BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Laporan keuangan merupakan suatu bentuk pertanggungjawaban manajemen dalam mengelola sumber daya perusahaan. Di Indonesia, laporan keuangan harus disusun berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Standar Akuntansi Keuangan (SAK) memberikan kebebasan kepada setiap perusahaan dalam memilih metode akuntansi yang digunakan. Perusahaan memilih metode akuntansi sesuai dengan kondisinya. Untuk mengantisipasi perekonomian yang tidak stabil, maka perusahan harus berhati-hati dalam menyajikan laporan keuangan. Tindakan kehati-hatian tersebut diimplikasikan dengan mengakui biaya atau rugi yang memungkinkan akan terjadi, tetapi tidak segera mengakui pendapatan atau laba yang akan datang walaupun kemungkinan terjadinya besar (Suwardjono, 2005). Bertindak hati-hati di sini dapat dicontohkan melalui pemilihan metode depresiasi yang cenderung menghasilkan beban depresiasi yang nilainya besar. Dengan demikian, nilai laba yang dilaporkan pun akan menjadi lebih kecil. Pada masa sekarang ini, konservatisme dalam dunia akuntansi menjadi suatu perdebatan yang sengit. Alasannya adalah bahwa melalui konservatisme, karakteristik kualitatif informasi akuntansi menjadi diragukan dan kualitas laba pun menjadi dipertanyakan (Sutopo, 2007). Dalam upaya untuk menyempurnakan laporan keuangan tersebut lahirlah konsep konservatisme. Konsep ini mengakui biaya dan rugi lebih cepat, mengakui pendapatan dan untung lebih lambat, menilai aktiva dengan nilai yang terendah, dan kewajiban dengan nilai yang tertinggi (Sari dan Adhariani, 2009). Salah satu prinsip yang dianut dalam proses pelaporan keuangan adalah prinsip konservatisme. Penggunaan prinsip ini didasarkan pada asumsi bahwa perusahaan
Universitas Sumatera Utara
dihadapkan pada ketidakpastian ekonomi dimasa yang akan datang, sehingga pengukuran dan pengakuan untuk angka-angka tersebut dilakukan dengan hati-hati. Di kalangan para peneliti, prinsip konservatisme akuntansi masih dianggap sebagai prinsip yang kontroversial. Di satu sisi, konservatisme akuntansi dianggap sebagai kendala yang akan mempengaruhi kualitas laporan keuangan. Di sisi lain, konservatisme akuntansi bermanfaat untuk menghindari perilaku oportunistik manajer berkaitan dengan kontrak-kontrak yang menggunakan laporan keuangan sebagai media kontrak (Watts, 2003). Tingkatan konservatisme dalam pelaporan keuangan dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal dan internal perusahaan. Faktor-faktor eksternal perusahaan berkaitan dengan lingkungan institusional pelaporan keuangan perusahaan seperti sistem hukum dan penegakan hukumnya serta standar akuntansi yang berlaku di suatu negara (Wardhani, 2009). Lingkungan institusional tersebut akan mempengaruhi tuntutan terhadap manajer perusahaan untuk menyajikan laporan keuangan yang berkualitas guna memberikan proteksi yang baik bagi investor. Sedangkan mengenai standar akuntansi, konservatisme telah atau mungkin masih menjadi salah satu prinsip akuntansi yang paling berpengaruh dalam akuntansi konvensional (Hellman, 2007). Prinsip akuntansi yang berterima umum (Generally Accepted Accounting Principles) memberikan fleksibilitas bagi manajemen dalam menentukan metode maupun estimasi akuntansi yang digunakan. Fleksibilitas tersebut akan mempengaruhi perilaku manajer dalam melakukan pencatatan akuntansi dan pelaporan transaksi perusahaan (Wardhani, 2008). Manajer dapat melakukan pelaporan keuangan yang optimis maupun konservatif, akan tetapi pelaporan yang optimis serta cenderung overstate terkadang menyesatkan dan merugikan pengguna laporan keuangan. Beberapa kasus terkait hal tersebut terjadi di luar negeri dan di Indonesia, sering kali penyajian yang overstate merupakan bentuk kecurangan yang dilakukan oleh manajemen.
