1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masjid merupakan tempat beribadah umat muslim. Akar kata dari masjid adalah sajada dimana sajada berarti sujud atau tunduk. Pada masa Nabi Muhammad SAW, di dalam masjid konteks ibadah teraplikasi secara luas meliputi ibadah maghdah
seperti sholat, mengaji, serta ibadah ghairu
maghdah seperti dakwah, ukhuwah dan silaturahmi. Kondisi tersebut mampu menjadikan masjid berfungsi sebagai pusat pengembangan umat. Di sisi lain, berbagai kegiatan yang menyangkut masalah orang banyak di bidang ilmu, agama, kemasyarakatan dan budaya ternyata juga dibahas dan dipecahkan di lembaga masjid tersebut. Bahkan lebih jauh, pada masa itu masjid mampu menjadi pusat pengembangan kebudayaan Islam, tempat halaqah atau diskusi, mengaji, serta memperdalam ilmu-ilmu pengetahuan agama secara khusus dan pengetahuan umum secara luas (http://kabarindonesia.com, 2009)1. Arsitektur masjid tidak pernah diatur dengan secara detail dan terperinci baik dalam Al-Quran ataupun Hadist. Pada awalnya, bangunan masjid mempunyai bentuk yang sangat sederhana, hanya berbentuk persegi dengan beberapa bagian yang menunjang keperluan beribadah, dan atap yang terbuat 1
Aisyah N. Handryant, Masjid Sebagai Pusat Pengembangan Masyarakat Intregasi Konsep habluminallah, habluminannas, dan habluminal’alam, UIN-Malang Press. Malang. 2010. Hlm. 16
2
dari anyaman daun palem. Namun lambat laun, bentuk masjid mengalami beberapa penyesuaian untuk memaksimalkan fungsi masjid itu sendiri. Setelah Nabi Muhammad SAW wafat di Madinnah pada tahun 632 M, mulai akhir abad VII, Islam berkembang ke arah Timur Mediterania dan Asia Tengah2. Abad-abad berikutnya, Islam menyebar ke Spanyol, Afrika sebelah utara Sahara dan Maroko, ke Timur mulai dari Cina sampai ke Asia Tenggara. Ekspansi Islam di luar wilayah Arab tentu saja berpengaruh pada persebaran ajaran dan kebudayaan Islam, salah satunya adalah pembangunan masjid di setiap tempat dimana Islam berkembang. Perkembangan Islam pada kelompok-kelompok suku dan bangsa di luar wilayah Arab tersebut, berpengaruh langsung pada keragaman arsitektur sarana ibadah Islam, terutama masjid. Unsur budaya dan seni setempat mempengaruhi bentuk, tata ruang, konstruksi, dekorasi, dan aspek arsitektural lainnya pada bangunan masjid 3. Tanpa meninggalkan elemen-elemen penting seperti arah qiblat dan batasan-batasan masjid lainnya, bangunan-bangunan masjid di dunia mempunyai ciri khas dan karateristik tersendiri sesuai dengan tempat dimana masjid itu dibangun. Penggabungan unsur-unsur budaya pada bangunan masjid juga merupakan suatu bentuk usaha masyarakat atau umat Islam setempat dalam menunjukkan identitasnya. Di Indonesia, negara dengan penganut Islam terbesar di ASEAN, tentu saja perkembangan pembangunan masjid berlangsung dengan pesat. Bentuk dan arsitektur masjid di Indonesia, sama dengan di wilayah lain, juga telah 2
Sir Banister Fletchers, A History of Architecture, The Athlone Press, London. 1975. Hlm. 404-406 Yulianto Sumalyo, Arsitektur Masjid Dan Monumen Sejarah Muslim, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. 2000. Hlm. 4 3
3
mengalami akulturasi dengan kebudayaan lokal dimana masjid itu dibangun. Keberagaman suku dan budaya Indonesia membuat masjid-masjid di Indonesia antara daerah satu dan daerah lain, suku satu dengan suku yang lain beragam. Salah satu komunitas muslim di Indonesia adalah komunitas muslim Tionghoa. Bentuk dan arsitektur masjid yang didirikan oleh komunitas Tionghoa pun tidak dapat dihindari lagi pasti mendapatkan pengaruh dari dengan kebudayaan Tionghoa sendiri. Contoh nyata dari akulturasi arsitektur masjid dengan arsitektur tradisional Tionghoa adalah Masjid Muhammad Cheng Hoo Indonesia. Nama Cheng Hoo diambil dari nama seorang laksamana muslim dari Cina yang bernama Laksamana Cheng Hoo, atau dalam Bahasa Cina disebut Zheng He (郑和). Dalam ekspedisinya untuk menjalin hubungan diplomasi antara kerajaan di Cina dengan kerajaan di Jawa pada saat itu, Laksamana Cheng Hoo diyakini berpengaruh dalam masuknya Islam di Indonesia, khususnya Jawa. Dengan latar belakang untuk menghormati leluhurnya dan jasanya dalam membawa masuk Islam ke Indonesia, akhirnya masjid ini diberi nama Masjid Muhammad Cheng Hoo Indonesia. Begitu pula dengan nama yayasan pengelola masjid ini. Didirikan dibawah kepengurusan Yayasan Haji Muhammad Cheng Hoo Indonesia dan Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI), masjid ini adalah masjid pertama yang dibangun dengan identitas Tionghoa. Masjid yang berada di kota Surabaya ini mempunyai bentuk dan arsitektur yang menyerupai kelenteng. Namun begitu, perpaduan antara unsur budaya
4
Tionghoa, budaya Islam, dan sedikit budaya Jawa terlihat dengan jelas dalam masjid ini. Keunikan dan karakteristik arsitektur masjid ini sangat menarik untuk diulas lebih lanjut, terlebih lagi tentang pengaruh adanya akulturasi budaya tersebut terhadap kegiatan atau kebiasaan di dalam masjid maupun luar masjid. Berdasarkan gambaran di atas, penulis tertarik mengangkat bahasan tentang arsitektur dan kegiatan umum maupun khusus Masjid Muhammad Cheng Hoo Indonesia. Oleh karena itu, penulis memilih “Masjid Muhammad Cheng Hoo Indonesia” sebagai judul untuk Tugas Akhir ini. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka masalah-masalah yang akan diuraikan dalam tulisan ini dirumuskan sebagai berikut: a. Bagaimana perkembangan muslim Tionghoa di Indonesia? b. Bagaimana bentuk dan arsitektur bangunan Masjid Muhammad Cheng Hoo Indonesia? c. Apa saja kegiatan-kegiatan yang dilakukan di Masjid Muhammad Cheng Hoo Indonesia?
