BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Ketersediaan input pertanian dan bahan baku dalam proses produksi juga merupakan bagian yang tidak dapat dilepaskan dalam kaitannya dengan keperluan menghasilkan output pertanian. Rendahnya aksesibilitas terhadap bibit dan pupuk akhir-akhir ini telah mempengaruhi proses produksi diluar faktor eksternalitas seperti perubahan iklim dan jumlah curah hujan yang diinginkan. Penyediaan faktor produksi bibit dan pupuk juga membutuhkan biaya karena kelangkaan penawaran dan harganya yang melonjak dan hampir tidak dapat dikendalikan. BMT Bahtera Pekalongan sebagai Lembaga Keuangan Syariah yang bergerak dibidang simpan pinjam memberikan fasilitas pembiayaan untuk mendorong tumbuhnya usaha anggota dengan cara menyalurkan pembiayaan kepada anggota yang kekurangan modal dan dukungan bagi pengembangan usahanya, salah satu solusinya yaitu dengan pembiayaan Bina Agrobisnis karena dengan pembiayaan tersebut bisa membantu para petani untuk mengembangkan usaha pertaniannya. BMT Bahtera adalah Baitul Maal Bahtera adalah Baitul Maal Bahtera adalah Lembaga Keuangan Ekonomi Mikro Syariah (LKMS) “BINA SEJAHTERA” yang berbadan hukum koperasi dan bergerak dalam bisnis (profit oriented) dan sosial. Eksistensi Baitul Maal Bahtera
1
2
diakui dengan diterbitkannya SK Walikota Pekalongan Nomor : 451.1/02711 Tgl. 29 Desember 2004. Dan telah resmi sebagai Mitra Pengelola Zakat (MPZ) Dompet Dhuafa dengan SK Direktur LAZ Dompet Dhuafa Nomor : 880/ DD/ SK-Direktur/IX/2012 tertanggal 12 September 2012. Penulis memilih BMT Bahtera Pekalongan sebagai tempat penelitian, karena melihat asset, data perkembangan BMT Bahtera yang selalu meningkat setiap tahunnya. Tabel 1.1 Perkembangan Asset BMT Bahtera Pekalongan Tahun 2011 s.d 2014 Tahun
Asset
Anggota
2011
41.708.797.518,94
22.704
2012
54.454.862.940,56
21.897
2013
63.611.275.045,93
22.632
2014
91.424.383.065,41
28.531
Keadaaan
usaha
anggota
BMT
BAHTERA
Pekalongan
mempunyai anggota dan calon anggota yang terdiri dari berbagai tingkatan masyarakat dengan berbagai macam usahanya, namun sebagian besar adalah masyarakat berekonomi menengah ke bawah.
3
Adapun klasifikasi keadaan usaha anggota dan calon anggota yang dilayani dalam pembiayaan dan simpanan adalah sebagai berikut : Tabel 1.2 Klasifikasi keadaan usaha dan calon anggota Jenis Pekerjaan
Jumlah Anggota
Petani
10 orang
Industri
3 orang
Pedagang
2.195 orang
Keuangan, persewaan, jasa
14 orang
Lain-lain
30 orang
Total
2.252 orang (data per Desember 2014)
Selain itu, di BMT Bahtera Pekalongan terdapat produk Bina Agrobisnis
yaitu
pembiayaan
untuk
para
petani
yang
akan
mengembangkan usahanya. Penulis tertarik untuk meneliti tentang Implementasi Pengelolaan Risiko Pembiayaan Bina Agrobisnis karena ingin mengetahui apabila adanya risiko yang terjadi bagaimana kebijakan BMT Bahtera Pekalongan. Dari sekian banyak produk dilihat dari sisi risiko, produk pembiayaan bina agrobisnis yang memiliki tingkat risiko besar, karena dalam pertanian risiko dari alam mengikuti terlaksananya panen. Tujuan perusahaan dapat dicapai melalui berbagai alternatif yang masing-masing mendatangkan jumlah pendapatan serta risiko dan
4