Universitas Sumatera Utara
Penelitian yang dilakukan oleh Committee of Sponsoring Organization of the Tradeway Commission (COSO) menyebutkan bahwa lima puluh persen (50%) dari perusahaanperusahaan di AS yang melakukan kecurangan antara tahun 1987 sampai dengan 1997 dengan cara mencatat pendapatan yang prematur atau dengan menciptakan transaksi fiktif (Arens et al, 2011). Selain itu perusahaan yang teridentifikasi melakukan kecurangan, melebihsajikan aset mereka dengan cara melebihkan penilaian aset yang ada, mencatatkan aset fiktif, atau mengkapitalisasi unsur-unsur yang seharusnya dibebankan. Hal tersebut diduga dilakukan oleh manajemen dengan maksud menghindari kerugian sebelum pajak, untuk mematuhi peraturan-peraturan agar saham perusahaan dapat diperjualbelikan di bursa saham nasional, serta meningkatkan harga saham. Motivasi tersebut dilakukan karena secara rata-rata pegawai perusahaan dan dewan direksi memiliki tiga puluh dua persen (32%) saham perusahaan (Arens et al, 2011). Salah satu contoh kasus kecurangan manajemen dengan penyajian yang overstate ialah kasus kecurangan PT. Kimia Farma. Kasus PT. Kimia Farma merupakan salah satu bentuk kecurangan dengan penyajian yang overstated yang terjadi di Indonesia. Pada tahun 2002, terungkap kasus mark-up laporan keuangan PT. Kimia Farma yang lebih saji (overstated) laba yaitu dengan penggelembungan laba bersih tahun 2001 senilai Rp. 36,668 miliar (karena laporan keuangan yang seharusnya Rp. 99,594 miliar ditulis senilai Rp. 132 miliar). Kasus tersebut menunjukkan kurangnya kebijakan konservatisme yang diterapkan perusahaan (Rahmawati, 2010). Kurangnya konservatisme kemungkinan dapat menyesatkan para pengguna laporan keuangan. Penerapan konservatisme dapat dijelaskan melalui konsep positive accounting theory. Teori tersebut menganut paham maksimisasi kemakmuran dan kepentingan pribadi (Ghozali dan Chariri, 2007). Dalam melakukan pilihan untuk bertindak konservatif atau tidak dapat dijelaskan melalui plan bonus hypothesis, debt covenant hypothesis, dan political cost hypothesis. Plan bonus hypothesis memprediksikan bahwa manajer akan berperilaku seiring
Universitas Sumatera Utara
bonus yang akan diberikan (Alfina, 2006), sehingga manajemen akan memilih metode akuntansi yang memaksimalkan utilitasnya (Anggraeni dan Trisnawati, 2008). Komposisi kepemilikan seperti kepemilikan manajerial sangat mungkin mempengaruhi perilaku manajer seiring adanya motif bonus. Kepemilikan manajerial yang tinggi akan mengurangi keinginan manajer memperoleh bonus dari pemegang saham, dan akan lebih berfokus pada kinerja perusahaan untuk melindungi nilai investasi mereka. Penelitian tentang konservatisme telah banyak dilakukan. Faktor-faktor
yang
mempengaruhi konservatisme banyak dijadikan variabel independen oleh para peneliti meliputi Struktur kepemilikan manajerial, Debt covenant, Growth opportunities dan sebagainya. Seperti penelitian Fatmariani (2008) Hasil penelitian membuktikan bahwa Struktur kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan negatif terhadap konservatisme akuntansi, Debt covenant tidak berpengaruh signifikan negatif terhadap konservatisme akuntansi, Growth opportunities berpengaruh signifikan positif terhadap konservatisme akuntansi. Begitu juga dengan Ayu Martaning Yogi Ardina (2012) Variabel yang digunakan adalah Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Publik, Leverage, Ukuran Perusahaan dan arus kas berdasarkan hipotesis akuntansi positif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kepemilikan manajeial, kepemilikan publik, leverage, dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap konservatisme akuntansi di Indonesia. Berdasarkan penelitian ini, hanya arus kas operasi yang berpengaruh positif dan signifikan terhadap konservatisme akuntansi. Selanjutnya Dwi Astarini (2011) variabel independen yang ditelitinya adalah Struktur Kepemilikan, Debt Covenant dan Growth Opportunities Hasil pengujian regresi logistik menunjukkan bahwa variabel struktur kepemilikan (SK) berpengaruh terhadap konservatisme akuntansi, Hasil pengujian regresi logistik menunjukkan bahwa variabel debt covenant (DC) tidak berpengaruh terhadap konservatisme akuntansi, dan Hasil pengujian regresi logistik
Universitas Sumatera Utara
