BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mahasiswa akuntansi merupakan populasi yang diharapkan menjadi akuntan profesional di masa depan yang memiliki kompetensi, integritas, dan kredibilitas tinggi. Ikatan Akuntan Indonesia (2016) menyebutkan bahwa akuntan di Indonesia memiliki prinsip dasar yang menjadi Kode Etik, meliputi tanggung jawab profesi, kepentingan publik, integritas, dan objektivitas. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005), integritas memiliki arti yaitu mutu, sifat, atau keadaan yang menunjukkan kesatuan yang utuh sehingga memiliki potensi dan kemampuan yang memancarkan kewibawaan; kejujuran. Kejujuran dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti sifat jujur, yaitu tidak berbohong dan tidak melakukan sesuatu yang bersifat curang. Dunia profesi akuntansi dikejutkan dengan terjadinya beberapa skandal yang melibatkan akuntan didalamnya. Beberapa kasus yang terjadi di luar negeri, seperti kasus Enron dan KAP Arthur Andersen, WorldCom, dan Toshiba. Sedangkan beberapa kasus yang terjadi di Indonesia, seperti kasus KAP KPMG Siddharta Siddharta dan Harsono, kasus PT KAI, dan kasus sembilan KAP yang melakukan kolusi dengan kliennya. Dalam kasus Enron, perusahaan ini bersalah dalam menggelembungkan nilai labanya sehingga mereka bisa mendapatkan kepercayaan pemegang saham supaya harga saham perusahaan ini tetap tinggi. Dalam hal ini, KAP Arthur
1
Andersen ikut terlibat karena telah menghalangi proses pencarian kebenaran dengan cara memusnahkan seluruh dokumen yang berkaitan dengan jasa auditnya. Kasus terbaru pada tahun 2015, manajemen Toshiba berusaha untuk menunda pembukuan kerugian sehingga laba dapat dibesarkan menjadi sejumlah £ 780 miliar atau setara dengan US$ 1,2 miliar selama periode lima tahun. Skandal yang terjadi di Indonesia, KAP KPMG Siddharta Siddharta dan Harsono melakukan suap terhadap aparat pajak sebesar US$ 75 ribu. Sebagai siasat, diterbitkan faktur palsu untuk biaya jasa profesional KPMG yang harus dibayar kliennya PT Eastman Christensen. Aksi sogok ini menyebabkan kewajiban pajak Eastman menyusut dari yang semula US$ 3,2 juta menjadi hanya US$ 270 ribu. Dalam kasus PT KAI, perusahaan mengumumkan laba sebesar Rp 6,9 miliar pada laporan keuangan tahun 2005, padahal sebenarnya perusahaan mengalami kerugian sebesar Rp 63 miliar. Hal ini terjadi karena PT KAI gagal menagih pajak kepada pihak ketiga selama tiga tahun. Terjadinya skandal akuntansi berkaitan erat dengan etika profesi akuntan, maka pelajaran mengenai etika merupakan hal penting yang harus diberikan kepada mahasiswa sebagai calon akuntan di masa depan. Mahasiswa sering menganggap lumrah hal-hal yang berkaitan dengan berbagai macam kecurangan akademik seperti titip absen, plagiarisme, dan mencontek. Hal ini merupakan sesuatu yang mungkin sudah lumrah terjadi dan dilakukan oleh para mahasiswa. Beberapa alasan melakukan kecurangan akademik adalah karena batas absensi mahasiswa sudah habis, lupa mengerjakan tugas, tidak belajar, dan malas. Adanya praktik kecurangan akademik ini tentunya
2
sudah diketahui pula oleh para dosen maupun staff akademik di lingkungan Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada, namun tanggapan dari para dosen terhadap perilaku kecurangan tersebut berbeda-beda, ada yang tidak diberi sanksi apapun dan ada yang menerapkan sanksi, seperti pemberian nilai E maupun larangan mengikuti ujian. Saat mahasiswa diterima menjadi mahasiswa baru Universitas Gadjah Mada, mahasiswa telah menandatangani surat pernyataan yang berisi poin-poin mengenai hal-hal yang harus disepakati untuk diterapkan dan dihindari. Salah satu poin dalam surat pernyataan itu adalah mahasiswa bersedia untuk dikeluarkan apabila melakukan pelanggaran akademik. Fakultas Ekonomika dan Bisnis khususnya Departemen Akuntansi, mewajibkan mahasiswa mengambil mata kuliah etika bisnis. Mata kuliah ini bertujuan untuk memberi bekal pengetahuan etika dan kesadaran etis kepada para mahasiswa. Dilihat dari tujuan ini, maka diharapkan bahwa kesadaran etis mahasiswa Akuntansi FEB UGM dapat tumbuh sejak dini dan dapat meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam pengambilan keputusan etis, baik saat menjadi mahasiswa, maupun saat nantinya berada di dunia kerja. Menurut Becker et al. (2006), ketidakjujuran di tempat kerja terjadi karena pengaruh dari ketidakjujuran saat duduk di bangku perkuliahan. Mahasiswa yang cenderung terlibat dalam kecurangan akademik akan cenderung melakukan ketidakjujuran di tempat kerja. Hal ini sejalan dengan pendapat Mangan (2006) yaitu terdapat kekhawatiran bahwa jika siswa melihat kecurangan akademik