ketidakpastian yang berbeda-beda besarnya. Hal ini mengakibatkan munculnya salah satu fungsi dalam manajemen keuangan dan pembiayaan yaitu mengvaluasi besarnya pendapatan serta risiko dan ketidakpastian dari setiap cara investasi. Di dalam bidang keuangan hal-hal yang tidak diinginkan dapat terjadi, umpamanya karena soal-soal keluar masuk uangatau pinjam meminjam modal. Dalam hal pinjam-meminjam modal, kemampuan untuk menanggung risiko adalah syarat penting. Terutama dalam bidang pertanian, utang tidak dapat atau sukar dibayar karena produksi tertanggung oleh bencana alam yang tidak dapat diramalkan sebelumnya seperti banjir, hama, dan kekeringan. Macam risiko dan ketidakpastian dibidang pertanian dibandingkan dengan bidang lain-lainnya lebih mengharuskan petani memiliki kemampuan untuk menanggulangi risiko perusahaan apabila mau meminjam modal. Ini disebabkan penerimaan dan pengeluaran di bidang pertanian lebih tidak stabil, sedangkan risiko dan ketidakpastian dalam mengelola perusahaan agribisnis dan mengurus keluarga petani lebih besar daripada bidang lain-lainnya.1 Berikut ini terdapat tabel nasabah yang mengalami pembiayaan macet pada pembiayaan bina agrobisnis di BMT Bahtera Peklaongan pada tahun 2014
1
Halimah W. Kadarsan, Keuangan Pertanian dan Pembiayaan Perusahaan Agribisnis,(Jakarta : PT. Gramedia Pustaka, 1995) hlm.174
5
Tabel 1.3 Kredit Macet Bina Agrobisnis Tahun 2014
Masa Pinjaman
Maksimum
NO
Pembiayaan
Outstanding Pokok
Tunggakan Pokok
Tunggakan Margin
Kol
Realisasi
JKW
J. Tempo
1
11/6/2013
24
11/6/2015
80,000,000.00
49,806,000.00
8,640,000.00
D
2
28/03/2014
4
25/07/2014
30,000,000.00
30,000,000.00
2,400,000.00
M
3
22/08/2013
36
22/08/2016
20,000,000.00
17,776,000.00
4,800,000.00
M
4
4/9/2013
24
4/9/2015
5,000,000.00
3,751,000.00
1,875,999.95
900,000.00
D
5
24/07/2014
2
24/09/2014
5,000,000.00
5,000,000.00
5,000,000.00
0
M
JUMLAH
140,000,000.00 106,333,000.00
6,875,999.95 16,740,000.00
Berdasarkan uraian singkat diatas penyusun tertarik melakukan penelitian di BMT Bahtera karena di BMT Bahtera Pekalongan. Terdapat Pembiayaan
Bina
“IMPLEMENTASI
Agrobisnis.
Maka
PENGELOLAAN
penulis RISIKO
memilih
judul
PEMBIAYAAN
BINA AGROBISNIS DI BMT BAHTERA PEKALONGAN”
B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana mekanisme pengelolaan pembiayaan Bina Agrobisnis di BMT Bahtera Pekalongan? 2. Bagaimana implementasi pengelolaan risiko pembiayaan Bina Agrobisnis di BMT Bahtera Pekalongan?
6
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian Tujuan penelitian ini sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui penerapan analisa risiko pembiayaan Bina Agrobisnis di BMT Bahtera Pekolongan. 2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi pengelolaan risiko pembiayaan Bina Agrobisnis di BMT Bahtera Pekalongan. Kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Secara praktis -
Peneliti Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi penulis dan masyarakat dalam menambah ilmu pengetahuan dalam bidang risiko pembiayaan.
-
BMT (Baitul Maal Wattamwil) Dapat dijadikan bahan pertimbangan di BMT Bahtera Pekalongan dalam menganalisa calon nasabah yang dibiayai agar lebih selektif dan lebih berhati-hati.
-
Nasabah Dapat
dijadikan
pengetahuan
nasabah
agar
mengetahui
pengelolaan risiko yang ada di BMT Bahtera Pekalongan terkait produk ini.
7
2. Secara teoritis a. Memberikan gambaran mengenai pengelolaan risiko pembiayaan Bina Agrobisnis yang ada di BMT Bahtera Pekalongan. b. Mengembangkan pemikiran dan kemampuan penulis sesuai dengan jurusan yang telah diambil, sehingga dapat mempersiapkan diri dalam dunia Perbankan Syariah pada umumnya dan lembaga keuangan pada khususnya.
