BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi yang begitu pesat memberikan dampak yang signifikan bagi berbagai bidang kehidupan termasuk kehidupan bisnis perusahaan. Kegiatan operasional perusahaan dewasa ini baik itu perusahaan kecil maupun besar, berkembang menjadi lebih baik dengan bantuan dari teknologi (Kooser Amanda, 2010). Birley Peter (2012) menyatakan bahwa di era ini kita perlu melakukan lebih banyak untuk mempertahankan bisnis dan pada saat yang sama meningkatkan klien atau pelanggan, teknologi dalam hal ini dapat membantu perusahaan melakukan hal tersebut dengan memadukan teknologi dan sistem informasi. Seberapa pentingkah sistem informasi tersebut bagi perusahaan? Terdapat enam alasan mengapa sistem informasi perusahaan begitu penting dewasa ini. Keenam alasan tersebut antara lain adalah keunggulan operasional; produk baru, jasa, dan model bisnis; hubungan pelanggan dan pemasok; peningkatan dalam pengambilan keputusan; keunggulan kompetitif; dan kelangsungan hidup perusahaan (Laudon & Laudon, 2007). Dilihat dari sudut pandang akuntansi, sistem informasi akuntansi yang berbasis teknologi akan mempercepat proses akuntansi dari mulai pencatatan hingga penyajian laporan keuangan. Siklus akuntansi yang bersifat manual dan repetitif diotomatisasi berkat bantuan sistem informasi akuntansi berbasis teknologi. Hal tersebut dapat dicapai dengan
1
2
menerapkan perangkat lunak akuntansi yang mengotomatisasi hampir seluruh siklus akuntansi. Beberapa contoh perangkat lunak tersebut antara lain adalah Accurate, MYOB (Make Your Own Business), DEA (Dac Easy Accounting), UBS (User Business System) Accounting & Stock, dan SAP (System, Application, Product). Karena perannya yang begitu penting, maka banyak perusahaan yang melakukan investasi untuk memiliki sistem informasi yang baik. Bisnis Amerika dan dunia saat ini sudah tidak biasa lagi. Bisnis Amerika menghabiskan $1.8 triliun untuk sistem informasi yang meliputi peranti keras, peranti lunak, serta perlengkapan telekomunikasi dalam tahun 2006 (Laudon & Laudon, 2007). Di Indonesia pun menurut Setiyadi (2008) hampir semua perusahaan Indonesia yang beraset lebih dari lima ratus juta rupiah sudah menggunakan komputer untuk mendukung operasional sehari-hari. Artinya bahwa di Indonesia pun, perusahaan melakukan investasi untuk sistem informasi dengan harapan bahwa sistem informasi tersebut dapat memperlancar kegiatan operasional perusahaan. Organisasi memiliki alternatif untuk memilih antara program sistem informasi akuntansi yang dijual dalam paket yang sudah jadi atau dapat memesan khusus sesuai dengan karakteristik perusahaan (Istianingsih dan Utami, 2009). Organisasi pun dapat memilih sistem informasi yang terkotak-kotak/ flat-line (setiap fungsi perusahaan memiliki sistem informasi perusahaan yang terpisah) atau sistem informasi yang terintegrasi seluruhnya (setiap fungsi perusahaan memiliki sistem informasi yang saling terhubung satu sama lain) (Laudon & Laudon, 2007). Jenis sistem informasi yang dipilih tergantung pada kebutuhan
3
dan karakteristik organisasi tersebut. Agansa Primatama sebagai organisasi besar yang bergerak di bidang jual-beli mesin tekstil memiliki sistem informasi yang terkotak-kotak. Hal ini dikarenakan tidak terintegrasinya perangkat lunak akuntansi beberapa divisi dan antar cabang. Agansa Primatama menggunakan perangkat lunak UBS (User Business System) Accounting untuk divisi keuangan dan finance yang terpisah setiap cabangnya serta UBS Stock untuk divisi gudang, produksi, dan marketing yang juga terpisah setiap cabangnya. Tidak terintegrasinya perangkat lunak akuntansi tersebut mengakibatkan staf akunting perlu melakukan penyesuaian data dan informasi yang diperoleh dari divisi dan cabang. Selain itu seringkali terjadi ketidakcocokkan data dan informasi antar divisi dan cabang sehingga penyusunan laporan keuangan terhambat. Hal ini dapat dibuktikan dengan melihat jadwal laporan keuangan yang sering tidak mencapai target deadline yang dapat dilihat di lampiran. Karena itu tidak jarang muncul keluhan mengenai perangkat lunak akuntansi yang digunakan. Apa yang terjadi di PT. Agansa Primatama bertentangan dengan beberapa teori sistem informasi akuntansi. Pertama, idealnya sebuah perusahaan harus memiliki sistem informasi yang terintegrasi. Laudon & Laudon (2007) mengatakan bahwa hal ini memungkinkan bagi informasi yang sebelumnya terpecah pada sistem-sistem yang berbeda untuk dibagi ke seluruh perusahaan dan untuk bagian bisnis yang berbeda untuk bekerja lebih dekat lagi bersama. Sistem informasi yang terintegrasi menurut Laudon & Laudon (2007) akan mempercepat komunikasi informasi yang melalui perusahaan sehingga membuat lebih mudah
