BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Bahasa sebagai wahana komunikasi digunakan setiap saat. Bahasa merupakan
alat berkomunikasi antara anggota masyarakat yang berupa lambang bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia (Keraf, 1984:19) manusia menggunakan bahasa dalam komunikasi dengan sesamanya pada seluruh bidang kehidupan. Sebagai alat komunikasi dengan sesamanya bahasa terdiri atas dua bagian yaitu bentuk atau arus ujaran dan makna atau isi. Bentuk bahasa adalah bagian dari bahasa yang diserap pancaindera contoh, dengan mendengar atau membaca. Sedangkan makna adalah isi yang terkandung di dalam bentuk tadi, yang dapat menimbulkan reaksi tertentu (Keraf, 1984:6). Hubungan antara bahasa dengan sistem sosial dan sistem komunikasi sangat erat. Sebagai sistem sosial pemakaian bahasa dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial seperti usia, tingkat pendidikan, tingkat ekonomi dan profesi. Sedangkan sebagai sistem komunikasi, pemakaian bahasa dipengaruhi oleh faktor situasional yang meliputi siapa yang berbicara dengan siapa, tentang apa (topik), dalam situasi bagaimana, dengan tujuan apa, jalur apa, dan ragam bagaimana (Nababan, 1991:7). Pada waktu ini, tampaknya bahasa Indonesia telah berhasil menjalankan fungsi sebagai bahasa negara, terutama dalam situasi resmi seperti rapat, seminar, dan kongres. Bahasa Indonesia juga dipakai sebagai bahasa pengantar di sekolah-sekolah, dalam suratmenyurat, dan media massa, dan sebagainya. Akan tetapi, dalam berhubungan dengan teman dekat, teman sesuku, bangsa Indonesia yang terdiri dari
berbagai suku, dan
berbicara dalam berbagai bahasa, serta mempunyai latar belakang sosial budaya yang
Universitas Sumatera Utara
berbeda-beda tidak selalu memakai bahasa Indonesia. Mereka kadang-kadang menggunakan bahasa daerah masing-masing, atau bahasa daerah tempat mereka tinggal. Berdasarkan sarana tuturnya bahasa dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu bahasa lisan dan tulisan. Pada bahasa lisan pembicara dan pendengar saling berhadapan secara langsung sehingga mimik, gerak, dan intonasi pembicara dapat memperjelas maksud yang akan di sampaikan. Sedangkan bahasa tulisan penulis dan pembaca tidak berhadapan langsung tetapi tulisan dapat dimengerti oleh pembaca berkat penggunaan tanda baca, penggunaan bahasa yang sederhana dan mudah di pahami. Alih kode atau code switching sering terjadi di kalangan masyarakat bilingual khususnya pada masyarakat Pasar Bilah I A Kecamatan Kualuh Hilir, Kabupaten Labuhan Batu Utara yaitu pengalihan bahasa dari bahasa Indonesia ke bahasa daerah. Istilah alih kode Hutson (1996) mengemukakan pendapatnya bahwa alih kode dibatasi pada pertukaran bahasa yang sesuai untuk menyampaikan suatu maksud tertentu, situasinya berubah yang disebabkan oleh pergantian bahasa yang dipilihnya secara tepat. Dalam alih kode, setiap bahasa atau ragam bahasa yang digunakan itu masih memiliki fungsi otonomi masing-masing, dilakukan dengan sadar dan sengaja dengan sebab-sebab tertentu, sedangkan kode-kode lain yang terlibat dalam peristiwa tutur hanyalah berupa serpihan-serpihan saja tanpa fungsi atau keotonomian sebagai sebuah kode. Kode adalah sistem tutur yang peranan bahasanya merupakan ciri khas latar belakang penutur, hubungan penutur dengan lawan bicaranya dari situasi tutur yang ada (Poejosoedarmo, 1982:3) Selanjutnya, bahwa kode tutur adalah sistem tutur yang kebahasaannya mempunyai ciri khas penerapan yang mencerminkan salah satu keadaan dari salah satu komponen tutur seperti latar belakang orang pertama dan orang kedua, situasi bicara dan lawan bicara (Poejosoedarmo, 1982:7). Kode tutur ini merupakan bahasa atau varian bahasa yang digunakan dalam komunikasi masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
