Tugas Makalah Seminar Akuntansi
Standar Akuntansi Keuangan (SAK) Berbasis IFRS - Lanjutan
OLEH KELOMPOK A Tahun Ajaran 2015/2016 Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Hasanuddin [Nama-nama Anggota Kelompok] Muhammad Gladi Reksa
Dhyka Adzani
A31112294
Hasriati
A31110117
Mega Syawaluddin
A31111289
Tommy Sharif
A31112264
A31113536
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Adanya perubahan lingkungan global yang semakin menyatukan seluruh negara di dunia dalam komunitas tunggal, yang dijembatani perkembangan teknologi komunikasi dan informasi yang semakin murah, menuntut adanya transparansi di segala bidang. Standar akuntansi keuangan yang berkualitas merupakan salah satu prasarana penting untuk mewujudkan transparasi tersebut. Standar akuntansi keuangan dapat diibaratkan sebagai sebuah cermin, di mana cermin yang baik akan mampu menggambarkan kondisi praktis bisnis yang sebenarnya. Oleh karena itu, pengembangan standar akuntansi keuangan yang baik, sangat relevan dan mutlak diperlukan pada masa sekarang ini. Terkait hal tersebut, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) sebagai wadah profesi akuntansi di Indonesia selalu tanggapterhadap perkembangan yangterjadi, khususnya dalam halhal yang memengaruhidunia usaha dan profesiakuntan. Hal ini dapat dilihat dari dinamika kegiatan pengembangan standar akuntansi sejak berdirinya IAI pada tahun 1957 hingga kini. Setidaknya, terdapat tiga tonggak sejarah dalam pengembangan standar akuntansi keuangan di Indonesia. Sejak tahun 1994, IAI telah memutuskan untuk melakukan harmonisasi dengan standar akuntansi internasional dalam pengembangan standarnya. Dalam perkembangan selanjutnya, terjadi perubahan dari harmonisasi ke adaptasi, kemudian menjadi adopsi dalam rangka konvergensi dengan International Financial Reporting Standards (IFRS). Program adopsi penuh dalam rangka mencapai konvergensi dengan IFRS direncanakan dapat terlaksana pada tahun yang telah ditargetkan. Saat ini IFRS belum menjadi one global accounting standard. Standar ini telah digunakan oleh lebih dari 150-an negara, termasuk Jepang, China, Kanada dan 27 negara Uni Eropa. Negara-negara tersebut telah mewajibkan laporan keuangan mereka menggunakan IFRS untuk semua perusahaan domestik atau perusahaan yang tercatat (listed). Bagi Perusahaan yang go international atau yang memiliki partner dari Uni Eropa, Australia, Russia dan beberapa negara di Timur Tengah memang tidak ada pilihan lain selain menerapkan IFRS. Proses yang panjang tersebut akhirnya menjadi apa yang disebut IFRS, yang merupakan suatu tata cara bagaimana perusahaan menyusun laporan keuangannya berdasarkan standar yang bisa diterima secara global. Jika sebuah negara beralih ke IFRS, artinya negara tersebut sedang mengadopsi bahasa pelaporan keuangan global yang akan membuat perusahaan (bisnis) bisa dimengerti oleh pasar dunia. Namun, beralih ke IFRS bukanlah sekedar pekerjaan mengganti angka-angka di laporan keuangan, tetapi mungkin akan mengubah pola pikir dan cara semua elemen di dalam perusahaan. (Akuntan Indonesia edisi 17:2009).
B. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dari makalah ini, yaitu : 1. Bagaimana model dan format standar akuntansi keuangan berbasis IFRS? 2. Bagaimana perlakuan SAK berbasis IFRS dalam pelaporan keuangan? 3. Apa isu-isu krusial terkait standar akuntansi keuangan berbasis IFRS?