4
bagi bisnis untuk mengoordinasikan operasi hariannya. Kedua, menurut Hall (2011) trend sistem informasi dewasa ini lebih mengarah ke highly intregrated, enterprise-oriented system sehingga sistem informasi dapat menyajikan informasi stratejik yang dapat mendukung level enterprise. Hal tersebut dapat diartikan bahwa sistem informasi yang terintegrasi dapat menyajikan informasi yang lebih baik bagi manajemen level atas/ stratejik untuk membantu mengambil keputusan. Selain itu, sistem informasi yang integrasi juga akan membuat pengguna lebih mudah mengoperasikan proses bisnis harian sehingga proses tersebut dapat berjalan lebih lancar. Ketiga, menurut Goodhue (1995) kesuksesan sistem informasi suatu perusahaan bergantung pada bagaimana sistem itu dijalankan, kemudahan sistem itu bagi para penggunanya, dan pemanfaatan teknologi yang digunakan. Fakta bahwa sistem informasi PT. Agansa Primatama dianggap tidak mudah oleh penggunanya bisa saja dijadikan sebagai suatu tanda bahwa sistem informasi yang diterapkan tidak berhasil. Hal tersebut tentunya menjadi suatu masalah. Menurut Hall (2011) sistem informasi seperti itu akan mengakibatkan tidak kompatibelnya informasi antar divisi sehingga diperlukan patch atau penyesuaian saat terjadi perpindahan informasi antar divisi. Hal serupa juga dikatakan oleh Laudon & Laudon (2007) yang mengatakan bahwa sistem informasi flat-line menyebabkan proses penyatuan informasi menjadi sulit dan memakan waktu sehingga koordinasi operasional bisnis dapat terganggu. Jika ditelaah lebih jauh, efek tersebut dapat menyebabkan kerugian lain. Karena diperlukan proses penyatuan dan sinkronisasi informasi dari setiap divisi dan cabang, maka proses penyusunan laporan
5
keuangan menjadi terlambat. Keterlambatan laporan keuangan ini bertentangan dengan SFAC (Statement of Financial Accounting Concept) nomor 2 yang menyatakan bahwa laporan keuangan yang baik adalah laporan keuangan yang memenuhi karakteristik dalam hirarki kualitas akunting (The Hierarchy of Accounting Qualities) dimana salah satu unsurnya adalah timeliness yang artinya tepat waktu atau ada di saat dibutuhkan. Keterlambatan laporan keuangan tentunya dapat mengakibatkan top level manajemen terlambat menerima informasi dan ada potensi bahwa keputusan yang diambil tidak tepat dan cepat sehingga akan mempengaruhi operasional dan profit perusahaan. Dari penjelasan tersebut dapat dilihat betapa besarnya dampak yang diakibatkan dari tidak terintegrasinya sistem informasi. Dengan memperhatikan hal tersebut dapat saja dikatakan bahwa sistem informasi yang diterapkan oleh PT. Agansa Primatama tidak berhasil. Namun, bagaimana sebetulnya pengukuran kesuksesan suatu perusahaan dilakukan? Nugroho dan Sumiyana (2013) mengatakan bahwa dampak sistem informasi terhadap perusahaan ini dapat dilihat melalui kinerja perusahaan yang membaik, yang dipresentasikan melalui kenaikan nilai perusahaan. Dari pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa sistem informasi dinilai berhasil apabila terdapat kenaikan nilai perusahaan. Namun Seddon (1997) seperti dikutip oleh Iranto (2012) menyatakan hal berbeda. Seddon (1997) menyatakan bahwa penggunaan sistem informasi merupakan perilaku yang muncul akibat adanya keuntungan atas pemakaian informasi tersebut. Perilaku yang ditimbulkan dari pemakaian sistem informasi ini dalam proses selanjutnya diharapkan akan memberi dampak
6
terhadap kinerja individu. Goodhue (1995) menyatakan bahwa keberhasilan sistem informasi suatu perusahaan tergantung bagaimana sistem itu dijalankan, kemudahan sistem itu bagi pemakainya, dan pemanfaatan teknologi yang digunakan. Kemudian Doll dan Torkzadeh (1988) menyatakan bahwa kepuasan pengguna akhir (End-user satisfaction) sistem informasi dapat dijadikan sebagai salah satu ukuran keberhasilan suatu sistem informasi. Dari penjelasan tersebut diketahui bahwa terdapat dua cara untuk mengetahui keberhasilan suatu sistem informasi yaitu dengan melihat nilai perusahaan dan dengan melihat kepuasan pengguna yang kemudian akan mempengaruhi kinerja individu. Meskipun begitu, kepuasan pengguna dan kinerja individu sering digunakan sebagai ukuran pengganti dari efektivitas sistem informasi dalam literatur penelitian maupun praktek seperti dikatakan oleh Melone (1990) yang dikutip oleh Istianingsih dan Utami (2009). Hal ini dikarenakan Doll dan Torkzadeh (1988) telah melakukan penelitian yang membuktikan validitasnya. Penelitian hal serupa pun telah dilakukan di Indonesia. Iranto (2012) menyatakan bahwa penelitian di Indonesia atas instrumen kepuasan pengguna sistem informasi telah dilakukan oleh Istianingsih (2007), Istianingsih dan Wijanto (2008), serta Istianingsih dan Utami (2009), dengan menggunakan variabel kualitas pelayanan, kualitas sistem, kualitas sistem informasi, kepuasan pengguna, dan kinerja individu. Hasil penelitian tersebut adalah kualitas pelayanan, kualitas sistem, kualitas informasi, berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan pengguna, sedangkan kepuasan pengguna sistem informasi berpengaruh positif terhadap kinerja individu. Hal tersebut menunjukkan bahwa
