1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia yang melimpah, sehingga Indonesia dijadikan negara dengan peluang investasi yang besar. Oleh karena itulah kalangan investor asing beramai-ramai menanamkan modalnya di Indonesia untuk memperoleh keuntungan baik pribadi maupun bagi negaranya sendiri. Apalagi pada tahun 2015 ini, Indonesia memasuki pasar bebas Association of South East Asian Nations (ASEAN) yang artinya adalah bahwa Indonesia harus semakin berbenah diri untuk mengembangkan berbagai sektor, terutama sektor industri dikarenakan Indonesia termasuk lambat dibandingkan dengan negara lainnya. Perkembangan yang terjadi seiring dengan meningkatnya investor asing menyebabkan pembangunan mengalami kemajuan pesat sehingga menyebabkan terjadinya globalisasi di wilayah Indonesia. Globalisasi adalah sebuah proses terbentuknya sistem organisasi dan komunikasi antar masyarakat di seluruh dunia untuk mengikuti sistem dan kaidah-kaidah tertentu yang sama.1 Dampak yang diakibatkan dari suatu globalisasi pastinya bersifat positif dan negatif. 1
Selo Soemardjan,“Globalisasi”, http://www.artikelsiana.com/2015/01/pengertian-globalisasipenyebab-dampak-globalisasi.html, diakses pada tanggal 6 Juli 2015
2
Dampak positif dari globalisasi diantaranya adalah kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, serta transportasi di Indonesia. Selain memberikan dampak positif, globalisasi juga memberikan dampak negatif yaitu semakin mudahnya budaya asing yang masuk dan tidak sesuai dengan budaya nasional, timbulnya sifat hedonisme di kalangan masyarakat menjadi salah satu wujud nyata demi memenuhi kebutuhan masa kini yang semakin meningkat, dan timbulnya sifat untuk lebih mementingkan diri sendiri. Tindak pidana penyalahgunaan narkotika di dalam masyarakat merupakan dampak negatif dari globalisasi yang terjadi di Indonesia. Narkotika memiliki istilah populer di kalangan masyarakat yakni NARKOBA (Narkotika dan Bahan/Obat Berbahaya), selain itu terdapat istilah lain yakni NAPZA (narkotika, psikotropika, dan zat aditif lainnya). Apabila terdapat istilah “narkoba” dalam penelitian hukum ini, hal tersebut merujuk pada “narkotika”. Gaya
hidup
masyarakat
yang
harus
selalu
mengikuti
perkembangan jaman, sikap hedonisme yang semakin menjauhkan manusia dari makna hidup yang sebenarnya karena terlalu terbuai dengan kenikmatan duniawi yang ditawarkan, menyebabkan masyarakat menjadi lupa atau bahkan tidak dapat memilah-milah perbuatan yang baik dengan yang buruk. Pada Senin, 5 Januari 2015, Badan Narkotika Nasional (BNN) melakukan penggerebekan penyelundupan 840 kilogram sabu di Lotte Mart Kalideres, Jakarta Barat. Jaringan ini merupakan yang terbesar di Asia Tenggara.