1.3 Tujuan Penulisan Tujuan penulisan dari penulisan ini adalah sebagai berikut: a. Menjelaskan tentang perkembangan muslim Tionghoa di Indonesia. b. Menjelaskan tentang
bentuk dan arsitektur bangunan Masjid
Muhammad Cheng Hoo Indonesia.
5
c. Menjelaskan tentang kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan di Masjid Muhammad Cheng Hoo Indonesia.
1.4 Manfaat Penulisan Penulisan tugas akhir ini memberikan beberapa manfaat yang mengandung nilai-nilai positif di dalamnya. Salah satu manfaatnya adalah penulis menjadi lebih mengetahui tentang bagaimana cara-cara menyusun karya tulis yang baik dan benar dengan berbagai aturan dalam penyusunannya. Manfaat lainnya berkaitan dengan judul dan tema dalam karya tulis ini adalah bertambahnya wawasan penulis mengenai muslim Tionghoa dan Masjid Muhammad Cheng Hoo Indonesia, terutama tentang arsitektur bangunan masjid dan kaeguatankegiatan apa saja yang dilaksanakan di masjid. Bagi pembaca, manfaat yang bisa diberikan melalui penulisan tugas akhir ini tidak jauh berbeda dengan yang mungkin didapatkan oleh penulis. Namun salah satu tujuan penulis menyusun tugas akhir ini adalah untuk menyajikan pengetahuan tentang muslim Tionghoa serta keunikan arsitektur bangunan Masjid Muhammad Cheng Hoo Indonesia di Surabaya dan kegiatankegiatannya. Sehingga penulis mengharapkan agar pembaca dapat memiliki gambaran yang jelas terhadap isi dari tugas akhir ini, yaitu tentang perpaduan kebudayaan Islam dan kebudayaan Cina dalam arsitektur bangunan masjid serta kegiatan-kegiatan yang dilakukan di masjid ini.
6
1.5 Metode Pengumpulan Data Penyusunan tugas akhir ini berdasarkan atas data-data yang diperoleh oleh penulis. Metode pengambilan data yang digunakan dalam penulisan ini dilakukan dengan tiga cara, yaitu studi pustaka, wawancara, dan observasi lapangan. Studi pustaka dilakukan untuk memperoleh data mengenai sejarah muslim Tionghoa di Indonesia, sejarah Masjid Muhammad Cheng Hoo Indonesia, dan hal-hal yang terkait dengan perkembangan Masjid Muhammad Cheng Hoo Indonesia. Sumber studi pustaka meliputi buku, jurnal penelitian, makalah, majalah, dan artikel berita. Wawancara yang dilakukan dalam pengumpulan data adalah wawancara bebas. Wawancara terdiri atas pertanyaan-pertanyaan sedemikian rupa sehingga tidak ada batasan bagi narasumber dalam menjawab pertanyaan, sehingga narasumber dapat memberikan keterangan dan informasi yang lebih lengkap. Observasi dilakukan oleh penulis secara langsung di lokasi obyek penelitian. Obyek penelitian dalam tulisan ini adalah Masjid Muhammad Cheng Hoo Indonesia yang berlokasi di Jalan Gading No.2 Surabaya, Jawa Timur.
1.6 Sistematika Penulisan Penulisan tugas akhir dengan judul “Masjid Muhammad Cheng Hoo Indonesia” terdiri dari lima bab, yaitu:
7
Bab I Pendahuluan, berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan. Bab II Gambaran Singkat Tentang Masjid, berisi tentang pengertian masjid, sejarah masjid, fungsi dan peranan masjid, serta arsitektur masjid. Bab III Muslim Tionghoa di Indonesia, berisi sekilas tentang perkembangan muslim Tionghoa di Indonesia dan Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI). Bab IV Masjid Muhammad Cheng Hoo Indonesia, berisi tentang sejarah didirikannya Masjid Muhammad Cheng Hoo Indonesia, latar belakang penamaan masjid, struktur organisasi kepengurusan Masjid Muhammad Cheng Hoo Indonesia, arsitektur bangunan Masjid Muhammad Cheng Hoo Indonesia, dan kegiataan-kegiatan di Masjid Muhammad Cheng Hoo Indonesia. Bab V Penutup, merupakan bagian akhir dari tugas ini yang akan berisikan kesimpulan dari uraian-uraian yang telah dibahas pada bab-bab sebelumnya dan saran-saran.