BAB II PEMBAHASAN Standar Akuntansi Keuangan (SAK) adalah suatu kerangka dalam prosedur pembuatan laporan keuangan agar terjadi keseragaman dalam penyajian laporan keuangan. Standar Akuntansi Keuangan (SAK) merupakan hasil perumusan Komite Prinsipil Akuntansi Indonesia pada tahun 1994 menggantikan Prinsip Akuntansi Indonesia tahun 1984. SAK di Indonesia menrupakan terapan dari beberapa standard akuntansi yang ada seperti, IAS,IFRS,ETAP,GAAP. Selain itu ada juga PSAK syariah dan juga SAP. Selain untuk keseragaman laporan keuangan, Standar akuntansi juga diperlukan untuk memudahkan penyusunan laporan keuangan, memudahkan auditor serta Memudahkan pembaca laporan keuangan untuk menginterpretasikan dan membandingkan laporan keuangan entitas yang berbeda. Di Indonesia sejak tahun 2012 SAK yang diterapkan telah berbasis IFRS. Secara garis besar ada empat hal pokok yang diatur dalam standar akuntansi.
Yang pertama berkaitan dengan Definisi Elemen Laporan Keuangan atau informasi lain yang berkaitan. Definisi digunakan dalam standar akuntansi untuk menentukan apakah transaksi tertentu harus dicatat dan dikelompokkan ke dalam aktiva, hutang,
modal, pendapatan dan biaya. Yang kedua adalah Pengukuran Dan Penilaian. Pedoman ini digunakan untuk menentukan nilai dari suatu elemen laporan keuangan baik pada saat terjadinya transaksi keuangan maupun pada saat penyajian laporan keuangan (pada tanggal
neraca). Hal ketiga yang dimuat dalam standar adalah Pengakuan, yaitu kriteria yang digunakan untuk mengakui elemen laporan keuangan sehingga elemen tersebut dapat
disajikan dalam laporan keuangan. Yang terakhir adalah Penyajian Dan Pengungkapan laporan keuangan. Komponen keempat ini digunakan untuk menentukan jenis informasi dan bagaimana informasi tersebut disajikan dan diungkapkan dalam laporan keuangan. Suatu informasi dapat disajikan dalam badan laporan (Neraca, Laporan Laba/Rugi) atau berupa penjelasan (notes) yang menyertai laporan keuangan (Chariri, 2009).
Model dan Format Standar Akuntansi Keuangan Berbasis
IFRS Komponen Laporan Keuangan lengkap terdiri dari : 1. Laporan Posisi Keuangan Informasi yg disajikan dalam laporan posisi keuangan yaitu pembedaan aset lancar dan tidak lancar, liabilitas jangka pendek dan jangka panjang. Ada dua model Laporan Posisi Keuangan yang lumrah digunakan, yaitu :
Bentuk yang menyerupai T-Account: Kelompok “Aset” diletakkan di sisi kiri,
sementara kelompok “Liabilitas dan Ekuitas Pemegang Saham” di sisi kanan laporan. Bentuk yang menyerupai Ledger (Buku Besar): Kelompok “Aset” diletakan di bagian atas laporan, diikuti oleh kelompok “Liabilitas dan Ekuitas Pemegang Saham” di bawahnya.
2. Laporan Laba Rugi Komprehensif Informasi yang disajikan dalam laporan laba rugi komprehensif yaitu laba rugi selama periode dan pendapatan komprehensif selama periode. Terdapat 2 metode menyajikan laporan laba rugi komprehensif yaitu:
Dalam bentuk satu laporan laba rugi komprehensif Dalam bentuk dua laporan: (a) laporan yang menunjukkan komponen laba rugi (laporan laba rugi terpisah) dan (b) laporan yang dimulai dengan laba rugi dan menunjukkan komponen pendapatan komprehensif lain (laporan laba rugi komprehensif).