3
Sebelumnya di Asia Tenggara menurut BNN belum pernah ada yang menangkap di atas 150 kilogram.2 Berdasarkan kasus tersebut dapat dikatakan pula bahwa Indonesia merupakan salah satu tempat yang sangat menjanjikan untuk peredaran dan perdagangan narkotika. Hal ini bukanlah suatu hal yang dapat dibanggakan melainkan justru sangat memprihatinkan karena dari kejadian tersebut secara tidak langsung dapat disimpulkan bahwa tidak sedikit dari masyarakat di Indonesia yang menjadikan narkotika sebagai barang yang halal untuk dikonsumsi. Padahal secara hukum, tindak pidana penyalahgunaan narkotika jelas dilarang di Indonesia sebagaimana telah diatur di dalam Undang Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika . Sebagai contoh pada tahun 2013, seorang publik figur yakni seorang artis Raffi Ahmad menjadi salah satu target operasi BNN yang pada akhirnya tidak dilanjutkan ke pengadilan. Kasus yang paling mengejutkan adalah penyalahgunaan narkotika yang melibatkan seorang akademisi hukum pada akhir tahun 2014 kemarin. Sebagaimana diberitakan bahwa Guru Besar Universitas Hasanuddin, Prof Dr Musakkir SH, MH, warga kompleks Universitas Hasanuddin Blok A1/8 dan Ismail Alrip SH, MKN, Ketua LBH Universitas Hasanuddin, warga Jalan Kutacane Utara No 24, Baruga Antang,
Hussein Abri Yusuf,“Kasus Sabu 840 Kg Temuan Terbesar di Asia Tenggara”, http://www.tempo.co/read/news/2015/01/08/064633478/Kasus-Sabu-840-Kg-Temuan-Terbesar-diAsia-Tenggara, diakses pada tanggal 13 Januari 2015 2
4
menyalahgunakan narkotika jenis sabu bersama mahasiswinya di Hotel Grand Malibu kamar 312, Jumat (14/11/2014). 3 Bertolak dari dua contoh kasus di atas dapat disimpulkan bahwa penyalahgunaan narkotika di Indonesia telah merajalela karena sudah tidak lagi mengenal status dan pekerjaan dari para pelaku. Apalagi kasus penyalahgunaan narkotika yang menimpa seorang Guru Besar, yang justru seharusnya menjadi model bagi para mahasiswanya dalam mengenyam pendidikan di perguruan tinggi. Hal tersebut sangatlah mencoreng wajah pendidikan di Indonesia. Penyalahgunaan narkotika yang semakin marak di Indonesia tentunya menjadikan fokus bagi seluruh aparat penegak hukum untuk sebisa mungkin memotong jaringan penyalahgunaan narkotika yang ada di Indonesia. Banyaknya peluang bagi para pelaku untuk memasuki berbagai kalangan sebagai upaya untuk melancarkan bisnis narkotika yang ditekuni, menjadi tantangan tersendiri bagi aparat penegak hukum. Salah satu kalangan yang patut untuk diwaspadai dan dijaga adalah mahasiswa yang kini sering menjadi target dari para pelaku untuk melancarkan bisnis narkotika. Tabel I Data Penyalahgunaan Narkotika di Indonesia Tahun 2009-2013 No 1 2 3
Tingkat Pendidikan PNS TREND Polri/TNI TREND Swasta
2009 250 307 14.550
2010 251 0,40% 227 -26,52% 13.943
Tahun 2011 337 34,26% 294 29,52% 17.444
2012 320 -5,04% 287 -2,38% 16.071
2013 413 -29,06% 262 -8,71% 19.804
Hendra Cipto, “Tertangkap "Nyabu" Bareng Mahasiswinya, Guru Besar Unhas Sudah Lama Diincar,http://regional.kompas.com/read/2014/11/14/1421051/Tertangkap.Nyabu.Bareng.Mahasis winya.Guru.Besar.Unhas.Sudah.Lama.Diincar, diakses pada tanggal 13 Januari 2015 3
5
4 5 6 7 8 9
TREND Wiraswasta TREND Petani TREND Buruh TREND Mahasiswa TREND Pelajar TREND Pengangguran TREND
11.258 780 3.598 653 635 6.374
-4,17% 7.480 -33,56% 902 15,64% 3.944 9,62% 518 -20,67% 531 -16,38% 5.701 -10,56%
25,11% 7.730 3,34% 1.079 19,62% 3.525 -10,62% 611 17,95% 605 13,94% 5.107 -10,42%
-7,87% 7.545 -2,39% 1.388 28,64% 4.025 14,18% 710 16,20% 695 14,88% 4.599 -9,95%