D. Penegasan Istilah Selanjutnya untuk mempermudah dan memperjelas pemahaman serta menghindari terjadinya kesalahfahaman mengenai judul Tugas Akhir “IMPLEMENTASIPENGELOLAAN RISIKO PEMBIAYAAN BINA AGROBISNIS DI BMT BAHTERA PEKALONGAN”, maka penulis memberikan penegasan istilah. Adapun penegasan istilah tersebut sebagai berikut: 1. Implementasi Implementasi adalah pelaksanaan, penerapan. 2. Pengelolaan Pengelolaan adalah proses memberikan pengawasan pada semua hal yang terlibat dalam pelaksanaan dan pencapaian tujuan.2
2
1994)
Anton M. Moeliono, dkk, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
8
3. Risiko Risiko adalah ancaman atau kemungkinan suatu tindakan atau kejadian yang menimbulkan dampak yang berlawanan dengan tujuan yang ingin dicapai.3 4. Pembiayaan Pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan berdasarkan kesepakatan, pinjam meminjam antara bank dengan nasabah yang mewajibkan peminjam untuk melunasi pinjamannya tersebut pada jangka waktu tertentu prosesnya mulai dari analisis kelayakan pembiayaan sampai persetujuan pembiayaan.4 5. Bina Agrobisnis Bina Agrobisnis adalah produk pembiayaan untuk modal usaha dan pengembangan di bidang pertanian di BMT Bahtera Pekalongan. 6. BMT Bahtera Baitul Maal Bahtera adalah Lembaga Keuangan Ekonomi Mikro Syariah (LKMS) “BINA SEJAHTERA” yang berbadan hukum koperasi dan bergerak dalam bisnis (profit oriented) dan sosial.5
3
Ferry N. Idroes, Manajemen Risiko Perbankan,(Jakarta : PT Rajagrafindo Persada, 2011)
hlm 4 4
260
5
Muhammad, Manajemen Bank Syariah, (Yogyakarta: UPP AMR YKPN, 2002) hlm.
http://www.bmtbahtera.com/profil/sejarah.html, diakses tanggal 1 November 2012, pukul 14.25 WIB.
9
E. Telaah Pustaka Dalam penelitian ini penulis banyak mengumpulkan referensi guna menghasilkan sebuah karya ilmiah. Langkah ini ditempuh agar penelitian ini terfokus dan tidak mengulang dari penelitian yang sudah ada. Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Ruliyah, yang berjudul “Strategi Manajemen Risiko Pembiayaan di BNI Syariah cabang Pekalongan”, berdasarkan hasih pembahasan, BNI Syariah cabang Pekalongan menerapkan strategi manajemen risiko pembiayaan dengan melakukan analisa pembiayaan yang sunguh-sungguh terhadap semua calon nasabah. Dengan menerapkan standar nilai ukur risiko dalam proses pembiayaan.6 Kedua, penelitian yang dilakukan Erna Indriasih, yang berjudul “Analisis Pengelolaan Risiko Produk Pembiayaan Musyarakah di Koperasi Simpan Pinjam (KOSPIN) Jasa Syariah Pekalongan” dalam mengelola risiko pembiyaan musyarakah, Kospin Jasa Syariah melakukan sejumlah analisis, yaitu analisis penilaian pembiayaan serta verifikasi data terkait aspek legalitas usaha, teknis dan produksi, pemasaran, keuangan dan agunan sebab pembiayaan musyarakah bersifat produktif dalam bentuk pembiayaan modal kerja.7 Ketiga, penelitian yang dilakukan Retnowati dalam tugas akhirnya yang berjudul “Manajemen Risiko Baitul Maal wa Tamwil (BMT) An6