3. Laporan Perubahan Ekuitas Informasi yang disajikan dalam laporan perubahan ekuitas yaitu :
Laba (rugi) bersih periode bersangkutan. Setiap akun yang berdasarkan PSAK terkait diakui secara langsung dalam ekuitas Pengaruh kumulatif dari perubahan kebijakan akuntansi dan koreksi atas kesalahan
mendasar, yaitu berupa: (a) Efek Kumulatif atas Perubahan Kebijakan Akuntansi (b) Koreksi atas Kesalahan Mendasar, Transakasi Modal Saldo laba/rugi pada awal dan akhir periode, yang dibagi dalam : (a) Yang telah ditentukan penggunaannya (b) Yang belum ditentukan penggunaanya Rekonsiliasi antara nilai tercatat dari masing-masing jenis modal
4. Laporan Arus Kas
Laporan Arus Kas menyajikan arus kas selama periode tertentu dan dikelompokkan menurut klasifikasi aktivitas sebagai berikut:
Arus Kas dari aktivitas Operasi. Arus Kas dari aktivitas Investasi Arus Kas dari aktivitas Pendanaan.
5. Catatan Atas Laporan Keuangan Menyajikan informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan
akuntansi tertentu Mengungkapkan informasi yang disyaratkan SAK yang tidak disajikan di bagian
manapun dalam laporan keuangan Memberikan informasi yang tidak disajikan di bagian manapun dalam laporan keuangan, tetapi informasi tersebut relevan untuk memahami laporan keuangan.
Basis Pengukuran :
Biaya Perolehan Biaya Kini Nilai Realisasi dan Penyelesaian Nilai Sekarang.
SAK Berbasis IFRS dalam Pelaporan Keuangan 1. Laporan Posisi Keuangan Laporan posisi keuagan atau yang sering disebut neraca, melaporkan asset, liabilitas, dan modal entitas pada tanggal tertentu. Laporan ini merupakan sumber informasi utama tentang posisi keuangan entitas karna merangkum elemen-elemn yang berhubungan langsung dengan pengukuran posisi keuangan, yaitu asset, liabilitas, adan ekuitas. Kegunaan laporan posisi keuangan secara umum adalah untuk menilai resiko-resiko entitas masa depan. Tujuan penggunaan laporan posisi keuangan menggunakan laporan ini adalah sebagai berikut:
Mengevaluasi struktur pendanaan Menganalisis likuiditas Menilai solvabilitas Menilai fleksibelitas keuangan. (Dwi Martini:2012) Pos-pos lini berikut, sebagai sesuatu minimum yang harus disajikan di dalam laporan
posisi keuangan :
Aset. Asset adalah sumberdaya yang dikuasai oleh entitas sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi dimasa depan diharapkan akan diperoleh entitas. Yang termasuk asset (IAS 1): Properti, pabrik dan peralaan, investasi properti, aset tidak berwujud, aset keuangan, investasi yang dicatat dengan metode ekuitas, aset pertanian, aset pajak tangguhan, aset pajak kini, persediaan, piutang dagang, piutang
lain-lain, kas dan setara kas. Ekuitas. Ekuitas adalah hak residual atas asset entitas setelah dikurangi semua liabilitas. Yang termasuk ekuitas (IAS 1): Modal dan cadangan modal yang diterbitkan yang diatribusikan kepada pemegang ekuitas perusahaan induk, dan
pemilik minoritas. Liabilitas. Liabilitas merupakan kewajiban entitas masa kini yang timbul dari peristiwa masa lalu, penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus keluar sumberdaya entitas yang mengandung manfaat ekonomi. Yang termasuk liabilitas (IAS 1): Hutang pajak tangguhan, hutang pajak kini, hutang keuangan, provisi dan
hutang usaha dan hutang lainnya. Aset dan Liabilitas yang dimiliki unntuk dijual. Total aset yang diklasifikasikasn sebagai dimiliki untuk dijual termasuk didalamnya kelompok yang dihentikan yang diklasifikasikan sebagai yang dimiliki untuk dijual, dan liabilitas termasuk di dalam kelompok yang dihentikan yang diklasifikasikan sebagai yang memiliki untuk dijual sesuai Standar Pelaporan Keuangan Internasional (IFRS) 5 mengenai Aset Tidak Lancar Yang Dimiliki Untuk Dijual Dan Penghentian Operasi. (Ankarath danMartani:2012)
Asset Lancar dan Tidak Lancar Asset lancar menurut PSAK dan IFRS:
Mangharapkan untuk merealisasikan asset, atau bermaksud untuk menjual dan
mengkonsumsinya dalam siklus operasi normalnya. Asset yang dimiliki dengan tujuan untuk diperdagangkan. Asset yang diharapkan akan terealisai dalam jangka waktu 12 bulan sejak periode
pelaporan. Berupa kas dan setara kas, kecuali dibatasi pertukaran atau penggunaannya untuk menyelesaikan liabilitas sekurang-kurangnya 12 bulan setelah periode akuntansi.