23,23% 9.105 20,68% 2.108 51,87% 4.954 23,08% 870 22,54% 1.121 61,29% 5.375 16,87%
Sumber: Polri dan BNN, Maret 2014 Berdasarkan Analisis Data Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika (P4GN) yang dilakukan oleh Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia pada tahun 2009-2013 tersebut di atas, menunjukkan bahwa mahasiswa ikut terlibat dalam peningkatan tindak pidana narkotika di Indonesia. Dapat dilihat dari tabel di atas bahwa mahasiswa yang menjadi penyalahguna dan pengedar narkotika sempat menurun di tahun 2010 sampai 2012, namun terjadi peningkatan kembali di tahun 2013 sebanyak 6,34%. Mahasiswa merupakan suatu fase perubahan dari masa remaja dan masa dewasa. Pertumbuhan seseorang dalam masa remaja menjadi dewasa akan membentuk karakter dan perilaku. Karena itulah bila masa remaja sudah rusak karena narkotika, maka suram atau bahkan hancurlah masa depannya. Pada masa remaja, keinginan untuk mencoba-coba, mengikuti tren dan gaya hidup, serta bersenang-senang besar sekali. Walaupun semua kecenderungan itu wajar-wajar saja, tetapi hal itu bisa juga memudahkan para mahasiswa untuk terdorong menyalahgunakan narkotika. Ini yang mendorong para bandar
6
narkotika membidik para mahasiswa untuk menjadi target pemasarannya. Data menunjukkan bahwa jumlah pengguna narkotika yang paling banyak adalah kelompok usia remaja.4 Masalah menjadi lebih gawat lagi karena penggunaan narkotika, para mahasiswa tertular dan menularkan HIV/AIDS di kalangannya. Hal ini telah terbukti dari pemakaian narkotika melalui jarum suntik secara bergantian. Jika masalah ini tidak dicegah, bangsa ini akan kehilangan generasi akibat penyalahgunaan narkotika dan merebaknya penyakit yang mematikan yakni HIV/AIDS, dan hingga kini belum ditemukan obatnya. Kehilangan generasi muda sama dengan kehilangan sumber daya manusia bagi bangsa. 5 Daerah Istimewa Yogyakarta sejak dahulu dikenal sebagai kota pelajar dikarenakan terdapat banyak sekolah maupun perguruan tinggi yang terdapat di dalam propinsi tersebut. Menurut dinas pendidikan Daerah Istimewa Yogyakarta, terdapat 22 Universitas, 52 Sekolah Tinggi, 5 Institut, 9 Politeknik, dan 42 Akademi di Daerah Istimewa Yogyakarta 6. Angka tersebut merupakan jumlah yang banyak bagi perguruan tinggi di dalam satu Propinsi di seluruh Indonesia. Jumlah perguruan tinggi yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta tersebut, berkorelasi dengan mahasiswa yang menempuh pendidikan di Daerah Istimewa Yogyakarta. Mahasiswa yang belajar tentu saja tidak hanya dari dalam propinsi melainkan dari berbagai macam propinsi dari seluruh Indonesia, apalagi mengingat di Daerah Istimewa Yogyakarta terdapat salah 4
Tim Ahli BNN, 2012, Mahasiswa dan Bahaya Narkotika, BNNP DIY, Yogyakarta, hlm 16 Ibid, hlm 16-17 6 “Jumlah Perguruan Tinggi di DIY”, http://pendidikan-diy.go.id/dikti/home, diakses pada tanggal 13 Januari 2015 5
7
satu Universitas terbaik di Indonesia. Mahasiswa yang datang dari berbagai budaya yang ada di Indonesia juga menyebabkan bercampurnya budaya baik itu adat maupun kehidupan sosial di dalam kehidupan mahasiswa di Daerah Istimewa Yogyakarta. Hal ini menjadi patut diwaspadai karena memberikan kesempatan untuk menjadikan mahasiswa sebagai korban ataupun bahkan justru menambah daftar pelaku penyalahgunaan narkotika di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Berikut merupakan data kasus narkotika di Daerah Istimewa Yogyakarta: Tabel II Data Rekapitulasi Kasus Narkotika DIY Tahun 2013
8