Ruliyah, “Strategi Manajemen Risiko Pembiayaan di BNI Syariah cabang Pekalongan”, (Pekalongan: Perpustakaan STAIN Pekalongan, 2010), hlm.72. 7 Erna Indriasih, “Analisis Pengelolaan Risiko Produk Pembiayaan Musyarakah di Koperasi Simpan Pinjam (KOSPIN) Jasa Syariah Pekalongan”, (Pekalongan: Perpustakaan STAIN Pekalongan, 2012) hlm 98
10
Najah Wiradesa”membahas tentang penerapan proses pelaksanaan manajemen risiko di BMT An-Najah. Hasil penelitian yang diperoleh adalah bahwa BMT An-Najah Wiradesa menerapkan dua proses manajemen risiko pada kegiatan usahanya.8 Keempat, penelitian yang dilakukan oleh Kevin Risqinanto Faisal yang berjudul “Implementasi Manajemen Risiko dalam Pembiayaan Murabahah di BMT Bahtera Pekalongan” bahwa risiko yang mungkin timbul dari pembiayaan murabahah pada BMT Bahtera Pekalongan biasanya karena nasabah tidak membayar angsuran kepada BMT, hal itu terjadi disebabkan berbagai hal, antara lain nasabah memang dengan sengaja tidak membayar angsuran atau nasabah sedang mengalami musibah atau usaha yang dijalankan mengalami penurunan9. Kelima, menurut Halimah W. Kadarsan dalam bukunya yang berjudul “Keuangan Pertanian dan Pembiayaan Perusahaan Agribisnis”, menjelaskan bahwa risiko perusahaan terjadi karena adanya berbagai alternatif penyaluran modal atau investasi yang mengakibatkan perbedaan tingkat pendapatan yang diterima oleh setiap arus investasi.10 Berbeda dengan penelitian-penelitian tersebut, penulis dalam proposal ini meneliti di BMT Bahtera Pekalongan dari segi yang memfokuskan pada implementasi pengelolaan risiko pembiayaan Bina 8
Dian Retnowati, “Implementasi Manajemen Risiko Baitul maal wa Tamwil (BMT) AnNajah Wiradesa”,(Pekalongan: Perpustakaan STAIN Pekalongan, 2009), hlm 57 9 Kevin Risqinanto Faisal, “Implementasi Manajemen Risiko dalam Pembiayaan Murabahah di BMT Bahtera Pekalongan” (Pekalongan: Perpustakaan STAIN Pekalongan, 2013) hlm.71 10 Halimah W. Kadarsan,” Keuangan Pertanian dan Pembiayaan Perusahaan Agribisnis”, (Jakarta : PT Gramedia Pustaka, 1995) hlm 154
11
Agrobsnis di BMT Bahtera Pekalongan, implementasi risiko yang dimaksud adalah sebelum dan setelah terealisasinya pembiayaan yang mana belum ada penelitian sebelumnya yang membahas permasalahan ini.
F. Kerangka Teori Risiko perbankan adalah risiko yang dialami oleh sektor binis perbankan sebagai bentuk dari berbagai keputusan yang dilakukan dalam berbagai bidang seperti keputusan penyaluran kredit, penerbitan kartu kredit, valuta asing, inkaso dan berbagai bentuk keputusan finansial lainnya, dimana itu telah menimbulkan kerugian bagi perbankan tersebut, dan kerugian terbesar adalah dalam bentuk financial.Risiko perbankan adalah berfokus pada masalah fianansial karena bisnis perbankan adalah bisnis yang bergerak dibidang jasa keuangan. Bank menyediakan fasilitas yang mampu memberikan kemudahan kepada publik sebagai nasabahnya untuk memperlancar segala urusannya yang menyangkut dengan masalah keuangan.11 Pembiayaan secara luas berarti financing atau pembelanjaan, yaitu pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun dijalankan oleh orang
lain.