7
validitas dan reabilitas dari semua instrumen Doll dan Torkzadeh (1988) dapat diterapkan untuk penelitian di Indonesia karena memiliki validitas dan reabilitas yang baik. Selain itu, Kurniawan dan Cahyo (2010) mengatakan bahwa pada tahun 1992 DeLone dan McLean mencoba untuk membangun suatu taksonomi yang terdiri atas enam dimensi keberhasilan sistem informasi, yakni : system quality (kualitas sistem), information quality (kualitas informasi), use (penggunaan), user satisfaction (kepuasan pengguna), individual impact (dampak individu), dan organizational impact (dampak perusahaan). Hasil penelitian dari DeLone dan McLean menunjukkan bahwa, diantara enam kategori yang membangun keberhasilan sistem informasi ini, terdapat suatu keterkaitan dan ketergantungan yang kemudian menentukan berhasil atau tidaknya penerapan suatu sistem informasi. Selanjutnya Kurniawan (2009) mengatakan bahwa pada tahun 2003 model tersebut dikembangkan lagi oleh DeLone dan McLean sehingga dikenal dengan Updated D&M IS Success model. Model yang diperbaharui tersebut mengubah dimensi menjadi: information quality (kualitas informasi), system quality (kualitas sistem), service quality (kualitas layanan), intention to use/ use (intensitas pemakaian), user satisfaction (kepuasan pengguna), dan net benefits (manfaat-manfaat bersih). Lebih lanjut dikatakan oleh Kurniawan (2009) bahwa model yang dibuat oleh DeLone dan McLean ini merupakan salah satu model kesuksesan sistem informasi yang populer saat ini bahkan mengundang perhatian peneliti lain seperti Seddon (1997) yang secara tidak langsung menyebabkan DeLone dan McLean mengubah modelnya di tahun 2003.
8
Berdasarkan penjabaran tersebut, dalam penelitian ini akan diambil dimensi kualitas sistem informasi, kualitas informasi, dan kepuasan pengguna untuk menguji kesuksesan sistem informasi di PT. Agansa Primatama, sehingga dibuatlah penelitian dengan judul “Pengaruh Kesuksesan Sistem Informasi Akuntansi terhadap Kepuasan Pengguna (Studi Kasus pada PT. Agansa Primatama Bandung)”. Penelitian ini akan mengukur pengaruh kualitas sistem informasi akuntansi terhadap kepuasan pengguna, kemudian selanjutnya akan diukur pengaruh kualitas informasi terhadap kepuasan pengguna. Penelitian ini diharapkan memberikan jawaban atau informasi tambahan bagi perusahaan dalam evaluasi penerapan sistem informasi saat ini sehingga dapat dilakukan pengembangan atau pembaharuan sistem informasi yang dapat memberikan manfaat yang lebih baik. 1.2. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka permasalahan yang dapat diidentifikasi dan dirumuskan adalah sebagai berikut : 1. Seberapa besar pengaruh kualitas sistem informasi akuntansiterhadap kepuasan pengguna? 2. Seberapa besar pengaruh kualitas informasi terhadap kepuasan pengguna? 1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk : 1. Mengetahui seberapa besar pengaruh kualitas sistem informasi akuntansi terhadap kepuasan pengguna. 2. Mengetahui seberapa besar pengaruh kualitas informasi terhadap kepuasan
9
pengguna. 1.4. Kegunaan Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian yang dikemukakan diatas, maka diharapkan penelitian ini akan membawa manfaat kepada berbagai pihak, antara lain : a.
Bagi mahasiswa Diharapkan dapat menambah wawasan mahasiswa mengenai sistem informasi akuntansi khususnya dalam penerapan konsep dan teori di lapangan kerja. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat melahirkan ide atau gagasan baru dari kalangan mahasiswa untuk penelitian selanjutnya.
b.
Bagi perusahaan Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi, jawaban, atau informasi tambahan bagi perusahaan dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan sistem informasi perusahaan, sehingga keputusan yang diambil dapat lebih tepat sasaran dan meningkatkan kinerja individu.
c.
Bagi pihak lain Diharapkan dapat memberikan informasi bagi masyarakat umum dan menjadi bahan acuan untuk penelitian di masa mendatang.
1.5. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT. Agansa Primatama yang berlokasi di Kopo Plaza nomor D-19 Kota Bandung. Adapun waktu penelitian berlangsung mulai April 2014 hingga Juni 2014.