Sumber: BNNP DIY, September 2014 Berdasarkan rekap data tersebut, pada tahun 2013 jumlah penyalahguna di Daerah Istimewa Yogyakarta adalah 336 orang, sedangkan untuk pengedar berjumlah 136 orang dan tidak ada jumlah tersangka yang menanamkan narkotika. Disamping data yang dilaporkan oleh BNNP Daerah Istimewa Yoyakarta tersebut, pada Agustus 2014 Jajaran Satuan Resnarkoba Kepolisian Resort Kota Yogyakarta menangkap empat mahasiswa tersangka penyalahguna narkoba jenis ganja di tempat yang berbeda dengan menyita total ganja 623,2 gram. Keempat tersangka tersebut dikenakan Pasal 111 ayat (1) jo Pasal 127 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 dengan ancaman masing-masing pidana penjara maksimal 12 tahun7. Apabila ditelaah lebih lanjut tentu akan terdapat kasus penyalahgunaan narkotika yang menjerat mahasiswa di Daerah Istimewa Yogyakarta, oleh karena itu hal tersebut juga telah dijadikan fokus utama aparat penegak hukum khususnya Kepolisian Daerah Istimewa Yogyakarta (Polda DIY) untuk memutus jaringan penyalahgunaan Narkotika di kalangan mahasiswa di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Julkifli Marbun, “Polresta Yogyakarta Tangkap Empat Mahasiswa Pengguna Narkoba”, http://www.republika.co.id/berita/nasional/hukum/14/08/19/najq5q-polresta-yogyakarta-tangkapempat-mahasiswa-pengguna-narkoba, diakses pada tanggal13 januari 2015 7
9
Adanya kerja sama aparat penegak hukum maupun instansi khusus yang dibentuk, serta masyarakat guna menanggulangi penyalahgunaan narkotika di kalangan mahasiswa di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta tentu akan sangat baik. Sebagai contoh, pada akhir 2014 kemarin, Kepala Badan Narkotika Nasional Provinsi ( BNNP) DI Yogyakarta mengadakan acara Pemberdayaan Satgas Anti Narkoba di Lingkungan Kampus Dalam Menciptakan Lingkungan Kampus Bebas Narkoba di Kampus di salah satu Universitas Swasta di Yogyakarta yang diikuti oleh 20 kampus terbaik di Yogyakarta.8 Penyalahgunaan
narkotika
di
kalangan
mahasiswa
serta
keprihatinan yang diberikan dari setiap lapisan masyarakat di Daerah Istimewa Yogyakarta membuat penulis ingin meneliti lebih jauh terkait dengan penyalahgunaan narkotika di kalangan mahasiswa. Dalam penulisan hukum ini, penulis mengkhususkan masalah penyalahgunaan narkotika di kalangan mahasiswa pada wilayah Kabupaten Sleman saja karena di dalamnya berdomisili sebagian besar dari jumlah perguruan tinggi yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta. Selain itu di dalam Kabupaten Sleman terdapat salah satu
Universitas terbaik di Indonesia. Berdasarkan uraian di atas, penulis
melakukan penelitian lebih lanjut dengan mengambil judul, “Penanggulangan Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkotika di Kalangan Mahasiswa di Kabupaten Sleman”. B. Perumusan Masalah Ivan Aditya, “Mahasiswa Target Utama Peredaran Narkoba”, http://krjogja.com/read/236962/mahasiswa-target-utama-peredaran-narkoba.kr, diakses pada tanggal 13 Januari 2015 8
10
Bertolak dari latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, rumusan masalah yang diambil dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana upaya yang dilakukan oleh Penyidik, Penuntut Umum, Hakim, dan Satuan Tugas di BNN Kabupaten Sleman dalam menanggulangi tindak pidana penyalahgunaan narkotika di kalangan mahasiswa ? 2. Apa saja faktor penghambat dan pendukung yang dihadapi Penyidik, Penuntut Umum, Hakim, dan Satuan Tugas di BNN Kabupaten Sleman dalam menanggulangi tindak pidana penyalahgunaan narkotika di kalangan mahasiswa? C. Tujuan Penelitian Dalam melakukan penelitian hukum ini, penulis memiliki dua tujuan yaitu: 1.