Dalam
arti
sempit,
pembiayaan
dipakai
untuk
mendefinisikan pendanaan yang dilakukan oleh lembaga pembiayaan, seperti bank syariah, kepada nasabah. Dalam kondisi ini arti
11
Irham Fahmi, Manajemen Risiko, (Bandung : Alfabeta, 2011), hlm. 101
12
pembiayaan menjadi sempit dan pasif, tetapi bisa jadi penyempitan arti ini juga desebabkan karena adanya kesempitan pemahaman para pelaku bisnisnya. Bisnis adalah sebuah aktivitas yang mengarah pada peningkatan nilai tambah melalui proses penyerahan jasa, perdagangan atau pengolahan barang (produksi). Analisis Pembiayaan Pendekatan analisis pembiayaan adalah sebagai berikut. a. Pendekatan jaminan, artinya bank dalam memberikan pembiayaan selalu memperhatikan kuantitas dan kualitas jaminan yang dimiliki oleh peminjam. b. Pendekatan karakter, artinya bank mencermati secara sungguhsungguh terkait dengan karakter nasabah. c. Pendekatan kemampuan pelunasan artinya bank menganalisis kemampuan nasabah untuk melunasi jumlah pembiayaan yang telah diambil. d. Pendekatan dengan studi kelayakan, artinya bank memperhatikan kelayakan usaha yang dijalankan oleh nasabah peminjam. e. Pendekatan fungsi-fungsi bank artinya bank memperhatikan fungsinya lembaga intermediary keuangan, yaitu mengatur mekanisme
dana
yang
dikumpulkan
dengan
dana
yang
disalurkan.12 Lembaga Syariah sebagai pemberi dana dalam melakukan penilaian permohonan pembiayaan akan memperhatikan beberapa 12
261
Muhamad, Manajemen Bank Syariah,(Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2002) hlm. 260-
13
prinsip utama yang berkaitan dengan kondisi secara keseluruhan calon peminjam pembiayaan ini. Untuk itu prinsip prinsip utama yang berkaitan dengan kondisi secara keseluruhan calon peminjam pembiayaan ini. Untuk itu prinsip-prinsip pemberian pembiayaan yang digunakan adalah 5C, yang meliputi : 1) Character Character yaitu penilaian terhadap karakter atau kepribadian calon
debitur
kemungkinan
dengan bahwa
tujuan pelanggan
untuk
memperkirakan
dapat
memenuhi
kewajibannya. 2) Capacity Capacity yaitu penilaian secara subjektif tentang kemampuan calon debitur untuk melakukan pembayaran. Diukur dengan pengamatan dilapangan atas usaha yang dijalankan debitur. 3) Capital Capital yaitu penilaian terhadap kemampuan modal yang dimiliki oleh calon debitur, yang diukur dengan posisi perusahaan secara keseluruhan yang ditunjukkan oleh rasio keuangan dan penekanan pada komposisi modalnya. 4) Collateral Collateralyaitu jaminan yang dimiliki calon debitur, penilaian ini bertujuan untuk meyakinkan bahwa jika suatu risiko
14
kegagalan pembayaran terjadi, maka jaminan dipakai pengganti dari kewajibannya. 5) Condition Condition yaitu bagian pembiayaan Lembaga Keuangan harus melihat kondisi perekonomian secara umum, khususnya yang terkait dengan usaha calon debitur, hal tersebut dilakukan karena keadaan eksternal usaha yang dibiayai mempunyai peranan yang sangat besar dalam memperlancar usaha yang dibiayai.13 Lembaga Keuangan Syariah sebagai lembaga intermediary dan seiiring dengan situasi lingkungan eksternal dan internal mengalami perkembangan yang pesat, Lembaga Keuangan Syariah pada umumnya akan selalu berhadapan dengan berbagai jenis risiko dengan tingkat kompleksitas yang beragam dan melekat pada kegiatan usahanya. Risiko-risiko tersebut tidak dapat dihindari, tetapi dapat dikelola dan dikendalikan. Oleh karena itu Lembaga Keuangan Syariah memerlukan serangkaian prosedur dan metodologi yang dapat digunakan
untuk
mengidentifikasi
mengukur,
memantau
dan
mengendalikan risiko yang timbul dari kegiatan usahanya. Pengelolaan risiko pembiayaan merupakan proses memberikan pengawasan 13
154-156
terhadap
timbulnya
suatu
kerugian
pada
suatu
Jamal Lulail Yusuf, Manajemen Bank Syariah Mikro, (Malang: UIN Press, 2009), hlm
15