Asset yang tidak termasuk dalam kategori diatas termasuk asset tidak lancar antara lain:
Investasi jangka panjang Asset tetap. Aset tak berwujud Asset lain yang bersifat tidak lancar.
Liabilitas Jangka Pendek (Lancar) Dan Jangka Panjang (Tidak Lancar) Entitas mengklasifikasikan suatu utang lancer PSAK 1 (revisi 2009) dan IFRS:
Mengharapkan akan diselasikan dalam siklus operasi normalnya. Liabilitas yang dimiliki untuk tujuan yang diperdagangkan misalnya instrument derivative (PSAK 1), namun sebuah perubahan terhadap IAS 1 akibat dari proyek perbaikan tahunan baru-baru inimengklasifikasikan liabilitas yang dimiliki untuk dijual dan derivative tidak memerlukan unutk diklasifikasikan sebagai liabilitas
lancar. Liabilitas jatuh tempo untuk dilunasi dalam 12 bulan setelah tanggal pelaporan. Entitas tidak memiliki hak yang tidak kondisional untuk menangguhakan
penyelesaian liabilitas paling tidak un utk 2 bulan setelah pelaporan. Liabilitas yang tidak termasuk kategori diatas diklasifikasikan sebagai liabilitas jangka panjang.
2. Laporan Laba-Rugi Komprehensif Laporan laba rugi komprehensif adalah laporan yang mengukur keberhasilan kinerja perusahaan selama periode tertentu. Informasi kinerja perusahaan digunakan untuk menilai dan memprediksi jumlah dan waktu atas ketidak pastian arus kas masa depan. IAS 1 menawarkan pilihan penyajian terhadap semua pendapatan dan beban yang diakui di dalam suatu periode; dalam pelaporan tunggal; atau dalam dua laporan; yaitu suatu laporan yang menggambarkan komponen laba atau rugi, bersamaan dengan laporan yang berawal dengan laba atau rugi dan menggambarkan komponen perdapatan atau rugi komprehensif lain. Standar menetapkan, sebagai suatu yang minimum, pos-pos lini berikut harus disajikan didalam suatu laporan laba-rugi komprehensif :
Pendapatan, biaya keuangan, bagian dari laba atau rugi dari perusahaan asosiasi dan perusahaan patungan yang dicatat dengan menggunakan metode ekuitas, beban pajak, jumlah yang diharuskan untuk diungkapkan menurut Standar Pelaporan Keuangan
International ( IFRS ) 5 yang terkait dengan penghentian operasi. Laba atau rugi periode pelaporan. Setiap komponen laba-rugi komprehensif lainnya diklasifikasikan berdasarkan
sifatnya. Setiap bagian dari laba-rugi komprehensif lainnya dari perusahaan asosiasi dan perusahaan joint renture yang dicatat dengan menggunakan metode ekuitas, dan
Total laba-rugi komprehensif. Laba atau rugi periode pelaporan sama halnya dengan total laba-rugi komprehensif
untuk periode yang diatribusikan kepada pemilik non-pengendali dan pemilik perusahaan induk diharuskan untuk diungkapkan secara terpisah. Karena IAS 1 menguraikan pengungkapan minimum pos lini, maka suatu entitas diijinkan menyajikan tambahan pos lini, dan subtotal di dalam laporan laba-rugi komprehensif dan laporan laba rugi terpisah (jika entitas boleh memilih untuk menyajikan laporan ini). Tambahan pengungkapan semacam ini diizinkan bilamana penyajian semacam ini adlaah relevan dengan suatu pemahaman mengenai kinerja keuangan entitas. Suatu entitas harus mengakui semua pos pendapatan dan beban dalam suatu periode yang memperoleh laba atau rugi, kecuali Standar Pelaporan Keuangan Internasional (IFRS) mensyaratkan atau mengizinkannya. Suatu entitas harus menyajikan suatu entitas analisis beban yang diakui dalam laba atau rugi, dengan menggunakan suatu klasifikasi atas dasar sifat atau fungsinya didalam entitas, memberikan informasi manakah yangdapat diandalkan dan lebih relevan. 3. Laporan Perubahan Ekuitas Sebuah entitas diharuskan untuk mengajukan suatu laporan perubahan ekuitas dengan memperlihatkan :
