1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Rumah sakit sebagai organisasi pelayanan kesehatan sedang memasuki lingkungan global yang kompetitif dan terus berubah. Sektor rumah sakit di Indonesia sedang mengalami perkembangan ke arah lembaga usaha sehingga pengelolaan rumah sakit perlu mempertimbangkan kaidah ekonomi, tanpa harus menghilangkan fungsi sosialnya (Trisnantoro, 2004). Kebijakan asuransi dan kompetisi antar sesama pemberi layanan kesehatan mendorong rumah sakit untuk memperbaiki efisiensi operasional dan kualitas pelayanannya. Salah satu alat utama untuk memperbaiki efisiensi operasional adalah manajemen persediaan karena persediaan mengendalikan sekitar 40% dari biaya operasional (Huarng, 1998). Manajer di segala tipe organisasi kesehatan saat ini menghadapi tugas untuk menurunkan biaya operasional. Hal pertama yang perlu dirasionalisasi adalah biaya pegawai dan persediaan (Burns et al, 2001). Farmasi rumah sakit mempunyai peran yang sangat penting dalam aspek manajemen maupun pelayanan dan saling terkait dalam sistem terpadu pelayanan di rumah sakit. Tugas utama Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) adalah pengelolaan mulai dari perencanaan, pengadaan, penyimpanan, penyiapan, peracikan, pelayanan
1
2
langsung kepada penderita sampai dengan pengendalian semua perbekalan kesehatan yang beredar dan digunakan dalam rumah sakit baik untuk penderita rawat tinggal, rawat jalan, maupun untuk semua unit termasuk poliklinik rumah sakit. Berkaitan dengan pengelolaan tersebut, IFRS harus menyediakan terapi obat yang optimal bagi semua penderita dan menjamin pelayanan bermutu tertinggi dan yang paling bermanfaat dengan biaya minimal (Siregar dan Amalia, 2004). Setiap bisnis, tanpa terkecuali farmasi rumah sakit, berupaya mencapai cara untuk menurunkan persediaan dengan tetap menjaga atau meningkatkan pelayanan terhadap customer pada waktu yang bersamaan (Lunn, 2000). Pengadaan barang yang dalam sehari-hari disebut juga pembelian, merupakan titik awal dari pengendalian persediaan. Jika titik awal ini sudah tidak tepat, maka pengendalian akan sulit dikontrol (Aditama, 2006). Menurut Sarmini (1998), persediaan obat yang terlalu banyak akan memerlukan biaya penyimpanan yang besar dan barang yang tersimpan tersebut merupakan modal yang sirkulasinya berhenti. Sedangkan, jika terlalu sedikit kemungkinan ada resep yang tidak terlayani karena persediaan mengalami stock out yang dapat berakibat merosotnya mutu pelayanan rumah sakit khususnya instalasi farmasi. Sebagai contoh beberapa rumah sakit mengalami kelebihan stok persediaan kategori A yang memiliki harga dan nilai produk tinggi hingga mencapai 80% (Yokl, 2005). Oleh karena itu pengendalian persediaan obat dan barang farmasi lainnya sangat penting.
3
Penerapan standard materials management tools analisis ABC dan model EOQ untuk pembelian dan penyimpanan menyediakan kerangka kerja yang logis dan mudah dilakukan untuk menetapkan siklus pemesanan dan ukuran jumlah untuk komponen persediaan yang mahal (Burns et al, 2001). Penelitian yang dilakukan oleh Pudjitami (1997) menunjukkan bahwa penggunaan metode EOQ terhadap obat klasifikasi A dari analisis ABC dapat menurunkan total nilai persediaan obat sebesar 22,55%. Sedangkan penelitian serupa yang dilakukan oleh Syahrir (2003) menunjukkan terjadinya pengurangan nilai total persediaan dari Rp. 107.801.208,00 menjadi Rp. 44.177.002,00 sesudah intervensi. Keberhasilan dan mutu pelayanan di rumah sakit memang bergantung dari banyak faktor, tetapi tidak pelak lagi bahwa peran logistik merupakan salah satu kunci utama di dalamnya (Aditama, 2006). Sesuai UU No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, RSUD Dr. Saiful Anwar Malang telah menerapkan pengelolaan perbekalan farmasi sistem satu pintu. Terdapat 12 sub depo farmasi yang melayani resep pasien yang berobat di RSUD Dr. Saiful Anwar. Sebagai RS pemerintah, RSUD Dr. Saiful Anwar melayani berbagai status pasien, baik pasien umum maupun pasien peserta asuransi (Askes Sosial, Askes Komersial, Jamkesmas Pusat, Jamkesmas Daerah, dan berbagai Ikatan Kerja Sama). Sejak Januari hingga Agustus 2013 rata-rata jumlah resep per bulan peserta Askes tercatat sebanyak 46.306 item, meningkat 21,25% dibanding rata-rata jumlah resep per bulan selama tahun 2012 (38.189 item). Peningkatan jumlah resep tersebut berdampak pada meningkatnya pengadaan dan persediaan obat Askes. Hal ini merupakan sebuah tantangan bagi instalasi farmasi, di satu sisi adalah memberikan