pembiayaan yang telah diberikan oleh Lembaga Keuangan Syariah untuk aktivitas suatu usaha yang dijalankan oleh nasabah. Pengelolaan risiko pembiayaan dapat dilakukan dengan beberapa cara:14 a. Colleteral atau jaminan Jaminan adalah sesuatu barang yang dijadikan sebagai tangunggan dalam bentuk pinjaman uang. Jaminan yang diberikan kepada kreditur untuk menimbulkan keyakinan bahwa debitur akan memenuhi kewajiban. Jaminan atau garansi untuk memitigasi risiko yang melekat pada suatu transaksi. b. Pricing atau harga Pricing atau harga yaitu dengan memberikan margin atau harga yang lebih tinggi untuk risiko diperkirakan lebih tingi pula. c. Diversivication atau diversifikasi Aspek diversifikasi dilakukan dengan menetapkan batasan maksimum pemberian pembiayaan pada satu nasabah, industri, sektor ekonomi. d. Cilent credit rating Dalam memberikan pembiayaan, Lembaga Keuangan Syariah mengandalkan catatan sejarah nasabah dengan Lembaga Keuangan Syariah tersebut dan mengumpulkan informasi tentang kelayakan
14
M. Sulhan dan Elly Siswanto, Manajemen Bank Konvensional dan Syariah, (Malang: UIN Malang Press, 2008), hlm 152
16
pembiayaan melalui sumber-sumber informal dan jaringan masyarakat lokal. Elemen-elemen
kunci
sukses
penciptaan
dan
penerapan
pengelolaan risiko: a) Culture atau budaya -
Apakah pengurus (the board of directurs) dan manajemen senior menerima dan secara aktif memelihara tanggung jawab dalam manajemen risiko.
-
Apakah
mereka
sebagai
tim
bekerja
sama
dengan
mendemonstrasikan penerimaan tanggung jawab tersebut atau tidak. b) Informasi Apakah intansi telah mengformulasikan prosedur untuk memperoleh
informasi
secara
sentral,
terkordinasi
dan
memungkinkan kelompok manajemen membuat keputusan yang diketahui secara baik tentang bagaiman mereka mengelola risiko. c) Tindakan Apakah keputusan-keputusan diambil secara tepat dan meyakinkan, serta penerapannya diawasi dengan ketat dan tertib atau tidak.15 Musyarakah yaitu bentuk kerja sama antara dua orang atau lebih dalam sebuah usaha dan konsekuensi keuntungan dan 15
hlm.364
Muhammad, Manajemen Bank Syariah (Yogyakarta: (UPP) AMP YKPN, 2005),
17
kerugiannya ditanggung secara bersama. Musyarakah memiliki kedudukan yang sangat kuat dalam Islam. Sebab keberadaannya diperkuat oleh al-Qur’an, hadist, dan ilmu ijma ulama. 16 Murabahah didefisinikan oleh para Fuqaha sebagai penjualan barang seharga biaya / harga pokok (cost) barang tersebut ditambah mark-up atau margin keuntungan yang disepakati. Karakteristik Murabahah adalah bahwa penjual harus memberi tahu pembeli mengenai
harga
pembelian
produk
dan
menyatakan
jumlah
keuntungan yang ditambahkan pada biaya (cost) tersebut. Murabahah merupakan bagian terpenting dari jual beli dan prinsip akad ini mendominasi pendapatan bank dari produk-produk yang ada di semua bank Islam. Dalam Islam, jual beli sebagai sarana tolong menolong antara sesama umat manusia yang diridhoi Allah SWT. “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang bathil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku suka sama suka diantara kamu.....” (QS An-Nisa [4]:29).17
G. Metodologi Penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian lapangan artinya penelitian
16
diperoleh
dengan
cara
mengamati,
mencatat
dan
Abdul Rahman Ghazaly, dkk, Fiqh Muamalat (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), hlm.127-128 17 Wiroso, Jual Beli Murabahah, (Yogyakarta: UII Press Yogyakarta, 2005) hlm. 13-14
18