Total laba-rugi komprehensif untuk periode bersangkutan ( secara terpisah mengungkapkan jumlah yang diatribusikan kepada pemilik perusahaan induk dan
kepada pemilik non-pengendali). Untuk setiap komponen ekuitas, dampak dari penerapan berlaku surut atau pernyataan kembali yang berlaku surut diharuskan oleh IAS 8 mengenai kebijakan akuntansi,
perubahan entitas akuntansi, dan kesalahan. Untuk setiap komponen ekuitas, rekonsiliasi antara jumlah tercatat pada awal dan akhir periode, secara terpisah mengungkapkan perubahan yang diakibatkan oleh laba atau rugi, setiap pos dari laba-rugi komprehensif lain, transaksi dengan pemilik, yang memperlihatkan kontribusi secara terpisah oleh dan distribusi kepada pemilik dan perubahan atas hak kepemilikan pada anak perusahaan yang tidak menyebabkan kehilangan kendali. Menurut PSAK 1 (revisi 2009) Penyajian Laporan Keuangan, laporan perubahan
ekuitas untuk suatu periode tertentu berisi informasi sebagai berikut.
Total Laba Rugi Komprehensif, dengan penyajian terpisah untuk jumlah yang dialokasikan untuk pemilik induk perusahaan dan alokasi untuk kepentingan
nonpengendali. Dampak setiap pengaruh penerapan retrospektif atau penyajian kembali unutk setiap
komponen ekuitas. Rekonsialiasi atau perubahan selama periode berjalan untuk setiap komponen ekuitas yang dihasilkan dari laba atau rugi setiap pos dari pendapatan komprehensif lain, serta
transaksi dengan pemilik, seperti tambahan modal atau penarikan. Dividen yang diakui dan jumlah dividen per saham. ( Dwi Martani:2012)
4. Laporan Arus Kas Prisip Prinsip IAS7 (Statement Of Cash Flow) Sesuai dengan kesepakatan pemerintah Indonesia sebagai anggota G20. IFRS/IAS yang akan diadopsi ke dalam PSAK 2 pada Tahun 2010 salah satunya adalah IAS 7 tentang cash flow statements. Informasi tentang arus kas suatu perusahaan berguna bagi para pemakai laporan keuangan sebagai dasar untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas dan menilai kebutuhan perusahaan untuk menggunakan arus kas tersebut. Di Indonesia informasi tentang arus kas diatur dalam PSAK 2, dimana pernyataan tersebut mencakup pengaturan mengenai komponen, pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan laporan arus kas dalam laporan keuangan. Menurut IAS7 ( statement of cash flows ), arus kas adalah arus masuk dan arus keluar kas atau setara kas. Kas sendiri terdiri dari kas di tangan ( cash on hand ) dan rekening deposito. Penyajian Laporan Arus Kas Arus kas harus dianalisis antara operasi, investasi dan pendanaan. prinsip-prinsip kunci yang ditetapkan oleh IAS 7 untuk penyusunan laporan arus kas adalah sebagai berikut:
Operating activities / aktivitas operasi adalah aktivitas penghasil utama pendapatanentitas yang tidak investasi atau pendanaan, arus kas operasi sehingga mencakup
kasyang diterima dari pelanggan dan kas kepada pemasok dan karyawan. Investing activities / aktivitas investasi adalah perolehan dan pelepasan aset jangka
panjang dan investasi lainnya yang tidak dianggap sebagai setara kas. Financing activities / aktivitas pendanaan adalah kegiatan yang mengubah struktur modal dan pinjaman dari badan.
