BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah Dalam dunia bisnis, kata ‘modal’ sudah tidak asing lagi didengar. Modal
(atau capital) merupakan salah satu elemen penting dalam suatu usaha. Hal ini dikarenakan modal mempengaruhi hampir seluruh keputusan usaha yang ada. Modal dapat menjadi penentu perealisasian ide usaha, jenis dan badan usaha yang akan didirikan, anggaran biaya operasional, lokasi pendirian usaha, dan bahkan penentu hidup-matinya suatu usaha. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, modal adalah uang yang dipakai sebagai pokok untuk berdagang, atau harta benda yang dipergunakan untuk menghasilkan sesuatu yang menambah kekayaan, atau barang yang digunakan sebagai dasar atau bekal untuk bekerja. Menurut Gitman (2009, 330) modal adalah dana jangka panjang yang dimiliki perusahaan atau segala sesuatu yang ada di sisi kanan neraca, kecuali utang jangka pendek. Gitman mengategorikan modal kedalam dua kategori berdasarkan kepemilikan, yaitu debt capital (modal pinjaman) dan equity capital (modal sendiri). Debt capital adalah modal yang tidak berasal dari pemilik perusahaan, yang terdiri dari utang jangka panjang serta obligasi perusahaan. Equity capital adalah modal yang berasal dari pemilik dan/atau shareholder
1
perusahaan, yang terdiri dari dana investasi awal, laba ditahan (retained earnings), serta saham perusahaan (common stock dan preferred stock). Kini semakin banyak perusahaan yang lebih menyukai pendanaan (penggalangan modal) melalui penerbitan obligasi. Kondisi ini dapat dibuktikan melalui data yang diterbitkan oleh Bank Indonesia di tahun 2009 dan Bursa Efek Indonesia di tahun 2012. Gambar 1.1 Perkembangan Emiten Saham dan Obligasi Korporasi
Sumber : www.bi.go.id (2009)
2
Gambar 1.2 Komposisi Emiten Saham dan Obligasi Korporasi
Sumber : www.bi.go.id (2009)
Gambar 1.1 dan 1.2 menunjukan peningkatan jumlah perusahaan yang menggalang modal melalui saham, obligasi, serta saham dan obligasi dari tahun 2000 hingga tahun 2008. Dapat dilihat bahwa peningkatan jumlah perusahaan yang menggalang modal melalui penerbitan saham dari tahun 2000 hingga tahun 2008 relatif rendah (32,9%) bila dibandingkan dengan peningkatan jumlah perusahaan yang menggalang modal melalui penerbitan obligasi dan saham (76,4%), ataupun peningkatan jumlah perusahaan yang menggalang modalnya hanya melalui penerbitan obligasi (125%).
3
Gambar 1.3 IDX Statistical Highlights 2006 - 2012
Sumber : IDX Fact Book 2012
Gambar 1.3 menunjukan perkembangan obligasi di Indonesia dari tahun 2006 hingga tahun 2008. Secara garis besar tampak peningkatan dari tahun ke tahun, walau sempat terjadi sedikit penurunan pada tahun 2009 yang merupakan dampak dari krisis ekonomi global yang terjadi pada tahun 2008. Menurut Bernhard Sumbayak, Founder & Chairman Vibiz Consulting (Vibiznews.com, 30 Maret 2012) obligasi merupakan instrumen yang paling diminati untuk merestrukturisasi pembiayaan dan produk investasi favorit di Indonesia bagi pemodal sepanjang 2012. Selain itu, menurut Foenya Dransyalia dalam situs Warta Ekonomi pada tahun 2011 obligasi Indonesia menduduki kinerja terbaik di kawasan Asia. Foenya juga mengungkapkan bahwa Indonesia tengah memimpin pertumbuhan pasar obligasi korporasi di kawasan Asia.
4
Menurut Bank Indonesia (2009), ada beberapa alasan mengapa perusahaan lebih menyukai pendanaan melalui penerbitan obligasi, antara lain: 1. Obligasi merupakan utang perusahaan, oleh karena itu tidak ada pengalihan kepemilikan kepada investor. 2. Dalam penerbitan obligasi derajat transparansi informasi (disclosure) kepada investor juga lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan yang go public. 3. Obligasi memenuhi kebutuhan pembiayaan investasi yang tidak terpenuhi dari internal funds. 4. Penerbitan obligasi dapat mengurangi asymmetric information, namun tetap tidak menghilangkan confidentiality secara penuh. 5. Obligasi yang bersifat utang dapat mendisiplinkan manager dalam pemanfaatan cash flow perusahaan. 6. Persyaratan untuk penerbitan obligasi lebih ringan dibanding dengan IPO saham, begitu pula biaya-biaya administrasi yang ditimbulkan.