3
sebagai perilaku normatif, maka mereka juga akan melihat perilaku bisnis yang tidak etis sebagai perilaku normatif. Wimalasiri (2000) menemukan bahwa mahasiswa dan praktisi menunjukkan tingkat sensitivitas yang hampir sama terhadap isu-isu etis. Ini berarti mahasiswa yang melakukan kecurangan akademik saat kuliah memiliki kemungkinan yang lebih besar dalam melakukan tindakan yang tidak etis saat memasuki dunia kerja. Oleh karena itu, jika dalam perkuliahan mahasiswa akuntansi sudah melakukan kecurangan, dikhawatirkan ketika nantinya mereka menjadi akuntan dan terjun di dunia kerja pun akan melakukan kecurangan dan berakibat menurunnya integritas mereka sebagai seorang akuntan. 1.2 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka pertanyaan penelitian dirumuskan sebagai berikut: 1. Apakah terdapat perbedaan frekuensi antara mahasiswa yang sudah mengambil mata kuliah etika bisnis dan mahasiswa yang belum mengambil mata kuliah etika bisnis dalam melakukan kecurangan akademik? 2. Faktor apa saja yang dijadikan sebagai alasan melakukan kecurangan akademik oleh mahasiswa? 3. Faktor apa saja yang menyebabkan mahasiswa enggan melaporkan temantemannya yang melakukan kecurangan akademik kepada dosen maupun staff perkuliahan?
4
4. Apakah terdapat perbedaan integritas antara mahasiswa yang sudah mengambil mata kuliah etika bisnis dan mahasiswa yang belum mengambil mata kuliah etika bisnis? 5. Apakah dengan diwajibkannya mahasiswa mengambil mata kuliah etika bisnis, mahasiswa mendapatkan bekal yang cukup mengenai keputusan etis? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Menganalisis frekuensi terjadinya tindakan kecurangan akademik antara mahasiswa yang sudah mengambil mata kuliah etika bisnis dan mahasiswa yang belum mengambil mata kuliah etika bisnis. 2. Menganalisis faktor-faktor yang menjadi alasan mahasiswa melakukan kecurangan akademik. 3. Menganalisis faktor-faktor yang membuat mahasiswa enggan melaporkan temannya yang melakukan kecurangan akademik. 4. Menganalisis perbedaan integritas antara mahasiswa yang sudah mengambil mata kuliah etika bisnis dan mahasiswa yang belum mengambil mata kuliah etika bisnis. 5. Menganalisis peran mata kuliah etika bisnis dalam meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam membuat keputusan etis sehingga dapat membuat frekuensi terjadinya kecurangan akademik menjadi lebih kecil.
5
1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan setidaknya tiga manfaat, antara lain: 1. Memberikan bukti empiris terkait pengaruh pendidikan etika bisnis terhadap terjadinya kecurangan akademik. 2. Memberikan masukan bagi dunia akademik mengenai pendidikan etika. 3. Memberikan kontribusi bagi penelitian selanjutnya. 1.5 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: BAB I
PENDAHULUAN Bab ini terdiri atas latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II
TELAAH LITERATUR Bab ini berisi teori-teori yang melandasi analisis penelitian.
BAB III
METODA PENELITIAN Bab ini berisi penjelasan mengenai variabel penelitian, ruang lingkup penelitian, sampel penelitian, jenis dan sumber data, metoda pengumpulan data, dan metoda analisis data.
6
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Bab ini berisi penjelasan mengenai pengujian data dan pembahasan hasil survei sesuai dengan alat analisis yang digunakan.
BAB V
PENUTUP Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian, keterbatasan penelitian, dan saran.
7