mengumpulkan data dan informasi yang ditemukan di lapangan18 yang berkaitan dengan pokok masalah yang penulisi bahas dalam Tugas Akhir. 2. Sumber Data Untuk mencapai tujuan penelitian diperlukan sumber data. Adapun sumber data yang digunakan antara lain sebagai berikut. a. Sumber Data Primer Sumber data primer adalah sumber data utama yang diperoleh langsung dari subjek penelitian dengan menggunakan alat pengukur atau pengambilan data secara langsung pada subyek dengan sumber yang di cari.19 Sumber data ini diperoleh dengan cara mencari data dan informasi melalui wawancara kepada pihak BMT Bahtera Pekalongan mengenai pengelolaan risiko pembiayaan bina agrobisinis di BMT Bahtera Pekalongan dan nasabah. b. Sumber data sekunder Sumber data sekunder merupakan sumber yang diperoleh dari buku-buku yang memiliki keterkaitan dengan rumusan masalah, atau sumber lain yang menunjang dan dapat memberikan informasi.20Seperti dari majalah, koran yang berkaitan dengan implementasi pengelolaan risiko pembiayaan bina agrobisnis di BMT Bahtera Pekalongan. 18
Saifudin Azwar, Metodologi Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998), hlm 5 Anwar, Metodologi Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1997), hlm.22 20 Opcit. hlm.91 19
19
3. Teknik Pengumpulan data a. Observasi Observasi merupakan sebuah penelitian yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara langsung maupun tidak langsung21. Metode ini digunakan untuk mendapatkan gambaran tentang kondisi fisik BMT Bahtera mulai dari keadaan karyawan, gedung, sarana dan prasarana yang tersedia, serta dalam pelaksanaan tugas. b. Wawancara Wawancara mencakup cara yang dipergunakan seseorang untuk tujuan tertentu, mencoba mendapatkan keterangan dengan menggunakan pertanyaan secara lisan antara penulis dengan responden.22 Teknik ini digunakan untuk memperoleh data tentang pengelolaan risiko pembiayaan bina agrobisnis di BMT Bahtera Pekalongan. Wawancara dilakukan dengan remidial, manager marketing pembiayaan. c. Dokumentasi Dokumentasi adalah cara mengumpulkan data-data, arsip dan termasuk juga buku-buku tentang pemikiran atau teori yang berhubungan dengan masalah penelitian.23Metode ini digunakan
21
Mohammad Ali, Penelitian Kependidikan (prosedur strategi), (Bandung: Angkasa, 1984) hlm.83 22 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian(Jakarta: Rineka Cipta, 1998), hlm.40 23 Winarno Surahmad, Dasar dan Teknik Reasearch, (Bandung: Transisto, 1998), hlm 28
20
sebagai penunjang dalam proses pengumpulan data pada penelitian ini. 4. Metode Analisis Data Metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Metode deskriptif adalah data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan bukan angka hal ini disebabkan oleh adanya penerapan metode kualitatif. Selain itu semua yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci apa yang diteliti terhadap apa yang diteliti. Metode ini digunakan penulis untuk mengetahui pengelolaan pembiayaan Bina Agrobisnis.Data yang dikumpulkan hanya sebagai gambaran atau pandangan, kemudian dari gambaran tersebut dibuat narasi atau kalimat sendiri yang hanya untuk menjawab dari rumusan masalah.
H. Sistematika Pembahasan BAB I
berisi pendahuluan, memuat tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, penegasan istilah, telaah pustaka, kerangka teori, metode penelitian, sitematika pembahasan.
BAB II
berisi teori yang berhubungan dengan penelitian yang digunakan untuk menganalisa permasalahan meliputi: pengertian akad, landasan hukum, rukun dan syarat, manajemen risiko.
21
BAB III
adalah gambaran umum tentang BMT Bahtera Pekalongan, mencakup profil dan sejarah berdirinya BMT Bahtera Pekalongan, Visi dan Misi BMT Bahtera Pekalongan, Struktur
Organisasi,
Produk
Simpanan
dan
Produk
Pembiayaan di BMT Bahtera Pekalongan, prosedur pembiayaanBina Agrobisnis, penentuan bagi hasil, dan pengelolaan risiko pembiayaan Bina Agrobisnis. BAB IV
membahas tentang hasil penelitian yang dilakukan penulis dilapangan, yaitu mengenai Implementasi Pengelolaan Risiko Pembiayaan Bina Agrobisnis di BMT Bahtera Pekalongan dan faktor yang mempengaruhi pembiayaan Bina Agrobisnis.
BAB V
bab ini menguraikan tentang kesimpulan dari hasil pembahasan dan saran yang disampakan kepada pembaca berkenaan dengan pembahasan masalah Tugas Akhir.