1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di negara - negara yang sedang berkembang masih banyak manusia demi untuk dapat bertahan hidup justru mengorbankan kesehatan dan keselamatannya dengan bekerja di tempat yang penuh dengan berbagai macam bahaya yang mempunyai resiko langsung maupun yang baru diketahui resikonya setelah waktu yang cukup lama. Dalam perkembangan pasar dunia bebas, Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) telah menjadi isu global dan mempunyai kedudukan strategis karena selain menjamin keselamatan dan kesehatan dalam bekerja juga merupakan salah satu pilar tegaknya Hak Asasi Manusia (HAM). Haurani,
(2010)
mengemukakan bahwa menurut catatan Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO), 45% penduduk dunia dan 58% penduduk yang berusia diatas sepuluh tahun tergolong tenaga kerja. Diperkirakan dari jumlah tenaga kerja diatas, sebesar 35% sampai 50% pekerja di dunia terpajan bahaya fisik, kimia, biologi dan juga bekerja dalam beban kerja fisik dan ergonomi yang melebihi kapasitasnya, termasuk pula beban psikologis serta stress. Haurani menambahkan bahwa hampir sebagain besar pekerja di dunia, sepertiga masa hidupnya terpajan oleh bahaya yang ada di masing - masing pekerjaannya, dan yang sangat memprihatinkan adalah bahwa hanya 5% hingga 10% dari tenaga kerja tadi yang mendapat layanan kesehatan kerja di negara yang sedang berkembang, sedangkan di negara industri tenaga kerja yang memperoleh layanan kesehatan kerja
2
diperkirakan baru mencapai 50%. Kenyataan di atas jelas menggambarkan bahwa sebenarnya hak azasi pekerja untuk hidup sehat dan selamat dewasa ini belum dapat terpenuhi dengan baik . Konsep K3 telah diterapkan di berbagai negara di dunia. Kendati demikian angka kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja masih cukup tinggi. Suardi, (2005) mengemukakan bahwa riset yang dilakukan oleh International Labour Organization tahun 2003 menghasilkan kesimpulan bahwa setiap hari rata – rata 6000 orang meninggal, setara dengan satu orang setiap 15 detik atau 2, 2 juta orang pertahun akibat sakit atau kecelakaan yang berkaitan dengan pekerjaan mereka. Jumlah pria yang meninggal dua kali lebih banyak dibanding wanita. Secara keseluruhan kecelakaan di tempat kerja telah menewaskan 350.000 orang, sisanya meninggal karena sakit yang diderita dalam pekerjaan seperti membongkar zat kimia beracun . Di Indonesia telah dikeluarkan peraturan perundangan - undangan di bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Peraturan tersebut adalah Undang-undang No.1 tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja yang ruang lingkupnya meliputi segala lingkungan kerja baik di darat, di dalam tanah, permukaan air, di dalam air maupun udara yang berada di dalam wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia. Walaupun demikian pada pelaksanaannya masih banyak kekurangan dan kelemahannya karena terbatasnya personil pengawasan, sumber daya manusia K3 serta sarana yang ada. Sepanjang tahun 2009 telah terjadi sebanyak 54.398 kasus kecelakaan kerja di Indonesia. Angka tersebut mengalami trend menurun sejak 2007 yang sempat mencapai 83.714 kasus dan melorot pada 2008 yang hanya 58.600 kasus. Dari 50 ribu lebih kasus kecelakaan kerja, sebanyak 20.086 kasus
3
tergolong pelanggaran K3 dan sebanyak 107 kasus sedang masuk proses penyidikan. Sepanjang tahun 2009, terdapat 18.244 unit Satgas K3, 440 Perusahaan Jasa Keselamatan dan Kesehatan Kerja (PJK3), 5 perusahaan Badan Audit K3, 1.120 perusahaan yang menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3), dan sebanyak 2.524 perusahaan yang nihil kecelakaan kerjanya (Suprapto, 2010).
Begitu pula data dari Dewan Keselamatan dan
Kesehatan Nasional (DK3N) menyatakan bahwa setiap hari kerja, ada 39 orang tenaga kerja yang mengalami cacat baru dan rata - rata 17 orang meninggal karena kecelakaan kerja (Riyadina, 2007). Dari data tersebut menggambarkan betapa pentingnya penerapan program K3 dalam sebuah institusi / perusahaan. Di bidang transportasi laut, penerapan K3 juga sangat diperlukan karena keselamatan adalah indikator utama untuk mengukur keberhasilan transportasi di laut.