Mackey (dalam Chaer 1995:115) mengatakan dengan tegas bahwa bilingualisme adalah praktik penggunaan bahasa secara bergantian dari bahasa yang satu ke bahasa yang lain oleh seorang penutur. Bahasa dalam arti luas yakni tanpa membedakan tingkattingkat yang ada (Weinrich, 1995:115). Dari uraian tersebut dapat diperoleh suatu kesimpulan atau gambaran bahwa sebenarnya membicarakan suatu bahasa tidak terlepas dari membicarakan kategori kebahasaan, yaitu variasi bahasa. Penggunaan serpihan-serpihan dari bahasa lain yang biasa berupa kata, frase, dan dalam berbahasa Indonesia mengalihkan bahasa daerah atau bahasa asing, biasa dikatakan telah melakukan alih kode (Appel dan Hymes, 1979:79). Peristiwa alih kode ini secara sederhana dapat terjadi pada setiap penutur bahasa yang mampu menggunakan bahasa lain diluar bahasa ibunya baik secara sempurna maupun tidak. Peristiwa ini lazim terjadi pada masyarakat yang bilingual. Dalam penelitian ini, penulis melihat kebahasaan yang terjadi dalam lingkungan Pasar Bilah I A, Kecamatan Kualuh Hilir, Kabupaten Labuhan Batu Utara, yakni penggunaan dua bahasa atau lebih secara bergantian dengan mengalihkan unsur-unsur bahasa yang satu ke dalam bahasa yang lain secara konsisten yang disebut alih kode. Alih kode sebagai salah satu fenomena yang terjadi pada peralihan penggunaan bahasa dari bahasa Indonesia ke bahasa daerah tidak mungkin dihindarkan. Jadi peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana alih kode dalam percakapan masyarakat Pasar Bilah IA, Kecamatan Kualuh Hilir, Kabupaten Labuhan Batu Utara dan bagaimanakah jenis alih kode yang terjadi di Kecamatan Kualuh Hilir. Kualuh Hilir adalah sebuah Kecamatan di Kabupaten Labuhan Batu Utara yang sering disingkat (Labura) Ibu kotanya adalah Aek kanopan, Kabupaten ini dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2008, yang merupakan pemekaran dari Kabupaten Labuhan Batu. Struktur pemerintahan terdiri atas delapan kecamatan yaitu:1.
Universitas Sumatera Utara
Aek kanopan, 2. Aek natas, 3. Kualuh hilir, 4. Kualuh hulu, 5. Kualuh leidong, 6. Kualuh selatan, 7. Merbau, 8. Nasembilan –sepuluh. 1.2 Rumusan Masalah Hal yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah: 1.Apakah penyebab faktor terjadinya alih kode di Kecamatan Kualuh Hilir? 2.Bagaimanakah jenis alih kode yang terjadi di Kecamatan Kualuh Hilir? 1.3 Pembatasan Masalah Penelitian ini merupakan penelitian dalam bidang sosiolinguistik. Sosiolinguistik merupakan cabang ilmu linguistik yang bersifat interdisipliner dengan ilmu sosiologi, dengan objek penelitian hubungan bahasa dengan faktor – faktor sosial di dalam suatu masyarakat tutur (Chaer, 1995:4). Dalam penelitian ini tidak akan diteliti keseluruhan masalah kebahasaan dan topik-topik yang dibahas dalam sosiolinguistik. penelitian ini hanya membahas mengenai alih kode yang terjadi
di masyarakat Pasar Bilah I A,
Kecamatan Kualuh Hilir, Kabupaten Labuhan Batu Utara dan bagaimanakah jenis alih kode yang terjadi di Kecamatan Kualuh Hilir. 1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4.1 Tujuan Penelitian Pada dasarnya setiap penelitian itu mempunyai tujuan tertentu yang memberikan arah dan pelaksanaan tersebut. Hal ini dilakukan supaya tujuan dapat tercapai dengan baik. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mendeskripsikan penyebab faktor terjadinya alih kode di Kecamatan Kualuh Hilir. 2. Mendeskripsikan jenis alih kode yang terjadi di Kecamatan Kualuh Hilir.
Universitas Sumatera Utara
1.4.2 Manfaat Penelitian Penelitian ini memiliki manfaat baik untuk diri peneliti sendiri maupun orang lain. Adapun manfaat yang akan diperoleh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Memberikan masukan mengenai penyebab faktor terjadinya alih kode dan jenis alih kode dalam masyarakat Pasar Bilah I A, Kecamatan Kualuh Hilir. 2. Menambah wawasan dan pengetahuan peneliti tentang alih kode yang terjadi dalam masyarakat Pasar Bilah I A, Kecamatan Kualuh Hilir. 3. Menambah khasanah kepustakaan sosiolinguistik yang sampai saat ini terbukti masih sangat langka.
Universitas Sumatera Utara