menunjukkan bahwa variabel growth opportunities (GROWTH) tidak berpengaruh terhadap konservatisme akuntansi. Lain halnya dengan Angga Alfian (2013) variabel independen yang digunakannya adalah rasio leverage, ukuran perusahaan, intensitas modal, kepemilikan manajerial, kepemilikan publik, kesempatan tumbuh. Hasil penelitian menunjukan hanya variabel rasio leverage, intensitas modal dan kesempatan tumbuh yang menunjukan hasil berpengaruh signifikan terhadap pemilihan konservatisme akuntansi. Perlunya telaah mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi konservatisme mendorong dilakukannya penelitian ini yang bertujuan menguji dan menganilisis penggunaan perspektif Positive Accounting Theory dalam konservatisme akuntansi perusahaan jasa pada sektor keuangan. Konservatisme dapat dijelaskan
melalui tiga hipotesis yaitu plan bonus
hypothesis, debt covenant hypothesis, dan political cost hypothesis. Plan bonus hypothesis dalam penelitian ini dijelaskan melaui kepemilikan manajerial dan kepemilikan publik, sedangkan debt covenant hypothesis dijelaskan menggunakan rasio leverage dan intensitas modal dan political cost hypothesis dijelaskan menggunakan firm size Selain itu, dalam peneltian ini ditambahkan mengenai pengaruh operating cash flow terhadap konservatisme akuntansi seperti pada penelitian Martani dan Dini (2010). Dan juga pengaruh kesempatan tumbuh terhadap konservatisme akuntansi pada penelitian Angga Alfian (2013). Penambahan variabel operating cash flow dilakukan karena pendapat yang kontra terhadap konservatisme seringkali mengaitkan konservatisme dengan prediksi future cash flow, sehingga dari sisi sebaliknya perlu diuji dan dianalisis mengenai pengaruh cash flow terhadap konservatisme akuntansi. Sama halnya dengan kesempatan tumbuh juga perlu diuji dari sisi sebaliknya dimana suatu kesempatan yang dimiliki perusahaan untuk memperbesar perusahaan dengan cara berinvestasi atau dengan cara membuat cadangan tersembunyi. Pernyataan tersebut didukung oleh pendapat yang menyatakan esensi pertumbuhan bagi suatu perusahaan adalah
Universitas Sumatera Utara
adanya kesempatan perusahaan untuk berinvestasi pada hal-hal yang menghasilkan keuntungan. Untuk meningkatkan kesejahteraan pemegang saham dan memperbesar perusahaan, manajer dapat mengambil kesempatan investasi tersebut. Semakin besar kesempatan investasi yang menguntungkan, maka investasi yang dilakukan akan semakin besar (Chung dan Charoenwong 1991). Berdasarkan uraian diatas maka selanjutnya peneliti bermaksud untuk melakukan pengujian – pengujian variabel berdasarkan hipotesis positive accounting theory terhadap variabel dependen konservatisme akuntansi dengan judul “Pengaruh Perspektif Positive Accounting Theory, Growth Opportunities dan Operating Cash Flow Terhadap Konservatisme Akuntansi Pada Perusahaan Jasa Yang Terdaftar Di BEI Periode 20102013.
Universitas Sumatera Utara
1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah di paparkan diatas, maka rumusan masalah yang akan di teliti dalam penelitian ini adalah : Apakah perspektif positive accounting theory (kepemilikan manajerial, kepemilikan publik, leverage, firm size, intensitas modal), growth opportunities dan operating cash flow berpengaruh secara parsial maupun simultan terhadap konservatisme akuntansi perusahaan jasa yang terdaftar di BEI periode 2010-2013? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah: Untuk mengetahui pengaruh perspektif positive accounting theory (kepemilikan manajerial, kepemilikan publik, leverage, firm size, intensitas modal), growth opportunities dan operating cash flow secara parsial
maupun simultan terhadap
konservatisme akuntansi perusahaan jasa yang terdaftar di BEI periode 2010-2013.
Universitas Sumatera Utara
1.4 Manfaat Penelitian Dari tujuan yang telah dijelaskan diatas, maka manfaat ini adalah: 1.4.1 Menambah pengetahuan dan wawasan mengenai positive accounting theory dan hipotesis-hipotesis
yang terkandung didalamnya juga mengenai
prinsip
konservatisme akuntansi. 1.4.2 Bagi perusahaan diharapkan dapat memberikan informasi sebagai pertimbangan perusahaan untuk melakukan pencatatan akuntansi menggunakan prinsip konservatisme atau optimisme. 1.4.3 Bagi calon investor dan kreditur diharapkan menjadi penuntun dalam membuat keputusan dalam berinvestasi dan memberikan pinjaman melalui laporan keuangan perusahaan, dengan menilai labanya apakah menggunakan prinsip konservatisme atau optimisme. 1.4.4 Bagi akademisi adalah memberi bukti empiris sehingga hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan atau bahan pembanding bagi penelitian lain yang melakukan penelitian sejenis ataupun lebih luas.
Universitas Sumatera Utara