Arus kas bunga dan dividen yang diterima dan dibayarkan dapat diklasifikasikan sebagaiaktivitas operasi, investasi, atau pembiayaan, asalkan diklasifikasikan secara
konsistendari waktu ke waktu. Arus kas yang berasal dari pajak atas penghasilan biasanya diklasifikasikan sebagaiaktivitas operasi, kecuali mereka secara khusus dapat diidentifikasi dengan
pembiayaanatau investasi aktivitas. Untuk operasi arus kas, metode langsung penyajian dianjurkan, tetapi metode tidak langsung diterima.
5. Catatan Atas Laporan Keuangan Catatan adalah suau bagian yang sangat penting dan bagian yang integral dari laporan keuangan karena memberikan rincian mengenai pos-pos yang disajikan di dalam komponen lain dari laporan keuangan sebagai tambahan dalam penyediaan informasi mengenai dasar penyusunan laporan keuangan, dan kebijakan akuntansi tertentu yang digunakan di dalam penyusunan laporan keuangan tersebut. Pengungkapan Kebijakan Akuntansi Suatu entirtas harus mengungkapkan secara ringkas kebijakan akuntani yang signifikan :
Dasar pengukuran (atau basis) yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan, dan kebijkan akuntansi lainnya yang digunakan adalah relevan bagi suatu pemahaman
laporan keuangan. Pertimbangan. Bagian dari estimasi yang terkait bahwa manajemen melaksanakan proses penerapan kebijakan akuntansi dan yang paling signifikan atas jumlah yang
diakui di dalam laporan keuangan. Informasi mengenai asumsi yang terjadi di masa datang , dan sumber utama lainnya mengenai ketidakpastian padaa khir periode pelaporan.
Pengungkapan lain-lain Suatu entitas harus mengungkapkan didalam catatan :
Jumlah dividen yang diusulkan atau dideklarasikan sebelum laporan keuangan diotorisasi untuk diterbitkan tetapi tidak diakui sebagai suatu distribusi kepada
pemilik selama periode yang bersangkutan, dan terkait jumlah per lembar sham. Jumlah akumulasi dividen saham preferan yang tidak diakui.
Informasi yang menjadikan pengguna laporan keuangnya untuk mengevaluasi tujuan , kebijakan dan proses entitas untuk pengelolaan modal. Suatu entitas harus menggunakan hal berikut apabila tidak diungkapkan dalam
informasi yang diterbitkan dengan laporan keuangan :
Domisili dan bentuk hukum entitas, negara asal perusahaannya, alamat kantor
terdaftar (tempat bisnis utama). Suatu deskripsi sifat kegiatan operasional entitas dan aktivitas utamanya. Nama perusahaan induk dan perusahaan induk utama dari kelompok.
Isu-isu Krusial terkait SAK berbasis IFRS Tiga permasalahan utama yang dihadapi oleh Indonesia dalam melakukan adopsi penuh IFRS : 1. Kurang siapnya infrastruktur seperti DSAK (Dewan Standar Akuntansi Keuangan) sebagai financial accounting standard setter di Indonesia. Dewasa ini banyak munculnya perusahaan yg bergerak dalam financial,dan mereka memiliki suatu sistem dlm mengatur financialnya masing-masing. Sedangkan sistem tsb belum tentu memenuhi kriteria SAK, seharusnya DSAK dan Pemerintah bekerjasama untuk dapat mengaudit atau mengecek perusahaan tst agar memenuhi SAK. 2. Kondisi peraturan perundang-undangan yang belum tentu sinkron dengan IFRS. Pemerintahan Indonesia dalam membuat RUU mempertimbangan beberapa hal yang mempengaruhi perekonomian Indonesia, sehingga perundang-undangan yang ada belum tentu sinkron dengan IFRS. 3. Kurang siapnya sumber manusia dan dunia pendidikan di Indonesia. Pengaruh pendidikan, sumber daya manusia dan perekonomian sangat kuat, dalam hal ini peran pemerintah sangat penting dalam menciptakan SDM yang baik untuk memperlancar Pembangunan. Permasalahan lainnya yang dihadapi dalam impementasi dan adopsi IFRS yaitu : 1. 2. 3. 4.
