BAB I PENDAHULUAN
A.Latar belakang
Demam berdarah dengue merupakan masalah utama penyakit menular diberbagai belahan dunia. Selama 1 dekade angka kejadian atau incidence rate (IR) DBD meningkat dengan pesat di belahan dunia. Diperkirakan 50 juta orang terinfeksi DBD setiap tahunnya dan 2,5 miliar (1/5 penduduk dunia) orang tinggal di endemik DBD (Ganie, 2009). Demam berdarah dengue adalah demam tinggi yang muncul tiba tiba, biasanya demam berlangsung selama 2-7 hari. Penderita juga sering merasa mual, muntah, sakit kepala, nyeri otot, nyeri persendian, nyeri tulang, dan perut terasa kembung, dan pada bayi demam yang tinggi dapat menimbulkan kejang atau step (Satari, 2004). Demam berdarah dengue adalah penyakit demam akut terutama menyerang anak anak namun tidak jarang juga menyerang orang dewasa yang disertai dengan manifestasi perdarahan, menimbulkan shock yang dapat menyebabkan kematian (Suhardion, 2005). Asia menempati urutan pertama dalam jumlah penderita DBD setiap tahunnya. Sementara itu, sejak tahun 1968 hingga tahun 2009, WHO mencatat negara Indonesia sebagai negara dengan kasus DBD tertinggi di Asia Tenggara. Di Indonesia, terdapat 11 (33%) provinsi termasuk dalam daerah risiko tinggi DBD. Profinsi Jawa Tengah merupakan daerah endemis DBD. Penyebaran meliputi 33 kabupaten atau kota dan tercatat sekitar 9 % dari jumlah desa
1 Gambaran Pengendalian Vektor..., Lia Nurnandiyah, S1 Keperawatan UMP, 2015
2
termasuk daerah endemis, Kabupaten Banjarnegara dan Kabupaten Wonosobo yang tidak endemis (Saraswati dalam Pambudi, 2009). Kabupaten Banyumas merupakan daerah endemis terjadinya DBD. Daerah ini mempunyai insiden yang mengalami kenaikan dari tahun ke tahun dan penyebarannya juga semakin meluas dari tahun 2001 – 2006 mencapai sekitar 176 jumlah insiden dari kasus per 100.000 penduduk. Hal ini mengakibatkan kerisauan tersendiri bagi masyarakat Banyumas (Dardjito, 2008). Sedangkan pada tahun 2013 DBD dibanyumas melonjak 2,7 kali lipat dari tahun sebelumnya. Berdasarkan data dari Dinas kesehatan Kabupaten Banyumas, 2012 sebanyak 199 kasus sementara untuk tahun 2013 ada 539 kasus (Anonim, 2014). Banyaknya kasus DBD di Banyumas salah satunya dikarenakan ada 37 kelurahan tersebut yakni Wangon, Sidabowo, Kedungwringin, Ajibarang wetan, Lesmana, Karangsari, Karanglewas Kidul, Pengebatan, Singasari, Rejasari, Kober, Kedungwuluh, Karanglewas Lor, Mersi, Arca Winangun, Sokanegara, Kranji, Purwokerto Lor, Teluk, Berkoh, Purwokerto Kulon, Tanjung, Karang Pucung, Bancarkembar, Purwonegoro, Bobosan, Sumampir, Grendeng, Karangwangkal, Krangrau, Sokaraja Kulon, Tambaksari, Dukuhwaluh, Bojongsari, Ledug, Tambaksogra dan Purwosari (Anonim, 2014). Studi pendahuluan yang terdahulu yang pernah
dilakukan peneliti di
Puskesmas Kembaran II Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas didapat data kasus DBD tahun 2010 terjadi 42 kasus, 2011 terjadi 24 kasus, dan tahun 2012 terjadi 14 kasus. Data tersebut merupakan data warga di wilayah kerja puskesmas Kembaran II yang didiagnosa positif oleh tenaga medis Rumah Sakit. Sedangkan
Gambaran Pengendalian Vektor..., Lia Nurnandiyah, S1 Keperawatan UMP, 2015
3
studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada tahun 2013 sebanyak 53 kasus,11 kasus pada tahun 2014 dan 2015 dibulan januari – maret terdapat 8 kasus. Penyebab penyakit demam berdarah dengue ini adalah virus dengue yang ditularkan oleh gigitan nyamuk Aedes aegypti yang berkembang biak ditempattempat penampungan air bersih seperti bak mandi, tempayan, ban bekas, kaleng bekas, dan lain- lain. Mengingat nyamuk penularan Demam Berdarah Dengue ini tersebar luas baik dirumah maupun ditempat-tempat umum, maka pemberantasan penyakit Demam Berdarah Dangue dilaksanakan dengan cara PSN (Pemberantas Sarang Nyamuk) (Tedy, 2005). Hasil penelitian Setiyabudi dan Hikmawati (2006), menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata telur yang diletakan nyamuk aedes aegypti pada kontainer berwarna gelap dan kontainer tidak berwarna gelap, dimana nyamuk aedes aegypti lebih menyukai bertelur di kontainer berwarna gelap daripada bertelur di kontainer tidak berwarna gelap. Tempat potensial untuk perindukan nyamuk Aedes aegypti adalah tempat Penampungan Air (TPA) yang digunakansehari-hari, yaitu drum, bak mandi, gentong, ember dan lain-lain.Tempat perindukan lainnya yang non TPA adalah vas bunga, ban bekas, botol bekas, tempat minum burung, tempat sampah dan lain-lain, serta TPA alamiah, yaitu lubang pohon,daun pisang, pelepah daun keladi, lubang batu, dan lain-lain. Upaya pemberantasan DBD seperti program pemberantasan DBD di Indonesia dengan melakukan penyemprotan insektisida difokus area dan pembagian bubuk abate. Peran serta masyarakat dalam mendukung upaya pemberantasan dilakukan dengan pembentukan kader pemantauan jentik. Tugas
Gambaran Pengendalian Vektor..., Lia Nurnandiyah, S1 Keperawatan UMP, 2015
4
kader selama ini adalah memantau keberadaan jentik dirumah-rumah penduduk dan memberikan abate sebagai solusi untuk memberantas jentik, namun abate masih dianggap kurang efektif karena sebagai bahan kimia, efektifitas abate akan berkurang bahkan hilang bila masyarakat bak mandi atau tempat penampungan air dan abate memiliki batas ampuh selama 3 (tiga) bulan sehingga perlu ditambah atau diganti. Jumlah pemantauan jentik yang aktif mempengarui tingginya Angka Bebas Jentik (ABJ), dan tingginya ABJ mempengarui tidak adanya kasus DBD (Nuraini, 2012). Hasil penelitian tentang berbagai hambatan dalam pemberantasan DBD antara lain kurangnya peran serta masyarakat dalam kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) (Hikmawati & Purwito, 2013).
B. Rumusan Masalah Negara Indonesia sebagai salah satu negara tropis merupakan daerah endemik untuk penyakit DBD. Seiring dengan permasalahan tersebut, pemerintah membuat beberapa kebijakan terkait pencegahan DBD yaitu melalui pengendalian vektor dimana salah satunya lebih menekankan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) yang dilakukan secara periodik. Dengan cara seperti salah satunya yaitu fogging focus. Namun dari data yang diperoleh angka kejadian dbd masih cukup tinggi. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Gambaran Pengendalian Vektor pada Masyarakat di Daerah endemis DBD di wilayah desa Bojongsari”
Gambaran Pengendalian Vektor..., Lia Nurnandiyah, S1 Keperawatan UMP, 2015
5
C. Tujuan penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui Gambaran Pengendalian Vektor pada Masyarakat di Daerah endemis DBD di wilayah desa Bojongsari. 2.
Tujuan Khusus a. Mengetahui gambaran karateristik responden (umur, pendidikan dan kejadian DBD) didaerah endemis DBD di wilayah desa Bojongsari. b. Mengetahui gambaran pengendalian vektor didaerah endemis DBD diwilayah desa Bojongsari. c. Mengetahui gambaran pengetahuan PSN (pemberantasan sarang nyamuk) di wilayah desa Bojongsari. d. Mengetahui gambaran praktik PSN (pemberantasan sarang nyamuk) di wilayah desa Bojongsari.
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi peneliti Penelitian ini bermanfaat dalam menambah wawasan bagi peneliti di bidang ilmu penyakit tropis khususnya Demam Berdarah Dangue khususnya mengenai cara pencegahannya.