Transportasi laut memegang peranan penting dan posisi strategis dalam
memobilisasi manusia dan barang maupun jasa keseluruh pelosok. Peran strategis ini jika diselenggarakan dengan efektif dan efisien, akan meningkatkan kemakmuran rakyat, serta dapat mengatasi keterisolasian suatu wilayah. Oleh karena itu diperlukan jaringan transportasi antar pulau secara terpadu dan mampu melayani kebutuhan masyarakat dalam rangka meningkatkan pertumbuhan wilayah dan pemerataan pembangunan dan hasil - hasilnya (Jinca 2011). Di era kemajuan teknologi dan komunikasi saat ini, kapal – kapal yang digunakan sebagai sarana pengangkut telah banyak disentuh oleh teknologi dan dilengkapi sarana navigasi yang memadai demi kepentingan kenyamanan dan keselamatan dalam perjalanan melalui laut. Walaupun demikian kecelakaan kapal laut masih sering terjadi sehingga semakin menambah dalam keprihatinan terhadap
4
dunia transportasi laut. Lemahnya sistem keselamatan di laut menjadi penyebab potensial besarnya korban kecelakaan di laut. Data dari KNKT jumlah kecelakaan kapal dari tahun 2007 – 2010 sebanyak 548 buah kapal dari berbagai jenis kecelakaan dengan jumlah korban jiwa sebanyak 736 orang. Kerugian lain yang timbul akibat kecelakaan kapal adalah tercemarnya laut akibat tumpahan minyak, bangkai kapal dan muatan yang menggangu alur pelayaran (Faizal, 2011) Di Provinsi Sulawesi Tenggara juga pernah terjadi kecelakaan kapal seperti Kapal Cantika Express yang nyaris terbalik akibat saratnya muatan kapal, kapal nelayan yang hancur ditabrak Kapal KM. Sagori, dan yang terakhir kapal penyeberangan Windu Karsa tenggelam sabtu (27 / 8 / 2011) dini hari di Selat Bone (Setiawan, 2011). Transportasi laut di Sulawesi Tenggara sangat berperan penting dalam menghubungkan antar pulau. Walaupun sekarang telah ada transportasi udara namun transportasi laut lebih banyak diminati oleh masyarakat Sulawesi Tenggara, Salah satunya adalah kapal Ferry. Kapal Ferry banyak digemari terutama bagi penumpang yang memiliki kendaraan seperti motor dan mobil. Oleh karena itu sudah selayaknya kapal penumpang tersebut harus memperhatikan
dan
mengaplikasikan praktek keselamatan dan kesehatan kerja dengan baik dalam menjamin keselamatan pekerja dan penumpang. Berdasarkan uraian diatas, maka
penulis tertarik untuk meneliti tentang
Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada PT. Perkapalan di Provinsi Sulawesi Tenggara yaitu pada PT. ASDP Indonesia Ferry (Persero) Cabang Bajoe – Kolaka.
5
B. Rumusan Masalah Masalah penelitian pada penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1.
Kebijakan apa saja yang diterapkan oleh PT. ASDP Indonesia Ferry (Persero) Cabang
Bajoe - Kolaka Provinsi Sulawesi Tenggara sehubungan dengan
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja? 2.
Bagaimanakah kualitas dan kuantitas tenaga kerja yang bekerja di PT. ASDP Indonesia Ferry (Persero) Cabang Bajoe – Kolaka Provinsi Sulawesi Tenggara , khususnya tenaga di bidang SMK3?
3.
Bagaimanakah ketersediaan sarana dan prasarana (peralatan K3) yang disediakan oleh PT. ASDP Indonesia Ferry (Persero) Cabang Bajoe – Kolaka Provinsi Sulawesi Tenggara dalam pelaksanaan SMK3 ?
4.
Bagaimana sistem pemeliharaan (maintenance) kapal yang dilakukan oleh PT. ASDP Indonesia Ferry (Persero) Cabang Bajoe – Kolaka Provinsi Sulawesi Tenggara?
5.
Bagaimana sistem prosedur tanggap darurat yang diterapkan oleh PT. ASDP Indonesia
Ferry
(Persero) Cabang Bajoe - Kolaka Provinsi Sulawesi
Tenggara jika terjadi kedaruratan di kapal?
C. Tujuan Penelitian Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui kegiatan PT. ASDP Indonesia Ferry (Persero) Cabang Bajoe – Kolaka Provinsi Sulawesi Tenggara dalam menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Secara spesifik tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:
6
1.
Kebijakan PT. ASDP Indonesia Ferry (Persero) Cabang Bajoe – Kolaka Provinsi Sulawesi Tenggara dalam menerapkan SMK3.
2.
Kualitas dan kuantitas tenaga kerja yang bekerja di PT. ASDP Indonesia Ferry (Persero) Cabang Bajoe – Kolaka Provinsi Sulawesi Tenggara, khususnya tenaga di bidang SMK3.