4
pelayanan yang optimal untuk memenuhi kepuasan pelanggan, dan di sisi lain adalah melakukan pengendalian persediaan. Pengendalian persediaan sangat erat kaitannya dengan tahap awal dalam proses pengelolaan obat yaitu perencanaan dan pengadaan. Selama ini perencanaan dan pengadaan obat askes di instalasi farmasi RSUD Dr. Saiful Anwar dilakukan dalam periode mingguan dengan metode konsumsi dan memperhitungkan buffer stock. Dalam penelitian ini akan dilakukan pemetaan obat Askes yang menyerap nilai persediaan tertinggi dengan menggunakan analisis ABC. Selain itu, untuk dasar perencanaan dan pengadaan peneliti akan mengaplikasikan metode Economic Order Quantity (EOQ) sekaligus membandingkan beberapa Reorder Point (ROP) hingga diperoleh nilai persediaan, nilai pengadaan, dan Inventory Turn Over Ratio (ITOR) untuk kondisi simulasi.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : Apakah pengendalian persediaan dengan analisis ABC dan metode EOQ dapat mempengaruhi nilai persediaan, nilai pengadaan dan ITOR di instalasi farmasi RSUD Dr. Saiful Anwar.
C. Keaslian Penelitian Penelitian tentang EOQ telah beberapa kali dilakukan. Adapun perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini adalah :
5
Tabel 1. Perbedaan Antara Penelitian Ini Dengan Penelitian Terdahulu Nama Peneliti
Judul Penelitian
Perbedaan
Pudjitami,
Dampak Penerapan Metode Economic - Analisis ABC
S.W., (1997)
Order Quantity (EOQ) Terhadap Nilai - Prospektif Persediaan Obat di Instalasi Farmasi - Nilai Persediaan, ITOR RSUD Dr. Moewardi Surakarta
Syahrir, M.
Penerapan Metode Economic Order - Analisis ABC
(2003)
Quantity (EOQ) Untuk Meningkatkan - Prospektif Pengendalian
Persediaan
Obat
di - Nilai Persediaan, ITOR
Instalasi Farmasi RSUD Luwuk Nurina, N.
Pengendalian Obat Dengan Metode - Analisis ABC
(2007)
Economic Order Quantity (EOQ) di - Prospektif Instalasi Farmasi RSU Kardinah Tegal
- Nilai Persediaan, ITOR
Harahap, S.
Penerapan Economic Order Quantity - Analisis ABC Indeks
(2008)
(EOQ) Berdasarkan ABC Indeks Kritis
Kritis
Untuk Pengendalian Persediaan Obat di - Prospektif Instalasi
Farmasi
RSUD
Dr.
H. - Nilai Persediaan, ITOR
Soemarno Sosroatmodjo Tanjung Selor Dwiastuti,
S. Penerapan Economic Order Quantity - Analisis ABC Indeks
H. W., (2011)
(EOQ) Berdasarkan ABC Indeks Kritis
Kritis
Untuk Pengendalian Persediaan Obat di - Prospektif Instalasi Farmasi RS Panti Wilasa - Nilai Persediaan, ITOR “Dr.Cipto” Semarang Penelitian ini
Pengendalian Persediaan Obat Askes - Analisis ABC Dengan Menggunakan Analisis ABC - Retrospektif Dan Metode Economic Order Quantity - Modifikasi ROP (EOQ) di Instalasi Farmasi RSUD Dr. - Nilai Persediaan, Nilai Saiful Anwar Malang
Pengadaan, ITOR
6
D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat sebagai berikut : a. Bagi RSUD Dr. Saiful Anwar : Memberikan kontribusi dalam hal pengendalian persediaan dan pengembangan sistem informasi manajemen sebagai upaya meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di RSUD Dr. Saiful Anwar. b. Bagi Peneliti : Kesempatan untuk mengaplikasikan teori yang diperoleh dan menyesuaikannya dengan sistem pengelolaan obat di instalasi farmasi RSUD Dr. Saiful Anwar Malang.
E. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pengendalian persediaan dengan analisis ABC dan metode EOQ terhadap nilai persediaan, nilai pengadaan dan ITOR di instalasi farmasi RSUD Dr. Saiful Anwar.