Gambaran Pengendalian Vektor..., Lia Nurnandiyah, S1 Keperawatan UMP, 2015
6
2. Bagi Institusi Pendidikan a. Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk menambah kepustakaan fakultas ilmu kesehatan dalam bidang karya tulis ilmiah. b. Penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai pegangan bagi adik-adik junior yang nantinya akan membuat karya tulis ilmiah. 3. Bagi Masyarakat Penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai masukan bagi masyarakat dalam meningkatkan perilaku sehat terhadap penanggulangan penyakit Demam Berdarah Dengue. 4. Bagi Puskesmas a.
Penelitian ini diharapkan untuk mengetahui permasalahan dalam usaha pencegahan penyakit Demam Berdarah Dengue sehingga dapat menurunkan angka kematian akibat penyakit ini.
b.
Penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai bahan pertimbangan dalam melaksanakan usaha pencegahan penyakit Demam Berdarah Dengue
E. Penelitian Terkait 1. Dardjito Edo (2008) dengan judul “Beberapa Faktor Risiko yang Berpengaruh terhadap Kejadian penyakit Demam Berdarah Dengue Di Kabupaten Banyumas”. Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional dengan menggunakan metode kasus kontrol. Populasi penelitian semua orang yang terkena penyakit demam berdarah dengue
Gambaran Pengendalian Vektor..., Lia Nurnandiyah, S1 Keperawatan UMP, 2015
7
yang tinggal diwilayah kabupaten banyumas. Metode yang digunakan adalah Cluster Random Sampling. hasil penelitian ini diketahui bahwa beberapa faktor yang berkontribusi atau mendukung terjadinya DBD, yaitu : umur, jenis kelamin, pelihara burungdan kebiasaan tidak menggunakan obat nyamuk. 2. Suyasa Gede (2008) dengan judul “ Hubungan Faktor Lingkungan dan Perilaku Masyarakat dengan Keberadaan Vektor Demam Berdarah Dengue (DBD) di Wilayah Kerja Puskesmas I Denpasar Selatan”. Jenis penelitian yang digunakan adalah cross sectional. Populasi penelitian adalah semua kepala keluarga yang tinggal dan menetap diwilayah kerja puskesmas I Denpasar selatan yang berjumlah 9068 kepala keluarga. Metode yang digunakan adalah systematic random sampling. Data hasil wawancara dan observasi di analisis dengan cara analisis deskriptif dan analisis analitik dengan uji statistik chi square. Hasil penelitian menunjukan faktor lingkungan yang berhubungan dengan keberadaan vektor
DBD
adalah
kepadatan
penduduk,
mobilitas
penduduk,
keberadaan tempat ibadah, keberadaan pot tanaman hias, keberadaan saluran air hujan dan keberadaan kontainer. Faktor perilaku masyarakat yang berhubungan dengan keberadaan vektor DBD adalah tindakan dan kebiasaan menggantungkan pakaian. 3.Suhardiono (2005) dengan judul “ Sebuah Analisis Faktor Risiko Perilaku Masyarakat Terhadap Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kelurahan Helvetia Tengan, Medan, Tahun 2005” untuk
Gambaran Pengendalian Vektor..., Lia Nurnandiyah, S1 Keperawatan UMP, 2015
8
mengetahui faktor risiko perilaku masyarakat terhadap kejadian DBD tersebut dilakukan penelitian yang bersifat survai dan rancangan sekat lintang (cross-sectional). Hasil penelitian menunjukan bahwa dari hasil uji statistik diketahui da hubungan tingkat pengetahuan responden dengan kejadian DBD dengan nilai p = 0,015 (p < 0,05), OR = 3,077 (CI 95% = 1,218-7,776) dan PR = 2,087), ada hubungan sikap dengan kejadian DBD dengan nilai p = 0,016 (p<0,05), OR = 2,738 (CI 95% = 1,196- 6, 269) dan PR = 1,829 serta ada hubungan tindakan dengan kejadian DBD dengan nilai P = 0,001 (p<0,05), OR = 4,487 (CI 95% = 1,822 – 11, 051) dan PR = 2,619.
Gambaran Pengendalian Vektor..., Lia Nurnandiyah, S1 Keperawatan UMP, 2015