3.
Ketersediaan sarana dan prasarana (peralatan K3) yang disediakan oleh PT. ASDP Indonesia Ferry (Persero) Cabang Bajoe – Kolaka Provinsi Sulawesi Tenggara dalam pelaksanaan SMK3.
4.
Sistem pemeliharaan (maintenance) kapal yang dilakukan oleh PT. ASDP Indonesia Ferry (Persero) Cabang Bajoe – Kolaka Provinsi Sulawesi Tenggara.
5.
Sistem prosedur tanggap darurat yang diterapkan oleh PT. ASDP Indonesia Ferry (Persero) Cabang Bajoe – Kolaka Provinsi Sulawesi Tenggara jika terjadi kedaruratan di kapal.
D. Manfaat Penelitian.
1.
Manfaat Praktis. a. Pihak Perusahaan. Secara umum penelitian ini memberitahukan tentang kondisi K3 di PT. ASDP Indonesia Ferry (Persero) Cabang Bajoe – Kolaka Provinsi Sulawesi
Tenggara,
demi
pengembangan
K3
dan
peningkatan
produktivitas di perusahaan tersebut di masa mendatang. b. Tenaga
Kerja
Bidang
K3.
Bagi tenaga bidang K3 dan khusus bagi tenaga K3 di PT. ASDP Indonesia
7
Ferry (Persero) Cabang Bajoe – Kolaka Provinsi Sulawesi Tenggara, hasil penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai pentingnya penerapan manajemen K3 di bidang transportasi laut, sekaligus mampu mengaplikasikannya sesuai prosedur yang ada. Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran akan pentingnya K3 dan dilaksanakannya prosedur - prosedur manajemen K3 seperti pelatihan K3, mentaati peraturan yang ada, dan lain - lain dalam upaya meminimkan ataupun meniadakan angka kecelakaan kerja dan jumlah korban bila terjadi kecelakaan sehingga dapat meningkatkan produktivitas. 2.
Manfaat Teoritis a.
Ilmu Pengetahuan. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi di bidang pendidikan demi kemajuan ilmu K3 khususnya di bidang transportasi laut. Selain itu juga dapat dijadikan bacaan bagi khalayak pada umumnya dan tenaga K3 di bidang transportasi laut pada khususnya sehingga dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari - hari.
b.
Peneliti Selanjutnya. Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini dapat dijadikan bahan bacaan untuk perbandingan dan kelancaran dalam proses penelitian.
c.
Departemen Tenaga Kerja dan Departemen Perhubungan Laut. Dapat
digunakan
sebagai
bahan
pertimbangan
dalam
mengembangkan SMK3 pada PT. Perkapalan di Sulawesi Tenggara, khususnya pada PT. ASDP Indonesia Ferry (Persero) Cabang Bajoe – Kolaka Provinsi Sulawesi Tenggara.
8
E. Keaslian Penelitian 1. Mallapiang dan Nurfadhillah (2013), meneliti tentang pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja pada tenaga kerja wanita di PT. Maruki Internasional Indonesia. Penelitian
yang
observasi dan wawancara pengambilan
sampel
digunakan dengan
adalah deskriptif studi melalui
menggunakan
kuesioner dan teknik
yang digunakan adalah simple random sampling.
Variabel yang diteliti yaitu pelaksanaan pemeriksaan kesehatan awal, pemeriksaan kesehatan berkala, pemberian cuti hamil dan melahirkan, pemberian istirahat haid, pendidikan dan pelatihan K3 serta penggunaan APD. 2. Erlina (2010), meneliti tentang manajemen risiko keselamatan dan kesehatan kerja di kapal penumpang pada KMP Prathita IV dan KMP Sereia Do Mar . Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Variabel pada penelitian ini adalah sistem manajemen risiko K3 yang meliputi komitmen,
identifikasi
bahaya,
penilaian
risiko,
pengendalian
risiko,
pemantauan, dan evaluasi. Penarikan subjek penelitian menggunakan teknik purposive dan wawancara mendalam untuk mendapatkan informasi yang lebih dalam tentang variabel-variabel yang diteliti. 3. Budi (2005), meneliti tentang audit internal pada PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia III Terminal Petikemas Semarang. Metode yang digunakan bersifat kualitatif dengan pendekatan observasional, wawancara, studi terhadap laporan rutin K3 dan dokumen perusahaan yang terkait dengan K3 serta observasi langsung. Variabel yang diteliti adalah pelaksanaan audit internal untuk mendapatkan gambaran penerapan Sistem Manajemen K3 dengan mengacu pada Permenaker No.05/MEN/1996.