5
Berikut ini adalah beberapa pendapat dari para pakar mengenai kelebihan penerbitan obligasi: 1. Menurut Denis dan Minov (2003, pada situs Bank Indonesia), penerbitan obligasi dapat mendongkrak citra kualitas perusahaan, karena hanya perusahaan dengan reputasi yang baik yang dapat menerbitkan obligasi. 2. Menurut Modigliani dan Miller (1963) serta Majluf (1984) pada situs Bank Indonesia, obligasi meningkatkan laba perusahaan karena biaya bunga obligasi dikategorikan sebagai biaya sehingga dapat mengurangi pajak (efek tax shield). 3. Menurut Suta (2000, pada Grace Putri Sejati, 2010), keuntungan dari penerbitan obligasi adalah tidak adanya campur tangan pemilik dana terhadap perusahaan dan tidak ada controlling interest oleh pemilik obligasi terhadap perusahaan, tidak seperti halnya perusahaan yang menerbitkan saham. 4. Rahardjo (2004, pada Grace Putri Sejati, 2010) menyatakan bahwa obligasi merupakan sumber pendanaan yang lebih disukai dibanding peminjaman di lembaga perbankan karena prosesnya lebih mudah daripada proses peminjaman dana di lembaga perbankan sejak adanya pengetatan prosedur pinjaman di lembaga perbankan. Penerbitan obligasi juga menghasilkan cost of fund yang lebih rendah dibandingkan dengan peminjaman kredit dari perbankan. Selain itu, penerbitan obligasi juga tidak mengharuskan perusahaan untuk menyediakan jaminan kredit, seperti yang diisyaratkan jika perusahaan mengajukan pinjaman ke bank.
6
Guna menarik investor dan menjual obligasi yang diterbitkannya, perusahaan perlu mendapatkan peringkat obligasi yang baik. Peringkat obligasi memegang peranan yang sangat penting, dimana peringkat ini mencerminkan kapabilitas dan kredibilitas perusahaan penerbit obligasi dalam membayar kewajibannya terkait dengan suatu surat utang yang diterbitkannya. Selain itu, peringkat obligasi juga mempengaruhi suku bunga (coupon) yang dibebankan pada utang tersebut. Menurut Tim BEI pada Surabaya Post (Senin, 13 Agustus 2012), peringkat obligasi merupakan salah satu acuan yang bisa membantu investor dalam menghindari risiko investasi pada obligasi. Umumnya,
peringkat
obligasi
diberikan
oleh
lembaga-lembaga
pemeringkat secara periodik. Lembaga pemeringkat adalah lembaga independen yang menerbitkan peringkat kredit untuk berbagai surat utang serta peringkat untuk perusahaan penerbit itu sendiri. Dalam surat edaran Bank Indonesia Nomor 13/31/DPNP tanggal 22 Desember 2011, terdapat enam lembaga pemeringkat yang diakui oleh Bank Indonesia, antara lain Fitch Ratings, Moody’s Investor Service, Standard and Poor’s, PT. Fitch Ratings Indonesia, PT ICRA Indonesia, PT. Pemeringkat Efek Indonesia. Lembaga pemeringkat menggunakan berbagai prediktor untuk menilai dan memberikan peringkat kepada obligasi perusahaan. Prediktor-prediktor yang digunakan meliputi faktor keuangan dan faktor non-keuangan. Dalam situsnya, beberapa lembaga pemeringkat memang mencantumkan prediktor penilaian yang digunakannya, tetapi hanya garis besarnya (secara umum). Kebenaran, ketepatan, dan keakuratan penggunaan prediktor-prediktor
7
tersebut kini dipertanyakan. Pasalnya, terdapat beberapa kejadian yang menunjukan ketidakakuratan dan ketidakcocokan antara peringkat yang diterima sebuah obligasi dengan kondisi obligasi tersebut. Hal ini menimbulkan sebuah pertanyaan, “Apakah lembaga pemeringkat benar-benar menggunakan prediktorprediktor yang sudah ia tentukan dalam memeringkati sebuah obligasi?”. Menurut redaksi Tempo.com, tidak semua penilaian yang dikeluarkan oleh lembaga pemeringkat dapat dipercaya. Contohnya pada 11 November 2011, lembaga pemeringkat Standard and Poor’s (S&P) menyatakan bahwa ia melakukan kekeliruan dalam mengumumkan penurunan peringkat kredit Perancis dari level AAA, sehingga berpengaruh pada spekulasi pasar. Ketidakcocokan antara peringkat dan kondisi suatu obligasi juga dapat dilihat dari kasus Bank Global. Pada tahun 2004, obligasi Bank Global mendapatkan peringkat A- (single A minus) dari lembaga pemeringkat Kasnic (kini dikenal dengan nama PT Moody’s Indonesia), salah satu lembaga pemeringkat yang dulu diakui oleh Bank Indonesia. Namun tidak berapa lama kemudian, Bank Indonesia mengumumkan bahwa izin Bank Global dibekukan dan peringkat obligasi tersebut diturunkan menjadi D (default). Menurut Chan dan Jagadeesh (1999) dalam Nicko Adrian (2009), salah satu alasan mengapa peringkat obligasi yang dikeluarkan oleh lembaga pemeringkat tersebut bias adalah karena lembaga pemeringkat tidak melakukan monitor terhadap kinerja perusahaan setiap hari, dan lembaga pemeringkat hanya menilai dari terjadinya suatu peristiwa. Selain itu, kurang rincinya penjelasan dari lembaga pemeringkat seputar faktor keuangan dan non-keuangan yang digunakan
