khusus mungkin diperlukan bila jaringan rapuh / luka/ perdarahan dan nyeri berat.
3. Resiko tinggi kerusakkan integritas kulit berkaitan dengan perubahan sirkulasi dan neurologis ( anemia). Kriteria hasil : -
Mempertahankan integritas kulit
-
Mengidentifikasi faktor resiko/ perilaku individu untuk mencegah cidera dermal.
Intervensi : a. Kaji integritas kulit, catat perubahan pada turgor, gangguan warna, hangat local, eritema, ekskoriasi. Rasional : kondisi kulit dipengaruhi oleh sirkulasi, nutrisi, dan imobilisasi. Jaringan dapat menjadi rapuh dan cenderung infeksi dan rusak. b. Ubah posisi secara periodic dan pijat permukaan tulang bila pasien tidak bergerak atau ditempat tidur. Rasional : meningkatkan sirkulasi ke semua area kulit membatasi iskemia jaringan/ mempengaruhi hipoksia seluluer. c. Ajarkan permukaan kuli kering dan bersih. Batasi pengunaan sabun. Rasional : area lembab, terkontaminasi memberikan media yang sangat baik untuk pertumbuhan organism patogenik . sabun dapat mengeringkan kulit secara berlebihan dan meningkatkan iritasi. d. Bantu untuk latihan rentang positif atau pasif atau aktif. Rasional : meningkatkan sirkulasi jaringan, mencegah statis. 4. Konstipasi atau diare berkaitan dengan penurunan masukkan diet, perubahan proses pencernaan. Kriteria hasil : -
Membuat/ kembali pola normal dari fungsi usus.
-
Menunjukkan perubaha perilaku/pola hidup, yang diperlukan sebagai penyebab, faktor pemberat
Intervensi : a. Observasi warna feses, konsistensi, frekuensi, dan jumlah. Rasional : membantu mengidentifikasi penyebab/faktor pemberat dan intervensi yang tepat. b. Auskultasi bunyi usus. Rasional : bunyi usus secara normal meningkat pada diare dan menurun pada konstipasi. c. Awasi masukan dan haluaran dengan perhatian khusus pada makanan/cairan. Rasional : dapat mengidentifikasi, kehilangan berlebihan atau alat dalam mengidentifikasi defisiensi diet. d. dorong masukan cairan 2500 – 3000 mL/hari dalam toleransi jantung. Rasional : membantu dalam memperbaiki konsistensi feses bila konstipasi. Akan membantu mempertahankan status hidrasi pada diare. e. Hindari makanan yang dapat membentuk gas. Rasional : menurunkan distress gastric dan distensi abdomen. f. Kaji kondisi kulit perianal denganm sering, catat perubahan dalam kondisi kulit atau mulai kerusakkan lakukan pemeriksaan perianal setiap defekasi bila terjadi diare. Rasional : mencegah ekskoreasi kulit dan kerusakkan. 5. Resiko infeksi tinggi berkaitan dengan pertahanan sekunder ( tidak adekuat). Kriteria hasil : -
Mengidentifikasi perilaku untuk mencegah/menurunkan resiko infeksi.
-
Meningkatkan penyembuhan luka, bebas drainase purulen atau eritema, dan demam.
Intervensi : a. Tingkatkan cuci tanganyang baik oleh pemberi keperawatan dan pasien. Rasional : mencegah kontaminasi silang/kolonisasi bacterial. Catatan : pasien dengan anemia berat/ aplastik dapat beresiko akibat flora normal kulit. b. Pertahankan teknik aseptic ketat pada prosedur/perawatan luka. Rasional : menurunkan resiko kolonisasi/infeksi bakteri. c. Berika perawatan kulit perianal dan oral dengan cermat. Rasional : menurunka resiko kerusakkan kulit/jaringan dan infeksi. d. Dorong perubahan posisi/ambulasi yang sering, latiha batuk, dan nafas dalam. Rasional : meningkatkan ventilasi semua segmen paru dan membantu mobilisasi sekresi untuk mencegah pneumonia. e. Tingkatkan masukan cairan adekuat. Rasional : membantu dalam pengenceran secret pernafasan untuk mempermudah pengeluaran dan mencegah stasis cairan tubuh ( misal : pernafasan dan ginjal ). f. Pantau/ batasi pengunjung. Berikan isolasi bila memungkinkan. Batasi tumbuhan hidup/bunga potong. Rasional : membatasi pemajanan pada bakteri/infeksi. Perlindungan isolasi dapat dibutuhkan pada anemia aplastik, bila respon imun sangat terganggu. g. Pantau suhu. Catat adanya menggigil dan takikardia dengan atau tanpa demam. Rasional : adanya proses inflamasi/infeksi membutuhkan evaluasi/ pengobatan. h. Amati eritema/cairan luka. Rasional : indicator infeksi local. Catatan : pembentukkan pes mungkin tidak ada bila granulosit tertekan.
6. Kurang pengetahuan berkaitan dengan kebutuhan belajar tentang kondisiprognosis, dan kebutuhan pengobatan. Kreteria hasil: -
Menyatakan pemahaman proses penyakit, prosedur diagnostic, dan rencana peengobatan.
-
Mengidentivikasi penyebab.
-
Melakukan tindakan yang perlu/perubahan pola hidup.
Intervensi: a. Berikan informasi tentang anemia spesifik. Diskusikan kenyataan bahwaterapi tergantung pada tipe dan beratnya anemia. Rasional: memberikan dasar pengetahuan sehingga pasien dapat membuat pilihan yang tepat. Menurunkan ansietas dan dapat meningkatkan kerjasama dalam program terapi. b. Tinjau tujuan dan persiapan untuk pemeriksaan diagnostic. Rasional: ansietas/takut tentang ketidaktahuan meningkatkan tingkat stress,
yang
jantung.pengetahuan
selanjutnya tentang
meningkatkan apa
yang
beban
diperkirakan
menurunkan ansietas. c. Jelaskan bahwa darah diambil untuk pemeriksaan laboratorium tidak akan memperburuk anemia. Rasional:
Ini
sering
merupakan
kekuatiran
yang
tidak
diungkapkanyang dapat memperkuat ansietas pasien. d. Tinjau perubahan diet yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan diet khusus (ditentukan oleh tipe anemia/defisiensi). Rasional: daging merah, hati, kung telur, sayuran berdaun hijau, biji bersekam, dan buah yang dikeringkan adalah sumber besi. Sayuran hijau, hati, dan buah asam adlah sumber asam folat dan vitamin C (meningkatkan absorpsibesi). e. Sumber-sumber (mis., keuangan dan memasak). Rasional:
sumber
tidak
adekuat
tidak
dapat
mempengaruhi
kemampuan untuk membuat/menyiapkan makanan yang tepat.
f. dorong untuk menghentikan merokok. Rasional: Menurunkan ketersediaan oksigen dan menyebabkan vasokontraksi. g. Instruksikan dan peragakan pemberian mandiri preparat besi oral. Rasional: Penggantain besi biasanya membutuhkan waktu 3-6 bulan, sementara injeksivitamin B12 mungkin perlu untuk selama hidup pasien. h. Diskusikan pentingnya hnya minum obat yang diresepkan; Rasional: Kelebihan dosis obat besi dapat menjadi toksik.