Translasi Standar Internasional Ketidaksesuaian Standar Internasional dengan Hukum Nasional Struktur dan Kompleksitas Standar Internasional Frekuensi Perubahan dan Kompleksitas Standar Internasional Seperti contoh IFRS
menekankan pada fair value dan meninggalkan historical value. 5. Seperti yang diketahui perekonomian Indonesia adalah berasaskan kekeluargaan. Akan tetapi semakin ke depan perekonomian Indonesia akan mengarah pada Kapitalis. Tidak bisa dipungkiri lagi kebudayaan negara barat(negara capital) dapat
mempengaruhi seluruh pola hidup dan pola pikir masyarakat Indonesia dari kehidupan sehari-hari hingga permasalahan ekonomi.
BAB III PENUTUP Kesimpulan Secara garis besar ada empat hal pokok yang diatur dalam standar akuntansi. Yang pertama berkaitan dengan Definisi Elemen Laporan Keuangan atau informasi lain yang berkaitan. Yang kedua adalah Pengukuran Dan Penilaian. Hal ketiga yang dimuat dalam standar adalah Pengakuan, yaitu kriteria yang digunakan untuk mengakui elemen laporan keuangan sehingga elemen tersebut dapat disajikan dalam laporan keuangan. Yang terakhir adalah Penyajian Dan Pengungkapan laporan keuangan. Standar pelaporan akuntansi berbasis IFRS memiliki lima komponen yaitu laporan posisi keuangan, laporan laba-rugi komprehensif, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan. Masing-masing dari komponen ini memiliki aturan masing-masing dalam penyusunan elemen dalam tiap laporan. Aturan terkandung dalam PSAK yang berbasis IFRS. Sedangkan terkait isu-isu kritis dalam penerapan IFRS yaitu kurang siapnya infrastruktur, kondisi peraturan perundang-undangan yang belum tentu sinkron dengan IFRS, ketidaksesuaian standar internasional dengan hukum nasional, kurang siapnya sumber manusia dan dunia pendidikan di Indonesia dll.
Daftar Pustaka Syaiful Amri. 2015. IFRS vs SAK : Apa saja perbedaan yang terlihat. (http://zahiraccounting.com/id/blog/ifrs-vs-sak-apa-saja-perbedaan-yangterlihat/) Mr.JAK. 2012. Contoh Format Laporan Posisi Keuangan (Neraca). (http://jurnalakuntansikeuangan.com/2012/05/contoh-format-laporanposisi-keuangan-neraca/) Mytrf. 2013. Penyajian Laporan Keuangan. (https://mytrf.wordpress.com/2013/10/03/penyajian-laporan-keuangan/) Eza Asbel. 2012. Dampak Penerapan IFRS di Indonesia. (http://ezaasbel.blogspot.co.id/2012/11/dampak-penerapan-ifrs-diindonesia.html#!/tcmbck) Siti Nurlola. 2012. Masalah-masalah IFRS. (http://hati-sitinurlola.blogspot.co.id/2012/03/masala-masalah-ifrs.html) Herni Setya Pratiwi. 2012. IFRS & SAK. (http://hernisetya14.blogspot.co.id/) Magister Akuntansi. 2014. Contoh laporan keuangan sesuai IFRS. (http://magisterakutansi.blogspot.com/2013/03/contoh-laporan-keuangansesuai-ifrs.html)