8
dalam menentukan peringkat obligasi juga menimbulkan pertanyaan mengenai kebenaran, ketepatan, dan keakuratan prediktor-prediktor yang digunakan. Beberapa peneliti terdahulu juga masih menemukan adanya perbedaan hasil empiris dalam sebagian besar penelitian seputar pengunaan faktor keuangan dan faktor non-keuangan dalam pemberian peringkat obligasi di Indonesia. Perbedaan hasil antara teori dan penelitian empiris, perbedaan hasil antara sesama penelitian empiris sebelumnya, serta masih terbatasnya penelitian mengenai obligasi dibandingkan dengan penelitian mengenai saham di Indonesia mendorong peneliti untuk untuk melakukan penelitian mengenai faktor yang mempengaruhi pemeringkatan obligasi. Dalam penelitian tersebut, lembaga pemeringkat yang digunakan adalah lembaga Pemeringkat Efek Indonesia (PEFINDO). Peneliti memilih untuk meneliti peringkat obligasi yang dikeluarkan oleh lembaga pemeringkat PEFINDO karena lembaga tersebut telah mendominasi hampir 95% dari total peringkat surat utang korporasi yang tercatat di Indonesia. Hingga saat ini PEFINDO telah melakukan pemeringkatan terhadap lebih dari 400 perusahaan nasional dan multinasional dari berbagai sektor industri. Selain itu, PEFINDO juga merupakan satu-satunya lembaga pemeringkat di Indonesia yang memiliki default data dan default study, yang dipakai oleh berbagai lembaga dan institusi termasuk oleh Bank Indonesia (Grace Putri Sejati: 2010) Faktor yang digunakan dalam penelitian ini adalah faktor keuangan yang menggambarkan risiko finansial perusahaan dan faktor non-keuangan yang menggambarkan risiko bisnis perusahaan.
9
Variabel-variabel faktor keuangan meliputi profitability, leverage, growth dan firm size. Berdasarkan prediktor penilaian lembaga pemeringkat PEFINDO, variabel-variabel tersebut merupakan bagian dari laporan keuangan yang paling berhubungan dengan risiko default sebuah obligasi, sehingga paling sesuai untuk digunakan sebagai prediktor dalam memberikan peringkat obligasi. Sedangkan, untuk faktor non-keuangan, variabel-variabel yang digunakan adalah umur obligasi (maturity). Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Luciana Spica Almilia dan Vieka Devi (2007). Namun, terdapat perbedaan pada sector dan tahun penelitian, yaitu sektor multifinance pada tahun 2010 – 2011. Peneliti memilih tahun 2010 – 2011 sebagai periode penelitian karena data yang berhubungan dengan kedua tahun tersebut sudah terpublikasi dan tergolong paling baru, sehingga dianggap paling relevan. Sektor multifinance yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sektor keuangan yang berfokus pada bidang pembiayaan. Menurut PMK 84 Tahun 2006 tentang Perusahaan Pembiayaan, perusahaan pembiayaan (multifinance) adalah perusahaan yang melakukan kegiatan sewa guna usaha (leasing), anjak piutang (factoring), pembiayaan konsumen (consumer finance), dan/atau kartu kredit. Peneliti memilih untuk meneliti sektor multifinance karena sektor ini menunjukan pertumbuhan yang cukup signifikan dalam enam tahun terakhir (2007-2012). Berdasarkan data yang diterbitkan oleh Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (BAPEPAM-LK) pada Laporan Tahunan Perusahaan Pembiayaan tahun 2011, dalam waktu lima tahun, sektor pembiayaan berhasil
10
meningkatkan asetnya sebesar 128,91% dengan rata-rata pertumbuhan per tahun sebesar 22,86% dan ekuitasnya sebesar 128,98% dengan rata-rata pertumbuhan per tahun sebesar 23.14%. Selain itu, laba bersih sektor pembiayaan ini juga meningkat sebesar 106,82% dengan rata-rata pertumbuhan per tahun sebesar 21,2%. Gambar 1.4 Aset, Kewajiban, dan Ekuitas Industri Jasa Pembiayaan (triliun Rupiah)
Sumber : Laporan Tahunan Perusahaan Pembiayaan tahun 2011, Bapepam-LK.