Tujuan Objektif a. Untuk mengetahui upaya-upaya Penyidik, Penuntut Umum, Hakim, dan Satuan Tugas BNNK Sleman dalam menanggulangi tindak pidana penyalahgunaan narkotika di kalangan mahasiswa. b. Untuk mengetahui faktor penghambat dan pendukung yang dihadapi Penyidik, Penuntut Umum, Hakim, dan Satuan Tugas BNNK
Sleman
dalam
menanggulangi
tindak
pidana
penyalahgunaan narkotika di kalangan mahasiswa. 2.
Tujuan Subjektif yaitu untuk memperoleh data yang akurat guna penyusunan
penulisan
hukum
sebagai
syarat
memperoleh
kesarjanaan dalam bidang ilmu hukum di Universitas Gadjah Mada. D. Manfaat Penelitian
gelar
11
Bertolak dari tujuan penulisan hukum diatas, diharapkan penulisan hukum ini memberikan manfaat berupa: 1.
Kegunaan akademis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu Hukum Pidana khususnya dalam Ilmu Politik Kriminal mengenai penanggulangan tindak pidana penyalahgunaan narkotika di kalangan mahasiswa di Kabupaten Sleman.
2.
Kegunaan praktis Hasil penelitian ini diharapkan mampu dijadikan sebagai masukan bagi para aparat penegak hukum dan seluruh instansi terkait yang ikut dalam menanggulangi tindak pidana penyalahgunaan narkotika khususnya di kalangan mahasiswa di Kabupaten Sleman. Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan pula mampu memberikan informasi kepada masyarakat luas terkait upaya-upaya yang telah dilakukan oleh aparat penegak hukum dalam menanggulangi tindak pidana penyalahgunaan narkotika di kalangan mahasiswa.
12
E. Keaslian Penelitian Berdasarkan penelusuran penulis di Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, terdapat beberapa hasil penelitian yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis, diantaranya: 1.
Penulisan Hukum berjudul “ Penegakan Hukum Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009 Tentang Narkotika Terhadap Penyalahguna Narkotika di Kota Yogyakarta” yang ditulis oleh Setyo Istiawan pada tahun 2013. Penelitian tersebut mengangkat permasalahan sebagai berikut : a.
Bagaimana upaya penegakan hukum Undang-undang Nomor 35 tahun 2009 terhadap penyalahguna narkotika di kota Yogyakarta ?
b.
Apa saja kendala yang dihadapi dalam penegakan hukum Undang-Undang
Nomor
35
tahun
2009
terhadap
penyalahguna narkotika di kota Yogyakarta ?9 2.
Penulisan Hukum berjudul “Pemidanaan Terhadap Anak pelaku Penyalahgunaan Narkotika di Daerah Istimewa Yogyakarta” yang ditulis oleh Sekar Asri Ramadhana pada tahun 2010. Penelitian tersebut mengangkat permasalahan sebagai berikut : a.
Bagaimanakah
pemidanaan
terhadap
anak
pelaku
penyalahgunaan narkotika di Daerah Istimewa Yogyakarta?
Setyo Istiawan, 2013, “Penegakan Hukum Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009 Tentang Narkotika Terhadap Penyalahguna Narkotika di Kota Yogyakarta”, Penulisan Hukum, Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. 9
13
b.
Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi penjatuhan sanksi pidana terhadap anak pelaku penyalahgunaan narkotika di Daerah Istimewa Yogyakarta?10
Melihat dari judul dan rumusan masalah yang digunakan kedua penulis tersebut dalam penelitiannya, jelas menunjukkan perbedaan dengan rumusan masalah yang dipilih penulis dalam penelitian ini, sehingga penelitian yang penulis lakukan ini menghasilkan data yang berbeda pula dengan yang dibuat oleh kedua penulis tersebut di atas.
Sekar Asri Ramadhana, 2010, “Pemidanaan Terhadap Anak pelaku Penyalahgunaan Narkotika di Daerah Istimewa Yogyakarta”, Penulisan Hukum, Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. 10