Gambar 1.5 Laba Rugi Tahun Berjalan Perusahaan Pembiayaan
Sumber : Laporan Tahunan Perusahaan Pembiayaan tahun 2011, Bapepam-LK
11
Gambar 1.6 Piutang Pembiayaan Perusahaan Pembiayaan
Sumber : Laporan Tahunan Perusahaan Pembiayaan tahun 2011, Bapepam-LK.
Sektor yang didominasi dengan pembiayaan konsumen ini juga semakin menarik untuk diteliti semenjak Indonesia berhasil mencapai Consumer 3000 pada tahun 2011. Consumer 3000 adalah suatu fenomena dimana GDP nominal per kapita suatu negara menembus angka tiga ribu dolar Amerika Serikat (US$3000). Jika GDP nominal suatu negara mencapai tiga ribu dolar Amerika Serikat ($3000), maka negara tersebut dapat disejajarkan dengan negara-negara maju lainnya. Pada umumnya, suatu negara akan mengalami pertumbuhan ekonomi yang sangat cepat (accelerated development) setelah GDP-nya mencapai angka tiga ribu dolar Amerika Serikat. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka penelitian ini mengambil judul ”Pengaruh Faktor-Faktor Keuangan Dan Non-Keuangan Terhadap
Prediksi
Peringkat
Obligasi
Perusahaan:
Pada
Sektor
Multifinance Di Bursa Efek Indonesia Periode 2010 - 2011”.
12
1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, rumusan
masalah penelitian ini dapat disimpulkan menjadi: 1. Apakah leverage suatu perusahaan penerbit obligasi mempengaruhi peringkat obligasi yang akan diterima perusahaan tersebut? 2. Apakah profitability suatu perusahaan penerbit obligasi mempengaruhi peringkat obligasi yang akan diterima perusahaan tersebut? 3. Apakah growth suatu perusahaan penerbit obligasi mempengaruhi peringkat obligasi yang akan diterima perusahaan tersebut? 4. Apakah size perusahaan penerbit obligasi mempengaruhi peringkat obligasi yang akan diterima perusahaan tersebut? 5. Apakah maturity suatu obligasi mempengaruhi peringkat obligasi tersebut?
13
1.3
Batasan Masalah Batasan masalah penelitian ini adalah: 1. Perusahaan penerbit obligasi bergerak dalam sektor multifinance. 2. Perusahaan penerbit obligasi serta obligasinya terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode penelitian. 3. Perusahaan penerbit obligasi terdaftar sebagai anggota APPI (Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia). 4. Obligasi perusahaan diperingkati oleh lembaga pemeringkat PEFINDO. 5. Obligasi yang digunakan hanyalah obligasi primer biasa. 6. Periode penelitian adalah tahun 2010-2011. Namun, karena penerbitan peringkat obligasi bersifat (n-1), maka peringkat obligasi untuk tahun 2010 diterbitkan pada awal tahun 2011 dan peringkat obligasi tahun 2011 diterbitkan pada awal tahun 2012. 7. Perusahaan penerbit obligasi menerbitkan data keuangan yang lengkap dan dapat diandalkan selama tahun 2010 - 2011.
14
1.4
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji dan menganalisis pengaruh
variabel keuangan dan non-keuangan terhadap peringkat suatu obligasi dalam sektor Multifinace, seperti: 1. Pengaruh leverage suatu perusahaan penerbit obligasi terhadap peringkat obligasi yang akan diterima perusahaan tersebut. 2. Pengaruh profitability suatu perusahaan penerbit obligasi terhadap peringkat obligasi yang akan diterima perusahaan tersebut. 3. Pengaruh growth suatu perusahaan penerbit obligasi terhadap peringkat obligasi yang akan diterima perusahaan tersebut. 4. Pengaruh size perusahaan penerbit obligasi terhadap peringkat obligasi yang akan diterima perusahaan tersebut. 5. Pengaruh maturity suatu obligasi terhadap peringkat obligasi tersebut.
15
1.5
Manfaat Penelitian Penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh berbagai pihak yang terlibat dalam
pasar obligasi, antara lain: 1. Bagi perusahaan penerbit obligasi, penelitian ini diharapkan dapat menambah
pengetahuan
perusahaan
mengenai
faktor-faktor
yang
mempengaruhi peringkat obligasi yang diterbitkannya. Dengan demikian, perusahaan dapat lebih fokus untuk meningkatkan performa faktor-faktor tersebut supaya pendanaan melalui penerbitan obligasi dapat membawa hasil yang memuaskan. 2. Bagi investor, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan investor seputar pasar obligasi di sektor multifinance, bahkan menjadi panduan bagi investor dalam memilih dan membeli obligasi. 3. Bagi lembaga pemeringkat obligasi, penelitian ini dapat memperkuat kredibilitas dan nama baik agen tersebut (terbukti bahwa agen menggunakan prediktor yang jelas dan konsisten, sesuai dengan klaimnya, dalam memeringkat obligasi) atau dapat digunakan sebagai suatu bahan pertimbangan atau alat pengevaluasian jika lembaga pemeringkat tersebut ingin melakukan perubahan serta perbaikan. 4. Bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian di bidang yang sama, diharapkan penelitian ini dapat menjadi referensi dan landasan pijak untuk penelitian selanjutnya.
16
5. Bagi
peneliti
mengembangkan
sebelumnya, serta
penelitian
memperkuat
hasil
ini
diharapkan
penelitian
yang
dapat telah
dilaksanakan sebelumnya. 6. Bagi masyarakat umum, diharapkan penelitian ini dapat memperluas dan meningkatkan pengetahuan tentang kegunaan variabel keuangan dan nonkeuangan sebagai faktor yang dapat mempengaruhi peringkat obligasi.
17
1.6
Metode dan Sistematika Penulisan Berikut adalah metode dan sistematika yang digunakan dalam penulisan
penelitian ini: BAB I:
PENDAHULUAN Pada
bab
pendahuluan,penulis
menguraikan
hal-hal
yang
melatarbelakangi penelitian, rumusan dan batasan masalah dalam penelitian,tujuan dan manfaat dari penelitianini, serta metode dan sistematika penulisan penelitian ini. BAB II: TELAAH LITERATUR Bab ini menguraikan teori-teori relevan serta hasil-hasil penelitian terdahulu yang melandasi penelitian yang dilakukan saat ini. Selain itu, bab ini juga memuat kerangka pemikiran serta rumusan hipotesis yang digunakan penulis. BAB III: METODE PENELITIAN Bab ini memuat gambaran umum objek penelitian, variabel-variabel yang terlibat dalam penelitian, serta metode dan teknik-teknik yang digunakan dalam peneitian, seperti teknik pengumpulan data, teknik pengambilan sampel, dan teknik analisis data. BAB IV: ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pada bab ini, penulis memaparkan hasil-hasil dari penelitian baik secara kualitatif dan/atau kuantitatif. Hasil-hasil yang dipaparkan mencakup hasil tahap analisis, hasil desain, serta hasil pengujian dan implementasinya. Penulis juga menyertakan keterangan mengenai
18
temuan-temuan yang signifikan sewaktu melakukan analisis dan perbandingan hasil penelitian terkini dengan penelitian-penelitian serupa terdahulu.
BAB V: SIMPULAN DAN SARAN Bab terakhir ini berisikan simpulan dan saran sehubungan dengan penelitian ini. Simpulan adalah jawaban atas batasan masalah serta tujuan penelitian yang telah dikemukakan pada Bab I, beserta informasi tambahan yang diperoleh atas dasar temuan penelitian. Saran adalah manifestasi dari penulis atau sesuatu yang belum ditempuh dan layak untuk dilaksanakan pada penelitian selanjutnya.
19